_________________________________________________________________________
1. PENDAHULUAN
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk
dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi,
laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi
LARAS BAHASA
adalah
kesesuaian antara bahasa
dan
fungsi pemakaiannya.
2. LARAS ILMIAH
Karya tulis ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri. Sebuah
karya tulis fiksi, atau sering disebut karya sastra, merupakan
ekspresi diri penulisnya yang dihasilkan dari imajinasi penulis.
KARYA TULIS
ILMIAH
bukan
karya ekspresi diri.
KARYA TULIS
ILMIAH
merupakan
hasil rangkaian fakta
yang berupa hasil
pemikiran, gagasan,
peristiwa, gejala, dan 1
pendapat.
peranan
utama.
Oleh
karenanya,
berbagai
F.
PERSYARATAN
KARYA TULIS ILMIAH
A. Menyajikan fakta objektif
secara sistematis atau
menyajikan aplikasi
hukum alam pada situasi
spesifik.
B. Ditulis secara cermat,
tepat, benar, jujur, dan
tidak bersifat terkaan..
C. Harus disusun secara
sistematis.
D. Menyajikan rangkaian
sebab-akibat yang
mendorong pembaca untuk
menarik kesimpulan.
E. Mengandung pandangan
yang disertai dukungan
dan pembuktian
berdasarkan suatu
hipotesis.
F. Ditulis secara tulus.
G. Pada dasarnya bersifat
ekspositoris.
CIRI BAHASA
KARYA TULIS ILMIAH
1. Harus tepat dan
tunggal makna, tidak
remang nalar atau
mendua makna.
2. Harus secara tepat
mendefinisikan setiap
istilah, sifat, dan
pengertian yang
digunakan, agar tidak
menimbulkan
kerancuan atau
keraguan.
3. Harus singkat,
berlandaskan ekonomi
bahasa.
RAGAM BAHASA
adalah
variasi bahasa yang
terjadi karena pemakaian
bahasa.
RAGAM BAHASA
dilihat dari
(1) media pengantarnya:
tulis, lisan;
(2) situasi pemakaiannya:
formal, semiformal,
dan nonformal.
KRITERIA
PEMBEDA RAGAM
BAHASA
A. Topik yang sedang
dibahas;
B. Hubungan
antarpembicara;
C. Medium yang
digunakan;
D. Lingkungan; atau
E. Situasi saat
pembicaraan terjadi
CIRI PEMBEDA
RAGAM BAHASA
A. Penggunaan kata sapaan
dan kata ganti
B. Penggunaan kata tertentu
C. Penggunaan imbuhan
D. Penggunaan kata
sambung (konjungsi) dan
kata depan (preposisi)
E. Penggunaan fungsi yang
lengkap.
PENGGUNAAN KATA
SAPAAN DAN KATA GANTI
PENGGUNAAN KATA
TERTENTU
PENGGUNAAN IMBUHAN
KATA SAMBUNG
(KONJUNGSI) DAN
KATA DEPAN (PREPOSISI)
PENGGUNAAN FUNGSI
YANG LENGKAP
laras
dapat
disampaikan
dalam
ragam
formal,
itu,
kita
harus
mempelajari
unsur-unsur
LARAS ILMIAH
Harus selalu menggunakan
RAGAM BAHASA
FORMAL
sekalipun disampaikan
secara lisan.
yang
4. DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka.
Azahari, Azril. 1998. Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Penerbit
Univertas Trisakti.
Brotowidjojo, Mukayat D. 2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed. ke-2). Jakarta:
Akademika Pressindo.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991.
Prosiding Teknik Penulisan Buku Ilmiah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. EndeFlores:
Penerbit Nusa Indah.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah-Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk
Majalah. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
LATIHAN 1
Bersama-sama dalam kelas, bacalah teks di bawah ini dengan cermat. Tentukanlah
unsur-unsur yang menandai teks ini sebagai sebuah karya ilmiah.
Biota Vol. VII(2): 73-76, Juni 2002
ISSN 0853-8670
10
11
LATIHAN 2
Bersama-sama dalam kelompok, bacalah teks di bawah ini dengan cermat. Tentukanlah unsur-unsur
yang menandai teks ini sebagai sebuah karya ilmiah.
12
13
LATIHAN 3
A. Bacalah kutipan-kutipan berikut dengan cermat.
B. Tentukanlah ciri-ciri laras ilmiah yang terdapat dalam setiap kutipan.
C. Catatlah peristilahan yang digunakan dalam setiap bidang ilmu.
1. Sebelum krisis keuangan pada tahun 1997, memang sudah tampak kecenderungan dunia
usaha untuk lebih memperhatikan cara yang baik dalam penyelenggaraan perusahaan.
Akan tetapi, kecenderungan itu masih terbatas pada perusahaan publik dan perusahaan
yang berniat go public. Kecenderungan tersebut diperkuat oleh Undang-Undang
Perseroan Terbatas yang mulai berlaku pada tahun 1996 serta Undang-Undang Pasar
Modal dan Kodifikasi Aturan-Aturan Bapepam. Walaupun demikian, dapat dikatakan
bahwa kebanyakan perusahaan belum tersentuh oleh ide bahwa kebehasilan suatu
perusahaan akan bergantung pada kerapian penyelengaraannya. Dalam konsep sekarang
ide itu dikenal sebagai standar good corporate governance. (Dikutip dengan suntingan
dari Jentera, Jurnal Hukum, No. 1, 2002: 57.)
2. Uang, kemudian, menjadi bagian dari sistem peradilan itu sendiri. Ruang pengadilan
kemudian hanya menjadi sebuah lantai bursa, tempat berbagai pihak dapat
menegosiasikan harga sebuah keputusan hukum. Negosiasi terjadi dari tingkat paling
rendah, seperti negosiasi antara polisi dan pelanggar lalu lintas sampai ke peradilan yang
melibatkan pejabat tinggi dan konglomerat. (Dikutip dengan suntingan dari Jentera,
Jurnal Hukum, No. 1, 2002: 74.)
3. Kualitas dan sifat pengasuhan yang diberikan oleh orang tua akan mempengaruhi
perkembangan emosi anak, seperti kerentanan mereka menghadapi frustrasi, perasaan
marah, agresivitas, anxiety, rasa putus asa, dan rasa tak berdaya dalam menghadapi
berbagai masalah (Erikson, 1950). (Berita Lembaga Penelitian UI, No. 4, Februari
1990: 29.)
4. Di dalam keluarga, fungsi ibu dan ayah agak berbeda. Seorang ibu sering disebut
sebagai the expressive-affectional leader yang tugasnya menenteramkan/ menstabilkan
dan menciptakan harmoni dalam keluarga sehingga kehidupan emosi keluarga, terutama
anak, dapat terpuaskan, sedangkan ayah adalah the instrumental leader yang diharap
akan memberikan bantuan, perlindungan dan posisi keluarga di masyarakat. Terhadap
anak, ayah mempunyai fungsi mendisiplin. Kerja sama di antara kedua orang diperlukan
bukan saja agar terdapat kesatuan pendapat, tetapi juga agar setiap orang tua dapat
menjalankan fungsi utamanya. (Berita Lembaga Penelitian UI, No. 4, Februari 1990:
29.)
5. Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor penghasil devisa negara, memberikan
manfaat yang sangat besar artinya bagi peningkatan kesejahteraan petani kopi.
Perolehan devisa rata-rata sebesar US$537,9 juta atau 1,57% dari total ekspor nonmigas
(AEKI, 1999). Luas areal tanaman kopi di Indonesia pada tahun 1997 adalah 1.155.235
ha dan pada tahun 1998 mengalami peningkatan menjadi 1.156.538 ha. Produksi yang
dicapai pada tahun 1997 adalah 453.956 ton dan pada tahun 1998 sebesar 455.119 ton.
Kopi diperdagangkan dalam berbagai bentuk, antara lain kopi bubuk. Mutu kopi
ditentukan oleh keadaan fisik dan cita rasa (cup taste) yang saling melengkapi. Sampai
saat ini cita rasa kopi bubuk belum menjadi standar mutu dalam Standar Nasional
14
Indonesia (SNI), walaupun konsumen lebih mengutamakan cita rasa seduhan yang
dihasilkan. (Agrosains Vol.15, No.1, Januari 2002: 7374.)
6. Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena
merokok adalah salah satu faktor risiko utama dari beberapa penyakit kronis, seperti
kanker paru, kanker saluran pernafasan bagian atas, penyakit jantung, stroke, bronkitis,
emphysema, dan lain-lain, bahkan merokok dapat mematikan. Penyakit kronis dan
kematian dini akibat merokok banyak terjadi, terutama di negara maju, akan tetapi
sekarang dengan cepat wabah ini berpindah ke negara berkembang. Bila pada tahun
2000 hampir 4 juta orang meninggal akibat merokok maka pada tahun 2020 akan
meningkat menajadi 7 dari 10 orang yang meninggal karena merokok. Hal itu
diperkirakan akan terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah. Diestimasikan
pada tahun 2030 mendatang 10 juta orang akan meninggal setiap tahunnya karena
merokok. (Bul. Penel. Kesehatan Vol.30, No.3, 2002: 139.)
8. Hingga saat ini telah banyak kebijaksanaan pemerintah terhadap pedagang kaki lima.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut mencerminkan dua sikap dasar pemerintah kota.
Di satu pihak, pemerintah kota melakukan kebijaksanaan akomodasi dan promosi, di lain
pihak, membatasi kegiatan-kegiatan sektor informal ini. Kebijaksanaan yang bersifat
akomodasi dan promosi adalah pemerintah kota menerimanya karena usaha pedagang
kaki lima dapat menyerap dan menampung tenaga kerja yang besar dalam mengurangi
pengangguran. Kebijaksanaan yang membatasi kegiatan pedagang kaki lima adalah
karena pemerintah kota berkewajiban mencegah gangguan-gangguan ketertiban dan
keamanan. (Berita Lembaga Penelitian UI, No. 4, Februari 1990: 23)
15