Anda di halaman 1dari 9

SISTEM GEOMETRI

Oleh Dosen Dr. Sukayasa, M.Pd

Disusun oleh :
NINA
A 232 19 002

Progam Studi Magister Pendidikan Matematika


Pascasarjana Universitas Tadulako
Tahun 2020
TUGAS 1

Mengapa sampai muncul Geometri Non Euclid ? Jelaskan

Geometri Non-Euclides muncul karena para ahli matematika berusaha membuktikan


kebenaran dari postulat yang kelima dari Euclid dengan mendasarkan keempat
postulat sebelumnya. Matematikawan John Playfair mencoba mengganti postulat
kelima dengan Aksioma Playfair yaitu melalui satu titik yang diketahui, tidak pada
suatu garis yang diketahui, hanya dapat dibuat suatu garis paralel dengan garis itu.
Atau dua garis yang berpotongan tidak mungkin paralel dengan garis yang sama,
melalui titik P diluar garis m hanya dapat dibuat sebuah garis yang sejajar dengan m.
Jika g dan berpotongan maka g dan k tidak mungkin sejajar.

Tokoh yang berusaha membukatiakn antara lain Proclus dari Aleksandrian(410-485),


Girilamo Sacheri dari Italia (1607-1733), Karl Friendrich Gauss dari Jerman (1777-
1855), Wolfgang (Farkas) Bolyai dari Hongaria (1775-1856) dan anaknya Yanos
Bolya (1802-1806) dan juga Nicolai Ivanoviteh Lobachevsky dari Rusia (1793-1856).
Postulat kelima ini masih sukar diterima dan dipahami maka beberapa
matematikawan berusaha untuk membuktikan dan menggantikan dengan postulat
yang ekivalen. Salah satu postulat yang paling terkenal dan sederhana adalah
Aksioma Playfair oleh John Playfair (Prenowizt 1965:25) yang bunyinya: “ hanya
ada satu garis sejajar (parallel) pada garis yang melalui titik bukan pada garis
tersebut.

Seperti telah kita ketahui Geometri NonEuclides timbul karena para matematikaawan
berusaha untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Jadi Geometri Non-
Euclides masih berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya berbeda
pada postulat kelimanya. Dengan demikian Geometri Non-Euclides termuat dalam
Geometri Absolut Dari kelima aksioma Euclides, jika aksioma kesejajaran
dihilangkan

Jadi, Geometri Non Euclid muncul karena para metematikawan berusaha untuk
membuktikan Postulat kelima Euclides, sehngga Geometri Non Euclides masih
berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya berbeda pada 4 postulat
kelimanya. Ada dua macam Geometri Non Euclid yang pertama adalah ditemukan
hamper bersamaan oleh 3 tokoh berlainan dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri.
Tokoh tersebut adalah Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolhai dar Hongaria
dan Nicolai Ivanovich Lobachevsky.Geometri Non Euclid yang kedua adalah
Geometri yang ditemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dar Jerman, Geometri ini
disebut Geomertri Eliptik atau Geometri Rieeman. (Moeharti,1986:1.20)
BAB II
AKSIOMATIKA

A. Objek Matematika
Menurut Soedjati (2000), objek dasar matematika yang menjadi bahan kajian
dasar adalah
1. Fakta ; fakta dalam matematika adalah segala sesuatu yang telah disepakati,
dia dapat berupa symbol atau lambang dan dapat pula berupa kata-kata.
Contoh : Bila ada seseorang yang mngucapkan kata “tiga”, maka yang akan
terbayang di benak kita adalah symbol “3”. Sebaliknya bila kita melihat
symbol “3”, maka padanan yang kita buat adalah kata “tiga”. Kata “tiga” dan
symbol “3” merupakan fakta dalam matematika
2. Konsep ; Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang digunakan
untuk melakukan klarifikasi atau penggolongan atau pengelompokkan
terhadap objek.
Contoh : segiempat, bilangan, fungsi, vector dan kubus
3. Relasi ; Relasi merupakan suatu aturan untuk mengawankan anggota suau
himpunan dengan anggota himpunan lain, yang dapat sama dengan himpunan
semula.Operasi adalah aturan untuk mendapatkan elemen tunggal dari satu
atau lebih elemen yang diketahui.
Jika suatu operasi memerlukan 2 buah elemen untuk pemberlakuannya,
operasi tersebut dinamakan operasi biner. Suatu operasi yang hanya
memerlukan satu elemen untuk memberlakukannya disebut operasi uner misal

Contoh : untuk mengoperasikannya hanya memerlukan sebuah bilangan,
misal √ 9=3. Dalam hal ini bilangan yang dioperasikan adalah 9 dan hasil
operasinya adalah 3
4. Prinsip ; Prinsip adalah objek matematika yang paling kompleks,
kekompleks-an tersebut dikarenakan adanya sekelompok konsep yang
dikombinasikan dengan suatu relasi. Jadi prinsip merupakan hubungan antara
2 atau lebih objek matematika.
Contoh : jumlah dua buah bilangan gasal adalah bilangan genap.

B. Pola Pikir Induksi dab Deduktifa


Geometri berasal dari kata latin “Geometria”, Geo yang berarti tanah dan
metria berarti pengukuran. Menurut sejarahnya, gepmetri tumbuh pada zaman
jauh sebelum masehi karena keperluan pengukuran tanah setiap kali sesudah
sungai Nil di Mesir banjir.
Sebagai cabang matematika, geometri mempelajari titik, garis, d=bidang dan
benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya satu
sama lain. Jadi geometri dapat dipandang sebagai suatu studi tentanf ruang
konkret.
Untuk mengehindari berputas-putar dalam pendefenisian. Pengertyian-
pengertian pangkal atau unsur-unsur yang tidak didefenisikan.
Contoh dari berputar-putar dalam pendefenisian misalnya :
1. Titik adalah perpotongan dua garis
Garis adalah penghubung dua titik
2. Sudut siku-siku adalah sudut yang tidak lancip
Sudut lancip adalah sudut yang tidak siku-siku
Hal semacam ini tidak benar
Suatu defenisi harus dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat yang memuat “
jika dan hanya jika” atau “reversible” (dapat dibalik).
Misalnya :
Suatu segitiga samasisi adalah suatu segitiga yang ketiga sisinya sama
Ini harus berarti
Jika suatu segitiga samasisi mala ketiga sisinya sama
Jika suatu segitiga sisinya sama maka segitiga itu samasisi
Sehinga dapat dikatakan
Suatu segitiga disebut samasisi bila dan hanya bila ketiga sisinya sama.

C. Pengertian Pangkat dan Pernyataan Pangkal


Dalam suatu struktur matematika disepakati terdapat “pernyataan pangkal”
atau bisa disebut “aksioma” dan “pengertian atau unsur pangkal” atau sering
disebut “unsur primitive atau undefined term”. Aksioma diperlukan dalam suatu
struktur matematika agar dapat dihindarkan “berputar-putar dalam pembuktian”
atau “circulus in probondo”. Sedangkan unsur primitive dalam suatu sturktur
matematika perlu untuk menghindarkan “ berputar-putar dalam pendefenisian”
atau “circulus in definiendo”. Contoh yang mudah diingat an dipahami dapat
diambil dari Geometri Euclides, misalnya :
1. Titik, garis dan bidang dipandang sebagai unsur primitive;
2. Melalui dua buah titik dapat dibuat tepat sebuah garis lurus, sebagai salah satu
aksioma.
Dari unsur-unsur primitive dan aksioma tertentu dapat diturunkan suatu
pernyataan lain yang sering disebut sebagai “teorema”.

D. Membedakan Beberapa Aksioma


Beberapa aksioma tersebut sering juga disebut sistem aksioma. Agar suatu
kumpulan aksioma dapat merupakan sebuah sistem, diperlukan syarta-syarat
yang penting adalah :
1. Konsisten (taat asas)
2. Independen (bebas)
3. Komlit atau lengkap
4. Ekonomis
Dari ketiga syarat tersebut yang uatama adalah nomor 1, 2, dan 3, sebab
nomor 4 seringkali dapat juga dipandang sebagai akibat syarat nomor 2.

E. Konsep Bukan Pangkal


Pembentukan suatu konsep bisa melalui :⑴ abstraksi, misalnya :
pembentukan bilangan melalui dua kali abstraksi, (2) Idelisasi, misalnya :
"kerataan" suatu bidang dan "kelurusan" suatu garis,⑶ abstraksi dan idealisasi,
misalnya : “kubus", “kerucut", dan (4) penambahan syarat pada konsep
terdahulu, misalnya: "belahketupat" dari “jajargenjang"
Definisi yang digunakan pada segiempat mempunyai dampak terhadap
hubungan antarsegiempat. Jika trapesium didefinisikan sebagai “ segiempat yang
tepat sepasang sisinya sejajar" atau “segiempat yang sepasang sisinya sejajar",
maka kedua definisi yang berbeda itu akan akan berdampak terhadap hubungan
antarsegiempat. Jika definisi yang pertama digunakan maka himpunan
jajargenjang dan himpunan trapesium saling asing, tetapi jika definisi yang kedua
digunakan maka himpunan jajargenjang merupakan himpunan bagian dari
himpunan trapesium.
Jika definisi analitis yang digunakan, maka persegipanjang ialah jajargenjang
yang satu sudutnya siku-siku; belahketupat ialah jajargenjang yang keempat sisi
sama atau layang-layang yang keempat sisi sama; dan persegi ialah
persegipanjang yang keempat sisi sama atau persegi ialah belahketupat yang satu
sudutnya siku-siku. Jika definisi trapesium digunakan definisi (1) yaitu
segiempat yang sepasang sisi berhadapan sejajar, maka jajargenjang ialah
trapesium yang mempunyai dua pasang sisi sejajar.
Berdasar peta konsep di atas, trapesium didefinisikan dengan menggunakan
genus proksimum "segiempat" dengan menambah syarat "mempunyai sepasang
sisi yang sejajar". Dengan demikian trapesium ialah segiempat yang mempunyai
sepasang sisi sejajar. Dengan cara sama, jajargenjang ialah trapesium yang
mempunyai dua pasang sisi sejajar dan persegipanjang ialah jajargenjang yang
satu sudutnya siku-siku. Demikian juga untuk layang-layang, belahketupat dan
persegi.

F. Pernyataan Bukan Pangkal


Di bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa suatu teorema atau suatu sifat
tertentu tidak selalu didapat dengan pemikiran deduktif, tetapi juga mungkin
ditemukan melalui pengalaman lapangan ataupun data empirik. Namun demikian
akhimya kebenarannya harus dapat dibuktikan dengan pola pikir deduktif dalam
strukturnya.
Jadi, suatu teorema atau suatu sifat tertentu dapat saja diperoleh melalui
langkah-Iangkah induktif, baru kemudian dibuktikan kebenarannya dengan cara
deduktif. Sifat-sifat suatu barisan dapat saja "ditemukan" secara coba-coba, baru
kemudian dapat dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan induksi
matematika. Demikian juga beberapa sifat atau teorema dalam teori jaringan atau
graph
Telah dikemukakan bahwa pada umumnya suatu teorema berupa suatu
implikasi. Namun ada juga yang berupa biimplikasi. Berbeda dengan definisi,
kalimatnya selalu harus diartikan sebagai suatu biimplikasi. Dalam pembicaraan
teorema, termasuk di dalamnya “lemma” dan “corrolary”.
Jika suatu teorema dipandang sebagai suatu implikasi “Jika maka ” ,
dapatlah ditinjau unsur-unsurnya. Unsur-unsur suatu teorema adalah:
1) Latar belakang
Latar belakang suatu teorema merupakan keterangan atau penjelasan yang
memungkinkan teorema tersebut berlaku.
2) Hipotesis/an teseden
Hipotesis biasanya terdapat di belakang kata “jika”. Hipotesis merupakan
pemyataan yang menjadi landasan untuk dapat membuat simpulan yang
berupa pemyataan lain.
3) Konklusilkonsekuen
Konklusi biasanya terdapat di belakang kata ”maka" Konklusi adalah
pemyataan yang merupakan analisis atau hasil telaah dari hipotesis.
Perhatikan teorema berikut “Sudut-sudut alas suatu segitiga samakaki sama
besarnya". Pemyataan tersebut dapat diubah menjadi: “Jika sebuah segitga
samakaki maka sudut-sudut alasnya sama". Dengan bentuk pernyataan “Jika
.................................maka.......” ini lebih mudah menentukan unsur-unsur
teorema tersebut, yaitu: 1) ...... latar belakangnya adalah segitiga, 2) hipotesisnya
adalah segitiga samakaki , dan 3) konlusinya adalah sudut-sudut alasnya sama.
Dari contoh di atas jelas bahwa hipotesis suatu teorema adalah bagian yang
dianggap diketahui. sedangkan konklusi suatu teorema adalah bagian yang akan
dibuktikan kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai