Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang

dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk

menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan

intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam

mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori, dan hukum, serta membuka

peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga

digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai

suatu subjek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu

ilmu atau metode ilmiah. Kata ini diserap dari kata bahasa Inggris research

yang diturunkan dari bahasa Perancis yang memiliki arti harfiah "menyelidiki

secara tuntas".

Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris research yang artinya

adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan,

memodifikasi atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok

penyelidikan.

Pada dasarnya riset atau penelitian adalah setiap proses yang menghasilkan

ilmu pengetahuan.

Adapun pengertian penelitian menurut para ahli adalah :


2

1. Fellin, Tripodi & Meyer (1996) => Penelitian adalah suatu cara sistematik

untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan

pengetahuan yang dapat di sampaikan (dikomunikasikan) dan diuji

(diverifikasi) oleh peneliti lain.

2. Kerlinger (1986: 17-18) =>Penelitian adalah investigasi yang sistematis,

terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisihipotesis mengenai

hubungan tertentu antarfenomena.

3. Indriantoro & Supomo (1999: 16) => Penelitian merupakan refleksi dari

keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam.

4. David H. Penny =>Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai

berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan

penafsiran fakta-fakta.

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk

menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan

dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Para pakar mengemukakan

pendapat yang berbeda dalam merumuskan batasan penelitian atau

penyelidikan terhadap suatu masalah, baik sebagai usaha mencari

kebenaran melalui pendekatan ilmiah.

Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan

analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai

tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-


3

metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau

noneksperimental, interaktif atau non interaktif. Metode-metode tersebut telah

dikembangkan secara intensif, melalui berbagai uji coba sehingga telah

memiliki prosedur yang baku.

Peneitian Kemasyarakatan sebagai aktifitas penelitian yang dilakukan

oleh Pembimbing Kemasyarakatan merupakan suatu proses penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui latarbelakang kehidupan dari Warga Binaan

pemasyarakatan yang bersifat kualitatif melalui pengumpulan data yang

dianalisis secara sistematis dan logis untuk dijadikan dasar untuk perlakuan

terhadap Wargabinaan baik untuk kepentingan litigasi maupun non litigasi.

B. Deskripsi Singkat

Mata diklat Penelitian Kemasyarakatan bagi petugas Pembimbing

Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan diberikan kepada peserta diklat

Calon Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Balai Pemasyarakatan (Bapas),

untuk meningkatkan kemampuan konseptual, prosedural dan operasional

dalam Penelitian Kemasyarakatan bagi klien pemasyarakatan dengan materi

bahasan: Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan, Pengertian

Litmas,Jenis-jenis Litmas, format Litmas, Assesment Risiko dan Assesment

Kebutuhan, dan teknik pengumpulan data.

C. Manfaat Modul Bagi Peserta


4

1. Calon Pembimbing Kemasyarakatan dapat mempunyai pengetahuan

yang memadai tentang Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan ,

Pengertian Penelitian Kemasyarakatan dan Jenis-jenis Litmas serta

dapat menerapkannya dalam proses Pembinaan, Pembimbingan,

Pelayanan baik untuk kepentingan litigasi maupun non litigasi yang

merupakan tugas pokok yang penting bagi pembimbing

Kemasyarakatan (PK).

2. Calon Pembimbing Kemasyarakatan dapat menangani permasalahan

yang dihadapi oleh Klien Pemasyarakatan dalam kaitannya dengan

pencapaian tujuan pemasyarakatan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Calon Pembimbing Kemasyarakatan dapat meningkatkan kemampuan

Yuriidiis, konseptual, prosedural dan operasional dalam melaksanakan

tugas Penelitian Kemasyarakatan bagi Klien Pemasyarakatan.

2. Indikator Keberhasilan

Peserta diklat diharapkan :

a. Dapat menjelaskan Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan

menurut ( Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Sistem

Pemasyarakatan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak, Peraturan Pemerintah Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan serta


5

Keputusan Menteri Kehakiman RI NOMOR : M. 02-PK.04.10

TAHUN 1990)

b. Mampu menjelaskan dan memahami Penelitian Kemasyarakatan

yang meliputi; Pengertian Penelitian Kemasyarakatan, Jenis–jenis

Penelitin Kemasyarakatan dan Format Penelitian Kemasyarakatan.

c. Mampu menjelaskan dan memahami pengertian Assesment bagi

Narapidana dan Klien Pemasyarakatan yang meliputi: Assesment

Risiko dan Assesment Kebutuhan.

d. Mampu menjelaskan dan memahami tetanng teknik penggalian

data yang meliputi; teknik awancara, Teknik Observasi dan study

dokumentasi.

E. Pokok Bahasan

I. Pendahuluan, didalamnya memuat latar belakang, Deskripsi

Singkat, Manfaat modul bagi peserta, Tujuan Pembelajaran

dan Materi Pokok serta Sub Materi Pokok.

II. Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan yang berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Sistem

Pemasyarakatan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Peraturan Pemerintah

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan

serta Keputusan Menteri Kehakiman RI NOMOR : M. 02-

PK.04.10 TAHUN 1990.


6

III Konsep Penelitian Kemasyarakatan yang meliputi; Pengertian

Penelitian Kemasyarakatan, Jenis–jenis Penelitin

Kemasyarakatan dan Format Penelitian Kemasyarakatan.

IV Konsep Assesment bagi Narapidana dan Klien

Pemasyarakatan yang meliputi: Assesment Risiko dan

Assesment Kebutuhan.

V Metode Pengumpulan Data, di dalamnya memuat tentang

Sumberdata, metode pengumpulan data, teknik Wawancara,

Teknik Observasi dan Study Dokumentasi.

BAB II
7

DASAR HUKUM PENELITIAN KEMASYARAKATAN

Indikator Keberhasilan :

Dapat menjelaskan Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan


menurut ( Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Sistem
Pemasyarakatan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
serta Keputusan Menteri Kehakiman RI NOMOR : M. 02-
PK.04.10 Tahun 1990.)

Bab ini akan membawa anda untuk memahami Dasar Hukum

Penelitian Kemasyarakatan yang di dalamnya menjelaskan dasar Hukum

Penelitian Kemasyarakatan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Sistem Pemasyarakatan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Peraturan Pemerintah Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan serta Keputusan Menteri

Kehakiman RI NOMOR : M. 02-PK.04.10 TAHUN 1990. Untuk itu akan

diuraikan sebagai berikut :

A. Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan menurut Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Sistem Pemasyarakatan

Sistem pemasyarakatan sebagai sistem koreksional/perlakuan

yang bertujuan kepada reintegrasi sosial guna mempersiapkan

para pelanggar hukum untuk dapat pulih hidup,kehidupan dan

penghidupannya sehingga dapat menjadi insan yang dapat hidup

normal, tertib hukum, bertangung jawab dan diterima oleh


8

masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya sistem

pemasyarakatan terdiri dari fungsi perawatan, fungsi pembinaan,

fungsi bimbingan serta fungsi pengelolaan benda sitaan dan

barang rampasan negara. Fungsi-fungsi yang diemban oleh

pemasyarakatan tersebut dapat berjalan dengan baik apabila

didasarkan oleh adanya penelitian kemasyarakatan yang dalam

hal ini diperankan oleh Pembimbing Kemasyarakatan yang berada

di Balai Pemasyarakatan.

Peran Pembimbing Kemasyarakatan yang sangat penting

dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan menuntut peningkatan

kualitas dari pelaksananya, dalam menjalankan tugas dan

fungsinya, secara khusus tugas dan fungsi Pembimbing

Kemasyarakatan terdiri dari Penelitian Kemasyarakatan,

Pendampingan, Pembimbingan dan Pengawasan. Penelitian

kemasyarakatan merupakan acuan formal bagi aktifitas

pendampingan, pembimbingan dan pengawasan termasuk juga

dalam upaya pembinaan dan pelayanan bagi Tahanan.Sehingga

penting untuk kita lebih memahami tentang hakekat penelitian

kemasyarakatan dan mengapa penelitian kemasyarakatan sangat

penting dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan.

Pentingnya penelitian kemasyarakatan untuk dapat dipahami

lebih baik dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan dilandasi

oleh norma dan peraturan yang menjadi dasar hukumnya yaitu


9

Undang-Undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Dalam Undang-Undang nomor 12 tahun 1995 tentang sistem

pemasyarakatan dijelaskan bahwa dalam proses penggolongan

atau pengklasifikasian Wargabinaan dan Tahanan diperlukan

penelitian untuk mengetahui umur, jenis kelamin, lama pidana

yang dijatuhkan, jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan

kebutuhan atau perkembangan pembinaan. Hal ini seperti yang

termuat dalam pasal 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 “

Dalam rangka pembinaan terhadap Narapidana di LAPAS

dilakukan atas dasar a. Umur, b. Jenis Kelamin, c. Lama pidana

yang djatuhkan. Jenis kejahatan; dan e. Kriteria lainnya sesuai

dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan”). Seluruh jenis

data dan informasi tersebut akan diperoleh secara lengkap dan

objektif dari hasil penelitian.

Penggolongan atau klasifikas dalam sistem pemasyarakatan

selain untuk Narapidana berlaku juga untuk Tahanan, Klien

Pemasyarakatan dan juga Anak yang berkonflik dengan hukum

baik yang sedang menjalankan proses Diversi, penempatan di

Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) atau yang sedang

menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

(LPKA).

Dalam menjalankan fungsi perawatan, pembinaan,

pembimbingan dan pengawasan, Balai Pemasyarakatan (BAPAS)


10

memiliki peran yang sangat strategis karena dalam menjalankan

fungsi tersebut banyak sekali kompetensi dasar yang harus dikuasai

oleh Petugas Pembimbing Kemasyarakatan seperti kompetensi untuk

melakukan pembimbingan, pendampingan, pengawasan dan

Penelitian Kemasyarakatan itu sendiri sebagai bentuk cek and balance

dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan. Penelitian

kemasyarakatan sejatinya menjadi titik awal bagi perlakuan terhadap

pelanggar hukum dalam fungsi pembimbingan, pendampingan dan

pengawasan, karena dari hasil penelitian kemasyarakatan itulah

terdapat informasi dan data penting yang dapat digunakan sebagai

rekomendasi perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan.

Pentingnya Penelitian Kemasyarakatan untuk dipamahi secara

cermat dan holistik dilandasi aturan perundungan-undangan yang

mengamanatkan kepada seluruh aparat penegak hukum untuk dapat

menjadikan laporan Penelitian Kemasyarakatan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, sinergitas

proses perlakuan terhadap pelanggar hukum diantara aparat penegak

hukum dengan Pembimbing Kemasyarakatan sangat penting, hal ini

sesuai dengan amanat dari Undang-undang 12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan.
11

B. Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan menurut Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Semenjak diberlakukannya Undang-undang nomor 11 tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak peran Pembimbing

Kemasyarakatan dalam upaya penanganan anak yang berkonfik

dengan hukum semakin penting dan menjadi penentu aspek legalitas

dari suatu putusan dan perlakuan terhadap Anak yang berkonflik

dengan hukum. Hal ini diperkuat oleh norma yang menjelaskan bahwa

peran pembimbing Kemasyarakatan sudah mulai dilakukan sejak

proses pra-ajudikasi yaitu sebagaimana yang tertuang dalam pasal 9

ayat 1 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012

“ Penyidik , Penuntut Umum dan Hakim dalam melakukan Diversi


harus mempertimbangkan:
a. Katagori tindak pidana;
b. Umur Anak;
c. Hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas; dan
d. Dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat”.
Berdasarkan peraturan tersebut semakin menguatkan bahwa pada
tahap praajudkasi peran PK Bapas sudah sangat menentukan dalam
upaya diversi pada tahap penyidikan. Selanjutnya dalam pasal 27 ayat
(1) dijelaskan bahwa “Dalam melakukan penyidikan terhadap
perkara Anak, Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari
12

Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau


diadukan”.

Dengan dasar ini secara tidaklangsung menjelaskan bahwa PK


BAPAS mempunyai peran dalam menentukan dasar perlakuan bagi
Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum yang sedang ditangani oleh
Penyidik dengan dasar hasil Penelitiaan Kemasyarakatannya.
Sebagaimana norma yang tertuang dalam Pasal 10 ayat (2) “
Kesepakatan Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Penyidik atas rekomendasi Pembimbing Kemasyarakatan dapat
berbentuk;

a. Pengambilan kerugian dalam hal ada korban;

b. Rehabilitasi medis dan psikososial;

c. Penyeraha kembali kepada orang tua/wali;

d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga


pendidikan atau LPKS paling lama 3 (tiga) bulan; atau

e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga) bulan”.

Peran PK BAPAS dalam tahap praajudikasi khususnya dalam


membuat penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan upaya Diversi
dan Persidangan Anak telah menjadikan PK bapas menjadi Aparat
Penegak Hukum yang sangat menentukan keberhasilan penanganan
Anak yang berhadapan dengan hukum pada tahap praajudikasi.

Pada tahap ajudikasi penelitian kemasyarakatanpun yang dibuat PK


BAPAS menjadi dasar yang penting bagi hakim dalam memutus
perkara Anak, hal ini sesuai dengan pasal 60 ayat (3) “ Hakim Wajib
mempertimbangkan laporan penelitian kemasyrakatan dari
Pembimbing Kemasyarakatan sebelum menjatuhkan putusan perkara”
13

dan pada ayat (4) “dalam hal laporan penelitian kemasyarakatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dipertimbangkan dalam
putusan hakim, putusan batal demi hukum”. Berdasarkan pasal
tersebut menunjukan bahwa Penelitian kemasyarakatan yang dibuat
oleh PK memiliki dampak hukum yang sangat besar pengaruhnya
untuk memastikan proses putusan hakim benar, batal demi hukum
apabila penelitian kemasyarakatan tidak menjadi hal yang
dipertimbangkan dalam proses hakim memutus perkara Anak.

Pada tahap pos ajudikasi peran PK Bapaspun sangat penting dalam


proses membuat penelitian kemasyarakatan, karena dokumen
penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh PK BAPAS dibutuhkan
oleh Lembaga Pemasyarakatan untuk menentukan rencana program
pembinaan yang termasuk didalamnya untuk menentukan program
asimilasi dan program reintegrasi sosial bagi Warga Binaan
Pemasyarakatan. Dasar hukum yag menjelaskan tentang hal ini dapat
di baca pada pasal 65 huruf “c” yang berbunyi Pembimbing
Kemasyarakatan bertugas ;” menentukan program perawatan Anak di
LPAS dan pembinaan Anak di LPKA bersama dengan petugas
pemasyarakatan lainnya”.

C. Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan menurut Peraturan

Pemerintah No 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan

Pembimbingan Narapidana dan Klien Pemasyarakatan.

Program pembinaan dan pembimbingann untuk Narapidana dan klien

pemasyarakatan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbingan

kepribadian dan kemandirian, Pembinaan dan pembimbingan

kepribadian dan kemandirian didalamnya mencakup; ketaqwaan


14

kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara,

intelektual, sikap dan perilaku, kesehatan jasmani dan rohani,

kesadaran hukum, reintegrasi sehat dengan masyarakat, keterampilan

kerja, dan latihan kerja serta produksi.

Penelitian kemasyarakatan menurut Peratura Pemerintah nomor 31

tahun 199 tentang pembinaan dan pembimbingan dalam pasal 1 ayat

3 “Penelitian Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Litmas adalah

kegiatan penelitian untuk mengetahui latarbelakang kehidupan warga

Binaan Pemasyarakatan yang dilaksanakan oleh BAPAS”. Dari

pengertian tersebut menunjukan bahwa Litmas merupakan dokumen

yang banyak mengandung informasi dan data penting dari pelanggar

hukum yang sangat dibutuhkan untuk pembinaan, pembimbingan

termasuk untuk keperluan lainnya.

Dalam melaksanakan program pembimbingann terhadap narapidana

dan klien pemasyarakatan Pembimbing Kemasyarakatan wajib

mengadakan perencanaan pelaksanaan dan pengendalian atas

kegiatan program pembimbingan setelah melakukan Penelitian

Kemasyarakatan hal ini sebagai bagian dari pengelolaan kasus atau

managemen kasus. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 31 tahun

1999 pasal 33 dijelaskan bahwa “ Pembimbing Klien dilaksanakan

melalui 3 (tiga) tahap pembimbingan, yaitu: tahap awal, tahap

lannjutan dan tahap akhir, penyelenggaraan pembimbingan dari satu


15

tahap ke tahap lainnya ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat

Pemasyarakatan berdasarkan data dari Pembimbing

Kemasyarakatan”. Berdasarkan pasal tersebut data penelitian

kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan

merupakan data penting yang menentukan pentahapan pembimbingan

klien pemasyarakatan.

Pembinaan dan pembimbingan terhadap narapidana dan klien

pemasyarakatan yang akan dibina di luar Lembaga Pemasyarakatan

dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan dengan dasar hasil

penelitian kemasyarakatan termasuk untuk keperluan penyidik,

penuntut umum dan hakim dalam kepentingan pemeriksaan dan hal ini

sesuai dengan pasal 38 ayat 1 dan 2 “ (1) Penelitian Kemasyarakatan

yang dilakukan terhadap Narapidana, Anak pidana dan Anak Negara

yang akan dibina di luar LAPAS dilaksanakan oleh BAPAS”. dan “(2)

Penelitian Kemasyarakatan terhadap anak selaku tersangka pelaku

tindak pidana, dilaksanakan untuk memberikan bantuan kepada

penyidik, penuntut umum , dan hakim guna kepentingan pemeriksaan

dalam proses persidangan pengadilan anak”.

D. Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan menurut Kepmenkeh RI

NOMOR : M. 02-PK.04.10 TAHUN 1990 Tahun 1990 Tentang Pola

Pembinaan.
16

Asas yang dianut sistem Pemasyarakatan dewasa ini


menempatkan tahanan,Narapidana, dan klien pemasyarakatan
sebagai subyek dan dipandang sebagai pribadi dan warganegara
biasa serta dihadapi bukan dengan latar belakang pembalasan tetapi
dengan pembinaan dan bimbingan. Perbedaan kedua sistem tersebut,
memberi implikasi pada perbedaan dalam cara-cara pembinaan dan
bimbingan yang dilakukan, disebabkan perbedaan tujuan yang ingin
dicapai.

Dengan asas tersebut mendorong pemasyarakatan untuk


mencari program pembinaan yang tepat bagi warga binaan
pemasyarakatan, program yang tepat tersebut harus didasarkan
kepada penilaian yang objektif terhadap warga binaan
pemasyarakatan,dasar mendapatkan penilaian yang objektif tersebut
dalam sistem pemasyarakatan dilakukan melalui proses penelitian
kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan.

Secara umum program pembinaan dan pembimbingan warga


binaan pemasyarakatan dilakukan melalui pendekatan pembinaan
kepribadian (agama, pendidikan, mental dan sebagainya) serta
program kemadirian yang meyakini warga binaan pemasyarakatan
memiliki potensi produktif untuk meningkatkan kapasitas dirinya
sebagai modal untuk penghidupannya dan oleh karena itu mereka
dididik (dilatih) juga untuk menguasai ketrampilan tertentu guna dapat
hidup mandiri dan berguna bagi masyarakat. Kondisi ini akan
mendorong keberhaasilan wargabinaan pemasyarakatan
mengintegrasikan dirinya di dalam masyarakat.

Disadari bahwa untuk melaksanakan pembinaan dan bimbingan


melalui berbagai bentuk dan usaha, tentunya menuntut Penelitian
Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan
17

harus lebih baik baik sebagai dasar perlakuan perlakuan yang efektif
untuk warga binaan pemasyarakatan, sehingga dalam pola pembinaan
dijelaskan bahwa dalam menentukan program pembinaan wajib diteliti
latar belakang kehidupannya untuk kepentingan pembinaannya.

Penelitian Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing


Kemasyarakatan diperlukan oleh Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan dan juga lembaga lain yang membutuhkan, hal ini
sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
nomor: M.02-PK.04.10 tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan
Narapidana dan Tahanan Balai Pemasyarakatan menerima permintaan
pembuatan laporan penelitian kemasyarakatan dari:

a. Pengadilan Negeri.

Laporan penelitian kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan Hakim


yang akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
memutus perkara dalam sidang di Pengadilan Negeri.

b. Lembaga Pemasyarakatan.

Laporan penelitian kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan


Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang akan dipergunakan sebagai
bahan penentuan program pembinaan narapidana, anak didik dan
anak sipil dalam Lembaga Pemasyarakatan.

c. Rumah Tahanan Negara.

Laporan penelitian kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan


Kepala Rumah Tahanan Negara yang akan dipergunakan sebagai
bahan pemberian perawatan tahanan.

d. Balai Bispa lain.


18

Laporan penelitian kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan


Kepala Balai Bispa daerah yang dipergunakan sebagai bahan
penentuan program bimbingan oleh Balai Bispa yang bersangkutan.

e. lnstansi lain.

Laporan penelitian kemasyarakatan ini dibuat atas permintaan Departemen


Sosial, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Perindustrian dan lain-lain
yang akan dipergunakan sebagai bahan pemberian pelayanan sesuai
keperluan dari instansi tersebut”.
Penelitian Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing
Kemasyarakatan dalam pola pembinaan Narapidana dan Tahanan sangat
diperlukan juga pada saat keikutsertaan Pembimbing Kemasyarakatan
dalam Persidangan seperti;
a. Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai tugas mengikuti sidang
yang diselenggarakan oleh Pengadilan Negeri maupun Tim
Pengamat Pemasyarakatan.

b. Dalam sidang di Pengadilan Negeri, Pembimbing Kemasyara-katan


memberikan penjelasan tentang laporan penelitian kemasyarakatan
yang dibuatnya.

c. Dalam sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan di Lembaga

Pemasyarakatan Pembimbing Kemasyarakatan memberikan

penjelasan tentang laporan penelitian kemasyarakatan yang

dibuatnya serta memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam

menentukan program bimbingan narapidana.


19

E. Rangkuman

1. Penelitian kemasyarakatan merupakan salahsatu tugas dari

Pembimbing Kemasyarakatan yang sangat penting untuk menentukan

perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan dan Tahanan

termasuk juga untuk kepentingan aparat penegak hukum lainnya

seperti penyidik, penuntut dan hakim dalam upaya pemeriksaan.

2. Dasar Hukum Penelitian Kemasyarakatan tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Sistem Pemasyarakatan,

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pembinaan dan Pembimbingan serta Keputusan Menteri Kehakiman

RI NOMOR : M. 02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan

Narapidana dan Tahanan.

3. Fungsi Penelitian Kemasyarakatan salah satunya adalah untuk

menentukan program pentahapan Narapidana dan Klien

Pemasyarakatan dalam sistem pemasyarakatan dan juga saat ini

sudah menjadi dasar pertimbangan bagi Hakim dalam memutus

Perkara Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dan juga penyidik

serta penuntut dalam proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan

untuk keperluan penanganan Anak yang berhadapan dengan Hukum

baik untuk kepentingan peradilan maupun untuk kepentingan

penanganan diluar proses peradilan.


20

F. Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian Kemasyarakatan menurut PP

31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan ?

2. Untuk keperluan apa penelitian kemasyarakatan dalam sistem

pemasyarakatan ?

3. Bagaimana posisi Penelitian Kemasyarakatan dalam sistem Peradilan

Pidana Anak khusunya bagi Hakim dalam proses memutus perkara

Anak?

.
21

BAB III

LITMAS, JENIS-JENIS LITMAS DAN FORMAT LITMAS

Indikator Keberhasilan:

Setelah pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami

Konsep Penelitian Kemasyarakatan, Jenis-jenis Penelitian

Kemasyarakatan dan Format Penelitian Kemasyarakatan.

A. Pengertian Litmas

Penelitian kemasyarakatan merupakan salah satu tugas yang dimiliki


oleh Pembimbing Kemasyarakatan selain tugas pendampingan,
pembimbingan dan pengawasan. Dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pasal 65 “
Pembimbing Kemasyarakatan bertugas:

a. membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan


Diversi, melakukan pendampingan, pembimbingan, dan
pengawasan terhadap Anak selama proses Diversi dan
pelaksanaan kesepakatan, termasuk melaporkannya kepada
pengadilan apabila Diversi tidak dilaksanakan;

b. membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan


penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara Anak,
22

baik di dalam maupun di luar sidang, termasuk di dalam LPAS dan


LPKA

c. menentukan program perawatan Anak di LPAS dan pembinaan


Anak di LPKA bersama dengan petugas pemasyarakatan lainnya;

d. melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan


terhadap Anak yag berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi
pidana atau dikenai tindakan; dan

e. melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan


terhadap Anak yang memperoleh asimilasi, pembebasan
bersyarat, cuti menjelag bebas, dan cuti bersyarat”

Penelitian kemasyarakatan berdasarkan Perturan Pemerintah Nomor


31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan pasal 1 ayat 3
“Penelitian Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Litmas adalah
kegiatan penelitian untuk mengetahui latarbelakang kehidupan warga
Binaan Pemasyarakatan yang dilaksanakan oleh BAPAS”.
Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian kemasyarakatan
merupakan suatu aktifitas penelitian untuk mengumpulkan data dan
informasi dari Warga Binaan Pemasyarakatan untuk dijadikan dasar
pertimbangan dan rekomendasi perlakuan untuk pembinaan dan
pembimbingan termasuk untuk keperluan penyelenggaraan Sistem
peradilan pidana Anak.

B. Jenis-Jenis Litmas

Jenis Penelitian Kemasyarakatan sesuai dengan Standar Penelitian


Kemasyarakatan yang telah diputuskan oleh Keputusan Direktur
Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-122 PK.01.05.02 Tahun 2016
adalah;

1. Litmas untuk Diversi


23

Litmas untuk diversi merupakan amanat UU No. 11 Tahun 2012


tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pasal 9 ayat(1) huruf C dan
pasal 65 huruf a. Litmas Diversi adalah litmas yang dilaksanakan
bagi perkara Anak yang memenuhi syarat diversi. Litmas diversi
merupakan salah satu syarat pelaksanaan upaya diversi di tingkat
penyidikan, penuntutan, maupun pengadilan.

2. Litmas untuk Sidang Pengadilan Negeri

Litmas Sidang Pengadilan Negeri adalah litmas yang digunakan


dalam proses sidang pengadilan. Litmas ini dilaksanakan dalam hal
perkara Anak tidak memenuhi syarat diversi atau perkara Anak
tersebut gagal diversi.

3. Litmas untuk Anak Usia dibawah 12 tahun

Litmas untuk anak usia dibawah 12 tahun merupakan amanat UU


no. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pasal 21
ayat (1) pada bagian penjelasan. Litmas ini dilaksanakan sebagai
bahan rekomendasi bagi Penyidik, PK, dan Pekerja Sosial
profesional untuk mengambil keputusan bersama dalam
menyelesaikan perkara Anak yang beum berusia 12 tahun.

4. Litmas untuk Saksi dan/atau Korban

Litmas untuk saksi dan/atau korban merupakan amanat UU no. 11


tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pasal 91 ayat
(3) bahwa Saksi/Korban berhak memperoleh rehabilitasi medis,
rehabilitasi sosial, dan reintegrasi sosial dari lembaga atau instansi
yang menangani pelindungan anak berdasarkan hasil penelitian
kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan.
24

5. Litmas untuk Perawatan di LPAS dan Rutan

Litmas untuk perawatan di LPAS dan Rutan merupakan amanat PP


31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan dan juga UU
nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
serta Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.01.PK.04.10
Tahun 1998 Tanggal 3 Februari 1998 tentang Tugas, Kewajiban,
dan syarat-syarat bagi PK Pasal 2 ayat (1) huruf a , yang
menyatakan bahwa untuk dapat dilakukan perawatan terhadap
Anak selama berada di LPAS, perlu dibuat litmas untuk
menentukan program perawatan yang tepat bagi Anak.

6. Litmas untuk Pembinaan Awal

Litmas untuk pembinan awal di LPKA dan LAPAS merupakan


amanat PP 31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan,
UU no. 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pasal
65 huruf c, pasal 85 ayat (4) dan Keputusan Menteri Hukum dan
HAM nomor M.01.pk.04.10 Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban,
dan Syarat-syarat bagi PK pasal 2 ayat (1) huruf a, yang
menyatakan bahwa untuk dapat dilakukan pembinaan terhadap
Anak selama berada di LPKA, perlu dibuat litmas untuk
menentukan program pembinaan awal yang tepat bagi Anak.
Litmas pembinaan awal ini juga dibuat untuk narapidana dewasa
yang berada di LAPAS untuk menyiapkan program pembinaan
disaat narapidanna dewasa baru masuk kedalam Lapas.

7. Litmas untuk asimilasi (mandiri dan kerjasama pihak ketiga)

Litmas untuk asimilasi yang akan dijalani oleh Anak merupakan


amanat UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak pasal 4 ayat (1) huruf b, pasal 65 huruf e dan
25

Permenkumham 21 tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara


Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga,
Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebaas, dan Cuti
Bersyarat Pasal 24 ayat (1), yang mensyaratkan laporan Litmas
sebagai bahan pertimbangan diberikannya asimilasi kepada Anak
dan Narapidana Dewasa.

8. Litmas untuk integrasi

Litmas integrasi merupakan Litmas yang dilakukan dalam rangka


mengembalikan klien anak ke masyarakat dalam bentuk program
Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang Bebas (CMB), dan
Cuti Beryasrat.

9. Litmas untuk Cuti Mengunjungi Keluarga

Litmas untuk cuti mengunjungi keluarga merupakan program


pembinaan yang dilakukan untuk mendekatkan Narapidana dan
Anak Didik Pemasyarakatan (Anak) dengan keluarga agar
terpelihara hubungan yang baik diantara mereka sehingga dapat
membantu keberhasilan pembinaan sesuai dengan amanat pasal
35,36,37,38,39,40,41,42,43, da 44 Peraturan Menteri Hukum da
HAM RI no 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pmberian
Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan
Beryarat, Cuti Menjelang bebas dan cuti bersyarat.

10. Litmas untuk pemindahan

Litmas untuk pemindahan merupakan amanat UU no.11 Tahun


2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pasal 86 ayat (3),
yang mensyaratkan rekomendasi PK dalam laporan litmas sebagai
bahan pertimbangan pemindahan Anak ke Lapas Pemuda, Lapas
Dewasa, atau ke LPKA lainnya atas permintaan sendiri. Hal ini
26

berlau juga untuk pemindahan Narapidana Dewasa sesuai dengan


PP31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan.

11. Litmas untuk pembimbingan

Litmas untuk Pembimbingan merupakan amanat dari Petunjuk


Pelaksanaan Menteri Kehakiman RI Nomor E-39-PR.05.03 Tahun
1987 tentang Bimbingan Klien Pemasyarakatan Romawi III huruf B
angka 2 butir (1) huruf b dan butir (2) huruf b, yang mensyaratkan
laporan hasil litmas sebagai pedoman untuk menyusun program
bimbingan yang akan dilaksanakan terhadap Anak dan Narapidana
Dewasa.

C. Sistematika / Format Litmas

Sistematika Laporan Litmas berdasarkan Keputusan Direktur


Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS-122 PK.01.05.02 Tahun
2016 tentang standar Litmas adalah sebagaiberikut;

1. Pendahuluan

Bagian ini berisi uraian tentang asal permintaan pelaksanaan


litmas dengan menjabarkan nomor dan tanggal surat
permintaan, selain itu dijelaskan juga tujuan dilaksanakan
litmas ini secara singkat serta pihak-pihak yang dijadikan
informan dalam kegiatan ini. Secara sederhana, bagian ini bisa
dianalogikan dengan bagian abstark dalam sebuah aktifitas
penelitian pada umumnya.

2. Identitas

Bagian ini berisi tentang identitas lengkap terkait klien


pemasyarakatan, orang tua/wali, pasangan klien apabila sudah
menikah, serta susunan keluarga klien.
27

3. Riwayat Hidup dan Perkembangan Klien

Berisi uraian tentang riwayat kelahiran, pertumbuhn dan


perkembangan klien yang meliputi; riwayat medis kelahiran
klien, riwayat pertumbuhan fisik klien dan perkembanga
psikososial klien dengan lingkunganya. Selain itu bagian ini
beris uraian riwayat pendidikan klien yang meliputi; pendidikan
dalam keluarga klien, pendidikan formal klien, dan pendidikan
non-formal klien. Selanjutnya bagian ini menguraikan riwayat
tingkahlaku klien yang meliputi; bakat dan potensi yang dimiliki
klien, relasi sosial dengan oran tua dan keluarga, ketaatan klien
dalam menjalani agama, kebiasaan positif klien anak,
kebiasaan negatif klien, sikap klien, riwayat pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh klien apabila ada, dan riwayat
penggunaan rokok, napza dan alkohol oleh klien.

4. Kondisi Orang Tua

Bagian ini berisi uraian singkat tentang riwayat perkawinan


orang tua klien anak meliputi waktu dan tempat pernikahan,
dukungan berbagai pihak terhadap perkawinan tersebut,
kondisi hubungan orang tua termasuk riwayat perceraian orang
tua bial orang tua telah berpisah danain-lain. Uraikan juga
secara ringkas hubungan, sikap dan perlakuan orang tua
terhadap klien dan anggota keluarga lainnya. Dalam bagian ini
juga dijelaskan relasi sosial didalam keluarga klien anak
diantara anggota keluarga lainnya serta orang tua klien dengan
masyarakat sekitar tempat tinggal.
28

5. Kondisi sosial lingkungan tempat tinggal klien

Berisi uraian singkat dan jelas tentang relasi sosal diantara


masyarakat di sekitarnya dengan menggambarkan interaksi
dan komunikasi masyarakat di sekitarnya, misalnya pola
hubungan masyarakat (gotong royong) dll. Selain itu, bagian ini
menjelaskan kondisi ekonomi, budaya, pendidikan dan
lingkungan masyarakat di tempat tinggal klien.

6. Riwayat Tindak Pidana

Berisi uraian secara singkat mengenai hal-hal yang mendorong


mengapa klien melakuka tindak pidana, misalnya; kerena niat,
kesempatan, pengaruh teman, pengaruh korban, terpaksa,
sakit hati, dendam, ancaman pihak lain dan lain-lain. Jika klien
tidak memiliki motivasi khusus maka maka juga harus
diungkapkan disini, termasuk latarbelakang klien hingga terlibat
tindak pidana.

Selain itu bagian ini juga menjelaskan kronologis


kejadian/perkara yang melibatkan klien, keadaan korban akibat
tindak pidana yang dilakukan oleh klien serta akibat tindak
pidana terhadap klien, orang tua klien dan masyarakat.

7. Tanggapan Berbagai Pihak

Berisi uraian singkat mengenai hal-hal yang berkenaan dengan


pengakuan dan tanggapan klien atas perbuatan yang telah
dilakukannya, tanggapan orang tua/keluarga kien berkenaan
dengan perbuatan klien, tanggapan korban, orang tua korban,
29

masyarakat, dan pemerintah setempat berkenaan dengan


perbuatan klien.

Selain itu perlu juga diuraikan dampak yang ditimbulkan dari


masalah atau tindak pidana yang terjadi bagi korban,
keluarganya dan masyarakat serta akibat yang ditimbulkan
terhadap keluarga dan juga klien.

8. Evaluasi Perkembangan Pembinaan Tahap Awal, Asimilasi dan


integrasi.

Berisi uraian dan penjelasan tentang;

a. Waktu pentahapan pembinaan sesuai dengan masa pidana


yang sudah dijalani;

b. Program pembinaan kepribadian yang diikuti;

c. Program pembinaan kemandirian yang diikuti;

d. Pengaruh program pembinaan yang diikuti terhadap


perilaku yang ditunjukan selama menjalani masa pidana;
dan

e. Evaluasi terhadap pembinaan yang diikuti.

9. Risalah Diversi (untuk klien Anak)

Berisi catatan PK pada saat mengikuti proses diversi apabila


sebelumnya dilakukan proses diversi. Apabila klien anak tidak
dilakukan diversi, maka bagian ini dijelaskan bah klien anak
tidak melewati proses diversi dengan menjelaskan alasannya.

10. Hasil Rekomendasi Assesment


30

Berisi uraian hasl rekomendasi assesment (assesment risiko


dan kebutuhan, psikis/fisik/kesehatan/sosial/dll) yang pernah
dilakukan terhadap klien anak apabila ada.

11. Analisis

Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai


bagiannya dan penelaahan atas bagian itu sendiri serta
hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Bagian-bagian
tersebut adalah sebagai berikut: perkembangan klien sejak
lahir sampai terjadinya tindak pidana, kronologis tindak pidana,
faktor penyebab terjadinya tindak pidana, pandangan keluarga,
korban dan masyarakat, serta hal-hal yang meringankan atau
memberatkan klien. Bagian analisis ini dinarasikan sesuai
dengan data dan infomasi yag telah didapatkan di lapangan.

12. Kesimpulan dan rekomendasi

Kesimpulan bukanlah rangkuman atas uraian yang sebelumnya


telah dikemukakan dalam laporan Litmas, tetapi merupakan
kajian secara mendalam, ringkas dan jelas tentang
permasalahan klien berdasarkan analisis yang telah dilakukan.
Kesimpulan dinarasikan dalam bentuk pokok-pokok masalah
yang bisa diperoleh dari hasil analisis memuat faktor terjadinya
tindak pidana.

Pemberian rekomendasi didasarkan pada kepentingan klien,


keluarga, korban dan sikap masyarakat berdasarkan ketentuan
perundang-undangan dan standar rekomendasi Litmas.
31

13. Penutup

Bagian ini berisi penututp laporan seperti pada umumnya serta


tanggal penyelesaian lapora yang dilengkapi dengan tanda
tangan PK serta Kepala Bapas.

14. Lampiran

Bagian ini berisi lampiran-lampiran dokumen yang menjadi data


dukung dari laporan litmas yang telah dibuat. Data dukung ini
merupakan hal yag sangat penting untuk meyakinkan para
pengguna laporan penelitian kemasyarakatan bahwa Litmas
telah dilakukan dengan teliti, obyektif dan profesiona oleh PK.

Catatan;

1. Sistematika penyusunan laporan disesuaikan dengan jenis


litmas yang dibuat;

2. Untuk memudahkan penyusunan, dapat merujuk pada


sistematika/format.

3. Litmas ditandatangani oleh PK dan kasubsi/kasi dan


diketahui oleh Ka.Bapas

D. Rangkuman

1. Penelitian Kemasyarakatan memiliki beberapa jenis sesuai dengan

peruntukannya dan juga berdasarkan permintaan dari instnasi yang

membutuhkan. Berdasarkan jenisnya Litmas terdiri dari; litmas Diversi,


32

Litmas persidangan, Litmas pembinaan tahap awal,Litmas untuk

pembinaan awal, litmas untuk asimilasi, dan litmas untuk reintegrasi.

Termasuknya litmas untuk keperluan pemindahan dll.

2. Format litmas terdiri dari; pendahuluan, identitas, riwayat hidup dan

perkembangan klien, Kondisi Orang Tua, Kondisi sosial lingkungan

tempat tinggal klien, Riwayat Tindak Pidana, Tanggapan Berbagai

Pihak, Evaluasi Perkembangan Pembinaan Tahap Awal, Asimilasi dan

integrasi,Risalah Diversi (untuk klien Anak), Hasil Rekomendasi

Assesment, Analisis, Kesimpulan dan rekomendasi, Penutup, Lampiran.

E. Latihan

1.Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang Penelitian

Kemasyarakatan?

2. Jelaskan sistematika Laporan Penelitian Kemasyarakatan?

3.Dalam sistematika/format Litmas terdapat hasil rekomendasi

assesment, untuk apa rekomendasi assesment dalam laporan

penelitian kemasyarakatan?.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan faktor penyebab klien melakukan

tindak pidana, yang tertuang dalam laporan penelitian

kemasyarakatan!?
33

BAB IV

ASSESMEN RISIKO DAN ASSESMEN KEBUTUHAN


34

Indikator Keberhasilan :

Setelah pembelajaran peserta diharapkan dapat memahami

assesment risiko dan assesment kebutuhan

Pelaksanaan sistem pemasyarakatan saat ini tentunya banyak


sekali tantangan yang harus dihadapi oleh jajaran petugas
pemasyarakatan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan strategis baik
dalam aspek jenis kejahatan,tingkat pengulangan pidana,tuntutan
masyarakat dan proses penegakan hukum yang semakin diharapkan lebih
baik implementasinya.

Untuk mengantisipasi tantangan tersebut Kementerian Hukum dan


HAM RI mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: 12
Tahun 2013 tentang Assessment Risiko dan assessment kebutuhan bagi
Narapidana dan Klien Pemasyarakatan, assesment ini merupakan bagian
dari pada Penelitian Kemasyarakatan yang berguna untuk memperkuat
argumen dan dasar bagi petugas dalam merekomendasikan program atau
perlakuan yang efektif bagi narapidana dan klien pemasyarakatan.

Prinsip-prinsip intervensi yang efektif harus didasari oleh beberapa


teori psikologis, seperti Teori Pembelajaran Sosial (sejauh mana perilaku
kita yang dipelajari dari pengaruh orang lain dan lingkungan kita) dan
Teori Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Theraphy (CBT) - pemikiran
kita, tindakan dan perilaku terikat bersama-sama). Prinsip-prinsip ini kini
telah diadopsi oleh Pemasyarakatan di seluruh dunia, termasuk
35

berbagai negara Asia lainnya.

Prinsip-prinsip tersebut adalah program assessment risiko dan


assessment kebutuhan bagi narapidana dan klien pemasyarakatan,
meningkatkan motivasi untuk berubah, mengklasifikasi narapidana dan
klien pemasyarakatan berisiko lebih tinggi dengan intervensi yang sesuai
untuk meningkatkan dukungan positif terhadap perubahan dan mengajari
kemampuan menyelesaikan masalah.

A. Tujuan dari Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan

1. Menilai risiko pengulangan tindak pidana narapidana dan klien


pemasyarakatan;
2. Menentukan penilaian yang lebih mendalam mengenai faktor-
faktor kebutuhan (criminogenic) dari narapidana dan klien
pemasyarakatan;
3. Pedoman dalam penyusunan program pembinaan/pembimbingan (case
plan);
4. Pedoman dalam menentukan penempatan, tingkat pengamanan yang
sesuai bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan dan
berkontribusi pada persiapan reintegrasi yang aman ke dalam
masyarakat.
5. Pedoman dalam menentukan Program dan Pelaksanaan Reintegrasi
bagi narapidana dan klien pemasyarakatan oleh lembaga
pemasyarakatan, rumah tahanan negara dan balai pemasyarakatan.

B. Sasaran Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan


1. Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan dilaksanakan
terhadap narapidana dan klien pemasyarakatan yang melakukan
tindak pidana umum dan tindak pidana khusus, untuk tindak
36

pidana asusila,KDRT,korupsi dan terorisme diperlukan assessment


lanjutan dengan menggunakan alat asessment yang khusus agar
validitas penilai lebih dapat dipertanggungjawabkan.
2. Instrumen Assessment Risiko (Risiko Residivis – Indonesia (RR-
I)) dan Assessment Kebutuhan (criminogenic) Indonesia hanya
diperuntukan bagi narapidana/klien pemasyarakatan dewasa.

C. Standar Pelaksanaan dan Bimbingan Teknis/Pelatihan Assessment


Risiko dan Assessment Kebutuhan
1. STANDAR
a. Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan harus dilaksanakan
sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan dan Penilaian yang ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

b. Assessment hanya dapat dilakukan oleh petugas yang telah


mendapatkan bimbingan teknis/pelatihan dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
c. Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan (criminogenic) harus
dilakukan dengan prinsip-prinsip : profesional, jujur, adil, obyektif dan
akurat.

2. BIMBINGAN TEKNIS/PELATIHAN PETUGAS

a. Bimbingan Teknis/Pelatihan Assessment Risiko dan Asssessment


Kebutuhan harus mengacu pada Pedoman Pelatihan.

b. Bimbingan teknis/pelatihan hanya dapat diberikan oleh Pengajar


yang telah mengikuti kursus Pelatihan Khusus Training of Trainer
(ToT) dan telah memiliki surat penetapan dari Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
37

c. Semua petugas yang akan melakukan Assessment Risiko dan


Assessment Kebutuhan harus mengikuti bimbingan teknis/pelatihan
selama 3 (tiga) hari yang terdiri dari 2 (dua) hari teori dan 1 (satu)
hari praktek sebanyak 2 (dua) kali dibawah pengawasan supervisor.

d. Bimbingan Teknis/Pelatihan dilaksanakan minimal 3 (tiga) hari, yang


meliputi pengantar Assessment, teknik wawancara, pengenalan
instrumen dan praktek asesmen dibawah supervisi terhadap 2 (dua)
orang narapidana/klien pemasyarakatan, verifikasi dan evaluasi.

D. Pelaksanaan Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan


1. Bagi narapidana yang masa pidananya lebih dari 1 (satu) tahun.
Assessment risiko harus diselesaikan dalam kurun waktu
maksimal 6 (enam) minggu terhitung sejak masa Admisi Orientasi.
2. Bagi klien pemasyarakatan, seorang petugas Bapas akan
melaksanakan Asesmen Risiko setiap 1 (satu) tahun dengan
meninjau hasil assessment risiko sebelumnya dan apabila terdapat
informasi baru yang dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkat
risiko pengulangan pidana.
3. Bagi klien pemasyarakatan yang belum pernah dilakukan
asssessment risiko dan assessment kebutuhan maka akan dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.

4. Narapidana dan klien pemasyarakatan akan dinilai berasarkan


assessment risiko dengan tingkatan risiko rendah, menengah dan
tinggi.
5. Bagi narapidana/klien pemasyarakatan yang memiliki tingkat risiko
menengah dan tinggi, maka akan dilanjutkan dengan Assessment
Kebutuhan (Criminogenic).
38

6. Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan ditinjau ulang


dengan berdasarkan catatan kasus yang dibuat sejak proses
penerimaan narapidana/klien pemasyarakatan hingga pengakhiran
masa pembinaan/pembimbingan.
7. Sebelum melakukan pengisian dan penilaian instrumen
Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan, petugas HARUS
melakukan wawancara untuk penggalian data, membuat catatan
kasus, mengumpulkan informasi tambahan dari dokumen Negara
yang sah seperti BAP kepolisian, sejarah kriminal, komentar hakim,
dokumen resmi lainnya dan mengisi formulir pengambilan data
narapidana/klien pemasyarakatan.
8. Verifikasi jawaban narapidana/klien pemasyarakatan dengan
informasi tambahan diperlukan dalam melakukan pengisian dan
penilaian instrumen assessment risiko dan assessment kebutuhan.
Verifikasi merupakan bagian penting dari penilaian. Petugas penilai
harus menghubungi sumber-sumber yang dapat memverifikasi
informasi yang diberikan oleh narapidana/klien seperti kunjungan
rumah, menghubungi orang-orang terdekat narapidana/klien, instansi
terkait, dokumen resmi dan lainnya.
9. Untuk membantu validasi, petugas penilai perlu mempertimbangkan
penilaian lain yang tersedia (misalnya pemeriksaan psikologis dan
kesehatan) dan laporan yang ada pada database atau file.

10. Jika seorang narapidana/klien pemasyarakatan menyampaikan


informasi yang belum tercatat dalam dokumen resmi (misalnya
mengakui tindak pidana di wilayah dan atau negara lain) informasi ini
harus dipertimbangkan dan diverifikasi seakurat mungkin.
11. Semua informasi lisan yang relevan harus dicatat dalam catatan
kasus dan diarsipkan ke dalam file narapidana/klien
39

pemasyarakatan.
12. Klarifikasi penilaian Assessment Risiko / Assessment Kebutuhan
disampaikan kepada supervisor yang untuk selanjutnya diserahkan
kepada kepala UPT pemasyarakatan sebagai bahan pertimbangan
sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP).
13. Hasil Assessment (risiko dan kebutuhan) menjadi acuan jika
diperlukan asesmen lanjutan yang lebih spesifik.
14. Seluruh dokumen hasil Assessment Risiko dan Assessment
Kebutuhan harus disimpan dalam file narapidana/klien
pemasyarakatan yang selanjutnya diintegrasikan ke dalam sistem
database pemasyarakatan.
15. Wawancara assessment tidak dilakukan di saat
narapidana/klien sedang tidak stabil mentalnya, misalnya menarik
diri dari obat-obatan atau alkohol (rehabilitasi) dan stres. Dalam hal
seperti ini sebaiknya ada catatan mengenai penangguhan hingga
kondisi fisik dan mental narapidana/klien telah stabil.
16. Supervisor menjamin kualitas terbaik dari hasil penilaian
Assessment Risiko dan Assessment Kebutuhan. Semua upaya harus
dilakukan untuk memastikan hasil yang akurat dan mencerminkan
kondisi narapidana/klien pemasyarakatan.

E. Rangkuman
Assesment Risiko dan Assesment kebutuhan merupakan program yang
efektif untuk mengetahui profile Narapidana dan klien pemasyarakatan,
penilaian yang tepat terhadap profile Narapidana dan klien
pemasyarakatan akan menjadi dasar yang penting untuk menentukan
klasifikasi risiko pengulangan pidana dan program kebutuhan pembinaan
40

dan pembimbingan yang tepat untuk Narapidana dan Klien


Pemasyarakatan.
Keberadaan assesment risiko dan assesment kebutuhan yang dikuatkan
dengan Peraturan Menteri Hukum dan Ham RI No. 12 Tahun 2013
Tentang Assement Risiko dan Assesment Kebutuhan untuk Narapidana
dan Klien Pemasyarakatan merupakan bagian dari pada penelitian
kemasyarakatan yang akan memberikan penguatan dan dasar yang lebih
tepat dalam pengklasifikasian dan menentukan program pembinaan bagi
Narapidana dan Klien Pemasyarakatan.
Assesment risiko bagi Narapidana dan klien pemasyarakatan diperuntukan
untuk menentukan klasifikasi tingkat risiko pengulangan Narapidana dan
Klien pemasyarakatan, sedangkan assesment kebutuhan diperuntukan
untuk menilai program kebutuhan yang paling efektif untuk Narapidana
dan Klien Pemasyarakatan.

F. Latihan

1. Jelaskan apa tujuan dari assesment risiko dan assesment kebutuhan?

2. Siapa yang menjadi sasaran dari assesment risiko dan assesment

kebutuhan?

3. Kenapa dalam proses pelaksanaan assesment,kita wajib memverifikasi

data?

4. Apa manfaat wawancara dalam pelaksaaan assesment risiko dan

assesment kebutuhan?
41

BAB V

METODE PENGUMPULAN DATA

Indikator Keberhasilan:

Setelah pembelajaran peserta diharapkan mampu


memahami Konsep sumberdata dan Metode Pengumpulan
Data.
42

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang

menunjukan fakta.sedangkan perolehan data harus relevan artinya daya

yang ada hubungan langsung dengan masalah penelitian, mutakhir artinya

data yg diperoleh masih uptudate dan diusahan oleh orang pertama (data

primer).

Data yang sudah memenuhi syarat perlu diolah. Pengolahan data merupakan

kegiatan terpenting dalam pross dan kegiatan penelitian. Kekeliruan analisis

akan berakibat patal pada kesimpulan.sehingga sumberdata dan

pengolahannya harus lebih teliti dan hati hati.

A. SUMBER DATA

Data berdasarkan sumbernya terdiri dari dua, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer adalah pengambilan data yang ddihimpun

langsung oleh peneliti sedangkan data sekunder melalui tangan

kedua.

Setelah mengetahui sumber diperolehnya data, data juga setelah

diperoleh dari sumbernya, berdasarkan jenis data yang diperoleh

dibedakan berdasarkan dua jenis data yaitu;

1. Data kualitatif

Yaitu data yang berhubungan dengan katagorisasi, karakteristik

berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data ini biasanya


43

didapat dari wawancara dan bersifat subjektif sebab data tersebut

ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. Data kualitatif dapat juga

diangkakan dalam bentuk ordinal atau ranking.

2. Data kuantitatf

Yaitu data yangberwujud angka-angka, data ni diperoleh dari

pengukuran langsung maupun dari angka-angka yang diperoleh

dengan mengubah dat kualitatif menjadi data kuantitatif. Data

kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan dengan hasil yang

sama oleh semua orang.

B. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh penliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau

tekhnik) menunjukan suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan

dalam benda tetapi hanya dapat dilihat penggunaan melalui; angket,

wawancara, pengamatan, ujian atau tes, dokumentasi dan

lainnya.Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan

tergantung dari masalah yang dihadapi.

1. Insntrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data

agar kegiatan penelitian menjadi sistematis dan lebih mudah.

Selanjutnya instrmen yang diartikan sebagai lalat bntu merupakan

saran yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya; angket/


44

kuesioner, daftar cocok (checklist), sekala, pedoman wawancara

(interview guide) ,lembar pengamatan atau panduan pengamatan

(observasi) dll.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakn untuk menguji

hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.

Karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam

mengambil kesimpulan, data yang dikumpulkan harus data yang

benar.

Agara data yangdikumpulkan benar maka instrumen pengumpulan

datanya harus baik.

2. Metode wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh langsung dari sumbernya.Wawancara

digunakan untuk mengetahui hal-hal dari responden secara lebih

mendalam.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus

informasi dalam wawancara, yaitu; pewawancara, responden,

pedoman wawancara, dan situasi wawacara (Subana,2000:29).

Pewawancara adalah petugas pengumpuldata informasi yang

diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan

mendorong responden untuk menjawab semua pertanyaan dan

mencatat semua informasi yang dibutuhkan dengana benar.

Responden adalah pemberi informasi yang diharapkan dapat

menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Dalam


45

pelaksanaan wawancara, diperlukan kesediaan dari responden

untuk menjawab pertanyan dan keselarasan antara responden dan

pewawancara.

Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang

biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses

wawancara dapat berjalan dengan baik.

Situasi wawancara berhubungan dengan waktu dan tempat

wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat

menjadikan pewawancara merasa tidak nyaman untuk

mewawancarai dan respondenpun tidak merespon pertanyaan

dengan baik.

Berdasarkan sifatnya wawancara terbagi menjadi tiga, yaitu;

a. Wawancara Terpimpin

Wawancara terpimpin, pertanyaan diajukan menurut daftar

pertanyaan yang telah disusun.

b. Wawancara Bebas

Wawancara bebas, terjadi tanya jawab bebas antara

pewawancara dan responden, tetapi pewawancara

menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman.Kebaikan

wawancara ini adalah responden tidak menyadari sepenuhnya

bahwa ia sedang diwawancarai.

c. Wawancara bebas Terpimpin


46

Wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancra bebas

dan wawancara terpimpin. Dalam pelaksanaanya ,

pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan

garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.

3. Metode Pengamatan (obeservasi)

Observasi yaitu merupakan pengamatan secara langsung kepada

objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan

atau kondisi yang terjadi, apabila objek penelitian bersifat perilaku

dan tindakan manusia, fenomena alam dan proses kerja.

4. Study Dokumentasi

Meode study dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh

data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku relevan,

peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokuemnter,

data yang relevan penelitian.

C. RANGKUMAN

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang

menunjukan fakta. Data merupakan bagian penting dari suatu


47

penelitian, data yang baik akan menentukan kualitas kesimpulan atau

rekomendasi yang akan dihasilkan, syarat data yang baik adalah data

tersebut harus, valid, objektif, faktual dan relevan.

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau

tekhnik) menunjukan suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan

dalam benda tetapi hanya dapat dilihat penggunaan melalui; angket,

wawancara, pengamatan, ujian atau tes, dokumentasi dan lainnya.

D. LATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan sumber data?

2. Data berdasa jenisnya dibedakan menjadi berapa? Jelaskan!

3. Apa yang dimaksud dengan metode pengumpulan data study

dokementasi?

4. Berdasarkan sifatnya metode wawancara terbagi kedalam 3 jenis,

sebutkan dan jelaskan!


48

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitain Kemasyarakatan merupakan tugas pokok dari Pembimbing

Kemasyarakatan selain, tugas pendampingan, pembimbingan dan

pengawasan. Penelitian kemasyarakatan dalam sistem

pemasyarakatan merupakan bagian yang utama sebagai dasar

perlakuan terhadap pelanggar hukum baik pada saat pelanggar hukum

berada di Rutan, Lapas, Rupbasan atau Bapas.


49

Penelitian kemasyarakatan yang dlaksanakan oleh PK sudah diatur

kedalam norma dan peraturan teknis lainnya yang menjaadi acuan

bagi petugas pemasyarakatan bertugas, seperti; UU nomor 12 Tahun

1995 Tentang Pemasyarakatan, PP 31 Tahun 1999 Tentang

Pembinaan, Pola Pembinaan Narapidana dan Tahanan serta

banyaklagi.

Penelitian kemasyarakatanselain digunakan untuk menentukan

rencana perogram pelayanan, pembinaan dan pembimbingan dan

jenis juga digunakan untuk keperluan sistem peradilan pidana

khususnya Sistem Peradilan Pidana Anak. Banyaknya keperluan

litmas tersebut membuat Litmas memiliki jenis-jenisnya seperti; Litmas

untuk keperluan Diversi, Persidangan, Saksi dan korban, pembinaan

tahap awal, asimilasi,reintegrasi dan lain-lain sesuai dengan

permintaan dan kebutuhannya. Dalam penelitian kemasyarakatan juga

terdapat instrumen assesment risiko dan assesment kebutuhan

sebagai alat untuk melakukan penilaian risiko pengulangan pidana dan

menentukan program pembinaan dan pembimbingan yang paling tepat

untuk narapidana dan klien pemasyarakatan.

Praktek Penelitian kemasyarakatan menuntut Pembimbing

Kemasyarakatan memahami metode penelitian yang didalamnya

menggunakan data dan informasi karena penelitian kemasyarakatan

merupakan proses penelitian untuk mengetahui latarbelakang

kehidupan narapidana.
50

B. Tindak Lanjut

Pelaksanaan Penelitian Kemasyarakatan merupakan proses yang

sangat penting dalam pelaksanaan sistem pemasyarakatan dan sistem

peradilan pidana Anak. Apa yang telah diuraikan dari Bab I sampai Bab V

dalam modul ini, baru memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana

peneltian kemasyarakatan, dan belum bersifat komperhensif. Masih banyak

bahasan-bahasan yang belum disampaikan dalam modul ini. Oleh karena itu

untuk lebih memahami tentang Penelitian Kemasyarakatan ini, peserta

dianjurkan untuk mempelajari antara lain :

 Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini,

sebagaimana tersebut dalam referensi.

 Modul mata pelajaran lain yang berkaitan dengan Penelitian

kemasyarakatan.

Anda mungkin juga menyukai