Padi, Bangka.
Di pantai Pasir Padi yang letaknya tak jauh dari pusat kota ternyata memiliki batuan beku
yang sudah mengalami endapan marine. Perhatikan foto berikut :
Amazing !!
Di tepi pantai ini ada batuan beku yang mengalami deformasi geologi (yang aku sendiri
batuan ini datang darimana gak tahu pastinya, masih jadi mystery sih)
Batuan dasar ini banyak mengalami deformasi, mulai dari rekahan, patahan hingga
membentuk folding. Karena dari rekahan bisa menjadi patahan. Dan patahan akan berasosiasi
dengan lipatan. Selain itu juga ada loh di batuan ini kekar-kekar yang diisi mineral lain atau
yang sering kita sebut vein. Yuk kita bahas satu persatu :
a.Vein
Umumnya pada batuan ini yang dijumpai adalah urat yang ada pada kekar terbuka.
Perhatikan gambar berikut :
Vein yang ada pada batuan ini
Rekahan-rekahan yang terjadi pada batuan memberikan ruang bagi mineral lain, kemudian
terisi dan membentuk urat-urat yang tampak seperti gambar berikut :
b. Kekar
Seperti yang sudah kita pelajari, kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan
akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Kata
kuncinya belum mengalami pergeseran.
Kekar terbagi tiga, yaitu shear joint (atau sering juga disebut kekar gunting atau kekar gerus),
tension joint (atau sering juga disebut kekar tensional) dan extension joint atau kekar terbuka.
Nah, di batuan yang ada di pantai Pasir Padi ini juga banyak kita temui ketiga jenis kekar ini.
Perhatikan foto berikut :
c. Sesar
Dalam ilmu geologi sesar terbagi 3 yaitu sesar normal (turun), sesar naik, dan sesar mendatar.
Bedanya antara sesar dan kekar adalah pada sesar terjadi yang namanya pergeseran.
Di batuan yang ada di lokasi ini terdapat beberapa kekar yang berkembang menjadi sesar
seperti foto berikut :
Selain itu, ada juga lipatan yang berasosiasi dengan patahan, dimana patahan (sesar)
terbentuk karena adanya perbedaan kekerasan batuan sehingga lipatan berasosiasi seperti
gambar berikut
Garis merah adalah bidang sesar. Batuan tanda X
berwarna kuning yang mengalami folded dan juga berperan sebagai blok footwall dan batuan
yang bertanda x berwarna putih mengalami fault dan berperan sebagai hangingwall. Maka
jenis sesar ini adalah sesar naik tetapi berasosiasi dengan lipatan antiklin.
d. Folding
Jenis lipatan pada umumnya terbagi atas antiklin dan sinklin. Kemudian dibagi lagi
berdasarakan umur perlapisan, dan simetri sumbu perlipatan. Nah, di Pantai Pasir Padi ini
lipatan yang terbentuk karena adanya kekerasan yang berbeda pada batuan hingga mengalami
folded yang awalnya berasal dari kekar ataupun sesar. Seperti gambar berikut terlihat
perkembangan sesar menjadi lipatan jenis rebah
Adanya perbedaan jenis batuan
(yang kekerasannya berbeda juga) sehingga fault berkembang menjadi folded.
Kemudian kita bisa juga melihat arah strike dan dip dari perlapisan batuan ini. Dengan
menggunakan kaidah tangan kiri, kita bisa mengetahui arah strike dan dipnya, seperti gambar
berikut :
Panah merah adalah arah strike dan panah putih adalah arah dipnya. Terlihat di tengah lautan
yang batuan masih muncul (lingkaran hitam) tetap mengikuti arah strikenya. Sayangnya, ane
gak bawa kompas geologi sehingga tidak mengetahui nilai arah jurus dan besar
kemiringannya (maklum, kan liburan hehehe)
Begitulah, perjalanan pertama di Pantai Pasir padi ini, menyenangkan dengan suasana pantai
yang sejuk serta pasir yang putih. Ditambah lagi bisa belajar struktur geologi yang aku
sendiri gak nyangka hehehe
Kompas geologi merupakan instrumen. Pada artikel ini saya akan mengemukakan 3
penggunaan kompas geologi yang saya pahami.
1. Positioning
Langkah pertama untuk menentukan posisi kita dalam peta menggunakan kompas geologi
adalah mengidentifikasi 2 titik patokan. Titik tersebut dapat berupa puncak gunung, ujung
pulau (tanjung), muara sungai, atau landmark (gedung, makam, monument, dll) yang terdapat
pada peta.
Langkah kedua yaitu shoot masing-masing titik tersebut menggunakan kompas geologi.
Caranya, letakkan kompas disekitar perut kita dengan telunjuk kompak mengarah lurus
(depan kita) kearah salah satu titik patokan, dengan bantuan cermin pada kompas dapat kita
lihat titik patokan tersebut tegak lurus dengan garis pada cermin, telunjuk kompasdan visir.
Atur hingga gelembung pada nivo kotak seimbang (masuk dalam lingkaran). Baca south pada
jarum kompas, atau dapat juga baca jarum north dengan + 180° jika < 180° dan – 180° jika >
180° (hal ini karena sebenarnya kita membaca posisi kita pada arah sebaliknya). Catat
sudutnya. Lakukan hal yang sama pada titik patokan yang kedua.
Langkah ketiga adalah tarik garis lurus dari masing-masing titik patokan tersebut dengan
dasar sudut yang telah kita catat. Perpotongan 2 garis tersebut merupakan posisi kita dalam
peta.
Kegunaan lainnya kompas geologi bagi orang lapangan kebumian adalah untuk membaca
arak strike dan dip suatu singkapan. Untuk mengidentifikasi arah strike, pertama-tama kita
harus menentukan arah strike singkapan secara umum (gunakan kaidah tangan kiri, pada
gambar). Kemudian untuk lebih detailnya kita tempelkan samping kompas (bagian W) pada
singkapan tersebut (telunjuk kompas selalu mengarah pada arah strike). Agar lebih mudah
untuk penentuan arah strike dan dip, dianjurkan untuk mengalasi singkapan dengan bidang
datar (clipboard atau kertas). Atur gelembung pada nivo kotak agar seimbang. Lalu baca
sudutnya pada jarum north.
Setelah selesai mencatat arah strike, jangan buru-buru kita memindahkan atau mengangkat
kompas, dengan menggunakan pensil tarik garis lurus pada clipboard atau kertas tadi yang
menempel dengan kompas. Kemudian putar kompas hingga samping kompas menempel
tegak lurus dengan garis yang dibuat tadi (bebas pada bagian samping kompas yang mana
saja). Pada bagian ini yang kita pehatikan adalah gelembung pada nivo tabung, atur hingga
seimbang (tuas pengaturan berada di bagian belakang kompas). Angkat kompas, lalu baca
sudut yang terbentuk. Sudut tersebut adalah sudut dip.
Format penulisan arah strike dan dip secara umum adalah : N XXX°E/YY°. Dengan XXX
adalah angka strike dan YY adalah angka dip.
Manfaat lainnya dari kompas geologi yang saya ketahui adalah untuk menentukan besar
sudut suatu ketinggian, lebih jauh lagi kita dapat mengetahui jarak kita dengan suatu
ketinggian tersebut. Lebih mudahnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Dari ilustrasi diatas maka hal pertama yang harus diketahui adalah menetukan besar sudut a
(alpha). Arahkan kompas geologi ke puncak benda yang ingin kita ketahui ketinggiannya
(gedung, gunung, pohon, dll). Intip dari lubang yang terdapat pada tutup kompas, kemudian
putar tuas yang berada dibawah kompas geologi, atur hingga gelembung udara pada nivo
tabung stabil ditengah (jika sulit, gunakan cermin pada penutup kompas sebagai bantuan).
Lalu baca sudutnya.
Untuk mengetahui jarak kita dengan benda tersebut (Y), kita gunakan peta dengan
mengalikan skalanya. Setelah kita dapat sudut alpha dan jarak (Y) maka dengan rumus trigonometri sederhana kita cari tinggi X. Misal sudut
yang terbentu adalah 60° dan Jarak (Y) adalah 100 meter :
Setelah didapat tinggi X adalah 173,205 meter, jangan lupa ditambah dengan tinggi kompas
dari permukaan tanah untuk mengetahui tinggi benda tersebut sebenarnya. Misal jarak
kompas dengan permukaan tanah adalah 160 cm, maka diketahui tinggi benda tersebut adalah
173, 205 m + 1,6 m = 174, 805 m.
Jika kita menemukan batuan sedimen, sepertinya bukan hanya sedimen,tapi semua batuan. bukan
hanya deskripsi batuan saja yang perlu kita lakukan. Pertama kita harus menentukan lokasi, bisa plot
pada peta, atau catat posisi kita yang tertera pada GPS. Kemudian kita melakukan observasi
singkapan dilihat secara keseluruhan agar bisa tertata dalam benak kita bayangannya dalam skala
luas. Kemudian deskripsi batuan yang masih segar... Catat apa yang kita lihat... Kemudian korelasi
dengan singkapan lain.
Untuk korelasi ini, kita harus mengetahui kedudukan lapisan batuan. Kita perlu mengukur jurus
(strike) dan kemiringan (dip). Pertama kita ukur strike-nya. Tempelkan bagian kompas yang
bertuliskan arah east pada top lapisan. Posisikan bubbles pada tengah lingkaran. Baca angka yang
berimpit dengan arah north. Itulah strike lapisan yang kita ukur. Goreskan kompas sehingga
didapatkan garis lurus.Tempelkan bagian kompas berarah west tegak lurus dengan garis yang telah
kita buat tadi (sehingga tangan penunjuk mengarah searah dip). Ubah klinometer sehingga bubbles
di tengah. Baca sudut yang berimpit dengan angka 0. Cara pengukuran ini adalah default agar kita
mendapat besaran standar sesuai aturan tangan kanan.
Penulisan kedudukan ada dua cara. Cara pertama menggunakan azimuth strike dituliskan berapa
derajat dari utara berputar ke timur dan dip bisa ditulis menggunakan arah atau aturan tangan
kanan. aturan tangan kanan yaitu jika kita berdiri searah strike, maka dip selalu berada di sebelah
kanan kita. Misalkan N270°E/23° berarti strike berarah barat dengan dip sebesar 23° berarah utara
atau bisa juga dengan dituliskan dengan memberikan arah kemiringan lapisan di belakang besar
kemiringan (contoh lain dan tidak menggunakan kaidah tangan kanan) N225°E/35°SE maka strike
berarah barat daya dan dip sebesar 35° berarah tenggara. Cara kedua menggunakan kuadran. Arah
dibagi menjadi empat kuadran. N-E, N-W, S-E, S-W... Penulisan dip-nya menggunakan yang berarah
misal S30°W/20°NW. Kita memiliki strike berarah 30° dari selatan menuju barat (barat daya) dan dip
sebesar 20° ke arah barat laut. akan tetapi, lebih baik kita mencantumkan dip direction juga untuk
menghindari kesalahan pengeplotan pada peta.
Sekian terima kasih semoga bermanfaat. Tolong tinggalkan komentar agar lebih baik lagi tulisan saya
ini.
Tempelkan kompas pada bidang miring tersebut (pada kompas, yang menempel
adalah sisi east). Catatan : Kompas brunton jika lengan pembiding diarahkan ke arah
pandang mata kita, maka sisi east pada kompas berada di sisi kiri, sedangkan sisi west
ada di sisi kanan. Jadi, skala pembacaan asimut perputaran 0 - 360 derajat adalah
berlawanan dengan arah jarum jam. Tetapi, notasi penulisan dan penggambaran data
asimut tetap harus searah dengan jarum jam.
Perhatikan posisi pada kondisi kompas terhadap bidang miring tersebut (Gambar a
dan b)
Gambar a dan b
Gambar c
4) Catat data tersebut melanjutkan data strike dan dip angle. Misal N125oE/65oSW.
Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang
horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar
dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang
planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar,
dll.
Strike Dip pada bidang
http://web.arc.losrios.edu/~borougt/StrikeAndDip.jpg
Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga
ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi. Penulisan strike dan dip hasil
pengamatan ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip)
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas
Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer
adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi
gelembung udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
Kompas geologi
http://doctorgeologyindonesia.blogspot.com/2010/05/kompas-geologi.html
Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah.
2. Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan
kita ukur.
3. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes
berada di tengah.
4. Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka
Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
1. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas
bagian barat) secara tegak lurus.
2. Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
3. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3 titik.
Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis
yang kita miliki dalam menentukan strike dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara,
emas, dan mineral-mineral lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Singkapan batuan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan yang masih utuh,
(belum terubah oleh pelapukan ). Proses singkapan batuan diakibatkan oleh adanya erosi
(pengikisan) oleh gaya-gaya yang bekerja pada lapisan penutupnya. Oleh karena itu,
singkapan pada batuan biasanya tidak menerus dan jarang atau kurang, karena tertutup oleh
tanah pelapukan yang tebal, hutan tropis yang lebat dan tanah garapan.
Dalam teknik penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan
batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah penyebarannya dan juga kemiringan pada
batuan. Dalam ilmu Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip. Strike atau
Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang
horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang
planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Bidang planar ialah
bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidangperlapisan, bidang kekar, bidang sesar.Strike
Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). tetapi juga
dapat ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi. Penulisan strike dan dip N
(Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip).
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi.
Kompas Geologi mempunyai kemampuan untuk mengukur strike dip karena memiliki
klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur
kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna untuk memposisikan
kompas geologi agar menjadi horizontal. Disamping menggunakan kompas Geologi, strike
dip bidang dapat ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan
batuan berikut kemiringannya di lapangan.
Struktur Geologi
1. Kekar
Kekar adalah bidang rekahan yang tidak memperlihatkan pergeseran yang berarti
(bagian masanya masih berhubungan/bergabung). Jenis-jenis kekar :
2. Sesar
Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
melalui bidang rekahnya. Suatu sesar dapat berupa Bidang Sesar (Fault Plane), atau rekahan
tunggal. Tetapi lebih sering berupa Jalur Sesar (Fault Zone), yang terdiri dari lebih dari satu
sesar. Jalur sesar atau gerusan (shear), mempunyai dimensi panjang dan lebar yang beragam,
dari skala minor atau sampai puluhan kilometer. Jenis-jenis sesar :
Hanging wall merupakan bagian terpatahkan yang berada diatas bidang sesar.
Foot wall merupakan bagian terpatahkan yang berada dibawah bidag sesar.
Throw merupakan besaran pergeseran vertikal pada sesar.
Heave merupakan besaran pergeseran horisontal pada sesar.
3. Lipatan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis bidang di dalam bahan
Kejadian Lipatan
Buckling yaitu karena proses penekanan lateral dari suatu bidang planar. Proses
pelengkungan terjadi pada kedua sisi selama terjadi pemendekan.
Bending yaitu karena pengaruh gerakan vertikal pada suatu lapisan, misalnya
penurunan lapisan, pergeseran pada jalur gerus, atau pelengseran suatu masa batuan
pada bidang yang tidak rata.
Untuk korelasi ini, kita harus mengetahui kedudukan lapisan batuan. Kita perlu mengukur
jurus (strike) dan kemiringan (dip). Pertama kita ukur strike-nya. Tempelkan bagian kompas
yang bertuliskan arah east pada top lapisan. Posisikan bubbles pada tengah lingkaran. Baca
angka yang berimpit dengan arah north. Itulah strike lapisan yang kita ukur. Goreskan
kompas sehingga didapatkan garis lurus.Tempelkan bagian kompas berarah west tegak lurus
dengan garis yang telah kita buat tadi (sehingga tangan penunjuk mengarah searah dip). Ubah
klinometer sehingga bubbles di tengah. Baca sudut yang berimpit dengan angka 0. Cara
pengukuran ini adalah default agar kita mendapat besaran standar sesuai aturan tangan kanan.
Penulisan kedudukan lapisan batuan, terdiri dari dua cara yaitu : cara pertama dengan
menggunakan azimuth strik, dituliskan pada beberapa derajat dari utara berputar ke timur,
dan dip bisa ditulis dengan menggunakan arah atau aturan tangan kanan. Aturan tangan
kanan yaitu jika kita berdiri searah strike, maka dip selalu berada disebelah kanan, sedangkan
cara kedua, dengan menggunakan kuadran. Yaitu arah dibagi menjadi empat kuadran N-E, N-
W, S-E, S-W, penulisan dip-nya menggunakan yang berarah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Singkapan batuan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan yang masih
utuh, (belum terubah oleh pelapukan ).
Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar
dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip adalah derajat yang
dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari
garis strike. Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus
Kekar adalah bidang rekahan yang tidak memperlihatkan pergeseran yang berarti
(bagian masanya masih berhubungan/bergabung),
Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
melalui bidang rekahnya dan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis
bidang didalam bahan tersebut.
Geologi Struktur
GEOLOGI STRUKTUR
Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur/ struktur kerak bumi
beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan bentuk
(deformasi) pada batuan.
Geologi struktur pada intinya mempelajari struktur batuan, yaitu struktur primer (misal: perlapisan,
foliasi, laminasi, dan sebagainya) dan struktur sekunder (misal: kekar, sesar, lipatan). Dimana
sebagian besar mempelajari tentang struktur sekunder.
Cara mempelajari dan menganalisa struktur geologi dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:
1. Tahap lapangan, meliputi langkah-langkah secara berurutan, yaitu observasi lapangan, pencatatan
dan perekaman data secara detail.
1. Struktur Bidang
Penulisan struktur bidang dinyatakan dengan:
Sistem azimuth: N X0 E/ Y0, dimana X adalah jurus/ strike (00-3600), dan Y adalah kemiringan/ dip
(00-900).
Sistem kuadran : (N/ S) A0 (E/ W)/ B0C, dimana A adalah strike (00-3600) ,B adalah dip (00-900), dan
C adalah dip direction yang menunjukkan arah dip.
b. Besar Kemiringan
Misalnya dalam sistem azimuth ditulis dengan notasi N 1450E/ 300, maka penulisan berdasarkan
sistem “dip, dip direction” dapat ditulis dengan notasi 300, N 2350E
2. Struktur Garis
a. Sistem Azimuth: Y0, N X0E, dimana Y adalah penunjaman/ plunge (00-900) dan X adalah arah/
bearing (00-3600).
Contoh : 450, N 900E dapat ditulis 450, S 900E atau 450, N 900E
3. Menggunakan kaidah tangan kiri, dimana jari telunjuk menunjukkan arah strike dan ibu jari
menunjukkan arah dip.
2. Kita teteapkan arah dip dengan kaidah tangan kiri, dip selalu tegak lurus strike dalam
penggambarannya dengan perbandingan panjang strike dan dip yaitu 3 : 1.
3. Kemudian kita warnai sesuai dengan batas yang sudah dibuat.
Kesimpulan
Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur/ struktur kerak bumi
beserta gejala-gejala geologi yang menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan bentuk
(deformasi) pada batuan.
Mempelajari geologi struktur di laboratorium sangat penting agar dapat menggambarkan struktur
bidang dan struktur garis pada peta, selain itu juga sangat berguna untuk mengetahui gambaran tiga
dimensi dari struktur di lapangan.
STRUKTUR BIDANG
Beberapa unsur struktur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai struktur bidang. Struktur
geologi tersebut diantaranya adalah: bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, bidang belahan,
bidang foliasi, dan sejenisnya. Beberapa istilah dalam struktur bidang, antara lain:
Jurus/ Strike
Adalah arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang yang bersangkutan
dengan bidang horizontal, dimana besar sudutnya diukur dari arah utara.
Kemiringan/ Dip
Adalah sudut kemiringan terbesar yang dibentuk oleh bidang miring yang bersangkutan dengan
bidang horizontal dan diukur tegak lurus terhadap jurus/ strike.
Merupakan sudut kemiringan suatu bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal dari
pengukuran dengan arah tidak tegak lurus jurus.
Adalah arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan dan
diukur dari arah utara.
4. Hubungkan kedua garis tersebut dengan garis sepanjang 1cm, 2cm, 3cm berurutan dan tegak
lurus terhadap garis strike.
7. Hubungkan juga kedua garis itu dengan garis sepanjang 1cm, 2cm, 3cm berurutan dan tegak lurus
garis strike.
8. Membuat garis yang melewati perpotongan tegak lurus garis strike dengan garis 1cm, 2cm, 3cm
tadi sebagai garis kontur struktur (KS).
9. Ukur besarnya sudut yang dibentuk garis KS dari arah utara sebagai strike.
10. Membuat garis yang tegak lurus KS sebagai folding line (FL).
11. Membuat titik sejauh 1cm, 2cm, 3cm scara berurutan pada KS, kemudian hubungkan titik-titik
tersebut, sehingga membentuk garis, ukur besar sudutnya yang merupakan dip.
1. Buat sebuah titik, tentukan arah utaranya dan anggap titik tersebut berada pada ketinggian
300mdpl.
2. Buat garis dengan arah N 1200E sepanjang 3cm, dan anggap titik akhirnya berada pada ketinggian
200mdpl.
3. Buat garis dengan arah N 2000E sepanjang 4cm, dan anggap titik akhirnya berada pada ketinggian
100mdpl.
4. Kemudian membuat garis KS dengan menghubungkan titik pada ketinggian 200mdpl dengan
pertengahan antara titik 100mdpl dan titik 300mdpl.
5. Sejajarkan garis KS tersebut pada titik 300mdpl dan titik 100mdpl, ukur besar sudutnya dari arah
utara (N 600E).
6. Buat garis FL yang tegak lurus dengan garis KS, kemudian buat titik sejauh 1cm dan 2cm pada KS
secara berurutan kebawah, lalu hubungkan garis itu, sehingga didapatkan dip (210).
Kesimpulan
Didalam geologi struktur terdapat dua struktur yang dipelajari, salah satunya adalah struktur bidang.
Struktur bidang ini diantaranya adalah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, bidang
belahan, bidang foliasi, dan sebagainya.
STRUKTUR GARIS
Salah satu unsur struktur secara geometris adalah geometris garis (struktur garis, gores garis,
perpotongan 2 bidang, dan lainnya). Struktur garis dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
Adalah struktur garis yang arah dan kedudukannya dapat diamati langsung di lapangan, contohnya
gores garis pada bidang sesar.
Adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya ditafsirkan dari orientasi unsur-unsur
struktur yang membentuk kelurusan atau liniasi, contohnya liniasi fragmen breksi sesar.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat dibedakan menjadi 2 juga, yaitu:
1. Struktur Garis Primer, meliputi liniasi atau penjajaran mineral-mineral pada batuan beku tertentu,
dan arah liniasi struktur sedimen.
2. Struktur Garis Sekunder, meliputi gores garis, liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis poros
lipatan dan kelurusan-kelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya.
Adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan menunjukkan arah penunjaman garis
tersebut, dimana hanya menunjukkan 1 arah tertentu.
Adalah jurus dari bidang vertikal yang melalui garis tetapi tidak menunjukkan arah penunjaman garis
tersebut, tetapi menunjukkan sudut pelurusnya.
Rake (pitch)
Adalah besar sudut antara garis dengan garis horizontal yang diukur pada bidang dimana garis itu
terdapat.
3. Dari KS 500 dibuat garis yang tegak lurus sebagai folding line (FL).
4. Membuat garis dari perpotongan FL dengan KS 500, dengan besar sudut 450 sebagai dip.
7. Membuat garis sepanjang 1cm melalui perpotongan bearing dengan KS 400, kemudian buat garis
dari titik pusat ke garis 1cm tadi yang kemudian dijadikan plunge.
8. Membuat KS bantu dengan cara menggunakan jangka, perpotongan FL dengan KS 500 sebagai
titik pusat dan perpotongan dip dengan KS 400 sebagai jari-jari, kemudian potongkan ke FL.
9. Membuat KS bantu melalui perpotongan garis yang dibuat dengan jangka dan FL sejajar KS
sebelumnya.
10. Membuat garis yang tegak lurus dari perpotongan bearing dengan KS 400.
11. Membuat garis dari titik pusat melalui perpotongan antara KS bantu dengan garis tadi sebagai
rake.
1. Buat titik (titik pertama) dan arah utaranya, kemudian buat bearing N 2280E (KS 800), buat FL
tegak lurus dengan bearing kemudian ukur sudut 300.
2. Buat garis 1cm, 2cm, secara berurutan tegak lurus dengan FL dan perpanjang garis itu sepanjang
bearing.
3. Membuat KS bantu menggunakan jangka dengan titik pusat perpotongan FL dengan KS 800 dan
jari-jari perpotongan dip dengan KS 700.
4. Dari titik pertama ukur N 1300E kemudian tarik garis sepanjang 7 cm, dan jadikan sebagai titik
kedua (KS 800).
5. Buat bearing N 3350E kemudian buat FL tegak lurus bearing, ukur sudut 500 dari FL sebagai dip.
6. Membuat garis sepanjang 1cm,2 cm secara berurutan tegak lurus FL, perpanjang garis itu sejajar
dengan bearing.
7. Membuat KS bantu menggunakan jangka dengan titik pusat perpotongan FL dengan KS 800 dan
jari-jarinya adalah perpotongan dip dengan KS 700.
8. Perpotongan KS 800 gamping dengan KS 800 dike sebagai titik utama.
10. Tarik garis sepanjang 1 cm dari titik perpotongan KS 700, kemudian tarik garis dari titik utama
menuju garis 1 cm tadi sebagai plunge (240).
11. Tarik garis tegak lurus dengan KS 700 dititik perpotongan KS 700 menuju KS bantu dike,
kemudian tarik garis dari titik utama menuju garis tegak lurus tadi sebagai rake dike (330).
12. Tarik garis tegak lurus dengan KS 700 dititik perpotongan KS 700 menuju KS bantu gamping,
kemudian tarik garis dari titik utama menuju garis tegak lurus tadi sebagai rake gamping (550).
13. Block 8x8 area perpotongan tadi dan gambar 3 dimensinya di block orthogonal.
3.3 Kesimpulan
1. Metode grafis dapat diaplikasiakan dalam pemecahan permasalahan struktur garis dengan
menggunakan metode grafis satu antara lain :
2. Struktur garis dapat dibedakan menjadi dua yaitu struktur garis riil dan struktur garis semu.
3. Berdasarkan alat pembentukannya struktur garis dapat dibedakan menjadi struktur primer dan
struktur sekunder.
Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara bidang (2 bidang) sejajar yang merupakan lapisan batuan.
Kedalaman adalah jarak vertikal dari ketinggian tertentu (umumnya permukaan bumi) ke arah
bawah terhadap suatu titik garis bidang.
1. KETEBALAN
Ketebalan lapisan dapat ditentukan dengan beberapa cara, baik secara langsung maupun tak
langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya
lapisan horizontal yang tersingkap pada tebing vertikal, lapisan vertikal yang tersingkap pada
topografi datar. Apabila keadaan medan, struktur yang rumit, atau keterbatasan alat yang dipakai
tidak memungkinkan dilakukannya pengukuran secara langsung, maka diadakan pengukuran secara
tidak langsung, tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara langsung. Pengukuran
tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring tersingkap pada permukaan
horizontal, dimana lebar singkapan diukur tegak lurus jurus, yaitu w. Dengan mengetahui kemiringan
lapisan (δ), maka ketebalannya adalah T= w sin δ. Pendekatan lain untuk mengukur ketebalan secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan mengukur jarak antara titik yang merupakan batas lapisan
sepanjang lintasan tegak lurus jurus. Untuk mencari kemiringan lereng yang tegak lurus jurus
lapisan, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan “Aligment Nomograph”
dengan menganggap kemiringan lereng sbagai kemiringan semu dan kemiringan lereng tegak lurus
jurus sebagai kemiringan sebenarnya.
2. KEDALAMAN
Secara grafis.
3. Buat sudut dari arah utara yang telah ditentukan soal N1650E, kemudian tarik garis sepanjang 3
cm.
4. Membuat garis FL tegak lurus dengan bearing, ukur sudut sebesar 400 dari FL sebagai dip.
5. Tarik garis dititik 3 cm N 1650E sejajarN 500E sampai berpotongan dengan garis FL untuk
penentuan ketebalan dan kedalaman.
6. Tarik garis sejajar arah utara diperpotongan garis yang telah dibuat tadi dengan FL dan
diperpotongan garis N 500E dangan FL.
7. Ketebalan dan kedalaman didapatkan secara grafis yaitu 180 m dan 230 m, sedangkan secara
perhitungan matematis didapatkan ketebalan 174,77 m dan kedalaman 228,14 m
4. Tarik garis dengan panjang 2,5 cm, 3 cm, dan 2 cm dengan sudut 330 dari arah N 750E sebagai
sudut dari slope.
5. kemudian tarik garis tegak lurus N 750E kearah slope dititik-titik 2,5 cm, 3cm, dan 2 cm.
7. Kemudian tarik garis dengan sudut 450 dari FL sebagai garis true slope dan sudut 650 dari FL
sebagai garis kemiringan dipnya.
8. Tarik garis sejajar N 350E ditik-titik 2,3 cm, 3cm, dan 2 cm diarah perpotongan dengan N 750E
sampai berpotongan dengan true slope.
9. Kemudian tarik garis sejajar arah dip diperpotongan garis tadi sengan true slope untuk
menentukan ketebalan dan kedalaman dari napal, batupasir, dan batugamping.
10. Didapatkan ketebalan dari napal, batupasir, dan batugamping secara grafis yaitu 65 m, 75 m, dan
60 m. Sedangkan kedalaman top batu pasir dibor dari top batugamping sebesar 150 m.
Kesimpulan
1. Perhitungan tebal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan dengan pengukuran secara
langsung dan perhitungan berdasarkan perhitungan tidak langsung.
3. Jika tebal dan kedalaman berlawanan dengan arah kemiringan maka akan terjadi penipisan dan
sebaliknya akan menambah ketebalan.
Merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang dengan suatu permukaan bola.Yang
di pakai sebagai gambaran posisi struktur di bawah permukaan adalah belahan bola bagian bawah.
Adapun macam–macam proyeksi strereografi adalah :
1. Equal angle projection net atau wulfnet.
3. Orthographic net.
Struktur garis
Strereogram akan berupa suatu garis lurus dari pusat lingkaran, besarnya plunge di hitung 0° pada
lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran. Dan di ukur pada kedudukan bearing berimpitan
dengan N – S atau E – W jaring.
Struktur bidang
Stereogram akan berupa lingkaran besar sehingga besar sudut kemiringan selalu di ukur pada arah E
– W jaring yaitu : 0° pada lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran.
Dasarnya sama dengan proyeksi strereografi di man unsur struktur bumi di gambar pada permukaan
bola bagian bawah.
Proyeksi kutub suatu bidang atau garis di gambar dengan suatu titik. Proyeksi kutub bidang
merupakan hasil proyeksi titik tembus garis normal bidang bola terhadap permukaan bola. Sedang
proyksi kutub garis merupakan suatu titik tembus suatu garis terhadap permukaan bola pada bidang
horisontal.
Catatan :
Pengeplotan proyeksi kutub struktur bidang , 0° di mulai dari pusat lingkaran sedang 90° di mulai
atau terletak pada lingkaran primitif.
Pengeplotan proyeksi kutub struktur garis, 0° di mulai dari lingkaran primitif sedangkan 90°
terletak pada pusat lingkaran.
1. Wulf net : lingkaran besar dan lingkaran kecil di dapat dari proyeksi permukaan bola kearah titik
zenit.
2. Schmidt net : lingkaran besar dan kecil dibuat berdasarkan luas yang mendekkati kesamaan dari
jaring yang dihasilkan oleh perpotongannya, sehingga interval tiap lingkaran akan merata pada
setiap kedudukan.
Soal no. 1
1. Letakkan kertas kalkir I pada schmidt net untuk pengeplotan proyeksi bidang.
3. Strike diukur dari arah utara pada schmidt net, sedangkan dip diukur dari lingkaran luar (00)
menuju titik pusat lingkaran (900).
4. Letakkan kertas kalkir II pada polar equal area net untuk pengeplotan proyeksi kutub.
6. Arah utara strike diukur dari arah barat pada polar equal area net, sedangkan dip diukur dari titik
pusat lingkaran (00) menuju lingkaran luar (900).
Soal no. 2
1. Letakkan kertas kalkir III pada schmidt net untuk pengeplotan proyeksi stereografis.
3. Bearing diukur dari arah utara pada schmidt net, sedangkan plunge diukur dari lingkaran luar (00)
menuju titik pusat lingkaran (900).
4. Letakkan kertas kalkir IV pada polar equal area net untuk pengeplotan proyeksi kutub.
6. Bearing diukur dari arah utara pada polar equal area net, sedangkan plunge diukur dari lingkaran
luar (00) menuju titik pusat lingkaran (900).
Soal no. 3
1. Letakkan kertas kalkir yang kosong pada wulf net untuk pengeplotan proyeksi stereografis.
3. Kemudian hubungkan dua titik yang terbentuk dengan garis lengkung setelah itu ukur kedudukan
bidang-bidangnya.
5. Hubungkan titik perpotongan struktur bidang lapisan batupasir dan saltdome dengan titik pusat
lingkaran sebagai plunge (330).
6. Ukur kedudukan bearing dari arah utara sampai ke plunge didapatkan N 470E
7. Ukur kedudukan rake lapisan batupasir dan rake saltdome dari perpotongan kedua struktur
bidang dengan plunge, didapatkan 460 dan 450.
2. Gambar kedudukan struktur garis urat kalsit 460, N 2650E, kemudian hubungkan dengan garis
lengkung dengan arah jurus ke selatan, sehingga didapatkan kedudukan struktur bidang urat kalsit N
1800E/ 460.
3. Gambar kedudukan struktur garis batupasir 520, N 3480E, kemudian hubungkan dengan garis
lengkung dengan arah jurus ke timur, sehingga didapatkan kedudukan struktur bidang lapisan
batupasir N 2700E/ 530.
4. Hubungkan titik perpotongan struktur bidang lapisan batupasir dan urat kalsit dengan titik pusat
lingkaran sebagai plunge (400).
5. Ukur kedudukan bearing dari arah utara sampai ke plunge didapatkan N 3080E.
6. Ukur kedudukan rake lapisan batupasir dan rake urat kalsit dari perpotongan kedua struktur
bidang dengan plunge, didapatkan 530 dan 620.
5.3 Kesimpulan
Proyeksi Stereografi
A. Wulf net
1. Struktur bidang
Dip : 0° dimulai dari lingkaran primitif dan 90° berada di pusat wulf net.
2. Struktur garis
Plunge : 0° di mulai dari lingkaran primitif dan 90° berada pada pusat wulf net.
B. Schmidt net
1. Struktur bidang
Dip : 0° dimulai dari lingkaran primitif dan 90° berada di pusat Schmidt net.
2. Struktur garis
Plunge : 0° di mulai dari lingkaran primitif dan 90° berada pada pusat Schmidt net.
Proyeksi Kutub
1. Struktur bidang
2. Struktur garis
Metode statistik adalah metode yang di terapkan untuk mendapatkan kisaran harga rata–rata atau
harga maksimum dari sejumlah data acak atau satu jenis struktur, dari metode ini maka dapat
diketahui kesenderungan–kecenderungan, bentuk pola maupun kedudukan umum dari jenis
struktur yang sedang di analisa.
Yang dimaksud adalah data–data yang akan dibuat diagramnya hanya terdiri dari satu unsur
pengukuran, misalkan data dari kekar vertikal, arah liniasi struktur sedimen, arah liniasi frakmen
breksi sesar, arah kelurusan gawir.
Diagram roset
Histogram
Keterangan :
Diagram Kipas
Tujuan dari diagram ini adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum dari usur-unsur struktur
yang datanya hanya satu unsur pengukuran saja.
Tabulasi data : data pengukuran di masukkan dalam suatu tabel sehingga mempermudah proses
pembuatan diagram.
Diagram Roset
Tujuan dari diagram ini adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum dari data dengan satu
parameter, misalkan bearing.
Tabulasi data : data yang ada di masukkan dalam tabel dengan tujuan untuk mempermudah akan
tetapi tabelnya berbeda dengan tabel diagram kipas.
Histogram
Tujuan diagram ini adalah untuk mengetahui kelurusan umum dari unsur struktur.
Tabulasi data : sama dengan diagram kipas yaitu di masukkan dalam suatu tabel seperti diagram
kipas.
Metode ini diterapkan untuk data struktur yang memiliki dua unsur pengukuran seperti pada
struktur garis atau struktur bidang.
Diagram kontur
Tujuan dari diagram ini adalah untuk analisa struktur geologi yang dimaksudkan untuk mendapatkan
harga kerapatan maksimum dari data yang di analisa, sehingga dari sini dapat di ketahui orientasi
atau kedudukan umum struktur yang di analisa.
Membuat Tabel
2. Masukkan data dari tabel sesuai dengan jumlahnya dengan cara mengarsir daerah yang dimaksud.
4. Mencari σ1 dari pertengahan derajat 290-295 dengan 255-260, sehingga didapatkan 2750
Membuat Histogram
4. Bei angka pada titik pusat segienam sesuai dengan jumlah titik yang masuk dalam tiap segienam.
5. Hubungkan dengan garis, titik-titik yang telah diberi angka tadi sesuai dengan jumlahnya.
7. Hubungkan titik pusat kontur dengan titik pusat lingkaran sebagai arah umum dan shear joint.
Membuat Analisa
2. Gambar garis shear joint sesuai dengan kedudukannya pada diagram kontur tadi.
3. Tarik garis lurus dari pusat lingkaran melalui perpotongan shear joint.
6. Cari tengah-tengah/ titik tengah antara kedua shear joint, kemudian hubungkan dengan pusat
lingkaran.
7. Perpotongan antara garis pertengahan shear joint dengan bidang bantu sebagai σ3.
8. Membuat garis lengkung dengan cara mencari garis yang kira-kira cocok untuk menghubungkan
titik σ3 dengan titik σ2.
10. Membuat σ1, 900 dari σ3 ke arah barat dan akan berpotongan dengan bidang bantu pada 1 titik.
12. Hubungkan σ1 dan σ2, dengan garis lengkung sebagai extension joint.
LEMBAR TUGAS
6.3 Kesimpulan
1. Arah semua tegasan dari suatu kekar dapat ditulis atau juga dapat digambarkan dengan metode
statistika ataupun dengan stereonet.
2. Dari data dilapangan dapat dianalisis untuk kemudian diketahui arah umum kekar dan juga arah
tegasan.
SESAR
Sesar adalah suatu rekahan yang memperlihatkan pergeseran cukup besar dan sejajar dengan
bidang rekahan yang terbentuk. Pergeseran yang terjadi sepanjang garis lurus atau perputaran.
1. Anatomi Sesar
Bidang sesar : suatu bidang yang sepanjang rekahan daam batuan yang tergeserkan.
Jurus sesar : arah dari suatu garis horisontal yang merupakan perpotongan antara bidang sesar
dengan bidang horisontal.
Kemiringan sesar : sudut antara bidang sesar dengan bidang horisontal dan di ukur tegak lurus jurus
sesar.
Atap sesar : blok yang terletak diatas bidang sesar apabila bidang sesarnya tidak vertikal.
Hade : sudut antara garis vetikal dengan bidang sesar dan merupakan penyiku dari dip sesar.
Heave : komponen horisontal dari slip di ukur pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar.
Throw : komponen vertikal dari slip di ukur pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar.
Strike–slip fault : sesar yang mempunyai pergerakan sejajar terhadap arah jurus bidang sesar
kadang – kadang disebut Wrench foult, tear foult.
Dip–slip fault : sesar yang mempunyai pergerakan naik dan turun sejajar terhadap arah kemiringan
sesar.
1. Pergerakan semu
Jarak tegak lurus antara bidang yang terpisah oleh gejala sesar dan diukur pda bidang sesar.
2. Pergerakan relatif
Diukur dari blok satu dengan blok yang lain pada bidang sesar dan merupakan pergeseran titik yang
sebelumnya berimpitan. Total pergeseran disebut : Net Slip.
2. Klasifikasi sesar
Dibagi menjadi :
i. Strike sparation
i. Strike slip
Keterangan:
10. Right Normal Slip Fault 21. Left Reverse Slip Fault
3. Sesar translasi
Pada sesar translasi kedudukan unsur–unsur tidak berubah pada hanging wall dan foot wall karena
pergeseran sepanjang bidang sesar adalah sama.
1. Menggunakan polar equal area net, menggambar titik dari data kekar gerus dan kekar tarik.
4. Hubungkan titik pusat dari kontur dengan titik pusat lingkaran, sehingga didapatkan arah kekar
gerus (shear fracture) N 150E/ 730 dan arah kekar tarik (gash fracture) N 1050E/ 740.
6. Perpotongan antara bidang bantu dengan kekar tarik (gash fracture) adalah σ1’, kemudian ukur
900 dari sebagai σ3’.
8. Perpotongan antara bidang sesar dengan bidang bantu tarik garis membentuk net slip.
9. Ukur 300 dari perpotongan bidang sesar dengan bidang bantu sebagai σ1, kemudian dari σ1
diukur 900 sebagai σ3.
10. Kemudian analisis arah sesar dan didapatkan nama Right Reverse Slip Fault.
3. Tarik garis dari bearing ke titik pusat, perpotongan garis tersebut dengan bidang sesar adalah
plunge (500), rake (640).
4. Garis yang ditarik dari bearing tadi sebagai gores garis dengan pergerakan sesar ke kiri.
5. Analisis arah sesar (Rickard, 1972) dan didapatkan nama Normal Left Slip Fault.
7.3 Kesimpulan
Terdapat dua cara analisis sesar yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung
apabila ditemukan atau didapatkan unsur-unsur sesar beserta penyertanya dan secara tidak
langsung bila hanya didapatkan unsur penyertanya saja.
LIPATAN
Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan
atau kumpuilan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada
umumnya unsur yang ada pada lipatan adalah : bidang perlipatan, foliasi, dan liniasi.
Berdasarkan proses perlipatan dan jenis batuan yang terlipatkan dapat dibedakan :
c. Shear folding .
a. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan permukaan lempeng.
b. Bending ( pelengkungan) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus permukaan
lempeng.
c. Antiform g. Dome
d. Sinform
d. Plunge : sudut penunjaman dari hinge line terhadap bidang horisontal dan diukur pada bidang
vertikal.
e. Bearing : sudut horisontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan ini merupakan arah
penunjaman suatu hanging line.
f. Rake : sudut antara hinge line dengan bidang horisontal yang diukur pada axial surface.
3. Rekonstruksi lipatan
Klasifikasi lipatan berdasarkan dip dari sumbu lipatan dan plunge dari Hinge Line
Analisis lipatan
4. Tentukan titik pusat pada segienam yang didalamnya terdapat titik data, beri angka.
6. Ukur kedudukan titik tengah kontur, didapatkan N 3280E/ 620 dan N 1400E/ 270.
8. Masukkan kertas kalkir yang baru pada schmidt net, gambar struktur bidang yang didapatkan tadi.
9. Perpotongan antara kedua struktur bidang adalah σ2, kemudian ukur 900 dari σ2 dan buat bidang
bantu yang melewatinya.
10. Cari titik tengah perpotongan bidang bantu dengan kedua struktur bidang, sehingga didapatkan
titik σ3.
11. Hubungkan σ3 dengan perpotongan kedua struktur bidang, sebagai Hinge Surface (N 1450E/
730).
12. Hubungkan titik pusat lingkaran dengan perpotongan struktur bidang, sebagai Hinge Line (20, N
1460E).
Rekonstruksi Lipatan
2. Setelah terbentuk lengkung/ busur yang pertama, kemudian menggunakan metode Free Hand
untuk lapisan berikutnya.
8.3 Kesimpulan
1. Untuk analisis lipatan tidak harus lebih kecil dari 90° ( tetapi tergantung dari sudut yang terbentuk
antara perpotongan kedua kedudukan umum dengan bidang bantu ).
2. Rekonstruksi suatu lipatan dapat menggunakan beberapa cara tergantung dari macam data yang
tersedia dilapangan.
KESIMPULAN UMUM
Geologi struktur merupakan ilmu yang mempelajari tentang arsitektur, geometri batuan hasil
deformasi, termasuk gaya dan pergerakan yang mengakibatkan terbentuknya struktur, pergerakan
magma, deformasi benda angkasa luar.
Tahapan didalam mempelajari struktur geologi secara sistematis dapat dilakukan dengan cara
mengenal jenis-jenis struktur batuan yang umumnya dilakukan di lapangan (pencatatan data),
penyajian data (diagram, peta, penampang), analisis.
Di laboratorium, dapat dipelajari mengenai kekar, sesar, dan juga lipatan, dimana terdapat unsur
geologi yang akan lebih mudah dan cepat penyelesaiannya bila digambarkan dalam bentuk proyeksi
stereografi. Adapun macam-macam proyeksi stereografi:
3. Orthographic net.
Sedangkan dalam tahap analisis dapat menggunakan metode statistik untuk mengoptimalkan hasil
yang dicapai dalam analisis struktur-struktur geologi.
Pengetahuan tentang struktur geologi dapat diaplikasikan dalam kehidupan, seperti halnya kekar
yang mempunyai hubungan dengan mesalah geologi tektonik, geohidrologi, geologi minyak, geologi
pertambangan, geothermal, dan lain sebagainya. Rekahan merupakan suatu zona yang lemah
sehingga perlu kita waspadai dalam pertambangan dapat dilakukan dengan baik karena adanya
system rekahan yang ada dalam batuan tersebut.beberapa fungsi rekahan:
DAFTAR PUSTAKA
Hadisurya, Dading. 2004. “Buku Catatan Geologi Struktur”. Jurusan Teknik Pertambangan, UPN “V”
Yogyakarta.
Hendaryono, DR., Ir. 2004. “Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur”. Jurusan Teknik Geologi, UPN
“V” Yogyakarta.