Anda di halaman 1dari 12

Saduran Cerita Legenda

Judul : Angsa Emas

Voice Talents :
 Narator :
 Pak Sastro (50 Tahun) :
 Bu Sastro (45 Tahun) :
 Budiman (25 Tahun) :
 Kakek (95 Tahun) :
 Raja Inderawangsa (55 Tahun) :
 Puteri Kuntum Melati (20 Tahun) :
 Crowded Penduduk (All Ages) :

Opening: Theme Song

Narator: Selamat berjumpa, selamat bertemu kembali dengan kami. Kali ini
kami akan memberikan cerita yang menarik sekali yang berjudul
“ANGSA EMAS”.

Music Up Beat

Narator: Pada jaman dahulu kala di Desa Ambarejo tinggallah sebuah keluarga
petani. Desa itu terletak di tepi hutan. Petani itu memiliki tiga anak
lelaki, yang bungsu bernama budiman. Budiman dianggap oleh orang
tua dan masyarakat sebagai anak yang dungu. Suatu ketika Pak
Sastro menyuruh anak sulungnya menebang kayu di hutan, ternyata si
sulung tidak berhasil menebang kayu itu bahkan tangannya luka
terkena kapak. Anak kedua juga disuruh menebang kayu di hutan.
Anak kedua ini pun tidak berhasil menebang kayu bahkan tangannya
juga luka terkena kapal. Pak Sastro tidak punya pilihan lain selain
menyuruh anak ketiga yang dianggap dungu itu untuk pergi menebang
kayu di hutan.

Music Song 1

Segment 1 – Kampung Budiman


Talents: Pak Sastro, Bu Sastro, Budiman

Sfx Suasana kampung


Pak Sastro: Mak, bagaimana ya. Kedua anak kita tidak berhasil menebang kayu
padahal kita butuh kayu bakar dan peralatan dari kayu, pondok kita
rusak.
Bu Sastro: Ya bagaimana lagi toh Pakne, si Budiman itu harus pergi.
Pak Sastro: Hmm yah mana mungkin toh Mak, sedangkan dua anak yang pandai
itu tak berhasil. Budiman yang bodoh begitu mana mungkin dapat
berhasil Mak.
Bu Sastro: Iya... iya Pak. Anak kita yang satu ini kenapa begitu bodoh dan
lembek. Dikirim pun jangan-jangan dia tidak berhasil.
Pak Sastro: Heuhhh mungkin sama, ya tidak berhasil.
Budiman: (Menyanyi dari kejauhan, contd.)
Bu Sastro: Nah itu dia. Kalau menyanyi suaranya juga sumbang
Pak Sastro: He’eh... hahaha
Bu Sastro: Mana mungkin dia berhasil ya Pakne.
Pak Sastro: Yaaa tapi siapa tahu toh Mak. Coba aku panggil... Budiman, Budiman
sini.
Budiman: (Menyanyi, contd.) Iya Pak.
Bu Sastro: Saya siapkan bekal dulu ya Pakne.
Pak Sastro: Iya sana. Ndak usah enak-enak untuk nguji dia.
Budiman: Bapak memanggil saya.
Pak Sastro: Iya. Duduk, duduklah, ayo.
Hei kedua kakakmu gagal menebang kayu di hutan tidak ada pilihan
lain kecuali dirimu untuk menebang kayu itu, hehhh.
Bu Sastro: Kebutuhan kayu sudah sangat mendesak Budi. Kau sanggupkan
menuruti permintaan Ayahmu itu.
Budiman: Sanggup Bu. Saya pasti bisa.
Pak Sastro: Hei kau begitu yakin ya nak yah.
Bu Sastro: Padahal biasanya kau selalu gagal kalau harus mengerjakan tugas-
tugas ringan. Kau begitu yakin Budi.
Budiman: Saya yakin, Bu. Kalau saya tidak berhasil lalu siapa lagi yang berhasil
mendapatkan kayu. Bapak kan sudah tua.
Bu Sastro: Kalau begitu ini nasi dan teh untuk bekal perjalananmu Budi.
Pak Sastro: Lho lho lhooo... kok nampaknya nasinya hitam dan tehnya kok seperti
itu Mak.
Budiman: Biarlah Pak. Jelek pun tidak mengapa.
Bu Sastro: Nak, makanlah seadanya sebelum kau mencapai sesuatu, yaa.
Setelah kau mencapai sesuatu yang berarti barulah kau boleh makan
yang enak.
Pak Sastro: Nah ini kapak dan talinya ya nak yah.
Budiman: Iya. Pak, Bu. Saya mohon ijin dan doakan saya semoga saya dapat
berhasil menebang kayu di hutan ya Pak, Bu.
Bu Sastro: Ibu sertakan doa Ibu, Budi.
Pak Sastro: Hati-hati ya nak yah...

Music Up Beat

Segment 2 – Tepi Hutan


Talents: Budiman, Kakek

Narator: Budiman dengan pikiran mantap menuju ke hutan. Ditengah perjalanan


Ia menjumpai orang tua yang sedang mengemis.

Sfx Suasana hutan

Kakek: Tolonglah saya tuan. Saya orang tua yang kelaparan, tolonglah saya.
Berikan makan kepada orang yang kelaparan ini. Tolonglah saya tuan.
(reaksi kepayahan, contd.)
Budiman: Kakek... kakek, tidak apa-apa? Mari sini kek.
Kakek: Orang muda akan kemanakah kau?
Budiman: Saya disuruh orang tua saya untuk menebang kayu di hutan kek.
Mengapa kakek di sini, kek?
Kakek: Berhari-hari saya duduk di sini, meminta belas kasihan orang-orang
yang lewat untuk sekedar mendapatkan seteguk air... sesuap nasi.
Saya kelaparan... namun sudah lima hari tak seorang pun berbelas
kasih pada saya.
Budiman: Kalau begitu kakek juga melihat kedua kakakku lewat di sini ya, kek?
Kakek: Dua pemuda yang juga membawa kapak seperti kamu.
Budiman: Iya kek. Kapak ini juga yang dibawanya.
Kakek: Oh betul... Dua pemuda itu tak tahu belas kasihan. Ia mencibirku, tak
mau memberikan sedikit pun nasi dan minuman untukku.
Budiman: Keterlaluan sekali.
Kakek: Aku lihat kau juga membawa bekal, nak. Aku minta sebagian saja.
Budiman: Wahhh tapi ini hanya nasi hangus dan teh yang tidak enak, kek.
Apakah kakek mau?
Kakek: Dalam suasana lapar tidak mungkin menolak makanan. Beri aku
sebagian saja ya.
Budiman: Semuanya saja kakek makan, ya.
Kakek: Lho... lho bagaimana nanti kamu sendiri, hah.
Budiman: Sayakan masih muda kek. Saya bisa mencari buah-buahan di hutan.
Ini kek terimalah.

Music Up Beat
Sfx Magical sound

Budiman: Lhooo... Kek. Nasi dan minumanku berubah menjadi nasi dan
minuman yang melezatkan.
Kakek: Pemberian yang diberikan dengan hati yang jujur dan tulus akan
menjadi sesuatu yang sangat berharga. Silahkan, terimalah sebagian.
Budiman: Tidak kek. Kakek makanlah saja.
Kakek: Terima kasih anak muda. Kau ternyata anak yang baik. Aku akan
selalu menolongmu. Jika kau menebang kayu di hutan aku akan
menolongmu juga dan sebagai hadiah nanti di dalam kayu itu akan kau
temukan sesuatu yang akan mengangkat derajat hidupmu.

Music Up Beat
Sfx Magical sound

Budiman: (Kakek menghilang) Hahhh... Kek, kakek.


Kakek: (Echoing) Teruskan perjalananmu jika ada kesulitan carilah aku.

Music Up Beat

Segment 3 – Hutan
Talents: Budiman, Kakek

Narator: Budiman heran ternyata dengan mudahnya ia bisa menebang kayu di


hutan. Ia mengikuti nasehat kakek itu agar mencari sesuatu di dasar
kayu itu dan ternyata di sana ditemukan seekor angsa emas.

Sfx Suara Angsa (contd.)


Budiman: Oh... ajaib sekali. Ternyata ada seekor angsa emas di sini. Angsa
emas... bulu-bulunya keemasan sangat indah. Wah... kalau begitu
sebaiknya aku tidak segera pulang. Akan kujelajah beberapa kota
untuk menunjukkan angsa emas ini kepada orang-orang di kota.
Baiklah, kutulis surat untuk ayah dan kakakku supaya mereka sendiri
mengambil kayu yang sudah kutebang ini.

Sfx Suara Angsa seperti kegirangan (contd.)

Kakek: Jadi kau berniat mengembara membawa angsa emas itu.


Budiman: Iya, benar kek.
Kakek: Hehehee... Kelak kau akan bertemu dengan seorang raja pada sebuah
negeri besar jika ada kesulitan carilah aku.
Budiman: Baik kek. Saya minta tolong agar ayah dan kakak saya dapat
mengambil kayu yang sudah saya tebang ini, kek.
Kakek: oh, hehehee... baik.
Budiman: Dan doakanlah saya ya kek.
Kakek: Iya, ya... berangkatlah dengan tekad yang lurus dan jujur.

Music Up Beat

Segment 4 – Tepi Kota


Talents: Budiman, Orang 1, Crowd Penduduk

Narator: Budiman mengadakan perjalanan ke kota-kota. Pada suatu hari,


budiman sedang tidur di sebuah penginapan angsa emas itu lepas dan
berjalan sendiri di luar kamar. Angsa emas itu menjadi tontotan banyak
orang.

Sfx Suasana kota (contd.)


Suara Angsa (contd.)

Crowd: - Wahhh... angsa yang indah sekali...


- Heiii... ada angsa kok begitu bagus...
- Bukan main bagusnya...
- Bulunya bagus yaaa...
- Bulunya indah keemasan...
Contd.
Orang 1: Alangkah baiknya kalau aku tangkap angsa itu. Emasnya pasti bisa
aku jual. Jika bulu-bulunya aku cabuti akan aku miliki emas yang cukup
untuk biaya hidupku. Awas ya aku tangkap kau... aduhhhh, kurang ajar
lari kau ya. Aku tangkap kau yaaa... tolong... tolong.

Sfx Suasana kota (contd.)


Suara Angsa (contd.)

Crowd: - Waduhh... kenapa itu Ratri.


- Awasss Pak Wongso... jangan mendekat.
- Aku duluan...
- Aku dulu...
- Angsa ini milikku.
Contd.

Music Up Beat

Narator: Setelah angsa itu dapat ditangkap oleh Ratri dan beberapa penduduk
ternyata tangan mereka melekat pada angsa itu. Tangan itu tidak
dapat dilepaskan.
Budiman: Lho angsaku yang manis, kenapa kau jadi tontonan begini.
Crowd: - Tuan, tolong tuan.
- Tolonglah kami tuan.
- Tolong tuan saya menempel.
- Tolong tuan...
- Tolong...
Contd.
Budiman: Wahhh... aku tidak bisa menolong kalian. Eh tapi baiklah kita
mengadakan perjalanan mungkin nanti ada yang bisa menolong
Crowd: - Waduh bagaimana ini.
- Ya sudah kita ikuti saja.
- Mau bagaimana lagi.
- Mari tuan semoga ada yang bisa menolong kita.
- Ayooo...
Contd.

Music Up Beat
Segment 5 – Kota Inderapura
Talents: Budiman, Orang 1, Orang 2, Crowd Penduduk

Narator: Budiman dengan angsa emas yang ditempeli oleh beberapa penduduk
yang berniat jahat itu berjalan jauh sampai ke suatu negeri bernama
Inderapura. Diperjalanan ada seseorang yang mengejek dan
menertawakan Budiman.

Sfx Suasana kota (contd.)


Suara Angsa (contd.)

Crowd: - Tolong Pak, lepaskan saya dari angsa ini.


- Tolong saya.
Contd.
Orang 2: Hahahaha... ada orang-orang bodoh menempelkan dirinya ke angsa.
Hahahahaha... hei lepaskan dirimu dari angsa itu, masa iya kalian
kalah sama angsa... hahahahahaa
Crowd: - Tidak bisa Pakle, tolonglah.
- Tolong aku Pakle, tolonggg.
- Tolong Pakle...
Contd.
Orang 2: Hei, jangan panggil aku Pakle ya, tuan begitu, Hah!
Crowd: - Iya tuan, tolong aku tuan besar.
- Tolong kami tuan besar.
- Tuan besar tolong kami.
Contd.
Orang 2: Nah begitu. Hahahaha... kalian ini semua orang-orang bodoh, ini juga
pemuda. Kenapa enak-enakan saja tidak menolong teman-temanmu,
hah!
Budiman: Ehh... eh aku pemilik angsa emas itu pak.
Orang 2: Ohhh... jadi kau ya yang mengikat orang-orang itu, iya! Biadap
tindakanmu itu, heh!
Budiman: Aku juga tidak bisa menolong mereka pak. Kalau bapak bisa menolong
yaaa, silahkan saja pak.
Orang 2: Hmm... jadi kau ini sama bloonnya dengan yang lain. Hmm baik, ini
lihat akan ku tolong mereka ini... Kemari kamu angsa, kemari kamu...
aduhhhh, wahhh aduhhh ahhhhh...

Sfx Suasana kota (contd.)


Suara Angsa meninggi (contd.)
Music Up Beat

Segment 6 – Kota Inderapura


Talents: Budiman, Kakek

Narator: Ketika angsa dan orang-orang yang melekat padanya tertidur karena
kelelahan. Tiba-tiba ajaib datanglah Kakek yang dulu ditolong oleh
Budiman.

Budiman: Syukurlah kek. Kakek datang tepat pada waktunya.


Kakek: Kau dalam kesulitan, nak.
Budiman: Iya kek. Lihatlah kek, angsa emas itu telah membuat kesulitan besar.
Empat orang melekat padanya. Bagaimana aku dapat lepas dari
kesulitan ini kek.
Kakek: Oh hahaha... jangan mudah putus asa anak muda. Coba kau lihat
pengumuman ini.

Music Up Beat

Budiman: Hah! Jadi di negeri Inderapura ini ada sayembara, kek.


Kakek: Iya. Raja Inderawangsa akan mengambil menantu kepada siapa saja
yang bisa membuat sang puteri tertawa. Ternyata puteri itu tidak
pernah bisa gembira atau tertawa.
Budiman: Aku masih belum paham maksud kakek?
Kakek: Dengan angsa emasmu itu sang puteri pasti akan tertawa melihatnya
dan kau akan menjadi putera menantu baginda.
Budiman: Tapi dimanakah Kerajaan Inderapura itu, kek?
Kakek: Hahahaha... kau ini heuhhh... ya inilah Kerajaan Inderapura itu.
Bersiap-siaplah agar kau dapat mengikuti sayembara.
Budiman: Kakek kelihatannya yakin sekali, kek.
Kakek: Aku akan membantumu anak muda.

Music Up Beat
Segment 7 – Kerajaan Inderapura
Talents: Budiman, Raja, Puteri, Orang 1, Orang 2, Crowd Penduduk

Narator: Raja Inderawangsa sedang berusaha menghibur puteri tunggalnya


dengan segala macam hiburan namun puteri itu tidak pernah mau
tertawa bahkan tersenyum pun tidak.

Raja: Puteriku, apakah kau akan tetap cemberut begitu, hah. Kau tidak
pernah mau menunjukkan rasa bahagiamu.
Puteri: Ayahanda, hamba tidak akan tertawa sebelum ada pemuda yang bisa
membuat aku tertawa, ayah.
Raja: Sudah banyak pemuda yang berusaha membuatmu tertawa namun
kau tetap saja tidak mau tertawa.
Puteri: Bagaimana hamba tertawa ayah kalau memang tidak ada kelucuan di
dalamnya.
Raja: Puteriku, ayah takut jangan-jangan yang mampu membuatmu tertawa
itu badut miskin, tukang ngamen pinggir jalan. Karena siapapun yang
mampu membuatmu tertawa akan ayah jadikan menantu.
Puteri: Ayah, hamba tidak peduli bagaimana pun wujud pemuda itu, ayah.
Raja: Tidak. Kalau pemuda itu gembel miskin, ayah akan membuat syarat
tambahan.
Puteri: Apa? Ayah tidak adil namanya.
Budiman: Ampun beribu ampun baginda. Perkenankanlah hamba untuk
mengikuti sayembara yang baginda adakan.
Raja: Nah sungguh apa kataku, yang datang kali ini lain dari yang lain.
Pemuda gembel macam itu.
Puteri: Ayah harus berbuat adil. Bagaimana pun wujud pemuda itu harus
diterima dengan baik ayah.
Raja: Hmm... ya, baiklah. Nah pemuda apakah kau sudah siap, ehh siapa
namamu?
Budiman: Nama hamba Budiman, baginda. Anak petani dari desa Ambarejo.
Raja: Budiman. Hmm... baik. Bawalah perlengkapan yang akan kau perlukan
untuk membuat anakku tertawa.
Budiman: Baik baginda raja.
Crowd: - Aduhhhh...
- Tolong baginda.
- Baginda tolong kami.
Contd.
Budiman: Nah inilah barang milik hamba baginda.
Puteri: Ahhh... Hahahahahahaa. Ayah, hahahahahaa... lucu sekali angsa itu,
bisa menyeret empat orang, ayah... Hahahahahaa.
Raja: Iya, iyaaah.... Hahahahahaaa.
Puteri: Lucu sekali ya ayah... Hahahahaa
Raja: Kau bisa membuat kelucuan Budiman. Hahahahaaa...
Puteri: Mereka saling bertengkar ayah. Hahahahaaa... Pemuda, angsa itu
saya minta boleh ya? Hahahahaaa...
Budiman: Eh... ehhh, baiklah Puteri. Eh... dengan cara itu apakah saya eh...
Puteri: Iya, iyahhh. Kau telah memenangkan sayembara ini pemuda.
Budiman: Wahhh... Puteri, bawalah angsa itu ke taman kerajaan dan tolonglah
juga keempat orang yang melekat ke tubuh angsa itu agar bisa
terlepas.
Crowd: - Tolonglah hamba tuan puteri...
- Hamba juga tuan puteri tolonglah.
- Hamba juga minta tolong tuan puteri, aduhhh.
Contd.

Music Song 2

Raja: Ohhh tidak... Sayembara ini belum selesai. Kau baru dinyatakan
menang kalau kau dapat mencari orang yang dapat menghabiskan
anggur sebanyak satu tempayan, memakan nasi tumpeng sebesar
gunung dan mengendarai perahu baik di darat maupun di laut.
Budiman: Ouhhh... baginda. Janji baginda kan tidak demikian.
Raja: Aku rasa belum cukup aku menguji orang yang pantas menjadi
menantuku. Nah, akan aku siapkan anggur, tumpeng dan kapal itu.
Budiman: Wahhh... tetapi dimana hamba harus mencari orang-orang itu baginda.
Raja: Jangan bertanya padaku. Cepat carilah orang yang dapat meminum
anggur itu, makan tumpeng dan mendayung perahu di darat dan di laut
atau kau tidak akan pernah pulang kembali ke kerajaan.
Budiman: Owhh... ba... baiklah, baiklah baginda. Hamba mohon diri.
Music Up Beat

Segment 8 – Tepi Kota Inderapura


Talents: Budiman, Kakek

Kakek: Hei anak muda. Kaukan sudah memenangkan sayembara, bukan.


Dimana angsa emasmu itu?
Budiman: Angsa itu dibawa oleh sang puteri, kek dan saya masih harus mencari
orang yang mampu meminum anggur setempayan, makan tumpeng
segunung besarnya serta mengayuh perahu yang bisa berlayar di
darat dan di laut, kek.
Kakek: Wohohohohoo... kalau begitu raja ingkar akan janjinya. Tadinya ia
akan menerima siapa saja yang mampu membuat sang puteri tertawa
ternyata sekarang syarat itu ditambah.
Budiman: Dan ternyata syaratnya lebih berat, kek.
Kakek: Wohohohohoo... jangan kuatir lihatlah diriku.

Sfx Magical sound

Narator: Ajaib sekali... ternyata kakek itu telah berubah menjadi raksasa yang
sangat besar.

Kakek: WHAHAHAHAHAAA... Hmm Budiman, bawalah aku menghadap raja.


Akan aku makan semua hidangan yang diberikan oleh raja.
Budiman: Owhhh... Kek. Kakek... kaukah itu??? Ohhh aku tidak percaya.
Kakek: WHAHAHAHAHAAA... cepat bawalah aku kesana.

Music Up Beat

Segment 9 – Kota Inderapura


Talents: Budiman, Kakek, Raja, Puteri

Raja: Budiman, kau datang lagi... dan kau membawa orang yang sangat
besar.
Kakek: WHAHAHAHAHA... hai raja yang baik hati. Aku akan makan tumpeng
dan minum anggur yang kau sediakan, heuuu. Manakah itu?
Raja: Ehhh... baik. Silahkan... silahkan.

Music Up Beat
Kakek: (Bertahak) Hmmm... WHAHAHAHAA. Tumpeng sudah aku makan dan
anggur telah aku minum. Nah, kawinkan Budiman dengan puterimu.
Raja: Oh Tidak! Masih ada satu syarat lagi. Kemudikan perahu itu di darat
dan di laut.
Kakek: Kau tidak akan mengelak lagi, bukan? Kalau mengelak lagi kerajaan ini
aku musnahkan!
Raja: Ohhh tidak... tidak.
Kakek: Budiman masuklah ke perahu itu. Angsa emas akan terbang rendah
menerbangkan perahu itu dan begitu sampai di laut akan berlayar
dengan tenangnya kemudian akan kembali lagi ke sini.
Budiman: Lalu orang-orang yang melekat tadi kek?
Kakek: Mereka adalah bandit-bandit kota. Dengan hukuman itu mereka akan
jera. Kini mereka telah lepas, cepatlah berangkat.
Budiman: Baiklah, kek.

Music Up Beat

Segment 10 – Kota Inderapura


Talents: Budiman, Kakek, Raja, Puteri

Budiman: Baginda, saya telah kembali.


Raja: Wow... Budiman, baiklah. Kau akan aku kawinkan dengan puteriku.
Puteri Kuntum Melati. Bagaimana Puteriku?
Puteri: Iya ayah. Ayah telah mencoba kanda Budiman lebih dari semestinya.
Ayah harus menepati janji.
Kakek: Hmmm... aku menjadi saksi. Akan aku panggil orang tua Budiman agar
menyaksikan hari bahagianya.
Budiman: Ohhh... terima kasih, kek.

Narator: Demikianlah pendengar sekalian. Akhir cerita dari Budiman, seorang


yang memiliki angsa emas, hati yang luhur, dan penuh ketulusan
akhirnya mendapatkan balasan yang sepadan.

Anda mungkin juga menyukai