Anda di halaman 1dari 12

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Tokoh dan Sejarah Geometri


a. Tokoh
b. Sejarah Geometri
2. Sistem Aksiomatis
a. Pengertian Pangkal/Unsur Primitif
b. Postulat/Aksioma
c. Definisi
d. Teorema
( Coba materi yang sudah ada dikelompokkan sesuai sub diatas yang sudah
disediakan.

1.1. Tokoh dan Sejarah Geometri


Kata “ geometri ” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ ukuran bumi “.
Maksudnya mencakup segala sesuatu yang ada di bumi. Geometri adalah ilmu
yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang dan
bangun-bangun ruang beserta sifat, ukuran dan hubungannya dengan yang lain.
Objek Geometri : Benda pikir yang berasal dari benda nyata yang
diabstraksikan dan di Idialisasikan.Diabstraksikan : tidak diperhatikan warna,
bau, suhu dan sifat-sifat yang lain. Diidialisasikan : Dianggap sempurna.
Geometri terutama terdiri dari serangkaian pernyataan tentang titik-titik, garis-
garis, dan bidang-bidang, dan juga planar (proyeksi bidang) dan benda-benda
padat. Geometri dimulai dari istilah-istilah yang tidak terdefinisikan, definisi-
definisi, aksioma-aksioma, postulat-postulat dan selanjutnya teorema-teorema.
Berdasarkan sejarah, geometri telah mempunyai banyak penerapan yang sangat
penting, misalnya dalam mensurvei tanah, pembangunan jembatan,
pembangunan stasiun luar angkasa dan lain sebagainya.
a. Tokoh Geometri
1. Thales (640 – 546 SM)
Pada mulanya geometri lahir semata-mata didasarkan oleh pengalaman.
Namun matematikawan yang pertama kali merasa tidak puas terhadap
metode yang didasari semata-mata pada pengalaman adalah Thales (640-
546 SM). Masyarakat matematika sekarang menghargai Thales sebagai
orang yang selalu berkarta “Buktikan itu” dan bahkan ia selalu melakukan
itu. Dari sekian banyak teorema adalah:
- Sudut-sudut alas dari suatu segitiga samakaki adalah kongruen,
- Sudut-sudut siku-siku adalah kongruen,
- Sebuah sudut yang dinyatakan dalam sebuah setengah lingkaran adalah
sudut siku-siku.
Hasil kerja dan prinsip Theles jelas telah manandai awal dari
sebuah era kemajuan matematika yang mengembangkan pembuktian
deduktif sebagai alasa logis yang dapat diterima. Pembuktian deduktif
diperlukan untuk menurunkan teorema dari postulat-postulat. Selanjutnya
untuk disusun suatu pernyataan baru yang logis.
2. Pythagoras (582-507 SM)
Sepeninggal Thales munculah Pythagoras (582-507 SMkan Teo)
berikut para pengikutnya yang dikenal dengan sebutan Pythagorean
melanjutkan langkah Thales. Para Pythagorean menggunakan metode
pembuktian tidak hanya untuk mengembangrema Pythagoras, tetapi juga
terhadap teorema-teorema jumlah sudut dalam suatu poligon, sifat-sifat
dari garis-garis yang sejajar, teorama tentang jumlah-jumlah yang tidak
dapat diperbandingkan, serta teorema tentang lima bangun padat
beraturan.
3. Euclid (300 SM)
Tidak banyak orang yang beruntung memperoleh kemasyhuran yang
abadi seperti Euclid, ahli ilmu ukur Yunani yang besar. Meskipun semasa
hidupnya tokoh-tokoh seperti Napoleon, Martin Luther, Alexander yang
Agung, jauh lebih terkenal ketimbang Euclid tetapi dalam jangka panjang
ketenarannya mungkin mengungguli semua mereka yang disebut itu.
Selain kemasyhurannya, hampir tak ada keterangan yang terperinci
mengenai kehidupan Euclid yang bisa diketahui. Misalnya, kita tahu dia
pernah aktif sebagai guru di Iskandariah, Mesir, di sekitar tahun 300 SM,
tetapi kapan dia lahir dan kapan dia wafat betul-betul gelap. Bahkan, kita
tidak tahu di benua apa dan di kota apa dia dilahirkan. Meski dia menulis
beberapa buku dan diantaranya masih ada yang tertinggal, kedudukannya
dalam sejarah terutama terletak pada bukunya yang hebat mengenai ilmu
ukur yang bernama The Elements.
Dalam The Elements, Euclid menggabungkan pekerjaan disekolah yang
telah ia ketahui dengan semua pengetahuan matematika yang ia ketahui
dalam suatu perbandingan yang sistematis hingga menjadi sebuah hasil
yang menakjubkan. Kebanyakan dari pekerjaannya itu bersifat original,
sebagai metode deduktif ia mendemonstrasikan sebagian besar
pengetahuan yang diperlukan melalui penalaran. Dalam Element Euclid
pun menjelaskan aljabar dan teori bilangan sebaik ia menjelaskan
geometri.
Arti penting buku The Elements tidaklah terletak pada pernyataan
rumus-rumus pribadi yang dilontarkannya. Hampir semua teori yang
terdapat dalam buku itu sudah pernah ditulis orang sebelumnya, dan juga
sudah dapat dibuktikan kebenarannya. Sumbangan Euclid terletak pada
cara pengaturan dari bahan-bahan dan permasalahan serta formulasinya
secara menyeluruh dalam perencanaan penyusunan buku. Di sini
tersangkut, yang paling utama, pemilihan dalil-dalil serta perhitungan-
perhitungannya, misalnya tentang kemungkinan menarik garis lurus
diantara dua titik.
Sesudah itu dengan cermat dan hati-hati dia mengatur dalil sehingga
mudah difahami oleh orang-orang sesudahnya. Bilamana perlu, dia
menyediakan petunjuk cara pemecahan hal-hal yang belum terpecahkan
dan mengembangkan percobaan-percobaan terhadap permasalahan yang
terlewatkan. Perlu dicatat bahwa buku The Elements selain terutama
merupakan pengembangan dari bidang geometri yang ketat, juga di
samping itu mengandung bagian-bagian soal aljabar yang luas berikut teori
penjumlahan.
Buku The Elements sudah merupakan buku pegangan baku lebih dari
2000 tahun dan merupakan buku yang paling sukses yang pernah disusun
manusia. Begitu hebatnya Euclid menyusun bukunya sehingga dari
bentuknya saja sudah mampu menyingkirkan buku yang pernah dibuat
orang sebelumnya.
Sebagai alat pelatih logika pikiran manusia, buku The Elements jauh
lebih berpengaruh ketimbang semua risalah Aristoteles tentang logika.
Buku itu merupakan contoh yang komplit sekitar struktur deduktif dan
sekaligus merupakan buah pikir yang menakjubkan dari semua hasil kreasi
otak manusia.
Adil jika kita mengatakan bahwa buku Euclid merupakan faktor penting
bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan bukanlah
sekedar kumpulan dari pengamatan-pengamatan yang cermat dan bukan
pula sekedar generalisasi yang tajam serta bijak. Hasil besar yang
direnggut ilmu pengetahuan modern berasal dari kombinasi antara kerja
penyelidikan empiris dan percobaan-percobaan di satu pihak, dengan
analisa hati-hati dan kesimpulan yang punya dasar kuat di lain pihak.
Pengaruh Euclid terhadap Sir Isaac Newton sangat terasa sekali, sejak
Newton menulis buku yang terkenal dengan nama The Principia dalam
bentuk kegeometrian, mirip dengan The Elements. Berbagai ilmuwan
mencoba menyamakan diri dengan Euclid dengan jalan memperlihatkan
bagaimana semua kesimpulan mereka secara logis berasal mula dari
asumsi asli. Tak kecuali apa yang diperbuat oleh ahli matematika seperti
Russel, Whitehead dan filosof Spinoza.
Kini, para ahli matematika sudah memaklumi bahwa geometri Euclid .
bukan satu-satunya sistem geometri yang memang jadi pegangan pokok
dan teguh serta yang dapat direncanakan pula, mereka pun maklum bahwa
selama 150 tahun terakhir banyak orang yang merumuskan geometri
bukan a la Euclid. Sebenarnya, sejak teori relativitas Einstein diterima
orang, para ilmuwan menyadari bahwa geometri Euclid tidaklah
selamanya benar dalam penerapan masalah cakrawala yang sesungguhnya.
Pada kedekatan sekitar "Lubang hitam" dan bintang neutron --
misalnya-- dimana gayaberat berada dalam derajat tinggi, geometri Euclid
tidak memberi gambaran yang teliti tentang dunia, ataupun tidak
menunjukkan penjabaran yang tepat mengenai ruang angkasa secara
keseluruhan. Tetapi, contoh-contoh ini langka, karena dalam banyak hal
pekerjaan Euclid menyediakan kemungkinan perkiraan yang mendekati
kenyataan. Kemajuan ilmu pengetahuan manusia belakangan ini tidak
mengurangi baik hasil upaya intelektual Euclid maupun dari arti penting
kedudukannya dalam sejarah.
4. Saintis-Saintis Muslim
Di era kekhalifahan Islam, para saintis Muslim pun turut
mengembangkan geometri. Bahkan, pada era abad pertengahan, geometri
dikuasai para matematikus Muslim. Tak heran jika peradaban Islam turut
memberi kontribusi penting bagi pengembangan cabang ilmu matematika
modern itu.
Pencapaian peradaban Islam di era keemasan dalam bidang geometri
sungguh sangat menakjubkan. Betapa tidak. Para peneliti di Amerika
Serikat (AS) menemukan fakta bahwa di abad ke-15 M, para cendekiawan
Muslim telah menggunakan pola geometris mirip kristal. Padahal, pakar
matematika modern saja baru menemukan pla desain geometri itu pada
abad ke-20 M.
Menurut studi yang diterbitkan dalam Jurnal Science itu, para
matematikus Muslim di era keemasan telah memperlihatkan satu
terobosan penting dalam bidang matematika dan desain seni pada abad ke-
12 M. "Ini amat mengagumkan," tutur Peter Lu, peneliti dari Harvard, AS
seperti dikutip BBC .
Peter Lu mengungkapkan, para matemetikus dan desainer Muslim di
era kekhalifahan telah mamapu membuat desain dinding, lantai dan langit-
langit dengan menggunakan tegel yang mencerminkan pemakaian rumus
matematika yang begitu canggih. ''Teori itu baru ditemukan 20 atau 30
tahun lalu," ungkapnya.
Desain dalam seni Islam menggunakan aturan geometri dengan bentuk
mirip kristal yang menggunakan bentuk poligon simetris untuk
menciptakau pola. Hingga saat ini, pandangan umum yang beredar adalah
pola rumit berbentuk bintang dan poligon dalam desain seni Islam dicapai
dengan menggunakan garis zigzag yang digambar dengan mistar dan
kompas.
"Anda bisa melihat perkembangan desain geometis yang canggih ini.
Jadi mereka mulai dengan pola desain yang sederhana, dan lama-lama
menjadi lebih kompleks," tambah Peter Lu. Penemuan Peter Lu itu
membuktikan bahwa peradaban Islam telah mampu mencapai kemajuan
yang luar biasa dalam bidang geometri.
Lantas bagaimana matematikus Islam mengembangkan geometri? Pada
abad ke-9 M, matematikus Muslim bernama Khawarizmi telah
mengembangkan geometri. Awalnya, ilmu geometri dipelajari sang
matematikus terkemuka dari buku berjudul The Elements karya Euclid.
Ia pun kemudian mengembangkan geometri dan menemukan beragam hal
yang baru dalam studi tentang hubungan di dalam ruang. Al-Khawarizmi
menciptakan istilah secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri
dan astronomi. Dia juga menemukan Sistem Nomor yang sangat penting
bagi sistem nomor modern. Dalam Sistem Nomor itu, al-Khawarizmi
memuat istilah Cosinus, Sinus dan Tangen untuk menyelesaikan
persamaan trigonometri, teorema segitiga sama kaki, perhitungan luas
segitiga, segi empat maupun perhitungan luas lingkaran dalam geometri.
Penelitian al-Khawarizmi dianggap sebagai sebuah revolusi besar
dalam dunia matematika. Dia menghubungkan konsep-konsep geometri
dari matematika Yunani kuno ke dalam konsep baru. Penelitian-penelitian
al-Khawarizmi menghasilkan sebuah teori gabungan yang memungkinkan
bilangan rasional/irasional, besaran-besaran geometri diperlakukan sebagai
objek-objek aljabar.
Penelitian al-Khawarizmi memungkinkan dilakukannya aplikasi
sistematis dari aljabar. Sebagai contoh, aplikasi aritmetika ke aljabar dan
sebaliknya, aljabar terhadap trigonometri dan sebaliknya, aljabar terhadap
teori bilangan, aljabar terhadap geometri dan sebaliknya. Penelitian-
penelitian ini mendasari terciptanya aljabar polinom, analisis
kombinatorik, analisis numerik, solusi numerik dari persamaan, teori
bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan. Konsep geometri dalam
matematika yang diperkenalkan oleh al-Khawarizmi juga sangat penting
dalam bidang astronomi. Pasalnya Astronomi merupakan ilmu yang
mengkaji tentang bintang-bintang termasuk kedudukan, pergerakan, dan
penafsiran yang berkaitan dengan bintang. Guna menghitung kedudukan
bintang terhadap bumi membutuhkan perhitungan geometri.
Ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa mengembangkan geometri
adalah Thabit Ibnu Qurra. Matematikus Muslim yang dikenal dengan
panggilan Thebit itu juga merupakan salah seorang ilmuwan Muslim
terkemuka di bidang Geometri. Dia melakukan penemuan penting di
bidang matematika seperti kalkulus integral, trigonometri, geometri
analitik, maupun geometri non-Eucledian.
Salah satu karya Thabit yang fenomenal di bidang geometri adalah
bukunya yang berjudul The composition of Ratios ( Komposisi rasio).
Dalam buku tersebut, Thabit mengaplikasikan antara aritmatika dengan
rasio kuantitas geometri. Pemikiran ini, jauh melampaui penemuan
ilmuwan Yunani kuno dalam bidang geometri.
Sumbangan Thabit terhadap geometri lainnya yakni, pengembangan
geometri terhadap teori Pitagoras di mana dia mengembangkannya dari
segi tiga siku-siku khusus ke seluruh segi tiga siku-siku. Thabit juga
mempelajari geometri untuk mendukung penemuannya terhadap kurva
yang dibutuhkan untuk membentuk bayangan matahari.
Selain itu, ilmuwan Muslim lainnya yang berjasa mengembangkan
geometri adalah Ibnu al-Haitham. Dalam bidang geometri, Ibnu al-
Haitham mengembangkan analitis geometri yang menghubungkan
geometri dengan aljabar. Selain itu, dia juga memperkenalkan konsep
gerakan dan transformasi dalam geometri. Teori Ibnu al-Haitham dalam
bidang persegi merupakan teori yang pertama kali dalam geometri eliptik
dan geometri hiperbolis. Teori ini dianggap sebagai tanda munculnya
geometri non- Euclidean. Karya-karya Ibn al-Haitham itu mempengaruhi
karya para ahli geometri Persia seperti Nasir al-Din al Tusi dan Omar
Khayyam. Namun pengaruh Ibn al-Haytham tidak hanya terhenti di
wilayah Asia saja. Sejumlah ahli geometri Eropa seperti Gersonides,
Witelo, Giovanni Girolamo Saccheri, serta John Wallis pun terpengaruh
pemikiran al-Haitham. Salah satu karyanya yang terkemuka dalam ilmu
geometri adalah Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib.
Cendekiawan Muslim lainnya yang berjasa mengembangkan geometri
adalah Abu Nasr Mansur ibnu Ali ibnu Iraq atau biasa disebut Abu Nasr
Mansur. Ia merupakana salah satu ahli geometri yang mendalami spherical
geometri (geometri yang berhubungan dengan astronomi). Spherical
geometri ini sangat penting untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
sulit di dalam astonomi Islam. Umat Islam perlu menentukan waktu yang
tepat untuk shalat, Ramadhan, serta hari raya baik Idul Fitri maupun Idul
Adha. Dengan bantuan spherical geometri, kini umat Muslimbisa
memperkirakan waktu-waktu tersebut dengan mudah. Itulah salah satu
warisan ilmu Abu Nasr Mansur bagi kita saat ini.
b. Sejarah Singkat Geometri
Paling tidak ada enam wilayah yang dapat dipandang sebagai
’sumber’ penyumbang pengetahuan geometri, yaitu: Babilonia (4000 SM -
500 SM), Yunani (600 SM – 400 SM), Mesir (5000 SM - 500 SM), Jasirah
Arab (600 - 1500 AD), India (1500 BC - 200 BC), dan Cina (100 SM -
1400). Tentu masih ada negara-negara penyumbang pengetahuan geometri
yang lain, Namun, kurang signifikan atau belum terekam dalam tradisi
tulisan.
Bangsa Babilonia menempati daerah subur yang membentang antara
sungai Eufrat dan sungai Tigris di wilayah Timur Tengah. Pada mulanya,
daerah ini ditempati oleh bangsa Sumeria. Pada saat itu, 3500 SM, atau
sekitar 5000 tahun yang lalu telah hidup sangat maju. Banyak gedung
dibangun seperti kota waktu kini. Sistem irigasi dan sawah pertanian juga
telah berkembang. Geometri dipikirkan oleh para insinyur untuk keperluan
pembangunan.
Geometri yang lahir dan berkembang di Babilonia merupakan sebuah hasil
dari keinginan dan harapan para pemimpin pemerintahan dan agama pada
masa itu. Hal ini dimaksudkan untuk bisa mendirikan berbagai bangunan
yang kokoh dan besar. Juga harapan bagi para raja agar dapat menguasai
tanah untuk kepentingan pendapatan pajak. Teknik-teknik geometri yang
berkembang saat itu pada umumnya masih kasar dan bersifat intuitif. Akan
tetapi, cukup akurat dan dapat memenuhi kebutuhan perhitungan berbagai
fakta tentang teknik-teknik geometri saat itu termuat dalam Ahmes Papirus
yang ditulis lebih kiurang tahun 1650 SM dan ditemukan pada abad ke-9.
Peninggalan berupa tulisan ini merupakan bagian dari barang-barang yang
tersimpan oleh museum-museum di London dan New York. Dalam
Papirus ini terdapat formula tentang perhitungan luas daerah suatu persegi
panjang, segitiga siku-siku, trapesium yang mempunyai kaki tegak lurus
dengan alasnya, serta formula tentang pendekatan perhitungan luas daerah
lingkaran. Orang-orang Mesir rupanya telah mengembangkan rumus-
sumus ini dalam kehidupan mereka untuk menghitung luas tanah
garapannya.
Selain melanjutkan mengembangkan geometri, mereka juga
mengembangkan sistem bilangan yang kini kita kenal dengan
’sexagesimal’ berbasis 60. Kita masih menikmati (dan menggunakan)
sistem ini ketika berbicara tentang waktu.
Mereka membagi hari ke dalam 24 jam. Satu jam dibagi menjadi 60 menit.
Satu menit dibagi menjadi 60 detik. Kita mengatakan, misalnya, saat ini
adalah pukul 9, 25 menit, 30 detik. Kalau dituliskan akan berbentuk pukul
9 25' 30", dan dalam sexagesimal dapistemtuksiomatisbagai 9 5 25/60
30
/3600. Sistem ini telah menggunakan nilai tempat seperti yang kita gunakan
dewasa ini (dalam basis 10 bukan dalam basis 60).
Bangsa Babilonia mengembangkan cara mengitung luas dan volume. Di
antaranya menghitung panjang keliling lingkaran yang sama dengan tiga
kali panjang garis tengahnya. Kita mengenal harga tiga ini mendekati
harga π . Rumus Pythagoras juga sudah dikenal pada masa itu.
Bangsa Mesir mendiami wilayah yang sangat subur di sepanjang sungai
Nil. Pertanian berkembang pesat. Pemerintah memerlukan cara untuk
membagi petak-petak sawah dengan adil. Maka, geometri maju di sini
karena menyajikan berbagai bentuk polygon yang di sesuaikan dengan
keadaan walayah di sepanjang sungai Nil itu.
Di Yunani, geometri mengalami masa ’emas’nya. Sekitar 2000 tahun yang
lalu, ditemukan teori yang kita kenal dewasa ini dengan nama teori
aksiomatis. Teori berpikir yang mendasarkan diri pada sesuatu yang paling
dasar yang kebenarannya kita terima begitu saja. Kebenaran semacam ini
kita sebut kebenaran aksioma. Dari sebuah aksioma diturunkan berbagai
dalil baik dalil dasar maupun dalil turunan. Dari era ini, kita juga
memperoleh warisan buku geometri yang hingga kini belum terbantahkan,
yaitu geometri Euclides. Geometri yang kita ajarkan secara formal di
sekolah merupakan ’kopi-an’ dari geometri Euclides ini.
Di awal perkembangan Islam, para pemimpin Islam menganjurkan agar
menimba ilmu sebanyak mungkin. Kita kenal belajaralah hingga ke negeri
Cina. Dalam era itu, Islam menyebar di Timur Tengah, Afrika Utara,
Spanyol, Portugal, dan Persia. Para matematikawan Islam menyumbang
pada pengembangan aljabar, asronomi, dan trigonometri. Trigonometri
merupakan salah satu pendekatan untuk menyelesaian masalah geometri
secara aljabar. Kita mengenalnya menjadi geometri analitik. Mereka juga
mengembangkan polinomial.
Di wilayah timur, India dan Cina dikenal penyumbang pengetahuan
matematika yang handal. Di India, para matematikawan memiliki tugas
untuk membuat berbagai bangunan pembakaran untuk korban di altar.
Salah satu syaratnya adalah bentuk boleh ( bahkan harus) berbeda tetapi
luasnya harus sama. Misalnya, membuat pangunan pembekaran yang
terdiri atas lima tingkat dan setiap tingkat terdiri 200 bata. Di antara dua
tingkat yang urutan tidak boleh ada susunan bata yang sama persis. Saat
itulah muncul ahli geometri di India. Tentu, bangunan itu juga dilengkapi
dengan atap. Atap juga merupakan bagian tugas matematikawan India. Di
sinilah berkembang teori-teori geometri.
Seperti cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain, matematika (termasuk
geometri) juga dikembangkan oleh para ilmuwan Cina sejak 2000 tahun
sebelum Masehi (atau sekitar 4000 tahun yang lalu). Kalau di Eropa
terdapat buku ‘Unsur-unsur’, geometri Euclides yang mampu menembus
waktu 2000 tahun tanpa tertandingi, di timur, Cina terdapat buku
‘Sembilan bab tentang matematika’ yang dibuat sekitar tahun 179 oleh Liu
Hui. Buku ini memuat banyak masalah geometri. Di antaranya menghitung
luas dan volume. Dalam buku itu juga mengupas hukum Pythagoras. Juga
banyak dibicarakan tentang polygon.
Pada Zaman Pertengan, Ahli matematik Muslim banyak menyumbangkan
mengenai perkembangan geometri, terutama geometri aljabar dan aljabar
geometri. Al- Mahani (1.853) mendapat idea menguraikan masalah
geometri seperti menyalin kubus kepada masalah dalam bentuk aljabar.
Thabit ibn Qurra (dikenal sebagi Thebit dalam Latin) (836 – 901)
mengendali dengan pengendalian arimetikal yang diberikan kepada ratio
kuantitas geometri, dan menyumbangkan tentang pengembangan geomeri
analitik. Omar Khayyam (1048 -1131) menemukan penyelasaian geometri
kepada persamaan kubik, dan penyelidikan selanjutnya yang terbesar
adalah kepada pengembangan geometri bukan Euclid.
Pada awal abad ke-17, terdapat dua perkembangan penting dalam
geometri. Yang pertama, dan yang terpenting, adalah penciptaan geometri
analik, atau geometri dengan koordinat dan persamaan, oleh Rene
Descartes (1596-1650) dan Pierre de Fermat (1601-1665). Ini adalah awal
yang di perlukan untuk perkembangan kalkulus. Perkembangan geometrik
kedua adalah penyelidikan secara sistematik dari geometri proyektif oleh
Girard Desargues (1591-1661). Geometri proyektif adalah penyelidikan
geometri tanpa ukuran, Cuma dengan menyelidik bagaimana hubungan
antara satu sama lain.
Dua perkembangan dalam geometri pada abad ke-19,mengubah cara ia
telah dipelajari sebelumnya. Ini merupakan penemuan Geometri bukan
Euclid oleh Lobachevsky, Bolyai dan Gauss dan dari formulasi simetri
sebagai pertimbangan utama dalam Program Erlangen dari Felix Klein
(yang menyimpulkan geometri Euclid dan bukan Euclid). Dua dari ahli
geometri pada masa itu ialah Bernhard Riemann, bekerja secara analisis
matematika, dan Henri Poincaré, sebagai pengagas topologi algebraik dan
teori geometrik dari sistem dinamikal.
Sebagai akibat dari perubahan besar ini dalam konsepsi geometri, konsep
"ruang" menjadi sesuatu yang kaya dan berbeda, dan latar belakang semula
hanya teori yang berlainan seperti analisis kompleks dan mekanik klasikal.
Jenis tradisional geometri telah dikenal pasti seperti dari ruang
homogeneous, yaitu ruang itu mempunyai bekalan simetri yang
mencukupi, supaya dari poin ke poin mereka kelihatan sama.
1.2. Sistem Aksiomatis
Sistem aksiomatis memuat himpunan yang terdiri dari istilah-istilah yang
tidak didefinisikan atau primitif, dan memiliki arti yang bergantung pada
interpretasi pada pembaca. Semua istilah selain istilah-istilah primitif
didefinisikan berdasarkan istilah-primitif. Konsekuensi logis dari aksioma-
aksioma pada suatu sistem aksiomatis disebut sebagai teorema, yang
keabsahannya tidak bergantung pada interpretasi terhadap istilah-istilah
primitif.
Sifat Sistem Aksiomatis
1. Konsisten, maksudnya jika dari aksioma-aksioma yang ada tidak mungkin
menghasilkan teorema-teorema yang kontradiksi dengan aksioma-aksioma
yang ada dan dengan teorema-teorema yang telah dibuktikan sebelumnya.
2. Setiap aksioma yang ada pada sistem tersebut bukanlah merupakan turunan
(deduksi) dari aksioma-aksioma yang lain saling bebas atau independen.
3. Lengkap, maksudnya tidaklah mungkin menambahkan aksioma lain yang
konsisten dan independen tanpa menambahkan istilah-istilah primitif.
a. Pengertian Pangkal / Unsur Primitif
Pengertian pangkal (unsur primitif) : unsur – unsur yang tidak didefinisikan.
Artinya, tanpa definisi, makna setiap pengertian pangkal dianggap sudah
cukup jelas Hal ini diperlukan agar tidak terjadi perputaran dalam definisi.
Contoh : titik, garis, bidang dst.
definisi : ungkapan yang digunakan untuk membatasi konsep. Ciri dalam
definisi berlaku biimplikasi
Contoh : Segiempat disebut jajar genjang jika dan
hanya jika sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
Konsep : Ide abstrak yang digunakan untukmengklasifikasikan sesuatu.
Contoh : Jajar genjang, persegi panjang dll.
Memahami pengertian dan pernyataan
Kita mengenal penalaran induktif dan deduktif. Penalaran induktif
berangkat dari hal-hal khusus sehingga dapat digeneralisasikan. Penalaran
deduktif berangkat dari pernyataan umum yang benar yang dengan langkah-
langkah logis diturunkan pernyataan-pernyataan lainnya yang benar.
Kelebihan deduksi yang valid atau sahih, kesimpulan yang didapat
dinyatakan tidak akan pernah salah jika premis-premisnya sungguh bernilai
benar. Salah satu contoh yang merupakan ilmu deduktif-sistematik atau
deduktik-aksiomatik, adalah geometri yang disajikan dalam geometri
Euclides.
Dalam geometri aksiomatik atau geometri formal terdapat dua jaringan,
yaitu: jaringan konsep (jaringan pengertian) dan jaringan pernyataan.
Ada dua jenis jaringan pengertian yaitu;
(i) pengertian pangkal (primitive concept; konsep pangkal)
(ii) pengertian bukan pangkal
Pengertian Pangkal ialah pengertian yang tanpa harus didefinisikan, harus
diterima. Artinya,
tanpa definisi, makna setiap pengertian pangkal dianggap sudah cukup jelas
(bagi siswa, pembaca). Sedangkan tiap-tiap pengertian yang bukan pangkal
harus didefinisikan. Mula-mula dengan menggunakan pengertian pangkal,
kemudian juga menggunakan pengertian bukan pangkal lain yang sudah
didefinisikan terlebih dahulu.
Ada dua jenis pernyataan, yaitu
(i) pernyataan pangkal (aksioma), dan
(ii) pernyataan bukan pangkal
Pernyataan pangkal (aksioma) harus diterima kebenarannya (oleh pembaca,
siswa) tanpa bukti. Semua pernyataan lain disebut dalil atau teorema, dan
harus dibuktikan kebenarannya. Mulamula dari aksioma-aksioma saja,
kemudian juga dari dalil-dalil lain yang sudah dibuktikan terlebih dahulu.

Pengertian pangkal dan bukan pangkal


Konsep atau pengertian dapat dikategorikan sebagai konsep “benda” (benda
pikiran) dan relasi. Termasuk konsep pangkal “benda” misalnya titik, garis,
dan kurva. Termasuk konsep pangkal relasi, misalnya “terletak pada”,
“melalui”, dan “terletak di luar”. Dikenal misalnya (titik) terletak pada (garis
atau kurva) atau (garis atau kurva) melalui (titik), dan (titik) di luar (garis
atau kurva). Dalam geometri titik menempati suatu posisi atau tempat, tetapi
tidak memiliki ukuran. Sebuah noktah yang digambarkan dengan pensil
sangat lancip mungkin secara kasar dapat merepresentasikan sebuah titik.
Namun keterbatasan alat yang memberikan ketebalan sebuah noktah tidak
mengurangi makna sifat titik dalam bahasan geometri sebagai ‘benda
pikiran’. Titik diberi nama dengan sebuah huruf kapital.
Contoh lain dari pengertian bukan pangkal misalnya sudut, segitiga,
segiempat, dan masih banyak lagi. Pengertian bukan pangkal memuat lebih
dari satu pengertian-pengertian pangkal atau bahkan pengertian bukan
pangkal lainnya. Karena itu, pengertian bukan pangkal itu didefinisikan.
Definisinya dapat berupa kalimat deklaratif biasa (langsung), tetapi juga
dapat berupa implikasi.
Misalnya
(1) segitiga samasisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang, atau
(2) jika ketiga sisi segitiga sama panjang, maka segitiga tersebut dinamakan
segitiga samasisi.
Contoh:
a. Sumbu sebuah ruas garis adalah garis yang melalui titik tengah ruas garis
yang diketahui dan tegaklurus terhadap ruas garis tersebut.
b. Segitiga samakaki adalah segitiga yang mempunyai dua sisi yang sama
panjang
c. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama
terhadap sebuah titik tertentu.

b. Aksioma / postulat
Aksioma/postulat adalah anggapan dasar yang disepakati benar tanpa
harus dibuktikan atau pernyataan yang secara langsung dapat diterima
kebenarannya. Yang termasuk ke dalam aksioma/postulat adalah sesuatu atau
konsep yang secara logika dapat diterima kebenaranya tanpa harus
dibuktikan. Dalam geometri (Euclide) misalnya dikenal postulat garis sejajar
yaitu apabila ada sebuah garis dan sebuah titik di luar garis tersebut, melalui
titik itu dibuat garis lain yang sejajar garis pertama maka kedua garis tersebut
tidak akan berpotongan.
Aksioma dasar dalam geometri antara lain:
1. Melalui dua titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis lurus.
2. Jika sebuah garis dan sebuah bidang mempunyai dua titik persekutuan,
maka garis itu seluruhnya terletak pada bidang.
3. Melalui tiga buah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah bidang.
4. Melalui sebuah titik yang berada di luar sebuah garis tertentu, hanya dapat
dibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis tertentu tersebut.
Contoh Penggunaan Aksioma
Seringkali suatu definisi dapat dijelaskan latar belakangnya. Contohnya
adalah definisi gabungan dua himpunan. Tujuan menggabungkan dua
himpunan adalah agar anggota himpunan gabungannya bertambah banyak.
Agar tujuan ini tercapai , syarat keanggotaannya harus diperlemah. Jika
himpunan yang digabungkan adalah A dan B, maka cara memperlemahnya
adalah dengan memilih salah satu syarat , anggota dari A, atau anggota dari
B. Berdasarkan ini, gabungan dua himpunan harus didefinisikan sebagai A U
B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }.
Kita dapat mendifinisikan istilah himpunan hingga, sebagai suatu
himpunan yang terdiri dari n unsur ( n bilangan asli ), atau himpunan kosong.
Unsur – unsur pada himpunan hingga yang tak kosong berkorespondensi satu
– satu dengan himpunan {1,2,.......,n), n bilangan asli.
Pada himpunan bilangan real R terdapat himpunan bagian P C R yang
memenuhi ketiga aksioma berikut.
1. Untuk sembarang x ∈ R berlaku salah satu dari a ∈ P, -a ∈ P, a = 0
(trikotomi).
2. Jika x dan y ∈ P, maka x + y ∈ P.
3. Jika x dan y ∈ P, maka xy ∈ P.
Dalam kaitan ini, P dinamakan himpunan bilangan positif dan unsurnya
dinamakan bilangan positif.
Contoh Postulat pembuktian dan dapat digunakan sebagai premis pada
deduksi.
1. Postulat Geometri
Dengan mistar dan jangka :
a. Dapat dilukis garis lurus dari suatu titik ke titik lain.
b. Dapat dihasilkan garis lurus terhingga dengan sebarang panjang
c. Dapat dilukis lingkaran dengan sebarang titik sebagai pusat dan jari-jari
sebarang panjang

c. Definisi
Definisi : ungkapan yang digunakan untuk membatasi konsep. Ciri dalam
definisi berlaku biimplikasi. Contoh : Segiempat disebut jajar genjang jika dan
hanya jika sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
Konsep : Ide abstrak yang digunakan untukmengklasifikasikan sesuatu.
Contoh : Jajar genjang, persegi panjang dll.
Macam-macam Definisi:
1. Definisi analitik definisi yang menyebutkan genus prosimum (keluarga
terdekat) dan diferensia spesikika (perbedaan spesifik).
contoh:
a. Persegi adalah persegi panjang yang semua sisinya sama panjang
b. Persegi panjang adalah jajar genjang yang salah satu sudutnya siku-siku
2. Definisi genetik definisi yang menunjukkan terjadinya konsep itu
contoh:
a. Jaring-jaring limas adalah bangun yang terjadi bila suatu limas dipotong
menurut rusuk-rusuk tegaknya dan bidang-bidang sisi tegaknya
direbahkan ke arah luar sampai ke bidang yang memuat bidang alasnya
b. Trapesium adalah segiempat yang terjadi jika sebuah segitiga dipotong
oleh sebuah garis yang sejajar dengan salah satu sisi segitiga tersebut.
3. Definisi dalam bentuk rumus

d. Teorema / dalil
Teorema/rumus/dalil adalah anggapan sementara yang harus dibuktikan
kebenarannya melalui serangkaian pembuktian deduktif atau Pernyataan
yang harus dibuktikan kebenarannya.
Pembuktian teorema/rumus/dalil dalam matematika keberlakuannya
harus secara umum, tidak berlaku hanya untuk beberapa kasus seperti
contoh. Misalnya teorema Pythagoras yang menyatakan bahwa dalam
sebuah segitiga siku-siku berlaku “jumlah kuadrat sisi sikusiku sama dengan
kuadrat sisi miringnya”. Apabila kita mengajukan pembuktian melalui
menunjukkan/memberi contoh dalam segitiga siku-siku dengan panjang sisi
masing masing 3 dan 4 satuan panjang, serta panjang sisi miringnya sama
dengan 5 satuan panjang (tripel Pythagoras), sehingga diperlihatkan
hubungan 32 + 42 = 52 ini bukan pembuktian, tetapi sekadar menunjukkan
satu kasus. Teorema Pythagoras sejak ditemukannya sampai sekarang telah
dibuktikan lebih dari 200 cara.

Anda mungkin juga menyukai