DI
HATCHERY MENCUT
(SEXING DOC DI HATCHERY MENCUT)
Disusun oleh:
SRI ASTUTI
NIS 181910134
i
YAYASAN NURUL HUDA SINDANGMUKTI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NURUL HUDA
Keahlian: Agribisnis Ternak Unggas
Desa Sindangmukti Kecamatan Panumbangan – Ciamis – 46263
Telpon 0265-2461269, Email smk.nh.unggas@gmail.com
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DI HATCHERY MENCUT CV. TANJUNG MULYA CIAMIS
Hari :
Tanggal :
Nama Siswa : SRI ASTUTI
Kelas : XII A - ATU
Kepala Program ATU, Koordinator PKL
Menyetujui,
NIP: 196909261992191002
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DI
HATCHERY MENCUT CV. TANJUNG MULYA CIAMIS
Hari :
Tanggal :
Nama Siswa : SRI ASTUTI
Kelas : XII – A ATU
Direktur
CV. Tanjung Mulya Ciamis
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan hasil Praktek Kerja
Lapangan di CV. Hatchery Tanjung Mulya. Penyusunan laporan ini
merupakan salah satu tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa yang
mengikuti Prakerin.
iv
10. Teman-teman SMK Nurul Huda Panumbangan. yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan laporan ini.
11. Pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat saya sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Demi peningkatan kualitas
penulisan selanjutnya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan Praktek Kerja Lapangan
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususya, dan umumnya bagi pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
KETERANGAN HAL
Halaman Judul ...................................................................................... i
Halaman Pengesahan Sekolah ............................................................. ii
Halaman Pengesahan Industri ............................................................. iii
Kata Pengantar .................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................. v
Daftar Tabel..........................................................................................vi
Daftar Gambar ....................................................................................vii
Daftar Lampiran..................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan ...............................1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan.............................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sexing.................................................................2
BAB III PROSES DAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN 6
A. Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ......................6
B. Kegiatan Yang Dilaksanakan...............................................8
C. Masalah Yang Dihadapi.....................................................16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................21
B. Saran...................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPRAN – LAMPIRAN
vi
DAPTAR GAMBAR
vii
Gambar 26. Telur dirty (kotor)
Gambar 27. Telur abnormal
Gambar 28. Telur damage ( pecah)
viii
DAPTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Mendorong siswa berjiwa wirausaha yang disiplin,percaya diri dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
3. Memberikan pengalaman dan penghargaan langsung terhadap
pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
4. Agar siswa dapat membandingkan antara teori yang di dapat di
sekolah dengan praktiknya di lapangan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sexing
Sexing adalah tindakan khusus untuk menentukan jenis
kelamin. Penentuan jenis kelamin dari telur yang baru menetas
(kutuk,meri,dan burung puyuh umur sehari) merupakan suatu
pekerjaan yang sangat penting ,terutama unggas yang di pelihara
dengan tujuan sebagai penghasil telur konsumsi. Hal ini karna
keberadaan unggas jantan tidak diperlukan ,karena unggas tanpa
pejantan dapat bertelur.Kemampuan untuk menentukan jenis
kelamin sangat penting terutama para perusahaan pembibitan sebab
umumnya hasil penetasan diperoleh ratio jantan dan betina adalah
50:50 (Riswantiyah. dkk, 1999).
Sexing pada DOC (Day Old Chick) DOC adalah anak ayam
yangberumur
sehari yang merupakan komuditas unggulan perunggasan hasil
persilangan dari jenis – jenis ayam berproduksi tinggi yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi.
Salah satu ciri khas yang di miliki komoditas ini adalah memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat (Rahmadani, 2009).
B. Metode sexing DOC
Ada dua metode sexing ,antara lain :
a. Sexing system Vent Menthod atau membuka cloaka/anus.
3
b. Sexing system feather sexing atau berdasarkan bulu ayam
(Sutrisno,2012).
Setiap metode memiliki kesulitan masing – masing sehingga jarang
digunakan oleh pemilik peternakan skala kecil.
Sexing cloaka di dasarkan pada identifikasi visual jenis kelamin
berdasarkan bentuk organ sexual.
Sexing bulu pada bagian sayap di dasarkan pada perbedaan antara
karakteristrik pada saat menetas (Fadhil, 2011)
1. Sexing cloaka pada ayam saat menetas memiliki tingkat kesulitan
tersendiri yang menjadikannya cenderung lebih susah di bandingkan
menentukan jenis kelamin jenis hewan lainnya. Alasannya karena
organ sexual unggas terletak di dalam tubuhnya dan tidak mudah di
bedakan. Organ kopulatori ayam bisa di identifikasi apakah berjenis
kelamin jantan atau betina dari bentuknya, namun ada lebih dari 15
perbedaan bentuk untuk di perhatikan . Oleh karna itu, hanya ada
beberapa orang memiliki pengalaman dalam menentukan jenis
tersebut. Kebanyakan dari mereka di latih dan di pekerjakan
dihatchery komersial. Pelatihan menjadi chick sexer ini sangat sulit
dan terlalu panjang sehingga rata-rata pemilik peternakan uggas
jarang menggunakannya.
2. Sexing bulu berdasarkan ada karakteristrik yang membedakan antara
ayam jantan dan ayam betina. Metodenya sangat mudah di pelajari
oleh anak kandang,namun kemunculan bulu di tentukan oleh sifat –
sifat genetik terseleksi yang biasanya tampak pada strain ayam.
4
banyak”. Pelaksanaan sexing yang kurang baik, baik saat
pelaksanaan kurang akurat maupun teknis sehingga membuat ayam
stres akan memberikan sampak yang tidak ringan baik secara teknis
maupun ekonomisnya (Boedi,2010).
5
BAB III
PROSES DAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN
6
b. Waktu Pelaksanaan PKL
PKL dilaksanakan mulai tanggal 1 Agustus 2020 sampai
dengan 30 September 2020 di Hatchery Mencut CV. Tanjung Mulya
Ciamis
c. Alamat Perusahaan
Hatchery Mencut CV. Tanjung Mulya Ciamis, terletak di
Dusun Manganti, Desa Sindangmukti, Kecamatan Panumbangan-
Ciamis, Provinsi Jawa Barat.
d. Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi Perusahaan
CV. Tanjung Mulya Ciamis ingin menjadi perusahaan sehat
yang mempunyai inti usaha terpadu beroperasi secara “fleksibel”
mandiri secara “finansial”.
2. Misi Perusahaan
Melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang peternakan
untuk mendukung kemandirian SDM, dan selalu berusaha untuk
membina SDM-SDM lokal yang siap untuk bersaing
menghadapi era ekonomi Global.
e. Struktur Organisasi Perusahaan :
Adapun struktur Manajement Perusahaan Hatchery Tanjung
Mulya Farm terdiri dari :
Dewan Direksi : H. Udin Saepudin
Wali Direksi : Hj. Titin & H. Swandi
Kepala unit : Bp. Ukay Sukarsa
Administrasi : Bp. Irfan
Mekanik : Asep & Deni
Peralatan Mesin : Ewo & Cucun
Operator Lapangan : Cecep
Quality Control : Hani
7
Produksi : Ade
Operator : Seluruh staff karyawan
B. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
a. Penempatan kerja selama PKL dan waktunya
Penempatan kerja selama PRAKERIN di Tanjung Mulya
Hatchery Panumbangan Ciamis penulis mengikuti prosedur
perusahaan tentang penempatan kerja, dimana penulis
berkesempatan mengikuti tahapan – tahapan prosesing telur datang
sampai menetas menjadi DOC.
b. Uraian tugas yang dilaksanakan
Uraian tugas yang dilaksanakan dalam proses penetasan telur
tetas menjad DOCadalah dimulai dari telur yang telah mengalami
sanitasi dan fumigasi mulai dari seleksi di kandang hingga selama
proses penetasan.
Tahap-tahap menetaskan telur dimulai dari penerimaan telur
sampai prosessing DOC dan distribusi, dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Penerimaan HE
Langkah pertama dalam melakukan penetasan adalah
melakukan penerimaan HE. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi telur tetas yang akan di inkubasikan sehingga mampu
menentukan masa inkubasi yang tepat sesuai kondisi telur tetas.
Adapun hal – hal yang mutlak diketahui adalah:
Jenis HE (broiler/layer)
Status Kesehatan Flock
Usia induk dikandang sangat mempengaruhi berat telur
yang akan diseleksi.
Lama koleksi (hari), jika dari farm/hatchery dikoleksi
terlebih dahulu baru dikirim. (waktu yang ideal untuk
HE dikandang 1-4 hari).
8
2. Grading
Grading merupakan pengelompokam atau pemisahan antara
telur yang layak tetas (Hatching Egg) dan telur yang tidak layak tetas
(Grade Out). Grading dilakukan menggunakan mesin dan sewaktu-
waktu dilakukan secara manual. Suhu normal di grading adalah 28̊C,
jangan lebih dari 30̊C.
Ciri – ciri telur yang layak tetas :
1) Berat telur normal.
2) Bentuk telur normal yaitu berbentu oval.
3) Warna kulit telur merata.
4) Kerabang telur tidak tipis, berukuran 0,33 mm.
5) Kulit telur tidak kasar dan tidak berbintik – bintik.
Ciri – ciri telur yang tidak menetas :
1) Dirty ( Telur Kotor)
2) Crack ( Retak Rambut)
3) Damage ( Telur Pecah)
4) Double yolk
5) Kerabang berwarna amat putih
3. Fumigasi
Setelah selesai di grading kemudian telur dimasukan keruang
fumigasi. Fumigasi merupakan proses sterilisasi telur dengan cara
pengasapan dengan memasukan telur kedalam sebuah ruangan.
Fumigasi adalah pembasmian hama dengan menggunakan
antiseptic yang kuat berupa uap (fumigo = smoke). Pembasmian ini
mutlak dikerjakan terhadap incubator untuk mencegah penularan
penyakit sebab melalui incubator mudah sekali tersebar berbagai
penyakit unggas yang akan dibawa meluas oleh anak unggas yang
menetas.
Fumigasi bertujuan untuk menyeterilkan bakteri yang ada
pada telur. Telur berada diruang fumigasi selama 15 – 20 menit.
9
Campuran yang dipakai dalam fumigasi yaitu PK dan Formalin
dengan perbandingan 1: 2 (50 gram PK dan 100 ml formalin).
4. Colling Room
Cooling room merupakan tempat penyimpanan telur
sementara sebelum di setting yang bertujuan untuk menyeragamkan
suhu kerabang dan menudurkan embrio untuk menekan pertumbuhan
embrio didalam telur sebelum masuk ke mesin tetas. Suhunya yaitu
18,3̊C dan kelembabannya 60 – 70%. Telur disimpan di cooling
room selama 1 – 4 hari. Telur yang disimpan terlalu lama akan
memperlambat proses penetasan dan sebaliknya jika telur disimpan
terlalu singkat, ditakutkan belum terjadinya keseragaman suhu telur.
5. Pre warming
Pre warming ( pra penghangatan) adalah proses yang
dilakukan setelah telur keluar dari cooling room. Pre warming
merupakan pemanas awal terhadap telur tetas sebelum dimasukam
keruang setter dengan tujuan agar tidak terjadi “Heat Shock” dan
mengembalikan suhu mesin kesuhu operasi selama 8 jam dalam suhu
dibawah 99,5̊F dengan tujuan supaya suhu telur yang rendah ketika
masuk mesin yang suhunya tinggi tidak mengalami Low
Temperatur. Tidak ada ruang khusus untuk pre warming, akan tetapi
proses ini dilakukan dengan menaruh roda telur (troli) di depan
ruangan setter sebelum dilakukan setting.
6. Setting
Setting merupakan proses memasukan telur kedalam mesin
setter atau ruang inkubasi, sesuai seri dan jam tertentu. Dengan
menggunakan suhu 99,5̊F dan kelembaban 85,0̊F. telur berada
didalam inkubasi (pengeraman atau pengopenan) selama 18 – 19 hari
dengan sistem pembalikan (Turning) yang di lakukan I jam sekali
secara otomatis dengan kemiringan 45 derajat, dengan tujuan supaya
embrio dapat memanfaatkan seluruh albumen protein yang tersedia
10
dan mencegah penempelan embrio pada sel membran khususnya
pada minggu pertama inkubasi dan juga supaya telur mendapatkan
panas yang merata.
7. Candling
Candling atau penoropongan merupakan proses pemisahan
antara telur yang dibuahi (fertil) dan telur yang tidak dibuahi
(infertil) dilakukan di tempat yang gelap dengan menggunakan
cahaya neon pada bagian candling.
Perbedaan telur fertil dan infertil akan terlihat tampak jelas
pada proses candling ini, perbedaannya yaitu telur fertil akan terlihat
tampak gelap karena didalam telur tersebut terdapat embrio yang
tumbuh, sedangkan telur ijfertil jika terkena cahaya lampu neon akan
menembus kedalam telur dan telur itu tampak merah karena tidak
terdapat embrio yang tumbuh.
Dalam proses candling pasti ada saja telur yang meledak atau
sering disebut dengan exploder egg. Exploder egg merupakan telur
busuk yang di sebabkan karena telur terkontaminasi oleh telur yang
retak terbawa setting. Exploder egg merupakan sebuah masalah
besar yang harus dihadapi oleh hatchery, karena hal ini dapat
menyebabkan menurunnya hatchability dan juga dapat
mempengaruhi kualitas DOC yang dihasilkan.
8. Transfer Egg
Transfer egg merupakan proses pemindahan dari mesin
incubasi (setter) ke mesin penetas (hatcher) yang melewati proses
candling. Lama proses transfer tidak boleh melebihi 1 jam / mesin,
karena akan mempengaruhi daya tetas, penurunan temperature,
mempengaruhi suhu di cangkang telur, dan perbedaan jam tetas
(lebih lambat).
9. Pull chick
11
Pull chick merupakan dimana ayam yang sudah menetas rata
dan siap di packing. Suhu diruang pull chick jangan kurang dari 28̊C,
jika kurang akan terjadi penurunan metabolisme ayam atau
metabolisme rendah. Menurut Standar Nasional, bobot DOC
minimal tidak kurang dari 37 gram.
Kriteria dan syarat pull chick:
1. Semua telur secara keseluruhan sudah menetas.
2. DOC sebaiknya dipanen ketika masih 5% basah di sekitar
bulu.
3. Pusar (navel) sudah menutup rapat dan kering.
4. DOC bernafas dengan normal, tidak terengah – engah.
5. Pegang dan rasakan kondisi perut DOC, apakah yolk
terserap baik.
6. Kondisi perut yang normal adalah tidak kempis atau
lembut dan tidak keras, akan tatapi kenyal – kenyal.
10. Seleksi DOC
Seleksi DOC merupakan pemilihan DOC yang berkualitas
baik dan layak untuk dijual. Kemudian di packing dan di masukan
kedalan box DOC sesuai grade. 1 box DOC berkapasitas 100 ekor
ditambah bonus 2 ekor, jadi dalam 1 box berjumlah 102 ekor.
Adapun pemisahan DOC dapat dikelompokan sebagi berikut :
1.Grade 1/A atau plantinum.
2.Grade 2/B atau gold.
3. Grade 3/C atau apkir (culling).
Tanda – tanda DOC yang berkualitas baik :
1. Pusarnya kering dan tertutup dengan baik.
2. Mempunyai sisik kaki yang berwarna kuning cerah dan tidak
kering.
3. Sikapnya lincah, responsive dan warna buliu tidak kusam.
4. Besarnya relative seragam (Uniform).
12
5. tidak ada cacat fisik.
6. Mata cerah dan terang.
7. Pusar bersih dan kering dari yolk atau membrane yang
menonjol.
8. hidung anak ayam bersih dan tidak dan tidak ada bulu – bulu
kecil yang menempel.
9. Cepat beradaptasi dengan perubahan – perubahan lingkungan
yang minor dan mampu bereaksi normal dengan vaksin aktiv yang
diberikan.
Ciri – ciri DOC afkir:
1. Pusar hitam (Black Navel).
2. Pusar belum tertutup (Open Nevel).
3. Pusar kuning atau pusar basah (Omphalitis).
4. Lengket (Sticky Chick).
5. Lutut merah (Red Hock).
6. Kepala berputar.
7. Perut kembung.
8. Ada tali pusar (String Navel).
9. DOC kecil.
11. Sexing
Sexing DOC adalah kegiatan menyeleksi antara ayam jantan
dan betina yang dilaksanakan saat ayam baru menetas atau baru umur
1 hari.
Sexing di lakukan dengan tujuan untuk pemerataan populasi
dikandang, mempermudah penanganan saat panen karena ukuran
relative seragam, dan meminimalkan terjadinya persaingan yang tidak
seimbang dalam satu kelompok.
Sexing dilakukan dengan dua metode yaitu:
1. Metode fether sexing yaiyu melihat dari bulu ayam pada umur
satu hari.
13
2. Metode cloaca method yaitu melihat dari cloaca. Dan metode
tersebt hanya bisa dilakukan pada bibit ayam parent stock.
12. Packing
Packing merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan di
Hatchery. Dalam prosedur packing DOC, pendistribusian yang baik
harus di;engkapi data – data yang sesuai dengan data yang tertera
dibox DOC, yang meliputi:
1. Strain ayam.
2. Tanggal menetas.
3. Jumlah DOC perbox.
4. Usia induk DOC.
c. Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Alat yang Digunakan
1. Egg tray digunakan untuk menyimpan telur.
2. troli
3. Egg buggy adalah tenpat penyimpanan telur dimesin setter.
4. Box digunakan untuk menyimpan DOC.
5. Sapu, ember dan lap digunakan untuk sanitasi Hatchery.
6. Blower digunakan untuk membantu sirkulasi udara.
7. Rak egg adalah tempat menyimpan telur dalam mesin hatchery.
8. Koran untuk mengalasi bopx DOC.
9. Sancin atau selang digunakan untuk menyemprot air.
10. Tong besar sebagai tempat menyimpan kerabang telur.
11. Detergen dan desinfektan untuk membunuh bibit penyakit.
2. Bahan yang digunakan
a. Telur breeding parent stock pari, bedor dll
b. Bahan sanitasi, deterjen, desinfektan dll.
d. Prosedur Pelaksanaan Harian Kerja Hatchery Mencut
14
HARI KEGIATAN
Pull Chick KIP
Senin Grading Cimuncang
Candling
Rabu Rakit box
Candling
Ahad Koran Box
15
1) Lubang – lubang dan selokan yang memungkinkan masuknya
hama harus selalu dalam keadaan tertutup.
2) Hewan pemeliharaan seperti anjing, kucing dan ayam tidak
boleh berkeliaran di pekarangan tempat produksi apalagi
diruang produksi.
3) Bahan pangan tidak boleh tercecer dapat mengundang
masuknya hama.
4) Memeriksa lingkungannya dan kemungkinan timbulnya
sarang hama.
ii. Hygiene
Hygiene adalah kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk
menjamin keamanan pangan disemua tahap rantai pangan.
Contohnya : Alat cuci/pembersih seperti sikat, pel, detergen, dan
bahan sanitasi harus tersedia dan terawatt dengan baik (air panas
dapat digunakan untuk membersihkan peralatan tertentu).
iii. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja merupakan suatu kondisi dimana penulis
tidak aqda resiko didalam bekerja. Supaya keselamatan kerja itu
terwujud maka penulis melakukan beberapa hal, diantaranya:
1. Selalu menjaga kebersihan.
2. Melaksanakan hal – hal yang menjadi penunjang kesehatan.
3. Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan.
A. Masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah
1. Masalah yang dihadapi
a) Masalah internal yang dihadapi ketika prakerin:
1. Manajemen perusahaan yang kurang tertata.
2. Sumber Daya Manusia yang kurang berkualitas.
3. Kualitas produksi yang kurang baik.
4. Kuantitas produsi yang kurang.
16
5. Tingkat keselamatan
6. Kedisiplinan karyawan.
b) Masalah eksternal yang dihadapi ketika prakerin:
1. Kurangnya ilmu pengetahuan dalam melaksanakan
kegiatan – kegiatan ditempat Praktik Kerja Industri, jadi
penulis banyak bertanya sebelum melakukan semua
kegiatan.
2. Kurangnya komunikasi antara peserta Prakerin dengan
karyawan.
2. Pemecahan masalah
a) Pemecahan masalah internal:
1. mengadakan training dan seminar.
2. mengadakan pertemuan secara periodik.
3. mengadakan evaluasi
b) Pemecahan masalah eksternal:
1. Sebelum melaksanakan prakerin penulis harus
melaksanakan magang minimalnya 1 minggu di tempat
2. Prakerin Kerja Industri.
3. sharing dengan karyawan hatchery.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sexing
17
Membedakan jenis kelamin anak ayam dengan istilah
peternakan disebut dengan sexing. Sexing adalah proses seleksi ayam
berdasarkan jenis kelamin. Proses menyeleksi jenis kelamin anak
ayam ini pertama kali di temukan di jepan pada tahun 1933 oleh Prof.
Masui dan Hasimoto. Sexing di lakukan dengan tujuan untuk
pemerataan populasi dikandang, mempermudah penanganan saat
panen karena ukuran relative seragam, dan meminimalkan terjadinya
persaingan yang tidak seimbang dalam satu kelompok.
Dalam tujuan bisnis ternak ayam kampung chick sexing memiliki
peranan penting dalam sistem pemeliharaan ternak ayam. Sexing ini
saat di perlukan pada pemeliharaan ayam petelur karena pada usaha
ayam betina nya saja.
Pada DOC broiler (pedaging) sebetulnya tidak diperlukan proses
sexing, tetapi pada kenyataannya ada pembibitan yang mengerjakan hal
ini. Ayam jantan akan memberikan kecepatan pertumbuhan yang lebih
tinggi dari ayam betina.
18
Walaupun metode feather sexing ini sangat mudah
dilakukan, tetapi berkemungkinan tidak bisa dipakai untuk
semua jenis ayam, karena feather sexing tersebut pada mulanya
hanya untu strain – strain tertentu dari ayam broiler.
1) Berdasarkan alat kelamin (Cloaca Method)
Walaupum metode Cloaca Method adalah sangat akurat
( 95-100%), tetapi sulit diterapkan jika tidak terlatih.
Mungkin untuk pemula bisa menggunakan kaca pembesar untuk
mudah dilihat. Sementara metode feather sexing mungkin hanya
cocok untuk jenis ras atau strain ayam tertentu saja.
Maka untuk peternak unggas skala kecil, ataupun peternak
rumahan ayam Bangkok atau ayam kampung, dapat
menggunakan metode lain yang lebih mudah diterapkan seperti
menunggu anak ayam usia 4 – 5 minggu agar lebih mengenal
jenis kelamin ayam yang semakin jelas.
Metode ini biasa juga dikerjakan untuk DOC bibit ayam broiler
parent stock jantan dan betina sama – sama berwarna putih dan
kadang juga dipakai untuk menentukan DOC jantan dan DOC
betina pada ayam broiler biasa (bukan bibit). Cara ini
memerlukan keahlian/pengalaman supaya tidak terjadi kesalahan
petentuan jenis kelamin.
19
B. Manfaat Sexing
Dengan sexing bnyak hal yang bisa kita hemat / ekonomis,
menguntungkan dari segi profit. Jantan atau betina yang bisa di
pisahkan umur sehari, maka semua fasilitas peternakan dapat
dimanfaatkan untuk pemeliharaan DOC betina menjadi dara.
Umumnya perbandingan jantan dan betina: 50% ; 50%, hal ini
penting bagi usaha peternakan yang khusus menghasilkan telur
konsumsi, sebab yang dipelihara DOC betina saja.
Sexing biasa dilaksanakan setelah dilaksanakan setelah pull chick
yaitu pada hari selasa dan jum’at dan dilasanakan sebelum packing.
Bagi peternak ayam pedaging (broiler) yang mau mengoptimalkan hasil
panen, ada baiknya menerapkan pemeliharaan ayam dengan cara
memisahkan antara jantan dan betina. Meski ada keunggulan dari sisi
pertumbuhan dan efisiensi, nyatanya baru sebagian hatchery yang
menerapkan metode ini.
Faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan sexing, tentu saja
sumber daya manusianya, karena pekerjaan ini butuh talenta khusus dan
latihan yan berkesinambungan. Setelah itu, faktor genetic DOC juga
bissa mempengaruhi, karena tidak semua strain bisa di-sexing melalui
cloaca method. Dengan demikian harus dilakukan lewat cloakanya dan
ini sangat butuh keahlian yang tinggi.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi pada intinya, pelaksanaan sexing ini bertujuan supaya penulis
tidak hanya tahu alur penetasan saja, melainkan harus bisa mengetahui
DOC jantan dan DOC betina.
Sexing di lakukan dua metode yaitu:
1. Metode feather sexing (Berdasarkan bulu ayam).
2. Metode cloaca method (Berdasarkan dari cloaca).
B. Saran
Untuk Pihak Sekolah
Saran yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan prakerin
diharapkan dari pihak sekolah melakukan pengawasan dan bimbingan
yang lebih efektif kepada siswa, agar siswa dapat melaksanakan
prakerin dengan baik.
Untuk Pihak Perusahaan
Seharusnya di awal prakerin pihak perusahaan memberikan terlebih
dahulu tentang alur kegiatan yang benar di hatchery agar pada saat
siswa terjun kelapangan tidak bingug melakukan pekerjaan.
DAPTAR PUSTAKA
21
https://bumiternak-betha.blogspot.com/2012/02/sistem-sexing-doc-
ayam.html?m=0
https://web.facebook.com/Pisangkejuputri/posts/pentingnya-sexing-untuk-
doc-maupun-dodmembedakan-jenis-kelamin-anak-ayam-dalam-
i/557817277630837/?_rdc=1&_rdr
22
Lampiran 1.
IDENTITAS SISWA
Nama Lengka : Sri Astuti
Kelas : XII-A-ATU
Tempat Tanggal Lahir : Ciamis, 17 Oktober 2002
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Ayah : Mumu
Nama Ibu : Entin
Alamat : Dusun Kersamenak RT. 19 RW. 07, Desa.
Pamokolan, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten
Ciamis, Provinsi Jawa Barat
Pendidikan : MIS Pamokolan Tahun 2009-2014
MTs. Al – Ishlah Cihaurbeuti Tahun 2015-2017
SMK Nuruk Huda Panumbangan Tahun 2018-
2021
23
Lampiran 3.
JURNAL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN SMK NURUL
HUDA PANUMBANGAN
Nama Peserta Didik : Sri astuti
Semester : Satu
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Ternak Unggas
Nama DUDI :
Alamat :
Nama Pembimbing :
Waktu PKL :
Nilai-nilai
karakter
Kompetensi Topik budaya Tanggal Tanda
Dasar Pembelajaran industry**) Pelaksanaan Tangan
/pekerjaan*) Pembimbing
24
Lampiran 5.
Foto Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ( PKL )
25
Gambar 5. Basket Mesin Atas Gambar 6. Baket Mesin Bawah
26
Gambar 8. Troli
27
Gambar 14. Kegiatan Transfer
Gambar 13. Setting
28
Gambar 21. Tray Gambar 22. Egg Tray
29
Gambar 27. Telur Abnormal
30