1. PENDAHULUAN
LARAS BAHASA
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk adalah
dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. kesesuaian antara bahasa
dan
Jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.
fungsi pemakaiannya. Dalam hal itu, kita mengenal berbagai
laras, seperti laras iklan, laras lagu, laras ilmiah, laras ilmiah
populer, laras feature, laras komik, laras sastra. Setiap laras
masih dapat dibagi lagi atas sublaras, misalnya laras sastra
dapat dibagi lagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel,
dan sebagainya.
2. LARAS ILMIAH
Karya tulis ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri.
KARYA TULIS ILMIAH
Sebuah karya tulis fiksi, atau sering disebut karya sastra, bukan
merupakan ekspresi diri penulisnya yang dihasilkan dari karya ekspresi diri.
imajinasi penulis. Hasil karya penulis merupakan hasil
rekaannya sendiri berdasarkan realitas di sekelilingnya. Oleh
karena itu, hasil karyanya disebut karangan dan penciptanya
disebut pengarang (Soeseno, 1993: 1).
A. Menyajikan fakta
Persyaratan lain bagi sebuah tulisan untuk dikategorikan objektif secara
sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, sistematis atau
menyajikan aplikasi
2002). hukum alam pada
situasi spesifik.
a. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara B. Ditulis secara cermat,
sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada tepat, benar, jujur, dan
tidak bersifat terkaan..
situasi spesifik. C. Harus disusun secara
sistematis.
b. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, D. Menyajikan rangkaian
sebab-akibat yang
dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur mendorong pembaca
terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni untuk menarik
pencantuman rujukan dan kutipan yang jelas. kesimpulan.
E. Mengandung
pandangan yang
c. Karya ilmiah harus disusun secara sistematis, setiap disertai dukungan dan
langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, pembuktian
berdasarkan suatu
dan prosedural. hipotesis.
F. Ditulis secara tulus.
d. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat G. Pada dasarnya bersifat
dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang ekspositoris.
4. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
1. PENDAHULUAN
Salah satu tugas yang harus dipenuhi, baik dalam sistem
pemelajaran berdasarkan masalah (Problem-based
Learning/ PBL) maupun sistem pemelajaran berkolaborasi
(Collaborative Learning/CL), adalah penyusunan tugas
mandiri. Tugas mandiri disusun oleh setiap anggota
kelompok mahasiswa CL dan PBL dalam rangka
menyumbangkan pemikiran bagi kelompoknya pada saat
mengerjakan pemicu. Ada tiga bentuk tugas mandiri:
(1) ringkasan TUGAS MANDIRI
(2) ikhtisar atau abstrak 1. Ringkasan
2. Ikhtisar atau Abstrak
(3) laporan bacaan jika mahasiswa diminta untuk
3. Laporan bacaan
melaporkan isi sebuah buku.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah-langkah pembuatan laporan bacaan sama dengan MEMBUAT
langkah-langkah pembuatan ringkasan dan ikhtisar. LAPORAN BACAAN
(1) Membaca teks yang dibutuhkan. Teks dapat diambil dari 1. Membaca teks yang
dibutuhkan
buku, artikel, atau internet. 2. Menandai atau
mencatat bagian-
(2) Menandai atau mencatat bagian-bagian yang dianggap bagian yang dianggap
penting
penting. 3. Menyusun laporan
4. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset Yogyakarta.
Wishon, George E. dan Burks, Julia M. 1968. Let’s Write English. New York: American
Book Company.
Aborsi dalam pengertian medis berarti kelahiran janin yang belum dapat mempertahankan
hidup. Aborsi dapat terjadi pada setiap wanita hamil karena berbagai sebab. Ada dua cara aborsi:
tidak sengaja alias keguguran (abortus apontaneous) dan sengaja (abortus provocatus). Aborsi
dengan sengaja masih terbagi dua: abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus
criminalis. Abortus provocatus medicinalis dilakukan dokter untuk keselamatan si ibu. Tindakan
itu dilindungi oleh pasal 48 KUHP sebagai alasan pemaaf. Sementara itu, aborsi yang dianggap
sebagai kejahatan adalah aborsi dengan cara yang kedua, yakni aborsi yang sengaja dilakukan
dengan alasan nonmedis terhadap janin yang sedang dikandung.
Keberadaan aborsi senantiasa menimbulkan pendapat pro dan kontra dalam masyarakat. Di
beberapa negara, aborsi dilarang keras. Pelakunya diancam hukuman yang relatif berat.
Sebaliknya, di sejumlah negara lain abortus diperbolehkan. Di Amerika Serikat, Jerman, dan RRC
yang sudah memiliki undang-undang yang mengizinkan aborsi, ternyata pengguguran
kandungan masih terus diperdebatkan. Di Amerika Serikat, sekitar 70.000 aktivis wanita
antiaborsi, akhir-akhir ini, melakukan unjuk rasa agar Mahkamah Agung di negara superkuat itu
mengkaji kembali UU Aborsi.
Di Indonesia, pengguguran kandungan secara tegas dilarang dan diancam hukuman pidana.
Hal itu tercermin dalam pasal 299, 346, 348, dan 349 KUHP. Pasal-pasal itu tidak hanya berlaku
bagi wanita yang melakukan tindakan aborsi, tetapi, juga bagi orang yang menyuruh melakukan
maupun pelaku aborsi, seperti dokter, bidan, atau dukun. Pasal-pasal tersebut menetapkan
sanksi yang relatif berat bagi pelanggar.
Sementara, dalam hasil penelitian Prof. Dr. Tjitrarasa (1994) dari perkumpulan KB di Bali,
ditemukan bahwa satu juta wanita Indonesia melakukan aborsi setiap tahun. Dari jumlah
tersebut, kira-kira 50 persen dilakukan oleh wanita yang belum menikah dan 10 sampai 25
persen di antaranya dilakukan oleh remaja. Harian Republika (1994) dalam laporannya
menyebutkan bahwa 328 pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta melakukan aborsi dalam kurun
Januari—Oktober 1993. Jumlah itu menunjukkan peningkatan 300 persen dari jumlah aborsi
tahun sebelumnya. Semuanya karena kehamilan yang tidak dikendaki, bukan karena alasan
medis.
Mencari faktor penyebab terjadinya praktik aborsi di Indonesia tidaklah mudah. Ada
beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab meluasnya praktik aborsi.
Pertama, meningkatnya perilaku permisif dan seks bebas di kalangan remaja, baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Hal itu dibarengi dengan kurangnya pengetahuan dan
pemahaman remaja mengenai akibat hubungan seksual dan cara pencegahan kehamilan.
Akibatnya, jika terjadi kehamilan di luar pernikahan, mereka cenderung memilih abortus sebagai
alternatif utama.
Kedua, mudahnya melakukan aborsi sendiri, seperti dengan melakukan gerakan tertentu
(loncat, berlari kencang) atau minum ramuan tertentu yang mudah diperoleh di pasar bebas.
Apabila cara itu gagal, barulah wanita meminta pertolongan orang lain untuk menggugurkan
kandungannya, baik secara tradisional (tenaga nonmedis) maupun secara modern (tenaga
medis). Praktik aborsi yang dilakukan dukun beranak, bidan, atau perawat banyak terjadi di kota
maupun di desa. Sementara itu, praktik aborsi terselubung yang dilakukan di klinik-klinik
bersalin dan rumah sakit, baik negeri maupun swasta, juga ada di kota-kota besar.
Gejala itu diperparah oleh faktor ketiga, yaitu lemahnya kontrol dan sanksi sosial. Hal itu
tercermin dari sikap acuh tak acuh dan tertutupnya mata anggota masyarakat terhadap praktik
aborsi di sekitar mereka. Padahal, sebenarnya, mereka memahami bahwa praktik aborsi
bertentangan dengan norma agama, sosial, dan hukum.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa, di satu sisi, aborsi yang sebenarnya dibenci;
di sisi lain, seolah dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kaitan itu, perlu disimak ucapan Emile
Durkheim, sosiolog kenamaan dari Prancis: “kejahatan adalah normal dan kehadirannya
fungsional di dalam masyarakat.”
Dikutip dengan suntingan dari Forum Keadilan, VI: 18, 15 Desember 1997, hlm.99.
1. PENDAHULUAN
Sebaiknya, selain memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan pikiran secara tertulis, seseorang memiliki
pula kemampuan untuk mengungkapkan pikiran secara lisan.
Tidak semua orang merasa mampu untuk mengungkapkan
pikiran secara lisan. Padahal, masalahnya lebih pada
kemampuan seseorang untuk menata pikirannya dengan
baik. Setiap orang, sebenarnya, mampu mengungkapkan
pikirannya secara lisan.
4. DAFTAR PUSTAKA
Beebe, Steven A dan Beebe, Susan J. 1991. Public Speaking: An Audience-Centered
Approach. Englewood-Cliffs: Prentice Hall.
Berikut adalah cara penulisan daftar pustaka dengan format MLA dan APA.
JENIS FORMAT FORMAT
RUJUKAN MLA APA
SATU Sukadji, Soetarlinah. Menyusun dan Mengevaluasi Sukadji, S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi
PENULIS Laporan Penelitian. Jakarta: UI Press, 2000. Laporan Penelitian. Jakarta: UI Press.
DUA PENULIS Widyamartaya, Al., dan Veronica Sudiati. Dasar- Widyamartaya, Al., dan Sudiati , V. (1997).
dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997. Penerbit PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
TIGA PENULIS Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Akhadiah, S., Arsyad, M.G., dan Ridwan, S. H.
Ridwan. Pembinaan Kemampuan Menulis (1989). Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
1989. Erlangga.
LEBIH DARI Alwi, Hasan, et al. Tata Bahasa Baku Bahasa Alwi, H., et al. (1993). Tata Bahasa Baku
TIGA PENULIS Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
dan Kebudayaan, 1993. Pendidikan dan Kebudayaan.
ATAU ATAU
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Alwi, H., dkk. (1993). Tata Bahasa Baku
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
dan Kebudayaan, 1993. Pendidikan dan Kebudayaan.
LEBIH DARI Gibaldi, Joseph. MLA Handbook for Writers of Gibaldi, J. (1999). MLA Handbook for Writers of
SATU EDISI Research Papers. Ed. ke-5. New York: The Research Papers. (Ed. ke-5). New York: The
Modern Language Association of America, Modern Language Association of America.
1999.
Sugono, D. (2002). Berbahasa Indonesia
Sugono, Dendy. Berbahasa Indonesia dengan dengan Benar. (Ed. Rev.) Jakarta: Puspa
Benar. Ed. Rev. Jakarta: Puspa Swara, 2002. Swara.
PENULIS Keraf, Gorys. Komposisi: Sebuah Pengantar Keraf, G. (1982). Argumentasi dan Narasi.
DENGAN Kemahiran Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
BEBERAPA Nusa Indah, 1997.
Keraf, G. (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar
BUKU
- - -. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Penerbit Kemahiran Bahasa. Ende, Flores: Penerbit
MLA: Gramedia Pustaka Utama, 1982. Nusa Indah.
pencantuman
ATAU
buku
didasarkan Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta:
urutan tahun Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1982.
terbit.
- - -. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran
APA: Bahasa. Ende, Flores: Penerbit Nusa Indah,
pencantuman 1997.
buku
didasarkan
abjad judul
buku.
PENULIS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
TIDAK Universitas Indonesia. Panduan Teknis Universitas Indonesia. (2002). Panduan Teknis
DIKETAHUI/ Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: UI Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: UI
LEMBAGA Press, 2002. Press.
BUKU Creswell, John W. Research Design: Qualitative Creswell, J. W. (2002). Research Design: Qualitative
TERJEMAHAN and Quantitative Approaches. Terj. Angkatan and Quantitative Approaches. (Terj. Angkatan
III dan IV KIK-UI bekerja sama dengan Nur III dan IV KIK-UI bekerja sama dengan Nur
Khabibah. Eds. Chryshnanda DL dan Bambang Khabibah). Eds. Chryshnanda DL dan Bambang
Hastobroto. Jakarta: KIK Press, 2002. Hastobroto. Jakarta: KIK Press.
ATAU ATAU
DL, Chryshnanda dan Bambang Hastobroto. Eds. Creswell, J. W. (2002). Research Design: Qualitative
Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan and Quantitative Approaches. (Terj. Angkatan
Kuantitatif terj. dr. John Creswell. Jakarta: KIK III dan IV KIK-UI bekerja sama dengan Nur
Press, 2002. Khabibah). Jakarta: KIK Press.
BUKU DENGAN Ihromi, T.O., peny. Pokok-pokok Antropologi Ihromi, T.O. (peny.). (1981). Pokok-pokok
PENYUNTING/ Budaya. Jakarta: PT Gramedia, 1981. Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia.
EDITOR
ATAU ATAU
Ihromi, T.O., ed. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Ihromi, T.O. (ed.). (1981). Pokok-pokok
Jakarta: PT Gramedia, 1981. Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia.
SERIAL/ Sadie, Stanley, ed. The New Grove Dictionary of Sadie, S. (ed.). (1980) The New Grove Dictionary of
BERJILID Music and Musicians.Vol. 15. London: Music and Musicians. Vol. 15. London:
Macmillan, 1980. Macmillan.
ATAU ATAU
Sadie, Stanley, ed. The New Grove Dictionary of Sadie, S. (ed.). (1980) The New Grove Dictionary of
Music and Musicians. Vol. 15. London: Music and Musicians (Vol. 15, hlm. 3—66).
Macmillan, 1980. London: Macmillan.
JURNAL Molnar, Andrea. “Kemajemukan Budaya Flores: Molnar, A. (1998). Kemajemukan Budaya Flores:
Suatu Pendahuluan.” Antropologi Indonesia 56 Suatu Pendahuluan. Antropologi Indonesia 56,
(1998): 13—19. 13—19.
MAJALAH Asa, Syu’bah. “PKS: ‘Sayap Ulama’ dan ‘Sayap Asa, S. (2004, 5—11 Juli). PKS: ‘Sayap Ulama’ dan
Idealis’.” Tempo, 5—11 Juli 2004, 38—39. ‘Sayap Idealis’. Tempo, 38—39.
Syifaa, Ika Nurul. “Klub Profesi, Perlukah Syifaa, I. N. (2004, 22—28 Juli). Klub Profesi,
Dimasuki?” Femina, No. 30, 22—28 Juli 2004, Perlukah Dimasuki? Femina, No. 30, 54—55.
54—55.
SURAT KABAR Suwantono, Antonius. “Keanekaan Hayati Mikro- Suwantono, A. Keanekaan Hayati Mikro-
organisme: Menghargai Mikroba Bangsa.” organisme: Menghargai Mikroba Bangsa.
Kompas, 24 Des. 1995, 11. (1995, 24 Desember). Kompas, 11.
“Potret Industri Nasional: Tak Berdaya Dihantam Potret Industri Nasional: Tak Berdaya Dihantam
Impor Komponen dan Disortasi Pasar.” Impor Komponen dan Disortasi Pasar. (1995,
Kompas, 23 Des. 1995, 13. Desember 23). Kompas, 13.
“Menyambut Terbentuknya Badan Pengurus Menyambut Terbentuknya Badan Pengurus
Kemitraan Deklarasi Bali.” Tajuk Rencana Kemitraan Deklarasi Bali. Tajuk Rencana
(editorial). Kompas, 22 Des. 1995, 4. (editorial). (1995, 22 Desember). Kompas, 4.
DOKUMEN Biro Pusat Statistik. Struktur Ongkos Usaha Tani Biro Pusat Statistik. (1993). Struktur Ongkos
PEMERINTAH Padi dan Palawija 1990. Jakarta: BPS, 1993. Usaha Tani Padi dan Palawija 1990. Jakarta:
BPS.
NASKAH YANG Ibrahim, M.D., P. Tjitropranoto, dan Y. Slameka. Ibrahim, M.D., Tjitropranoto, P., dan Slameka, Y.
BELUM “National Network of Information Services in (1993). National Network of Information
DITERBITKAN Indonesia: A Design Study.” Makalah tidak Services in Indonesia: A Design Study.
diterbitkan, 1993. Makalah tidak diterbitkan.
Budiman, Meilani. “The Relevance of Budiman, M. (1996, Maret). The Relevance of
Multiculturalism to Indonesia”. Makalah pada Multiculturalism to Indonesia. Makalah pada
Seminar Sehari tentang Multikulturalisme di Seminar Sehari tentang Multikulturalisme di
Inggris, Amerika, dan Australia, Universitas Inggris, Amerika, dan Australia, Universitas
Indonesia, Depok, Maret 1996. Indonesia, Depok.
1. Dari WWW
DUA PENULIS Widyamartaya, Al., dan V. Sudiati, Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah (Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997).
TIGA PENULIS Akhadiah, Sabarti, M. G. Arsjad, dan S. H. Ridwan, Pembinaan Kemampuan Menulis
Bahasa Indonesia (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989).
LEBIH DARI TIGA PENULIS Alwi, Hasan, et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1993).
ATAU
Alwi, Hasan, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1993).
PENULIS TIDAK DIKETAHUI/ Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Panduan
LEMBAGA Teknis Penyusunan Skripsi Sarjana Sains (Jakarta: UI Press, 2002).
Oleh Angkatan III dan IV KIK-UI bekerja sama dengan Nur Khabibah. Eds.
Chryshnanda DL dan Bambang Hastobroto (Jakarta: KIK Press, 2002).
BUKU DENGAN PENYUNTING/ Ihromi, T.O. (peny.), Pokok-pokok Antropologi Budaya (Jakarta: PT Gramedia, 1981).
EDITOR
ATAU
Ihromi, T.O. (ed.), Pokok-pokok Antropologi Budaya (Jakarta: PT Gramedia, 1981).
SERIAL/ BERJILID Sadie, Stanley (ed.), The New Grove Dictionary of Music and Musicians, Vol. 15, hlm.
3—66 (London: Macmillan, 1980).
MAJALAH Asa, Syu’bah, “PKS: ‘Sayap Ulama’ dan ‘Sayap Idealis’”, Tempo, hlm. 38—39,
5—11 Juli 2004.
Syifaa, Ika Nurul, “Klub Profesi, Perlukah Dimasuki?” Femina, No. 30, hlm.
54—55, 22—28 Juli 2004.
DOKUMEN PEMERINTAH Biro Pusat Statistik, Struktur Ongkos Usaha Tani Padi dan Palawija 1990 (Jakarta:
BPS, 1993).
NASKAH YANG BELUM Ibrahim, M.D., P. Tjitropranoto, dan Y.Slameka, “National Network of Information
DITERBITKAN Services in Indonesia: A Design Study”, mimeo, makalah tidak diterbitkan
(Jakarta: 1993).
Budiman, Meilani, “The Relevance of Multiculturalism to Indonesia”, mimeo,
makalah pada Seminar Sehari tentang Multikulturalisme di Inggris, Amerika,
dan Australia, Universitas Indonesia (Depok: Maret 1996).
Swasono, Meutia Farida Hatta, Generasi Minangkabau di Jakarta: Masalah Identitas
Sukubangsa, skripsi sarjana (Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia,
1974).
Dalam Lampiran M4-1, disajikan format daftar pustaka yang berlaku di selingkung
FMIPA-UI. Selain itu, dalam Lampiran M4-2, disajikan permintaan kriteria yang diminta
oleh berbagai jurnal ilmiah di lingkungan Universitas Indonesia.
5. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins
College Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Brotowidjojo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. Ed. ke-2. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. 2002. Panduan
Teknis Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: UI Press.
Gibaldi, Joseph. 1999. MLA Handbook for Writers of Research Papers. Ed. ke-5. New York:
The Modern Language Association of America.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. Ed. ke-3. New York:
Syracuse University Press.
Swasono, Sri-Edi. 1990. Pedoman Menulis Daftar Pustaka, Catatan Kaki untuk Karya
Ilmiah dan Terbitan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Turabian, Kate L. 1996. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertation. Ed.
ke-6. Chicago: The University of Chicago Press.
Winarto, Yunita T., Suhardiyanto, Totok, dan Choesin, Ezra M. 2004. Karya Tulis Ilmiah
Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Winkler, Anthony C. dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
LAMPIRAN M4-1
Perhatikan format daftar pustaka yang berlaku di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UI untuk Skripsi S1
Sistem H (= Harvard)
Kaufman-Bühler W., Peters A. & Peters K. (1981) Mathematicians love books. Dalam: Steen, L.A.
ed. (1981) Mathematics tomorrow, hlm. 121–126. Springer-Verlag, New York.
Nybakken J.W. (1988) Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine biology: An
ecological approach, oleh Eidman M., Koesoebiono, Bengen D.G., Hutomo M. & Sukardjo S.,
xv + 459 hlm. PT Gramedia, Jakarta.
Soemardi T.P., Budiarso, Sumarsono D.A., Fauzan M., Djatmiko H. & Huwae R. (1997) Light and
low cost crossflow microhydro water turbine using composite materials. Makara *2B, 42–
50. [Keterangan: (*) 2 = nomor seri; B = seri majalah.]
Varga, R.S. Accurate numerical methods for nonlinear boundary value problems. Dalam:
OrtegaJ.M.& Rheinholdt W.C., eds. (1970) Studies in numerical analysis 2: Numerical
solutions of nonlinearproblems. Symposium in Numerical Solution of Nonlinear Problems,
Philadelphia, October 21–23, 1968, hlm. 99–113. SIAM, Philadelphia.
Sistem V (= Vancouver)
Kaufman-Bühler W, Peters A & Peters K. Mathematicians love books. Dalam: Steen LA, ed.
Mathematics tomorrow. New York: Springer-Verlag, 1981: 121–126.
Nybakken JW. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine biology: an ecological
approach, oleh Eidman, Koesoebiono M, Bengen DG, Hutomo M & Sukardjo S. Jakarta: PT
Gramedia, 1988: xv + 459 hlm.
Soemardi, TP, Budiarso, Sumarsono DA, Fauzan M, Djatmiko H & Huwae R. Light and low cost
crossflow microhydro water turbine using composite materials. Makara *2B, 1997: 42–50.
[Keterangan: (*) 2 = nomor seri; B = seri majalah.]
Varga RS. Accurate numerical methods for nonlinear boundary value problems. Dalam: Ortega JM
& Rheinholdt WC, eds. Studies in numerical analysis 2: numerical solutions of nonlinear
problems. Symposium in Numerical Solution of Nonlinear Problems, Philadelphia, October
21–23, 1968. Philadelphia: SIAM, 1970: 99–113.
1. Kaufman-Bühler, W., A. Peters & K. Peters. 1981. Mathematicians love books. Dalam: Steen,
L.A. (ed.). 1981. Mathematics tomorrow. Springer-Verlag, New York: 121–126.
2. Nybakken, J.W. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine biology: An
ecological approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo &
S.Sukardjo. PT Gramedia, Jakarta: xv + 459 hlm.
3. Soemardi, T.P., Budiarso, D.A. Sumarsono, M. Fauzan, H. Djatmiko & R. Huwae. 1997. Light
and low cost crossflow microhydro water turbine using composite materials. Makara
*2B: 42–50. [Keterangan: (*) 2 = nomor seri; B = seri majalah.]
4. Varga, R.S. 1970. Accurate numerical methods for nonlinear boundary value problems.
Dalam: Ortega, J.M. & W.C. Rheinholdt (eds.). 1970. Studies in numerical analysis 2:
Numerical solutions of nonlinear problems. Symposium in Numerical Solution of
Nonlinear Problems, Philadelphia, October 21–23, 1968. SIAM, Philadelphia: 99–113.
1. Soemardi T.P., Budiarso, Sumarsono D.A., Fauzan M., Djatmiko H. & Huwae R. 1997. Light
and low cost crossflow microhydro water turbine using composite materials. Makara
*2B: 42–50. [Keterangan: (*) 2 = nomor seri; B = seri majalah.]
2. Kaufman-Bühler W., Peters A. & Peters K. 1981. Mathematicians love books. Dalam: Steen,
L.A. (ed.). 1981. Mathematics tomorrow. Springer-Verlag, New York: 121–126.
3. Varga, R.S. 1970. Accurate numerical methods for nonlinear boundary value problems.
Dalam: Ortega, J.M. & W.C. Rheinholdt (eds.). 1970. Studies in numerical analysis 2:
Numerical solutions of nonlinear problems. Symposium in Numerical Solution of
Nonlinear Problems, Philadelphia, October 21–23, 1968. SIAM, Philadelphia: 99–113.
4. Nybakken J.W. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. dari Marine biology: An
ecological approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo & S.
Sukardjo. PT Gramedia, Jakarta: xv + 459 hlm.
LAMPIRAN M4-2
Format daftar pustaka sebagaimana disyaratkan berbagai jurnal ilmiah di
lingkungan Universitas Indonesia
Wacana
LAMPIRAN M4-3
DATA SUMBER ACUAN ELEKTRONIK
1. Jika sumber informasi berupa buku atau majalah, data yang harus dicantumkan
sesuai dengan cara yang berlaku untuk media cetak.
2. Jika berupa artikel yang khusus dibuat untuk informasi tertentu, data yang dicatat
adalah sebagai berikut.
(a) nama penulis artikel;
(b) tahun penulisan artikel;
(c) judul artikel;
(d) tanggal penulisan artikel itu atau pemutakhirannya;
(e) tebal artikel;
(f) nama laman (digarisbawahi);
(g) tanggal dan waktu penulisan laporan atau skripsi mengkases informasi;
Informasi jenis no.2 harus dibuat printout-nya, karena informasi yang terkandung
sering diganti dengan versi yang lebih baru atau mutakhir oleh penyusunnya.
Catatan:
(*) Artikel yang diakses tidak mencantumkan nama penulis sehingga yang
dicatat adalah nama lembaga yang menerbitkan artikel itu.
Creating Plankton
All these conditions help plant and animal plankton to thrive in the Gulf of Maine:
• nutrients carded in by river runoff
• cold water from Nova Scotia shelf (cold water holds more dissolved gases like
oxygen and carbon dioxide)
• circulation of nutrients by the gyre, other currents, winds, strong tidal mixing, and
seasonal overturn of deep and surface waters (called upwelling)
• shallow continental shelf and banks ideal for photosynthesis
Many zooplankton are larval stages of familiar animals. Yet they look little like
their adult stages. Try to see how these youxwsters evolve into adults by doing
the Plankton Match-Up.
Materials
Space_Available
Gulf of Maine Aquarium Home Page
http://octopus.gma.org/space1/plankton.html
http://www.gen.emory.edu/MITOPMAP/citation.html
OMAPv3.0
MITOMAP v3.O
A human mitochondrial genome database
A. M. Kogelnik, M.T. Loft, M.D. Brown, S.B. Navatbe, D.C. Wallace
Please use one of the following citation formats when citing the MITOMAP:
□ We use the same citation format as GDB and OMIM
□ All documents generated by the database server have a date and timestamp at the bottom.
Literature Citation:
Wallace DC, Lott MT, Brown MD, Huoponen K, Torroni A 1995 Report of the committee on
human mitochondrial DNA. In Cuticchia AJ (ed) Human gene mapping 1995: a compendium.
Johns Hopkins University Press, Baltimore, pp 910-954 (also available at
___________________________)
Database Citation:
Human Mitochondrial Genome Database. The Human Genome Data Base Project,
Department of Genetics and Molecular Medicine Emory University, Atlanta, GA, USA
World Wide Web _________________________), 1995.
Mitochondrial genome data obtained from the mtDNA database at Emory University in
Atlanta, GA by direct searching on the mtDNA database computer can he cited as follows:
“Data used in preparing this ___________[figure, table, paper, etc.] were derived from the
Mitochondrial Human Genome Database at Emory University in Atlanta (_____________________)
on [month] [date][year] at [time] [AM, PM] EST.”
1. PENDAHULUAN
2. TOPIK
Topik sering kali sulit dibedakan dari judul. Sebuah topik TOPIK tidak sama
atau, bahkan, sebuah tesis, dapat saja, pada akhirnya, dengan JUDUL
dijadikan judul tulisan. Akan tetapi, topik tidak sama dengan
judul. Tidak selalu sebuah judul merupakan topik tulisan.
Mungkin saja terjadi bahwa sebuah judul mengandung topik.
Mengenai judul akan diuraikan lebih lanjut dalam
pembahasan mengenai tema atau tesis.
Sumber Tingkat
materiil kesulitan
penulis topik
3. TUJUAN
Jika selesai memilih topik, langkah berikutnya bagi penulis
adalah menetapkan tujuan penulisan. Menurut Keraf (1997),
tujuan penulisan ada dua, yaitu
(1) sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis TUJUAN
(a) sesuatu yang ingin
berlandaskan topik yang telah dipilih disampaikan penulis
(b) maksud penulis dalam
(2) maksud penulis dalam menguraikan topik bahasan menguraikan topik
4. TESIS
TESIS = TEMA*
Langkah berikutnya adalah merumuskan tesis, yakni penggabungan topik
menggabungkan topik dan tujuan kita. Tesis sebenarnya dan tujuan penulis
berbentuk satu kalimat
sama dengan tema. Istilah tema digunakan untuk laras dengan topik dan tujuan
karangan pada umumnya, sedangkan tema bagi tulisan yang bertindak sebagai
gagasan sentral kalimat
ilmiah disebut tesis. Dalam laras ilmiah, sebagaimana
tersebut.
diuraikan dalam Keraf (1997), tesis adalah tema bagi laras
ilmiah yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan (*) Tema untuk laras
umum; Topik untuk
yang berfungsi sebagai gagasan sentral kalimat tersebut. laras ilmiah
Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan di
awal proses penulisan, sebaliknya, perumusan judul dilakukan
setelah seluruh karangan selesai. Boleh saja, pada akhirnya, SYARAT JUDUL
1) ringkas,
sebuah topik atau tesis menjadi judul, tetapi tidak selalu sebuah 2) provokatif, dan
topik itu sama dengan judul. Sebuah judul harus memiliki 3) relevan dengan isi
persyaratan:
(1) ringkas,
(2) provokatif, dan
(3) relevan dengan isi.
PENYAJIAN
KARYA ILMIAH
(3)
Kerangka
Karangan
45
BAHASA INDONESIA, Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah
5. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins College
Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Brotowidjojo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. ke-2). Jakarta: Akademika
Pressindo.
Gibaldi, Joseph. 1999. MLA Handbook for Writers of Research Papers. Ed. ke-5. New York:
The Modern Language Association of America.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Winkler, Anthony C. dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
Wishon, George E. dan Burks, Julia M. 1968. Let’s Write English. New York: American Book
Company.
4. DAFTAR PUSTAKA
Beebe, Steven A dan Beebe, Susan J. 1991. Public Speaking: An Audience-Centered Approach.
Englewood-Cliffs: Prentice Hall.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende–Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Wiyanto, Asul. 2000. Diskusi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widisarana Indonesia
(Grasindo).
Wiyanto, Asul. 2001. Terampil Pidato. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widisarana Indonesia
(Grasindo).
1. PENDAHULUAN
Dalam menyusun makalah, seorang mahasiswa harus
merencanakan kerangka tulisannya terlebih dahulu. Dalam
uraian mengenai penyusunan tesis (Modul 5) sudah dijelaskan
mengenai keterkaitan tesis dengan kerangka tulisan. Dengan
demikian terlihat bahwa fungsi sebuah tesis bagi sebuah
tulisan sama dengan fungsi sebuah kalimat topik dalam sebuah
paragraf, yakni memayungi satuan yang lebih besar. Jika kita
sudah dapat merumuskan sebuah kalimat topik, kita dengan
mudah dapat menyusun sebuah kerangka tulisan.
Untuk dapat dipublikasikan sebagai karya ilmiah ada Karya tulis ilmiah
ketentuan struktur atau format tulisan yang kurang lebih memiliki ketentuan struktur
atau format karangan yang
bersifat baku. Ketentuan itu merupakan kesepakatan bersifat baku.
sebagaimana tertuang dalam International Standardization
Organization (ISO). Publikasi yang tidak mengindahkan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO memberikan
kesan bahwa publikasi itu kurang absah sebagai terbitan
ilmiah ISO 5966 (1982) menetapkan bahwa karya tulis ilmiah
(Soehardjan, 1997: 38) terdiri atas
judul,
nama penulis,
abstrak,
kata kunci,
PENDAHULUAN,
(1) Merumuskan tesis dengan baik. Hal tersebut telah 1. Merumuskan tesis
2. Menginventarisasi
ditekankan berkali-kali dalam pembahasan di atas. gagasan bawahan
3. Mengevaluasi semua
(2) Menginventarisasi gagasan-gagasan bawahan untuk gagagsan
diletakkan sebagai subunit dalam kerangka tulisan. 4. Melakukan langkah ke-
2 dan ke-3 berulang kali
(3) Mengevaluasi semua gagasan yang tercatat dengan 5. Menentukan pola
mengajukan pertanyaan berikut. susunan yang paling
cocok.
Apakah gagasan tersebut memiliki relevansi
langsung dengan tesis?
4. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins
College Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
1. PENDAHULUAN
DUA KATEGORI
Pada Modul 1 (Laras Ilmiah dan Ragam Bahasa) telah KARYA TULIS
diuraikan dua kategori karya tulis, yaitu karya tulis fiksi dan
1. Fiksi
nonfiksi. Sebuah karya tulis fiksi, atau sering disebut karya Hasil rekaan penulis ber-
sastra, merupakan ekspresi diri penulisnya yang dihasilkan dasarkan realitas.
dari imajinasi penulis. Hasil karya penulis merupakan hasil 2. Nonfiksi
Hasil rangkaian fakta
rekaannya sendiri berdasarkan realitas di sekelilingnya. berdasarkan pemikiran,
Sebaliknya, sebuah karya tulis nonfiksi merupakan hasil gagasan, peristiwa, dan
pendapat penulis.
rangkaian fakta yang merupakan hasil pemikiran, gagasan,
peristiwa, gejala, dan pendapat penulis.
REALITAS
2. REALITAS DAN FAKTA Peristiwa yang
digambarkan merupakan
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan hal yang benar dan dapat
dibuktikan kebenarannya,
fakta. Seorang pengarang akan merangkai realitas kehidupan tetapi tidak secara langsung
dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan dialami penulis.
merangkai berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realitas
berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang
benar dan dapat dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara FAKTA
langsung dialami oleh penulis. Data realitas dapat berasal dari Rangkaian peristiwa atau
percobaan yang
dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau disampaikan benar-benar
sumber bacaan lain, bahkan juga dari suatu peristiwa faktual. dilihat, dirasakan, dan
Fakta berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang dialami penulis
A. Eksposisi (Paparan)
EKSPOSISI
Pada saat karya ilmiah berfungsi untuk memberitahukan dan
menjelaskan sesuatu, jenis tulisan yang digunakan adalah Jenis tulisan yang
memaparkan, menjelaskan,
eksposisi atau paparan. Eksposisi adalah tulisan yang atau menguraikan suatu
berusaha memberi penjelasan atau informasi. Tulisan yang topik, menyingkapkan buah
pikiran, perasaan, atau
ekspositoris akan menguraikan sebuah proses, melukiskan
pendapat penulisnya.
proses pembuatan sesuatu yang belum diketahui pembaca,
atau proses kerja suatu benda (Keraf, 1997: 110).
B. Argumentasi (Bahasan)
Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk ARGUMENTASI
meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian
Jenis tulisan yang
pribadi, atau mengubah pendapat pembacanya. Dalam karya menekankan pembuktian
tulis ilmiah, bentuk argumentasi dianjurkan karena karya berdasarkan penalaran yang
ilmiah juga harus dapat meyakinkan pembaca akan pendapat logis dan kritis.
C. Narasi (Kisahan)
NARASI
Narasi adalah penulisan yang sifatnya bercerita, baik
Jenis tulisan yang bercerita,
berdasarkan pengamatan atau observasi maupun
baik berdasarkan
berdasarkan pengalaman. Jenis tulisan itu digunakan pada pengamatan atau observasi
saat penulis harus menyampaikan hasil observasinya. Dalam maupun pengalaman, yang
biasanya tersusun secara
menyampaikan perilaku dari objek penelitiannya, misalnya, kronologis.
seorang penulis akan menyampaikan laporan yang berisi
himpunan informasi faktual mengenai suatu peristiwa dan
situasi. Jenis tulisan yang digunakan dalam laporan itu adalah
narasi, kisahan, atau penceritaan. Narasi dalam hal demikian
bukan narasi rekaan atau imajinatif, melainkan narasi yang
merupakan himpunan peristiwa yang diuraikan secara
berurutan dan logis. Narasi berusaha untuk mengisahkan
suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997:
109).
D. Deskripsi (Perian)
Terkait dengan narasi adalah jenis tulisan deskripsi. DESKRIPSI
Deskripsi adalah tulisan yang berusaha untuk
Jenis tulisan yang
menggambarkan bentuk objek pengamatan: rupanya, memerikan atau memerinci
sifatnya, rasanya, atau coraknya sesuai dengan keadaan yang dengan cermat suatu objek
pengamatan ataupun pe-
sebenarnya. Deskripsi juga merupakan penulisan yang rasaan sesuai dengan
menggambarkan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, keadaan yang sebenarnya.
atau gembira. Tujuan dari deskripsi adalah membantu
pembaca untuk membayangkan seseorang, merasakan suatu
suasana, atau memahami suatu sensasi atau emosi. Ungkapan
bahasa penulis diharapkan akan menggugah imajinasi
pembaca.
Sifat seseorang
Suara dan cara seseorang berbicara
Sikap seseorang terhadap orang lain.
4. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Biagi, Shirley.1981. How to Write and Sell Magazine Articles. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende–Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Wishon, George E. dan Burks, Julia M. 1968. Let’s Write English. New York: American
Book Company.
MODUL 9: PARAGRAF
1. PENDAHULUAN
PARAGRAF
adalah
Sebuah paragraf atau alinea adalah sebuah satuan pikiran yang satuan pikiran yang
membahas satu gagasan melalui sebuah rangkaian kalimat membahas satu gagasan
yang saling berhubungan. Gagasan yang terdapat dalam melalui serangkaian
kalimat.
paragraf diuraikan pula oleh uraian-uraian tambahan untuk
memperjelas gagasan utama.
3. Kalimat Topik
Gagasan utama diuraikan dalam sebuah kalimat yang disebut KALIMAT TOPIK
kalimat topik. Kalimat topik mengungkapkan maksud pokok adalah
kalimat yang mengandung
uraian paragaraf. Kalimat-kalimat lainnya berfungsi sebagai gagasan utama.
kalimat penjelas.
sudah selesai, dan pesawat jet jenis Fokker F28 dapat mendarat
di sana dan memperluas jaringan lalu-lintas udara di tanah air
kita.
6. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Gunawan, dkk. 1994. Kiat Membuat Alinea. Jakarta: PT Aries Lima.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende–Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Radikun, Tulus Budi S. 2002. Kiat Penulisan Efektif Laporan Pemeriksaan Psikologis.
Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi,
Fakultas Psikologi UI.
Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Sakri, Adjat. 1988. Belajar Menulis Lewat Paragraf. Bandung: Penerbit ITB.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1980. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Subiyakto, Markus G. 1996. Kiat Menulis Artikel Iptek Populer di Media Cetak. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
1. PENDAHULUAN
Dalam bagian terdahulu telah dibahas mengenai paragraf.
Selanjutnya akan diuraikan bagaimana cara mengembangkan
sebuah paragraf. Ada beberapa cara yang ditempuh seorang
penulis untuk mengembangkan gagasan utamanya.
a. Penambahan
PENAMBAHAN
d. Peningkatan PENINGKATAN
Jadi jelas, jika data yang diberikan oleh South ini sahih,
penduduk Jakarta sebenarnya sedang mengalami krisis air
minum. Bahkan, majalah itu juga menyebutkan bahwa hanya
sepuluh persen saja penduduk Jakarta yang bisa menikmati air
bersih. Selebihnya bisa jadi menikmati air yang sarat dengan
bakteri coli itu.
f. Syarat SYARAT
g. Cara
CARA
Contoh berikut memperlihatkan pengembangan paragraf yang
mengemukakan cara.
l. Ibarat IBARAT
m. Daftar DAFTAR
n. Definisi DEFINISI
p. Gambaran GAMBARAN
q. Perincian
PERINCIAN
Dalam tulisan ilmiah sering kali dipakai paragraf dengan
perincian seperti terlihat dalam contoh berikut.
r. Penggolongan PENGGOLONGAN
4. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Gunawan, dkk. 1994. Kiat Membuat Alinea. Jakarta: PT Aries Lima.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende–Flores: Penerbit Nusa
Indah.
Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.. Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset.
Sakri, Adjat. 1988. Belajar Menulis Lewat Paragraf. Bandung: Penerbit ITB.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1980. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk Majalah.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Subiyakto, Markus G. 1996. Kiat Menulis Artikel Iptek Populer di Media Cetak. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
1. PENDAHULUAN
Pada saat menulis bab mengenai Kerangka Teori, berbagai
teori dan konsep yang diajukan oleh para ahli harus
dikumpulkan. Teori dan konsep itu menjadi landasan teoretis
untuk menelaah data yang sudah dikumpulkan. Teori-teori
itu dikumpulkan dari berbagai buku teori yang sudah dibaca
dan dipahami. Pendapat-pendapat yang mendukung sudut
pandang atau yang mendukung alasan penulis akan dikutip.
LANGKAH
Untuk dapat memperoleh inti sari mengenai sudut pandang MEMPEROLEH INTI
ahli yang pendapatnya digunakan untuk menunjang sebuah SARI BACAAN
karya tulis ilmiah, ada tiga langkah yang harus dilakukan. 1. Membuat ringkasan
Pertama, penulis membuat ringkasan. Kedua, penulis 2. Membuat ikhtisar atau
membuat ikhtisar atau abstrak dari ringkasan yang telah abstrak
3. Menyusun sintesis
dibuatnya. Ketiga, menyusun segala pengetahuan yang
diperoleh dari bacaan dalam sebuah sintesis. Semua kegiatan
itu disebut sebagai kegiatan mereproduksi sebuah karya
ilmiah. Jadi, reproduksi meliputi kegiatan membuat kutipan,
membuat ringkasan, membuat ikhtisar atau abstrak, dan
menyusun sintesis. Modul ini hanya akan membahas masalah
ringkasan, ikhtisar, dan abstrak. Masalah sintesis akan
dibahas dalam Modul 14.
RINGKASAN
2. RINGKASAN adalah
1. Reproduksi tulisan atau
peristiwa yang panjang
Salah cara untuk memahami sebuah teori adalah dengan dalam bentuk yang
membuat ringkasan. Ringkasan adalah penyajian kembali singkat
2. Sari tulisan tanpa
(reproduksi) suatu karya tulis atau peristiwa yang panjang hiasan.
dalam bentuk yang singkat. Ringkasan adalah sari tulisan
tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan
FUNGSI RINGKASAN
sebuah buku, ringkasan sebuah bab, ataupun ringkasan
sebuah artikel. 1. Memahami dan
mengetahui isi sebuah
tulisan
Fungsi ringkasan adalah memahami dan mengetahui isi 2. Mempelajari cara
sebuah buku atau tulisan. Dengan membuat ringkasan, kita penulis menyusun
pikirannya
mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya dalam
3. Menangkap pokok
gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar pikiran dan tujuan
penulis
A. IKHTISAR IKHTISAR
adalah
Ikhtisar adalah rangkuman gagasan yang dianggap penting rangkuman gagasan yang
dianggap penting oleh
oleh penyusun ikhtisar yang digali dari sebuah teks yang penyusun ikhtisar yang
dibacanya. Penyusun ikhtisar dapat langsung digali dari teks yang
dibacanya.
mengemukakan inti atau pokok permasalahan yang
berkaitan dengan kepentingan atau perhatiannya. Dalam
penyusunan ikhtisar, urutan dari teks asli tidak perlu
Dalam penyusunan ikhtisar,
dipertahankan. Ikhtisar tidak akan memberikan isi urutan dari teks asli tidak
keseluruhan dari tulisan asli secara proposional. Bab-bab perlu dipertahankan.
atau bagian dari teks asli yang dianggap kurang penting oleh
penyusun ikhtisar dapat diabaikan.
4. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins
College Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
5. LAMPIRAN M11-1
Contoh Abstrak dari Berbagai Bidang Ilmu
ABSTRAK 1
Identitas adalah isu sentral dalam perjalanan sebuah bangsa, tidak terkecuali bangsa Inggris.
Dengan melihat perjalanan konsentrasi identitas bangsa Inggris dari abad ke-18, tulisan ini
berusaha untuk memahami proses budaya yang membentuk identitas. Berbagai faktor internal dan
eksternal mempengaruhi proses ini dan meyakinkan bahwa identitas bangsa Inggris sedang
diperdebatkan. Berbagai makna seputar identitas Inggris juga dibahas untuk menunjukkan adanya
negosiasi dalam proses pembentukan identitas. Pada akhir pembahasan, terlihat bahwa identitas
lebih bersifat majemuk. Akan tetapi, masa depan Inggris, sebagai sebuah komunitas imajiner,
ketika semua elemen masyarakat merasa dihargai, memiliki kesempatan yang sama dalam
mengaktualisasi diri dan menikmati persahabatan dalam semangat keberagaman, masih perlu
dilihat kemudian. (Junaidi, Wacana 4, 1, April, 2002: 54)
ABSTRAK 2
Konflik antara warga komunitas setempat dan pihak pengusaha Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
dilaporkan telah terjadi dan berlangsung di berbagai kawasan hutan konsesi di luar Jawa. Temuan
penelitian lapangan pada dua komunitas yang berada di dalam satu kawasan konsesi hutan di
daerah Kabupaten Jayapura, Irian Jaya, yang dibahas dalam makalah ini, menguatkan laporan
tersebut, dan menunjukkan bahwa konflik juga terjadi di antara warga komunitas berkenaan
dengan masalah pelanggaran batas wilayah penguasaan dan perebutan akses pada kesempatan
kerja di perusahaan HPH. Secara khusus, makalah ini membahas bentuk-bentuk nyata dari konflik
tersebut dan proses serta mekanisme-mekanisme penanganan konflik tersebut. (Iwan Tjitradjaja,
Ekonesia 1, 1, Mei, 1993: 58)
ABSTRAK 3
Pengalaman dengan alley farming dan bentuk-bentuk lain dalam pelestarian lahan di Nusa
Tenggara berawal setidak-tidaknya sejak permulaan abad ini. Sejak itu, petani maupun organisasi
pembangunan telah mengadaptasi dan mengembangkan teknologi tersebut ke dalam sistem
pertanian dataran tinggi untuk memenuhi kebutuhan penduduk setempat. Alley farming menjadi
landasan dari sejumlah kegiatan yang semuanya bertujuan menghasilkan keanekaragaman
tanaman dan memperbaiki sistem pertanian dataran tinggi. Tulisan ini menguraikan pengalaman
dan evolusi teknologi alley farming di Nusa Tenggara, serta menunjukkan upaya dan pendekatan
yang menjadi kunci keberhasilan pengelolaan lahan di kawasan ini. (Larry A. Fisher dan Julia
DiPietro, Ekonesia 1, 1, Mei, 1993: 70)
ABSTRAK 4
Spektrometer massa Quadrupole digunakan untuk menganalisis berkas ion dengan perbandingan
massa spesifik terhadap muatan. Untuk menganalisis spektrum massa ion metal cair, dipersiapkan
sumber ion metal cair yaitu CuP, dan kestabilannya dianalisis untuk pengamatan terhadap
kemungkinan terjadinya pergeseran arus ion fosfor selama penelitian berlangsung. Pengukuran
arus ion fosfor satu jam dan sembilan jam menunjukkan bahwa sumber ion metal cair tetap stabil
tanpa adanya indikasi terjadinya pergeseran arus ion fosfor. Pengukuran selanjutnya dilakukan
selama 21 jam secara kontinu setelah dilakukan pembakaran pertama. Hasilnya menunjukkan
adanya stabilitas yang konsisten tanpa terjadi pergeseran. Setelah berjalan 21 jam arus fosfor
dihentikan karena sumber reservoir metal cair telah habis terpakai. (R.H.Rusli, Makara* 7B, Mei,
2000: 71) [*7 = nomor seri; B = seri majalah)
1. PENDAHULUAN
Dalam kegiatan penulisan ilmiah, ada sebuah tahap penting Menulis karya ilmiah
selalu dimulai oleh
yang tidak dapat dihindari. Tahap itu adalah tahap membaca kegiatan MEMBACA
karya ilmiah lain, baik yang berupa bacaan tentang teori karya ilmiah.
maupun yang berupa laporan hasil penelitian. Dalam
kegiatan itu, isi buku atau laporan dibaca dengan baik dan
teliti. Tidak jarang, akan ditemukan beberapa buku yang
membahas topik yang sama. Pada saat membaca, kita harus
dapat membandingkan buku-buku itu dan mencari letak
persamaan dan perbedaan dari buku-buku tersebut. Kegiatan
itulah yang disebut sebagai membaca kritis dan hasil dari
membaca kritis adalah sebuah sintesis.
3. TEKNIK MEMBACA
Seorang penulis dianggap sebagai penulis yang baik jika ia
berhasil mengumpulkan berbagai informasi dan menyam-
paikannya secara jelas dan logis. Untuk itu, penulis harus
dapat menganalisis sumber rujukan dengan membaca secara
cermat dan kritis. Penulis juga akan dianggap ahli dalam
bidangnya jika mampu
(1) Menarik kesimpulan dari berbagai opini yang
bertentangan, HASILKEGIATAN
MEMBACA
(2) Mempertimbangkan berbagai data yang berbeda dan
berasal dari sumber yang berbeda,
(3) Menengahi pendapat yang bertentangan, dan
(4) Menampilkan sebuah pendapat baru berdasarkan bahan
bandingan dari berbagai sumber rujukan tersebut.
4. METODE SQ3R
Salah satu cara membaca secara kritis yang sering TEKNIK MEMBACA
dibicarakan dan dipraktikkan adalah SQ3R (Survey, Question, KRITIS
1. Mempersiapkan diri
Read, Recite/Recall, Review). Singkatan itu menunjukkan (survey),
proses membaca yang terdiri atas lima langkah, yaitu 2. Bertanya (question),
3. Membaca (read),
Mempersiapkan diri (survey), Bertanya (question), Membaca 4. Menjawab
(read), Menjawab pertanyaan atau Mendaras ulang isi teks pertanyaan atau
(recite/recall), Mengkaji ulang hasil bacaan (review). Dengan Mendaras ulang isi
teks (recite/recall),
melakukan kelima langkah tersebut, diharapkan bahwa kita 5. Mengkaji ulang
dapat menemukan pokok-pokok pikiran dalam buku yang hasil bacaan
(review).
dibutuhkan untuk menyusun makalah.
B. BERTANYA (QUESTION)
Pada langkah ini penulis mengajukan pertanyaan sebanyak-
TEKNIK BERTANYA
banyaknya berkaitan dengan sumber rujukan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah mengubah semua judul dan
subjudul ke dalam bentuk kalimat tanya. Setiap pertanyaan
yang dibuat dapat saja menjadi pemicu bagi munculnya
berbagai pertanyaan lainnya. Dengan adanya pertanyaan itu,
penulis akan membaca secara aktif dan akan menangkap
dengan mudah gagasan yang ada dalam sumber rujukan itu.
C. MEMBACA (READ)
Berikutnya, penulis akan membaca secara kritis. Sumber TEKNIK
rujukan dibaca bagian demi bagian. Sambil membaca, penulis MEMBACA KRITIS
berusaha mencari bagian yang merupakan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan pada tahap Bertanya. Pada tahap
ini, penulis mengusahakan agar bagian dari sumber rujukan
yang merupakan jawaban atas pertanyaan penulis berkaitan
pula dengan topik yang akan ditulis. Penulis mengusahakan
untuk menangkap gagasan pokok dari sumber rujukan.
D. MENDARAS (RECITE)
Setelah selesai membaca, penulis harus menjawab
TEKNIK MENDARAS
pertanyaan yang diajukan sebelumnya dan menyebutkan
unsur-unsur penting dari bagian yang dibaca. Ada
kemungkinan bahwa tahap ini perlu diulang beberapa kali.
Penulis harus sabar meluangkan waktu untuk menangkap
masalah yang sedang dibacanya. Mendaras merupakan
langkah yang penting karena dengan membaca ulang, penulis
dapat memantapkan pikirannya berkaitan dengan topik
pembahasannya maupun topik yang ada dalam sumber
rujukan.
5. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins
College Publishers.
Allen, Matthew. 1997. Smart Thinking: Skills for Critical Understanding and Writing.
Oxford: Oxford University Press.
Joffe, Irwin L. 1997. Oppotunities for Skillful Readings. USA: Heinie & Heinie Publishers.
Keraf, Gorys, Prof. Dr. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende—
Flores: Penerbit Nusa Indah.
Soedarso. 1999. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Widyamartaya, A. 1992. Seni Membaca untuk Studi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Browne, M. Neil dan Keeley, Stuart. 2000. Asking The Right Questions: Aguide to Critical
Thinking. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Burton, Lorelle J. 2002. An Interactive Approach to Writing Essays & Research Reports in
Psychology. Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd.
2. SYARAT SINTESIS
Dalam menyusun sebuah sintesis, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh penulis.
SYARAT SINTESIS
(1) Penulis harus tetap objektif dalam membaca pendapat
ahli yang akan dikutipnya.
4. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins
College Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Swasono, Sri-Edi. 1990. Pedoman Menulis Daftar Pustaka, Catatan Kaki untuk Karya
Ilmiah dan Terbitan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. Ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
2. KUTIPAN
KUTIPAN
Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah adalah
pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian dari penulis bagian dari pernyataan,
pendapat, buah pikiran,
lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan
definisi, rumusan, atau
akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi hasil penelitian dari penulis
penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai tokoh merupakan lain atau dari penulis
sendiri yang telah
esensi dalam penulisan sintesis. terdokumentasi.
(3) untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori MANFAAT KUTIPAN
yang digunakan penulis,
(4) untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan
kutipan yang digunakan,
(5) untuk menunjukkan bagian atau aspek topik yang akan
dibahas, dan
(6) untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan
tulisan orang lain sebagai milik sendiri (plagiat).
3. PLAGIARISME
3. SISTEM PERUJUKAN
Sistem rujukan digunakan sebagai sumber referensi, jika
penulis
1) menggunakan kutipan dengan berbagai cara yang
disebutkan di atas,
2) menjelaskan dengan kata-kata sendiri pendapat
penulis atau sumber lain, FUNGSI SISTEM RUJUKAN
Ada penyebutan referensi pertama dan Tidak ada penyebutan referensi lanjutan.
penyebutan referensi lanjutan.
1A.
Parasuraman, Marketing Research, ed. ke-2 (Reading:
Addison-Wesley, 1991), 63-69.
4Carrick
Martin et al., Introduction to Accounting ed.ke-3
(Singapore: Mc.Graw-Hill, 1991), 123.
2Ibid.
3Ibid., 30
6Ibid.
7Ibid. 56.
12Ibid.
4. DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Jane E. 1995. The Little Brown Compact Handbook. New York: Harper Collins
College Publishers.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Biagi, Shirley.1981. How to Write and Sell Magazine Articles. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice-Hall.
Booth, W.C., Colomb, G.G., dan Williams, J.M. 1995. The Craft of Research. Chicago: The
University of Chicago Press.
Brotowidjojo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. ke-2). Jakarta:
Akademika Pressindo.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991.
Prosiding Teknik Penulisan Buku Ilmiah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Gibaldi, Joseph. 1999. MLA Handbook for Writers of Research Papers. Ed. ke-5. New York:
The Modern Language Association of America.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Kranthwohl, David R. 1988. How to Prepare a Research Proposal. (Ed. ke-3). New York:
Syracuse University Press.
Purbo-Hadiwidjojo, M. M. 1993. Menyusun Laporan Teknik. Bandung: Penerbit ITB.
Soehardjan, M. 1997. Pengeditan Publikasi Ilmiah dan Populer. Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka.
Swasono, Sri-Edi. 1990. Pedoman Menulis Daftar Pustaka, Catatan Kaki untuk Karya
Ilmiah dan Terbitan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Turabian, Kate L. 1996. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertation.
(Ed. ke-6). Chicago: The University of Chicago Press.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
1. PENDAHULUAN
Langkah terakhir dalam kegiatan sistem pemelajaran
berdasarkan masalah (Problem-based Learning/PBL)
maupun sistem pemelajaran berkolaborasi (Collaborative
Learning/CL) adalah menyusun sebuah makalah. Makalah ini MAKALAH ILMIAH
merupakan hasil himpunan dari berbagai tugas mandiri yang merupakan
hasil himpunan dari
sudah disajikan dalam diskusi kelompok. Agar layak disebut berbagai tugas mandiri
sebagai makalah ilmiah, makalah yang disusun harus yang sudah disajikan dalam
diskusi kelompok.
memenuhi persyaratan ilmiah.
2. MAKALAH KELOMPOK
judul,
nama penulis,
FORMAT
abstrak, MAKALAH ILMIAH
kata kunci,
PENDAHULUAN,
inti tulisan (teori, metode, hasil, dan pembahasan),
KESIMPULAN dan USULAN,
ucapan terima kasih, dan
daftar pustaka
3. ASPEK PENILAIAN
Komponen penilaian untuk makalah akhir terdiri atas tiga
aspek pokok, yakni teknik penulisan, bahasa, dan logika.
Ketiga aspek akan diuraikan di bawah ini.
LAMPIRAN M15-1
FORMAT HALAMAN SAMPUL
3cm
KELAS 1
KELOMPOK XX
3cm
LAMPIRAN M15-2
FORMAT HALAMAN ABSTRAK
3cm
ABSTRAK
Kata Kunci: Diurutkan sesuai abjad, tiap kata kunci diakhiri tanda baca titik
koma (;), kecuali yang terakhir (ditutup dengan tanda baca
titik). Jarak baris satu spasi.
3cm
LAMPIRAN M15-3
FORMAT MAKALAH
3 cm
Nomor halaman
BAB I
PENDAHULUAN
4 cm 4 x 1 spasi
3 cm
1. PENDAHULUAN
Pada Modul 7, sudah dibahas masalah kerangka tulisan.
Dalam pembahasan dikatakan bahwa, pada dasarnya,
kerangka tulisan ilmiah agak mudah disusun karena hanya
terdiri atas tiga bagian besar. Setiap bagian itu adalah
PENDAHULUAN, ISI, dan PENUTUP atau KESIMPULAN. Dapat
saja terjadi variasi dalam perinciannya karena tidak terlepas
kemungkinan bahwa setiap bidang ilmu memiliki peraturan
mereka masing-masing. Dalam Modul 16 ini, secara khusus
akan dibahas isi dari bagian Pendahuluan sebuah makalah
ilmiah.
2. BAGIAN PENDAHULUAN
Fungsi dari bagian Pendahuluan adalah mengantar atau menarik
perhatian pembaca kepada masalah yang dibahas dalam
makalah. Sebuah pendahuluan yang baik memberikan gambaran
permasalahan dengan jelas, sebelum pembaca membaca
keseluruhan makalah. Bagian pendahuluan menggambarkan
kerangka berpikir penulisnya. Unsur-unsur yang sebaiknya ada
dalam sebuah bagian pendahuluan adalah sebagai berikut.
Tujuan penulisan.
3. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Burton, Lorelle J. 2002. An Interactive Approach to Writing Essays & Research Reports in
Psychology. Sydney: John Wiley & Sons Australia, Ltd.
FMIPA-UI. 2002. Panduan Teknis Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: Penerbit UI
Press.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. Ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
1. PENDAHULUAN
Bagian isi sangat berkaitan dengan tesis tulisan sebagaimana
diuraikan dalam Modul 5. Tesis itu kemudian diuraikan dalam
sebuah kerangka tulisan (Modul 7). Kerangka Tulisan
dikembangkan dengan merujuk pada Modul 9 dan 10 (mengenai
paragraf). Jangan lupa untuk menyusun variasi tulisan dengan
merujuk pada Modul 8 (Jenis Tulisan).
2. BAGIAN ISI
Bagian isi atau tubuh karangan merupakan bagian utama dari
sebuah makalah. Dalam Modul 7 dikatakan bahwa bagian isi
atau tubuh tulisan berisi teori, metode, dan hasil penelitian,
serta pembahasan. Akan tetapi, tidak ada format baku dari
kerangka bagian isi karena bagian ini amat bergantung pada
tesis dan tujuan penulis.
3. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Brotowidjojo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. ke-2). Jakarta:
Akademika Pressindo.
Burton, Lorelle J. 2002. An Interactive Approach to Writing Essays & Research Reports in
Psychology. Sydney: John Wiley & Sons Australia, Ltd.
FMIPA-UI. 2002. Panduan Teknis Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: Penerbit UI
Press.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende—Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Widyamartaya, Al. 1997. Dasar-dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Grasindo.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. Ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
1. PENDAHULUAN
Bagian terakhir makalah berisi unsur kesimpulan dan usulan
atau saran, serta ucapan terima kasih. Unsur lain yang tidak
boleh dilupakan adalah daftar pustaka. Jika dianggap perlu,
penulis dapat pula menyertakan lampiran di bagian penutup.
2. KESIMPULAN
Unsur kesimpulan dan saran baru dapat dilakukan jika
penulis sudah melakukan analisis data. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menulis kesimpulan adalah
(1) jangan mengulang uraian yang terdapat di bagian hasil HAL YANG HARUS
penelitian; DIHINDARI DALAM
MENULIS
(2) jangan memasukkan hal-hal baru yang memerlukan KESIMPULAN
ulasan lebih lanjut;
(3) jangan memasukkan bagian dari kerangka teori.
3. SARAN
Saran harus bersifat operasional dan bermuara pada hasil
analisis dan pembahasan yang dilakukan penulis sendiri.
Menurut Azahari (1998) saran juga dapat berisi sumbangan
pemikiran penulis untuk mengembangkan penelitian lebih
lanjut. Hal yang harus diperhatikan pada saat menyusun
saran adalah HAL YANG HARUS
DIHINDARI DALAM
(1) jangan mencatumkan harapan penulis; MENULIS SARAN
5. DAFTAR PUSTAKA
Penyusunan daftar pustaka dapat dilihat pada Modul 4. Pada
saat menyusun daftar pustaka, penulis harus memperhatikan
masalah konsistensi yang berkaitan dengan penggunaan
tanda baca.
6. LAMPIRAN
Lampiran merupakan bagian akhir dari sebuah makalah.
Oleh karena itu, bagian ini sering juga disebut apendiks.
Bagian ini tidak selalu ada dalam setiap makalah, bergantung
pada kebutuhan penulis. Lampiran dapat berupa kuesioner
yang digunakan dalam penelitian, data lapangan, pengolahan
data secara statistik, atau dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan data atau kelancaran penelitian.
7. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Burton, Lorelle J. 2002. An Interactive Approach to Writing Essays & Research Reports in
Psychology. Sydney: John Wiley & Sons Australia, Ltd.
FMIPA-UI. 2002. Panduan Teknis Penyusunan Skripsi Sarjana Sains. Jakarta: Penerbit UI
Press.
Winkler, Anthony C. Dan McCuen, Jo Ray. 1989. Writing the Research Paper: A Handbook.
Ed. Ke-3. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Publishers.
A. PENDAHULUAN
Pungtuasi dan ejaan sering tidak diperhatikan dan tidak
dianggap penting, padahal dalam pemeriksaan makalah,
misalnya, pungtuasi dan ejaan sangatlah penting.
Pedoman Umum Ejaan
Aturan yang berkaitan dengan ejaan dan pungtuasi terdapat Bahasa Indonesia yang
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1999)
Disempurnakan (1999). Jadi, untuk mengetahui fungsi Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2001)
pungtuasi dan penggunaan yang benar dalam kalimat, kita
dapat merujuk pada pedoman tersebut. Selain itu, untuk
penulisan ejaan yang benar, kita juga dapat merujuk pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001).
TANDA BACA
B. TANDA BACA (PUNGTUASI) merupakan pengganti
intonasi, nada, dan tekanan
Ragam tulis berkaitan erat dengan tanda baca (pungtuasi). yang muncul dalam ragam
lisan. dapat membantu
Tanda baca merupakan pengganti intonasi, nada, dan tekanan pembaca untuk memahami
yang muncul dalam ragam lisan. Tanda baca dapat membantu jalan pikiran penulisnya.
pembaca untuk memahami jalan pikiran penulisnya. Alangkah
sulitnya kita memahami suatu tulisan yang tidak dilengkapi
dengan tanda baca.
1) .
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Di- 2) ,
sempurnakan, semua tanda baca sudah diatur, namun peng- 3) ;
gunaan tanda baca di kalangan penulis masih belum tertib. 4) :
5) -
Kita masih sering menjumpai pemakaian tanda baca yang tidak 6) —
sesuai dengan kaidah yang berlaku. 7) ...
8) ?
9) !
Kaidah pemakaian tanda baca dalam sistem ejaan kita meliputi 10) (...)
kaidah pemakaian (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda 11) [...]
titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda 12) ―...‖
13) ‗...‘
pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru, (10) 14) /
tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) 15)
tanda petik tunggal, (14) tanda garis miring, dan (15) tanda
apostrof (penyingkat).
Dalam tulisan ini hanya akan dibahas tanda baca yang sering
menimbulkan persoalan. Tanda baca yang jarang digunakan
secara salah—seperti tanda seru, tanda tanya, tanda kurung,
tanda garis miring, dan tanda apostrof—tidak diuraikan secara
khusus.
b. Titik dua harus diganti menjadi titik satu pada kalimat Sifat-sifat air adalah
lengkap, yang diikuti suatu perincian berupa kalimat (a) mengalir dari tempat
yang tinggi;
lengkap pula, dan perincian diakhiri tanda titik. (b) selalu rata/mendatar;
(c) sesuai dengan bentuk
wadahnya;
(d) memberikan tekanan
ke semua arah;
(e) melarutkan zat lain.
b. menegaskan aposisi atau keterangan lain sehingga kalimat Gubernur Jawa Barat—Yogi
S.M.—melantik Kepala
menjadi lebih jelas. Kantor Wilayah Departe-
men Perdagangan.
Catatan: Tanda pisah dapat juga dilambangkan dengan dua Chaniago (1982: 12--16) me-
buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. ngatakan bahwa . . .
C. EJAAN
bangsa Indonesia
e. Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. suku Ambon
bahasa Arab
f. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa ber- tahun Hijriah
sejarah. bulan Desember
hari Pahlawan
Perang Padri
h. Semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat
ketatanegaraan, nama dokumen resmi. Kongres Wanita Indonesia
i. Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, Garis-Garis Besar Haluan
Negara
serta dokumen resmi.
Majalah Horison
j. Semua kata dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan majalah Bahasa dan Kesu-
judul karangan kecuali kata depan dan kata hubung yang sastraan
tidak terletak di awal kalimat. Penyedar Sastra
k. Unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Prof. Dr. Ir.
S.S., M.Si.
Antargelar menggunakan ketukan kosong. Laksamana Madya Laut
Bpk.
Sdr.
1) 2,5 cm 1.000 ha
100 kg 100 cc
b. Angka digunakan untuk menyatakan 2) pukul 19.00 12 Juli 2004
1 jam 20 menit
1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; 3) Rp5.000,00 atau 5.000 rupiah
US$3.50
2) satuan waktu, jangka waktu, atau tanggal; 4) 10% (persen)
20 tahun
3) nilai uang;
4) kuantitas.
Jalan Sado VII No. 6
c. Angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan, Gedung 2, Ruang 2412
rumah, apartemen, atau kamar pada suatu alamat. Hotel Indonesia # 614
½ = setengah
¾ = tiga perempat
f. Penulisan lambang bilangan pecahan ditulis sebagai 1/12 = seperdua belas
3¾ = tiga tiga perempat
berikut. 1,2 = satu dua persepuluh
g. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat ditulis dengan a. Paku Buwono kesepuluh
tiga cara: dengan huruf, angka Romawi, dan ke- yang diikuti b. Paku Buwono X
angka. c. Paku Buwono ke-10
tahun ‘60-an
h. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an tahun enam puluhan
ada dua cara: dengan angka dan dengan huruf.
i. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau Amir menonton drama itu
dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor
lambang bilangan digunakan secara berurutan, seperti ayam.
dalam perincian dan pemaparan. Di antara 84 anggota yang hadir,
54 orang menyatakan setuju,
25 orang tidak setuju, dan 5
orang abstain.
Dalam pesta tersebut ditampil-
kan 40 pasang penerima tamu,
35 orang pagar ayu, dan
35 orang pagar bagus.
m. Lambang bilangan pada awal kalimat tidak boleh ditulis Lima belas orang tewas dalam
kecelakaan itu atau
dengan angka. Jika perlu, susunan kalimat-kalimat diubah Dalam kecelakaan itu 15 orang
sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu tewas.
atau dua kata tidak terdapat di awal kalimat.
D. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Mustakim. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1989. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1999. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Diknas RI. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Sakri, Adjat. 1992. Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
A. PENDAHULUAN
Kalimat yang efektif
Sebuah makalah, baik makalah ilmiah maupun populer, adalah kalimat yang secara
merupakan upaya penulis untuk mengomunikasikan jitu atau tepat mewakili
gagasan atau perasaan
pemikirannya kepada khalayak luas. Pada saat sebuah tulisan, penulis
dalam hal ini, sebuah makalah dibaca, antara isi makalah dan
pembacanya hanya ada bahasa. Bahasalah yang merupakan
perantara atau media penyampai gagasan penulis kepada
pembaca. Jika karya tulis yang disusun oleh penulis tidak jelas,
tidak akan ada pesan yang dipahami oleh pembaca. Dalam
upaya menyusun sebuah karya tulis kemampuan dan
keterampilan penulis dalam merangkai kalimat memegang
peranan penting.
Syarat
Untuk itu, penulis harus menguasai persyaratan yang tercakup kalimat efektif adalah
dalam kalimat yang efektif. Kalimat yang efektif adalah a. kesatuan gagasan,
kalimat yang secara jitu atau tepat mewakili gagasan atau b. kepaduan,
c. penalaran,
perasaan penulis. Untuk dapat membuat kalimat yang efektif, d. kehematan atau
ada tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu kesatuan gagasan, ekonomi bahasa,
e. penekanan,
kepaduan, penalaran, kehematan atau ekonomi bahasa, f. kesejajaran, dan
penekanan, kesejajaran, dan variasi. Di samping ketujuh aspek g. variasi
tersebut ada pula tiga hal lain yang perlu mendapat perhatian
pada saat kita menulis, yakni pilihan kata, ejaan, dan tanda
baca (pungtuasi).
B. KESATUAN GAGASAN
Seperti halnya paragraf, gagasan sebuah kalimat harus jelas. Sebuah kalimat dalam laras
ilmiah harus mengandung
Jika gagasan utama sebuah paragraf terletak dalam kalimat sebuah subjek dan predikat.
pokok atau utama, gagasan utama kalimat terletak pada subjek
dan predikat kalimat. Sebuah kalimat, terutama kalimat dalam
laras ilmiah, harus mengandung sebuah subjek dan predikat.
Ketentuan tersebut dapat dilanggar dalam laras komik, laras Lima fungsi dalam
kalimat
dongeng, atau tulisan berjenis narasi dan deskripsi. a. subjek,
b. predikat,
Dalam tata bahasa Indonesia dikenal lima fungsi dalam c. objek,
kalimat, masing-masing adalah subjek, predikat, objek, d. pelengkap, dan
e. keterangan
pelengkap, dan keterangan. Subjek dan predikat merupakan
Pelengkap musabab
S1 + P1 (+ O/Pel) (+ Ket)
S1 + P1 + konjungsi + S2 + P2
S1 + P1
Konjungsi + S2 + P2
Bahwa ujian akan diundur sudah diketahui semua orang
Konj + S2 + P2 = S1 P1 Pelengkap
S1 + P1 + O1
Konjungsi + S2 + P2
Ia mengatakan bahwa Pemilu akan berlangsung
damai.
S1 P1 Konj + S2 + P2
S1 + P1 + Keterangan
Konjungsi + S2 + P2
Peraturan itu berlaku setelah dekan baru dilantik.
S1 P1 Konj + S2 + P2
C. KEPADUAN
D. PENALARAN
Kesatuan dan kepaduan dalam kalimat tidak akan tercapai jika Penalaran
tidak disertai oleh penalaran. Penalaran adalah suatu alur adalah
suatu alur berpikir
berpikir yang berusaha agar kalimat dapat dipertanggung- agar kalimat dapat
jawabkan dan dapat dipahami dengan mudah, cepat, tepat, dipertanggungjawabkan,
dapat dipahami dengan
serta tidak menimbulkan kesalahpahaman. Unsur-unsur dalam mudah, cepat, tepat, serta
kalimat dihubung-hubungkan sehingga membentuk kesatuan tidak menimbulkan
pikiran yang masuk akal. kesalahpahaman
G. KESEJAJARAN
H. VARIASI
Variasi
adalah
Variasi dalam kalimat adalah penggunaan berbagai pola penggunaan berbagai pola
kalimat untuk mencegah kebosanan pembaca dan untuk kalimat untuk mencegah
menjaga agar minat dan perhatian pembaca tetap terpelihara. kebosanan pembaca dan
untuk menjaga agar minat
Ada berbagai variasi dalam kalimat, yakni dan perhatian pembaca tetap
terpelihara.
a. Cara mengawali sebuah kalimat:
1) Subjek pada awal kalimat,
2) Predikat pada awal kalimat, atau a) Jenis Variasi
dalam Kalimat
3) Keterangan pada awal kalimat. a. cara mengawali kalimat.
b. panjang pendek kalimat.
b. Panjang pendek kalimat. c. jenis kalimat.
d. kalimat aktif dan pasif.
c. Jenis kalimat, seperti kalimat berita, kalimat perintah. e. kalimat langsung dan
tidak langsung.
d. Kalimat aktif dan pasif.
e. Kalimat langsung dan tidak langsung.
I. DAFTAR KONJUNGSI
adapun jangankan seakan-akan
agar jangankan …selang seandainya
agar supaya jika sebab
akan tetapi jika kiranya sebaliknya
alih-alih jikalau sebelumnya
alkisah kalau (nonbaku) sebermula
andaikata kalau-kalau (nonbaku) sedang
apabila kalaupun sedangkan
apalagi karena sehingga
arkian kecuali sekalipun
asal kemudian sekalipun begitu
asalkan kendati sekalipun demikian
atau kendatipun sekiranya
bahkan ketika selain
bahwa kian… kian selain itu
bahwasanya lagi selanjutnya
baik… ataupun ... lagi pula sembari (nonbaku)
baik… baik ... lalu sementara
baik… maupun ... lamun sementara itu
begitu lantaran seolah-olah
begitu… begitu ... lantas (nonbaku) seraya
berhubung lebih-lebih serta
bertambah… bertambah ... lebih-lebih lagi sesudah itu
biar maka sesungguhnya
biar…asal ... maka itu setelah itu
biarpun makin… makin… setelah sudah… maka
biarpun begitu malah sungguhpun begitu
bilamana malahan sungguhpun demikian
bukan ... melainkan ... mana pula supaya
bukan hanya ... melainkan ... manakala syahdan
boro-boro (nonbaku) manalagi tambahan lagi
dalam pada itu melainkan tambahan pula
dan mengenai tapi (nonbaku)
dan lagi mentang-mentang tatkala
daripada meski tempat
demi meskipun tengah
di mana meskipun begitu teringatnya
di mana … di situ ... meskipun demikian tetapi
di samping misalnya tiap kali
di samping itu namun umpamanya
entah…entah… nan waktu
gara-gara (nonbaku) oleh karena walapun demikian
hanya oleh karena itu walau
hatta omong-omong (nonbaku) walaupun
hingga padahal ya… ya ...
hubaya-hubaya sambil yaitu
itu pun sampai yakni
jangan-jangan sampai-sampai yang
J. DAFTAR PREPOSISI
K. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.
ke-2. Jakarta: Balai Pustaka.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991.
Prosiding Teknik Penulisan Buku Ilmiah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende–Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdiknas. 1999. Pedoman Ejaan yang
Disempurnakan. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Sakri, Adjat. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. (Ed. ke-2) Bandung: Penerbit ITB
Bandung.
Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Widiastuti, Udiati. 1995. Panduan Pustaka: Kalimat Efektif Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
1. Daftar Pustaka
Frasa Daftar Pustaka bersinonim dengan Bibliografi dan DAFTAR PUSTAKA
Kepustakaan, yaitu “semua buku, karangan, dan tulisan
bersinonim dengan
mengenai suatu bidang ilmu, topik, gejala, atau kejadian” (KBBI Bibliografi dan
Ed. ketiga 2002: 912). Sumber yang didaftarkan mencakup Kepustakaan,
sumber-sumber yang diacu dan yang tidak diacu. Sumber yang yaitu semua buku,
diacu adalah sumber yang digunakan penulis sebagai sumber karangan, dan tulisan
informasi untuk tulisannya. Sumber yang tidak diacu adalah mengenai suatu bidang
ilmu, topik, gejala, atau
sekalian buku dan sumber pustaka lain yang pernah dibaca kejadian (KBBI Ed. ketiga
penulis, tetapi, mungkin, tidak digunakan untuk penyusunan 2002: 912).
tulisannya. Ada arti lain yang dikandung istilah kepustakaan,
yaitu “sumber acuan” (KBBI Ed. ketiga 2002: 912), Akan
tetapi, arti tersebut lebih tepat digunakan untuk ragam
rujukan yang kedua, yaitu Daftar Acuan.
2. Daftar Acuan
DAFTAR ACUAN
Acu berarti “menunjuk (kepada); merujuk” dan acuan
berarti “rujukan; referensi” (KBBI Ed. ketiga 2002: 4–5). bersinonim dengan
Daftar Rujukan dan
Dengan demikian, arti kedua kepustakaan, yaitu “daftar kitab Daftar Referensi,
yang dipakai sebagai sumber acuan untuk mengarang dan
yaitu daftar kitab yang
sebagainya” (KBBI Ed. ketiga 2002: 912) sangat tepat dipakai sebagai sumber
menggambarkan pengertian yang dikandung Daftar Acuan, acuan untuk mengarang
yang bersinonim dengan Daftar Rujukan dan Daftar Referensi. dan sebagainya
(KBBI Ed. ketiga 2002:
Dengan kata lain, dalam Daftar Acuan hanya didaftarkan 912)
sumber-sumber pustaka yang memang dan benar diacu
penulis untuk menyusun tulisannya. Daftar Acuan memuat
sekalian pustaka yang menjadi sumber sintesis kerangka
pemikiran penulis serta melandasi alasan pemilihan topik,
metode penelitian, dan proses analisisnya.
6. Catatan Kaki
CATATAN KAKI
Catatan kaki adalah “keterangan yang dicantumkan pada
margin bawah pada halaman buku (biasanya dicetak dengan keterangan yang
dicantumkan pada margin
huruf yang lebih kecil daripada huruf di teks guna bawah pada halaman buku
menambahkan rujukan uraian di dalam naskah pokok)” (KBBI (biasanya dicetak dengan
Ed. ketiga 2002: 196). Jika keterangan semacam itu huruf yang lebih kecil
daripada huruf di teks guna
ditempatkan di akhir bab atau, bahkan, di akhir karangan, menambahkan rujukan
catatan itu disebut sebagai Keterangan atau Catatan Belakang. uraian di dalam naskah
pokok
(KBBI Ed. ketiga
Hubungan antara catatan kaki dan teks yang diberi 2002: 196)
penjelasan, biasanya, dinyatakan dengan nomor penunjukan
yang sama untuk teks dan catatan kakinya. Baik di dalam teks,
maupun pada catatan kakinya, nomor tersebut dicetak sebagai
superskrip, yaitu huruf yang berukuran lebih kecil daripada
teks dan berada sekitar setengah spasi lebih tinggi daripada
teks. Dengan peranti lunak MS-Word, misalnya, pembuatan
catatan kaki dapat dilakukan secara otomatis1. Pilihan untuk
menandai hubungan juga tersedia beragam, misalnya dapat
berupa nomor urut angka arab (1,2,3…), angka romawi kecil (i,
ii, iii, …), huruf kecil (a, b, c, …), tanda asterisk (*), atau tanda
salib (†).
1
Ini contoh pembuatan catatan kaki secara otomatis yang menggunakan nomor urut.
Jika catatan kaki menunjuk kembali kepada sumber yang telah SINGKATAN
disebut lebih dahulu, tetapi sudah diselingi sumber lain, digunakan
ibid. = ibidem (di tempat
singkatan op. cit. atau loc. cit., tergantung pada jenis sumber yang yang sama)
diacu. loc. cit. = loco citato
(bagian
karangan yang
Singkatan op.cit. (= opere citato), yang berarti karya yang dikutip)
telah dikutip, digunakan jika catatan itu menunjuk kembali op. cit. = opere citato
kepada sumber buku yang telah disebut lebih dahulu, tetapi (karya yang
telah dikutip)
sudah diselingi sumber lain.
Jika ada lebih dari satu buku ditulis orang yang sama dan
buku-buku itu dirujuk, nama penulis diikuti satu bentuk
singkat dari judul yang dimaksud agar tidak menimbulkan
keraguan.
Contoh: 3Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: Gramedia,
1982), hlm. 25.
4Gorys Keraf, Komposisi. Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa
(Ende: Nusa Indah, 1994), hlm. 50.
5Keraf, Argumentasi, hlm. 60.
Jika tidak ada nama penulis, catatan kaki dimulai dengan judul
buku atau judul artikel.
1Joseph Gibaldi, MLA Handbook for Writers of Research Papers. 5th ed.
(New York: MLA, 1999), hlm. 35.
2Ibid. hlm. 40.
7Sabarti
Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan, Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia (Jakarta: Erlangga, 1988), hlm.
35.
Contoh:
Sumber: Keraf, G. 1989. Komposisi. Sebuah pengantar kemahiran bahasa. Nusa Indah, Ende: 258–259. (cf.
Rifai, M.A. 1995. Pegangan gaya penulisan, penyuntingan, dan penerbitan karya ilmiah Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta: 112.)
Tulisan di bawah ini merupakan bagian dari Latar Belakang sebuah buram Usulan
Penelitian. Kesatuan dan kepaduan paragraf tidak efektif
Sumber: Keraf, G. 1989. Komposisi. Sebuah pengantar kemahiran bahasa. Nusa Indah, Ende: 258–259. (cf.
Rifai, M.A. 1995. Pegangan gaya penulisan, penyuntingan, dan penerbitan karya ilmiah Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta: 112.