32c02 MODUL 4 PERENCANAAN GEOMETRIK PERSIMPANGAN SEBIDANG PDF
32c02 MODUL 4 PERENCANAAN GEOMETRIK PERSIMPANGAN SEBIDANG PDF
Modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya modul ini.
A. LATAR BELAKANG
Modul ini bertujuan untuk membekali peserta pelatihan tentang pengetahuan
dalam merancang geometrik jalan tingkat dasar pada bagian geometrik
persimpangan sebidang, melalui pembelajaran teori dan permasalahan
lapangan, yang mencakup:
a. Kebijakan perencanaan
b. Ketentuan umum perancangan
c. Ketentuan teknis perencanaan
Persimpangan adalah pertemuan tiga atau lebih ruas jalan di suatu area/ titik
dalam melayani pola pergerakan lalu lintas yang datang dan pergi dari dan ke
berbagai arah, kondisi tersebut berpotensi terjadinya konflik dan hambatan,
yang bisa berakibat terjadi kemacetan dan mungkin sampai terjadi kecelakaan.
Seperti banyak diutarakan oleh para ahli teknik lalu lintas, bahwa kapasitas
jaringan jalan terutama di perkotaan lebih banyak ditentukan oleh kapasitas di
persimpangan. Jadi dalam merancang dan mengoperasikan persimpangan
banyak faktor yang terlibat dan perlu dipertimbangkan.
Keselamatan lalu lintas, kelancaran lalu lintas, keseragaman bentuk fisik
persimpangan, dan pengendalian perlu menjadi landasan pertimbangan dalam
menetapkan prinsip-prinsip dan ketentuan perancangan persimpangan
sebidang. Untuk mencapai luaran (Output) tersebut, peraturan dan perundang
undangan sebagai pijakan kebijakan dalam merancang persimpangan menjadi
kebutuhan yang harus dilaksanakan. Pemahaman kebijakan dan ketentuan
teknis tersebut, bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) khususnya terkait dengan
tupoksi dalam membangun infrastruktur jalan yang perlu dipahami dalam
memenuhi kompetensi dasarnya.
Modul mata pelatihan perancangan geometrik persimpangan sebidang ini,
merupakan salah satu modul mata pelatihan geometrik jalan tingkat dasar yang
kesemuanya terdiri atas 6 modul.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan mempelajari modul dan mengikuti pembelajaran mata pelatihan
perancangan persimpangan sebidang ini, peserta pelatihan akan mencapai hasil
kompetensi dengan indikator sebagai berikut:
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
tentang kebijakan dan ketentuan teknis perancangan persimpangan sebidang
tingkat dasar.
E. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
mata pelatihan Geometrik Persimpangan Sebidang pada peserta pelatihan ini,
membutuhkan waktu 6 (enam) jam pelajaran atau epektif setara dengan 6 x 45
menit.
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
erencanaan persimpangan sebidang tingkat
dasar.
C. LATIHAN
Berikut ini, sebagai latihan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta
pelatihan dalam pembelajaran terhadap mata diklan kebijakan perencanaan,
adalah sebagai berikut:
1. Coba tuliskan/sebutkan urutan peraturan dan perundang-undangan, yang
menjadi rujukan kebijakan dalam pembangunan, sesuai hirarkinya.
2. Peraturan dan perundang-undangan tersebut (jawaban butir 1 di atas)
sebagai kebijakan yang dapat dibagi atas empat bagian utama, coba
tuliskan/sebutkan.
3. Tuliskan contoh paragraph dari ketentuan teknis, sebagai kebijakan dalam
perencanaan geometrik jalan.
4. Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan di lapangan, kadang
dihadapkan masalah teknis yang sulit untuk dilaksanakan, bagaimana
tindakan anda dalam menangani masalah tersebut.
D. RANGKUMAN
Rangkuman uraian bab “kebijakan perencanaan” dalam pembangunan dan
pengoperasian infrastruktur jalan, seyogyanya harus memenuhi aspek; aman,
lancar, berkeseragaman, ekonomis dan ramah terhadap lingkungan. Untuk
menuju hal tersebut, perlu adanya alat pengatur berupa kebijakan seperti
tercantum dalam; norma/standar, pedoman dan manual (SPM) atau surat
edaran, untuk level peraturan pemerintah ke atas sifatnya mutlak tetapi untuk
A. PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
Perencanaan geometrik persimpangan sebidang merupakan bagian dari
perencanaan jalan secara keseluruhan, dalam merencanakan geometrik
tersebut harus dapat menjamin keselamatan maupun kenyamanan bagi
pemakai jalan. Perencanaan geometrik jalan juga merupakan bagian dari
perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perancangan bentuk fisik sehingga
dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan, yaitu memberikan pelayanan yang
optimal pada arus lalu-lintas (pengguna jalan). Jadi tujuan dari perencanaan
geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang aman dan efisien dalam
pelayanan terhadap arus lalu lintas serta memaksimalkan biaya pelaksananaan
ruang, bentuk dan ukuran.
Merancang geometrik persimpangan merupakan hal yang sangat penting, untuk
itu diperlukan perhatian dan kehatihatian dengan mempertimbangkan. Banyak
faktor yang bisa mempengaruhi perencanaan persimpangan, terutama yang
berdampak setelah persimpangan tersebut dioperasikan.
Beberapa prinsip atau ketentuan umum dalam perencanaan persimpangan
yang harus diperhatikan, seperti disebutkan di bawah ini:
1. Persimpangan harus dirancang dan dioperasikan dengan kesederhanaan
dan keseragaman.
2. Rancangan teknis harus bisa menjaga kemampuan dan
keterbatasan pengguna jalan, seperti; pengemudi, pejalan kaki dan
kendaraan. Ini harus didasarkan pada pengetahuan tentang apa yang akan
dilakukan pengguna jalan (memahami karakteristik pengguna jalan).
3. Meminimalkan jumlah titik konflik antara kendaraan dengan kendaraan
maupun kendaraan dengan pejalan kaki. Hal ini, bisa dilakukan dengan
cara:
C. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Jalan sebagai prasarana transportasi yang efektif dan handal dalam sistem
transportasi bila dikelola dan dioperasikan sesuai legal aspek yang ada, bisa
memberikan manfaat kesejahtraan masyarkat dan meningkatnya daya saing
nasional. Manfaat jalan tersebut tentunya tidak hanya untuk kepentingan
jangka pendek saja tetapi harus bisa memberikan manfaat dan tidak merugikan
generasi berikutnya. Untuk itu dalam pembangunan infrastruktur jalan (jaringan
dan geometrik jalan), harus berkonsep pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan, adalah "memenuhi kebutuhan dan aspirasi
generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri" (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan/WCED, 1987).
Terkait dengan pembangunan infrastruktur jalan untuk bisa mewujudkan jalan
yang berkelanjutan jika ingin efektif sepanjang umur rencananya, maka mulai
saat; perencanaan, perencanaan, dan pengoperasikan jalan tersebut, paling
tidak harus memenuhi dua kriteria utama, yaitu:
1. Trase jalan sesuai dengan peruntukan lahan yang semestinya (Tata ruang).
2. Menjaga gangguan deviasi perubahan penggunaan lahan sisi jalan.
6. Selain dari hal tersebut di atas, hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan, yaitu:
a) Penggunaan sumber daya terlalu berlebihan akan mempercepat
penyusutan sumber daya, bahkan akan cepat habis.
b) Penggunaan sumber daya dalam jumlah besar akan memperbesar
pencemaran dan mengurangi kemampuan lingkungan;
c) Mencari sumber daya alternatif.
D. LATIHAN
Berikut ini, sebagai latihan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta
pelatihan dalam pembelajaran terhadap mata diklan ketentuan umum
perencanaan, adalah sebagai berikut :
1. Sebutkan beberapa prinsip prinsip perencanaan yang utama yang harus
diperhatikan dalam pembangunan infrastruktur jalan.
2. Semua elemen geometrik jalan pada dasarnya sudah didesain dengan
pertimbangan keselamatan sesuai rumus fisika, seperti analisis besaran
elemen geometrik jalan merupakan fungsi dari kecepatan rencana.
Pertanyaannya, mengapa diperlukan lagi pertimbangan harus memenuhi
“kriteria jalan yang berkeselamatan”.
3. Tuliskan/sebutkan arti dari pembangunan yang berkelanjutan.
E. RANGKUMAN
Rangkuman uraian modul “ketentuan umum perencanaan”, bahwa rancangan
teknis elemen geometrik persimpangan sebidang, untuk dapat menghasilkan
suatu rancangan teknis yang baik dan mendekati keadaan yang sebenarnya
diperlukan suatu pertimbangan kebijakan-kebijakan sektor lainnya yang akan
dipengaruhi dan mempengaruhi.
Untuk mewujudkan hal tersebut keselarasan sektor lainnya, perlu adanya
ketentuan yang harus dipertimbangkan.
1. Persimpangan
Persimpangan adalan suatu area tempat bertemunya dua atau lebih ruas jalan
bergabung. Persimpangan mencakup area fasilitas yang dibutuhkan untuk
semua pengguna jalan; pejalan kaki, sepeda, kendaraan bermotor, dan
kendaraan penumpang umum. Dengan demikian, persimpangan tidak hanya
mencakup daerah perkerasan/lintasan kendaraan bermotor, tapi termasuk jalur
trotoar dan jalur penyeberang jalan. Persimpangan mencakup semua
perubahan (misalnya, mengubah jalur) ke penampang melintang yang khas dari
jalan berpotongan. Fitur-fitur utama dalam mendesain persimpangan, ada
empat hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Lingkungan/gunalahan sisi jalan dekat persimpangan sering berorientasi
pada tujuan wisata, iklan dan lansekap.
b) Sebagai tempat terjadinya konflik pergerakan lalu lintas, kendaraan
dengan kendaraan, kendaraan dengan pejalan kaki dan sebagainya.
c) Tempat dari fasilitas alat pengendali dan control lalu lintas. Tempat
control tersebut sering mengakibatkan penundaan perjalanan, namun
membantu mengatur lalu lintas dan mengurangi potensi konflik.
d) Kapasitas, dalam banyak kasus, kontrol lalu lintas di persimpangan
membatasi kapasitas jalan jalan yang berpotongan, yang didefinisikan
sebagai jumlah pengguna yang dapat diakomodasi dalam jangka waktu
tertentu.
Area persimpangan, seperti diuraikan tersebut di atas dan ditunjukkan pada
Gambar 1. di bawah ini, merupaka tempat keberadaan komponen-komponen
geometrik persimpangan sebidang, komponen tersebut yang harus diatur
sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis.
a) Pejalan kaki
Kebutuhan pejalan kaki harus dipertimbangkan dalam perancangan
persimpangan. Beberapa fitur penting yang perlu dipertimbangkan
seperti:
(1). Tempat penyeberangan sebidang bagi pejalan kaki, harus
berkesinambungan/aksesibilitas dengan fasilitas trotoar
sepanjang jalan pendekat.
(2). Kecepatan berjalan pejalan kaki, seperti dalam kondisi normal,
kecepatan berjalan pejalan kaki di trotoar dan penyeberangan,
yang berkisar dari 2,5 kaki per detik sampai 6 kaki per detik.
Orang tua pejalan kaki dan anak-anak muda umumnya berada
di bagian yang lebih lambat dari jangkauan ini. Kecepatan
berjalan 3,5 sampai 4 kaki per detik untuk waktu sinyal
penyeberangan diterima secara luas sebagai pedoman
kecepatan berjalan dalam penyeberangan.
(3). Kapasitas arus pejalan kaki atau jumlah pejalan kaki per jam
yang dapat diakomodasi oleh fasilitas dalam kondisi normal.
(4). Kontrol lalu lintas, pejalan kaki secara signifikan dipengaruhi
oleh jenis pengendali lalu lintas yang terpasang di
persimpangan, parameter kontrol khusus, dan operasi
kendaraan bermotor yang dihasilkan.
c) Kendaraan Bermotor
Karakteristik kendaraan bermotor yang penting harus diperhatikan
dalam mendesain persimpangan, seperti:
d) Angkutan Umum
Kendaraan rencana untuk kendaraan penumpang umum yang sesuai
dengan layanan kawasan perkotaan adalah "City-Bus". Kendaraan ini
panjangnya 40 kaki, lebarnya 8 kaki, dan memiliki jalur roda belakang
dan dalam yang membalik masing-masing 42,0 kaki dan 24,5 kaki. Bus
"mid-size", yang biasanya menampung 22 sampai 28 penumpang.
Interaksi mereka dengan elemen lalu lintas lainnya harus
diperhitungkan bila memungkinkan.
Pemberhentian kendaraan bus umum sering kali terletak di
persimpangan, baik sebagai pemberhentian di dekat sisi pendekat
persimpangan atau sebagai pemberhentian jauh di kaki keberangkatan
persimpangan. Lokasi dekat persimpangan sangat menguntungkan
dalam perpindahan moda.
Sebuah halte bus, entah di sisi dekat atau jauh, membutuhkan ruang
trotoar hingga jarak 50 sampai 70 kaki yang tidak terbebani oleh tempat
parkir. Penumpang biasanya membutuhkan 4 sampai 6 detik per orang
untuk naik bus, dan 3 sampai 5 detik untuk turun. Jumlah waktu
kendaraan transit akan menghalangi pergerakan lalu lintas dapat
3. Tipe Persimpangan
Tipe persimpangan ditentukan oleh jumlah kaki persimpangan dan sudut
pertemuan dari kaki persimpangannya, seperti;
a) Pertemuan tiga kaki persimpangan/ruas jalan tidak saling tegak lurus,
disebut tipe persimpangan Y.
b) Pertemuan tiga kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus, disebut
tipe persimpangan T.
c) Pertemuan empat kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus, disebut
tipe persimpangan X.
d) Pertemuan kaki persimpangan/ruas jalan lebihn empat, disebut
persimpangan lima, persimpangan enam dan seterusnya atau disebut
dengan persimpangan berkaki banyak.
Pertemuan antara kaki persimpangan disarankan untuk saling tegak lurus,
seperti ditunjukkan pada Gambar 3. yang terdiri atas:
4. Bentuk Persimpangan
Ada beberapa bentuk persimpangan yang masing masing jenis tersebut sangat
ditentukan oleh pembebanan volume lalu lintasnya yang diramalkan di ruas
jalan (kaki simpang), maka jenis persimpangan yang secara hirarki dimulai dari
pembebanan lalu lintas yang ringan sampai yang berat (padat) atau yang paling
sederhana sampai komplek, adalah jenis:
a) Persimpangan prioritas (tidak bersinyal).
b) Bundaran.
c) Persimpangan yang dikendalikan oleh isyarat lampu lalu lintas (APILL).
d) Persimpangan tidak sebidang atau persimpangan susun.
3. Kecepatan rencana
Kecepatan adalah, besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan
dibagi waktu tempuhnya (satuan m/jam atau mph).
Kecepatan rencana (VR) / design speed, adalah kecepatan yang dipilih sebagai
dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan bergerak
dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang
lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
Kecepatan Rencana digunakan untuk perencanaan:
a) tikungan,
b) kemiringan jalan,
c) tanjakan dan turunan,
d) jarak pandangan.
Kecepatan rencana di jalan utama yang melalui persimpangan harus sama dengan
kecepatan pada bagian ruasnya. Bagaimanapun, semua persimpangan sebidang
tidak menyarankan kecepatan rencana lebih 90km/jam sebagai kecepatan yang
aman. Karenanya, untuk kecepatan recana di atas 90km/jam, pilihan harus
dilakukan yaitu peningkatan persimpangan sebidang mejadi simpang susun atau
sebagai alternatif, batas kecepatan pada persimpangan harus diterapkan.
4. Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana tersebut, harus digunakan di mana jenis kombinasi truk akan
membuat pergerakan berbelok berulang-ulang. Ketika desain untuk kendaraan
tersebut diperlukan, pengaturan garis yang lebih sederhana dari gabungan tiga
kurva terpusat dipilih jika kendaraan yang lebih kecil membuat sesuatu
persentase yang cukup besar dari volume yang berbelok. Ini juga diperlukan untuk
menyediakan kanalisasi supaya mengurangi bidang perkerasaan.
Konsep kendaraan rencana sangat diperlukan. Kendaraan Rencana / kendaraan
standar (design vehicle), adalah kendaraan yang berat, dimensi, dan radius
putarnya dipilih sebagai acuan dalam merancang geometrik jalan, agar dapat
menampung kendaraan dari tipe yang telah ditentukan.
Kendaraan rencana yang akan dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan
ditentukan berdasarkan:
a) fungsi jalan
b) jenis kendaraan yang dominan memakai jalan tersebut
c) biaya.
Lokasi dan desain satu persimpangan akan dipengaruhi oleh banyak faktor
termasuk alinyemen dan kelas dari pendekat jalan, kebutuhan untuk
penyediaan drainase, lebar yang berhubungan dengan utilitas publik, akses
yang tepat dan adanya fitur lokal, serta hubungan atara buatan manusia dengan
alam.
6. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi, ini perlu dipertimbangkan terkait dengan manfaat yang akan
didapat, yaitu dengan dibangunnya persimpangan tersebut bisa memberikan
keuntungan yang sepadan untuk lalu lintas/pengguna jalan.
8. Kapasitas Jalan
Kapasitas Jalan, adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu
penampang jalan selama satu jam dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu.
Dinyatidakan dalam satuan mobil penumpang / jam.
Ada beberapa jenis kapasitas, yaitu:
a) Kapasitas dasar (basic capacity, ideal capacity), adalah jumlah kendaraan
maksimum yang dapat melewati satu penampang pada satu lajur / jalan
b) Selama 1 jam dalam keadaan jalan dan lalin yang mendekati ideal yang bisa
dicapai. Keadaan ideal (2200–2400 kendaraan/jam/lajur).
Kondisi ideal:
(1). Lebar lajur : 3,75 m
(2). Jalan harus dapat dilalui kendaraan dengan v = 120 km/jam tanpa
ada gangguan apapun.
(3). Hanya mobil penumpang saja yang lewat
c) Bahu jalan dan kebebasan samping cukup lebar.
C. KEBEBASAN PANDANG
Pandangan pengemudi saat mendekati persimpangan sebidang harus tidak
terhalang terhadap keseluruhan area persimpangan, dan panjang jalan
berpotongan harus cukup supaya pengemudi dapat mengendalikan
kendaraannya dan terhindar dari tabrakan.
Jarak pandang di persimpangan adalah jarak penglihatan yang dibutuhkan agar
aman saat berjalan melalui persimpangan. Jarak yang dibutuhkan tergantung
pada jenis kontrol lalu lintas di persimpangan, seperti; tidak terkendali,
terkendali, ada tanda berhenti, ada isyarat lampu lalu lintas dan saat untuk
mmelakukan manuver (belok kiri, belok kanan, atau lurus). Persimpangan yang
tidak terkendali paling membutuhkan jarak penglihatan. Jarak penglihatan
dengan jarak jauh merupakan faktor kunci apakah kontrol dengan hasil yang
2. Segitiga Pandang
Pengemudi bisa melihat lalu lintas di area persimpangan, harus adanya
pandangan yang tidak terhalang oleh bangunan atau objek lain sepanjang sudut
persimpangan. Hal ini dikenal sebagai segi tiga pandangan aman, seperti
ditunjukkan di Gambar 11.
axd a
db
da b
dan kecepatan kritis Vb adalah untuk jarak henti db. Rambu pada jalan B yang
menunjukan kecepatan aman untuk mendekati persimpangan harus betul-betul
ditempatkan sehingga pengemudi dapat mengurangi kecepatannya sampai Vb
pada saat ia tiba pada titik dengan jarak db dari persimpangan. Perhitungan
serupa bisa digunakan untuk menentukan jarak satu penghalang perlu
dimundurkan agar tersedia jarak pandang cukup untuk berkendara aman pada
kecepatan kendaraan yang diinginkan pada masing-masing jalan.
Untuk kasus ini, jika jalan utama adalah jalan satu arah, maka cukup satu segi
tiga pandangan pada arah lalu lintas yang mendekati suatu persimpangan yang
digunakan. Dengan cara yang sama, jika jalan utama mempunyai dua badan
jalan tanpa dipisahkan suatu median di tengahnya, maka akan diperlukan satu
lagi segi tiga pandangan ke sebelah kanan.
Jika jalan minor bertindak sebagai jalan satu arah untuk keluar dari jalan utama,
maka tidak diperlukan adanya segi tiga pandangan karena jarak pandang ke
depan yang disediakan untuk berbelok sudah cukup.
Kecepatan
Pengaturan dengan Sinyal
Rencana Jalan Pengaturan Stop
(Meter)
Utama (Pada Jalan Minor)
(km/jam) Antar Kota Perkotaan
60 240 170 105
50 190 130 80
40 140 100 55
30 100 70 35
20 60 40 20
S =D+W+L
Untuk desain yang menyeluruh, nilai asumsi D yang maksud yaitu 3m. Nilai L,
panjang keseluruhan kendaraan rencana dapat diasumsikan menjadi 5m untuk
mobil penumpang, 10m untuk truk unit tunggal dan 15m untuk semi trailer.
Untuk menguji apakah jarak pandang sepanjang jalan utama sudah mencukupi
pada suatu persimpangan, jarak tersebut harus diukur melalui tinggi mata
pengemudi yaitu 1,15m terhadap puncak obyek yang tingginya 1,4m yang
ditempatkan pada perkerasan.
Pada kondisi jalan yang terbagi, dimana lebar median lebih besar atau sama
dengan panjang kendaraan, dimungkinkan untuk memotong jaln utama dalam
dua tahap. Untuk jalan utama yang terbagi dengan lebar median kurang dari L,
maka lebar median harus merupakan bagian dari W.
D. ALINYEMEN PERSIMPANGAN
Secara geometrik, perencanaan jalan dibagi menjadi dua, yaitu perencanaan
alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal. Alinyemen horizontal atau trase
suatu jalan adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta,
yang bisaa disebut tikungan atau belokan. Sedangkan Alinyemen vertikal adalah
garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu jalan dengan
bidang permukan pengerasan jalan, yang bisaa disebut puncak tanjakan dan
lembah turunan (jalan turun/cembung).
1. Alinyemen Harizontal
Tinjauan alinyemen horizontal ditinjau secara keseluruhan, penetapan
alinyemen tersebut harus dapat menjamin keselamatan maupun kenyamanan
bagi pemakai jalan. Untuk mencapai tujuan ini antara lain perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Sudut persimpangan yang diperlukan antara dua jalan adalah antara 70°
dan 90°. Ketika jalan yang berpotongan bersudut kurang dari 70° maka
alinyemen dari jalan minor harus dimodifikasi.
2. Alinyemen Vertikal
Tinjauan alinyemen vertikal (lihat Gambar 15.) secara keseluruhan, harus dapat
memberikan kenyamanan kepada pemakai jalan disamping bentuknya jangan
sampai kaku. Untuk mencapai itu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Sebaiknya besarnya kelandaian bidang pada persimpangan harus dihindari.
Pada semua persimpangan dimana terdapat rambu BERI JALAN, rambu
STOP atau sinyal lalu lintas, gradien dari jalan yang berpotongan harus
sedatar mungkin sehingga bagian-bagian ini dapat digunakan sebagai ruang
simpan untuk tempat berhenti kendaraan di persimpangan. Kemiringan
bidang pada persimpangan harus kurang dari 3%. Ketika kondisi tersebut
membuat mahalnya suatu desain, maka kelandaian diperbolehkan dengan
tidak melebihi 6% dengan suatu penyesuaian tertentu ke dalam faktor-
faktor desain.
Pada Gambar 15. di bawah ini sebagai ilustrasi lokasi persimpangan secara
alinyemen vertikal.
larger
taper radius
single
radius single smaller
radius radius
taper larger
radius
A. Simple Radius B. Radius and Taper C. Turning Roadway
Geometrik desain pada belokan sudut lancip, diuraikan pada Tabel 10 di bawah
ini
Tabel 10 Kurva dan elemen desain sudut lancip
a) Persimpangan Bersinyal
Panjangnya ruang simpan dihitung sebagai:
L = 1, 5 x N x S
di mana N : Rata-rata jumlah kendaraan yang berbelok kanan
pada suatu siklus dari fase sinyal (kend.).
S : Rata-rata jarak antar kendaraan(m)
S = 6m untuk mobil penumpang
S = 12m untuk kendaraan angkutan besar yang lain Jika
perbandingan kendaraan angkutan barang tidak diketahui, S
= 7m bisa digunakan.
4. Lajur belok-kiri
Jalur belok kanan digunakan untuk menghilangkan perlambatan kendaraan
motor penggerak kanan dari arus lalu lintas, dan juga untuk menyediakan jalur
tambahan untuk penyimpanan kendaraan bermotor penggerak kanan.
=
127( + )
e (m/m)
V (km/jam) f 0 0,02 0,04 0,06 0,08
R1 (m)
20 0,34 10 9 9 8 8
30 0,28 25 23 22 20 19
40 0,23 55 50 45 43 40
50 0,19 104 93 85 78 72
60 0,17 167 149 135 123 112
80 0,16 315 280 252 229 210
Kecepatan
rencana Panjang* Lajur perlam-batan (m)
jalan
(termasuk panjang taper pendekat)
Pendekat
Dimana kecepatan rencana keluar dari lengkung (km/jam)
(km/jam)
0** 20 30 40 50 60 80
40 45 40 32 - - - -
50 50 54 46 32 - - -
60 80 74 64 50 28 - -
80 120 112 104 94 82 64 -
100 170 162 154 144 132 118 80
*Panjang untuk tingkat kemiringan (lihat Tabel 12) untuk koreksi kemiringan
** Panjang yang dibutuhkan saat kendaraan memperlambat hingga kecepatan 0
Catatan: Pada panjang lajur perlambatan menunjukkan kurangnya taper standar
Td, Td tidak perlu dikurangi
Rasio dari Tabel 16, dikali dengan panjang lajur dari Tabel 16 akan
menghasilkan lajur perlambatan pada suatu kelandaian.
Tabel 16 Perbaikan kemiringan
0 – 2% 1,0 1,0
e) Lajur percepatan
Pada kondisi pergerakan menerus dan belok kiri diperlukan untuk
bergerak berbarengan, dan perlu terdapat daerah yang
memperbolehkan dua arus lalu lintas untuk bergabung dengan
sudut kecil. Pada volume lalu lintas yang bergabung dan rendah,
atau pada simpang dengan sinyal lalu lintas, dapat disediakan
panjang, Tm, taper penggabungan pada tempat keluar (exit) belok
kiri.
Dimana volume lalu lintas penggabungan tinggi dan sinyal tidak
tersedia, pengemudi akan mencapai tempat keluar ke lajur belok
kiri mungkin akan mendapat gap yang cukup pada arus lalu lintas
menerus untuk bergabung. Pengemudi tersebut harus berada pada
lajur paralel sampai dengan kesempatan bergabung tersebut
muncul hingga dapat menyesuaikan kecepatannya untuk dapat
bergabung dengan arus menerus tersebut. Pada kondisi tersebut,
lajur percepatan dan taper penggabungan Tm harus diperhatikan.
Kecepatan
rencana jalan Panjang* Lajur percepatan (m)
yang akan
(termasuk panjang taper)
bergabung
Dimana kecepatan rencana keluar dari lengkung (km/jam)
(km/jam)
0** 20 30 40 50 60 80
40 65 45 35 - - - -
50 95 75 60 40 - - -
60 135 120 100 75 40 - -
80 230 215 200 180 145 100 -
100 330 315 295 275 250 205 100
*Panjang untuk tingkat kemiringan (lihat Tabel di bawah ini) untuk koreksi
kemiringan
** Panjang yang dibutuhkan pada saat kendaraan mempercepat dari kecepatan
0
Catatan: Pada panjang lajur percepatan ditunjukkan kurangnya taper standar
Tm, Tm tidak perlu dikurangi.
(km/jam) Semua
Stop 20 40 60 80
kecepatan
3 sampai
3 atau 4% nanjak dengan 4%
turunan
40 1,3 1,3 - - - 0,7
50 1,3 1,3 1,3 - - 0,7
60 1,3 1,3 1,3 - - 0,7
80 1,3 1,3 1,4 1,4 - 0,65
100 1,3 1,4 1,4 1,5 1,6 0,6
5 sampai
5 sampai dengan 6% nanjak dengan 6%
turunan
40 1,4 1,4 - - - 0,6
50 1,4 1,5 1,5 - - 0,6
60 1,5 1,5 1,5 - - 0,6
80 1,5 1,5 1,6 1,9 - 0,55
100 1,6 1,7 1,8 2,2 2,5 0,5
*Rasio dari tabel ini dikali dengan panjang pada Tabel 14 yang menghasilkan
panjang lajur perubahan kecepatan pada kemiringan.
Gambar 26. menunjukkan penggunaan lajur percepatan dan atau taper
penggabungan dengan lajur belok kiri.
110 18,5 8
o
Pulau lalu lintas dibentuk dengan marka pada perkerasan, kerb atau
kombinasi keduanya.
Aspek yang harus dipertimbangkan bentuk, lokasi, dan ukuran pulau:
(1). Pulau harus ditempatkan dan direncanakan agar garis
pergerakan jelas dan perubahan arah secara bertahap dan
teratur.
(2). Pada ujung pendekat pulau harus memiliki offset dari ujung
lajur lalu lintas dan dimulai oleh marka yang tepat pada
perkerasan seperti marka cevron.
Offset pendekat minimum adalah 1,0 meter.
Ukuran pulau harus memiliki offset dari lajur lalu lintas 0,3 meter atau
0,6 meter dimana kerb yang semi-mountable atau mountable
digunakan.
Untuk jalan dengan kecepatan rencana melebihi 80 km/jam, offset
harus ditingkatkan menjadi 0,6 meter dan 1,2 meter.
(1). Pulau timbul harus memiliki minimum luas 8m2.
Radius
Lebar pemisah luar W (m) R1 (m) R2 (m)
5 – 10 15 0,2
11 – 15 23 0,2
16 - 25 30 0,2
Lw = V √(W max)
Dimana:
LW = panjang pelebaran di dalam meter
v = kecepatan rencana dari jalan utama di km/jam.
W max = pelebaran dua bagian pelebaran (meter) pada setiap sisi garis
tengah
Contoh : W max= ½ dari total pelebaran Ww pada kasus yang simetris,
Wmax = Ww pada kondisi satu sisi yang dilebarkan.
Pada sisi luar badan jalan harus diperlebar sepanjang panjang yang sama
dengan pelebaran central walaupun jika pelebaran yang dibutuhkan tidak sama
dengan pelebaran central berkaitan perubahan lebar lajur.
Pelebaran sisi dalam dan sisi luar harus menerus sesuai alinyemen dan juga
elemen jalan lainnya. S atau lengkung belokan yang terdiri atas dua lengkung
pada umumnya penyediakan lengkung yang bersifat dinamis dan terlihat jelas.
Keterangan:
WL1 dan WL2 = lebar lajur dari lajur menerus
Td = panjang taper
R1 = belok dalam radius
(1). R1=R2=L/4W+W/4
(2). Y=Wx2/L2 x (3 – x/L)
Keterangan:
R1 dan R2 = radii lengkung S (meter)
L = Panjang pelebaran seksi tersebut (meter)
W = pelebaran (meter)
X = jarak dari lengkung lurus
Y = lateral offset dari tangen yang paralel
b) Pulau Pengarah
Pulau pengarah ditempatkan di bagian tengah jalan minor pada
persimpangan untuk membentuk pergerakan kendaraan belok dan untuk
mengendalikan kecepatan belok dan kendaraan yang menyeberang. Pulau
pengerah pun menyediakan ruang untuk alat pengatur lalu lintas dan juga
tempat berlindung pejalan kaki.
Pulau pengarah juga direncanakan untuk:
(1). bentuk dan lokasi pulau harus dapat dilewati kendaraan rencana
pada saat masuk dan meninggalkan jalan utama.
(2). Pulau bagian depan dibentuk oleh jejak roda dalam (rear end)
untuk membimbing lalu lintas pendekat.
(3). Lebar terbesar pulau harus antara 3,0 m sampai dengan 5,0m pada
panjang pulau pengarah antara 20m sampai dengan 35m.
(4). Pulau harus dilengkungkan, dan disarankan semi-mountable dan
memiliki offset 0,3 meter.
(5). Rambu penunjuk arah harus ditempatkan pada kedua ujung pulau.
Rambu peringatan harus ditempatkan jika tidak mengganggu
pandangan pengemudi.
Gambar 39. dan Gambar 40 menunjukkan rencana umum pulau pengarah
yang dapat digunakan.
Langkah kerja:
(1). Tentukan garis 1, buang bagian tepi terdekat lajur menerus dan
garis centerline jalan minor sebagai indikasi
(2). Tentukan garis 2 dan 3 secara paralel ke garis 1 pada jarak 0,5W3.
(3). Gambar lingkaran 4 dengan radius R1 (melingkar ke seluruh m)
lurus ke garis 2 dan tepi terdekat offside melalui lajur
a <70o >110 o
R1 11 12
R2 13 13-15
Langkah Kerja:
(a). Rubah bagian garis lurus dengan menggunakan
lengkung 1 dengan radius RA>50m.
(b). Lengkung harus perpendicular ke tepi terdekat
lajur menerus.
(c). Tentukan garis 2 perpendicular ke tepi lajur
menerus melalui titik pada jarak W3 dari titik pada
lengkung 1 yang berjarak 10 meter dari tepi lakur
menerus.
(d). Gambar lingkaran 3 dengan radius R1 (melingkar
ke seluruh m) lurus ke garis 2 atau lengkung 1 dan
tepi terdekat offside melalui lajur
Kode
LT/RT %
Jenis Jumlah Jumlah
Median LTOR Median LTOR
Lajur Lajur
10/10 25/2.5
311 1 N N 1 N N 32 32
312 2 Y N 1 N N 32 32
322 2 Y N 2 Y N 32 32
333 3 Y N 3 Y N 33 33
333L 3 Y Y 3 Y Y 33 33
411 1 N N 1 N N 42 42
412 2 Y N 1 N N 42 42
422 2 Y N 2 Y N 42 42
422L 2 Y Y 2 Y Y 42 42
433L 3 Y Y 3 Y Y 44 44B
Tetapkan Tipe
Persimpangan
(Gambar 3) PROSES Rancang
Teknis Simp
Tetapkan Kendaraan
Rencana
Tetapkan Kecepatan
Faktor Yang
Rencana
Mempengarihi
Perencanaan
Hasil latihan diberitahukan kepada siswa dan diikuti dengan penjelasan tentang
hasil kemajuan siswa. Kegiatan memberitahukan hasil tes tersebut dinamakan
umpan balik. Hal ini penting artinya bagi siswa agar proses belajar menjadi efektif,
efisien, dan menyenangkan. Umpan balik merupakan salah satu kegiatan
instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes
formatif dan mendapatkan umpan balik. Siswa yang telah mencapai hasil baik
dalam tes formatif dapat meneruskan ke bagian pelajaran selanjutnya atau
mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetauan yang telah
dipelajarinya. Siswa yang mendapatkan hasil kurang dalam tes formatif harus
mengulang isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional
yang sama atau berbeda. Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus
dilakukan siswa merupakan salah satu bentuk pemberian tanda dan bantuan
kepada siswa untuk memperlancar kegiatan belajar selanjutnya.
C. KUNCI JAWABAN
BAB 2
1. Pertama adalah; Undang-Undang (UU), Peraturan Perintah (PP),
Kepres, Permen, Pedoman, Surat Edaran (SE).
BAB 3
1. Karena jalan direncankan harus memberikan pemenuhan aspek;
aman, lancar dan efisien bagi penggunanya (lalu lintas). Jadi
pemenuhan aspek tersebut merupakan suatu prinsip dalam
merencanakan dan mengoperasikan persimpangan sebidang.
BAB 4
1. Persimpangan adalah pertemuan tiga atau lebih ruas jalan di suatu
area/ titik dalam melayani pola pergerakan lalu lintas yang datang
dan pergi dari dan ke berbagai arah.