Kelompok 3:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
sudah berlangsung sejak akhir tahun 2019. COVID-19 merupakan penyakit menular
yang menyerang sistem pernapasan dan disebabkan oleh coronavirus yang ditemukan
pertama kali di Wuhan, China pada akhir bulan Desember 2019 (Huang, et al., 2020).
sejak pertengahan Maret 2020. Data WHO per tanggal 24 April 2020 menunjukkan
sudah 209 negara terjangkit dengan jumlah kasus secara global sebanyak 2.626.321
kasus dan angka kematian mencapai 181.938 jiwa (WHO, 2020). Indonesia menjadi
salah satu negara yang terjangkit COVID- 19 dengan total kasus mencapai 373.109
kasus.
Dampak yang ditimbulkan oleh wabah ini begitu masif sampai dapat
ekonomi yang dialami China akibat virus 2019-nCov diestimasikan mencapai USD
62 juta dan total kerugian lebih dari USD 280 juta secara global pada kuartal pertama
(PDB) sebesar 0.2% dari tahun 2019. Salah satu kegiatan operasional sektor bisnis
yang terkena dampak akibat wabah ini adalah kegiatan rantai pasok. Rantai pasok
informasi, dan segala jenis sumber daya lainnya terkait kegiatan memasok produk
gangguan. Gangguan yang terjadi pada rantai pasok berupa fluktuasi permintaan serta
perubahan lama waktu pemesanan (lead time) merupakan gangguan operasional yang
lazim terjadi pada rantai pasok (Kinra, et al., 2019). Namun gangguan berbentuk
wabah pandemi seperti yang terjadi saat ini merupakan gangguan rantai pasok yang
terjadi secara tiba-tiba dan dapat disebut sebagai disrupsi rantai pasok. Contoh dari
disrupsi rantai pasok adalah peristiwa bencana alam seperti gempa dan tsunami,
bencana akibat manusia seperti peristiwa ledakan di pabrik kimia, dan sengekta
hokum (Ivanov, et al., 2019). Disrupsi rantai pasok ini menyebabkan dampak
Industri farmasi sebagai badan yang bergerak di bidang bisnis tidak bisa
terlepas dari faktor finansial sebagai pendukung kegiatan operasional. Aspek finansial
merupakan salah satu aspek penggerak jalannya rantai pasok. Industri farmasi perlu
memberi perhatian terhadap faktor finansial yang terpengaruh akibat pandemi ini
(Gong, et al., 2018). Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat menunjukkan tren pelemahan dari hari ke hari. Hal
sendiri mengimpor hampir 90% bahan baku obat yang berasal dari luar negeri.
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian pada tahun 2016, saat ini Indonesia
mengimpor bahan baku obat terbanyak dari Tiongkok, India, dan kawasan Eropa.
Tiongkok masih menjadi negara sumber pemasok terbesar kebutuhan bahan baku
obat Indonesia, yakni sekitar Rp 6,84 triliun (60%), India di posisi kedua Rp 3,42
triliun (30%), dan Eropa Rp 1,4 triliun (10%). Ketergantungan yang teramat tinggi
pada bahan baku impor menjadikan industri farmasi Indonesia sangat rawan, apalagi
dengan keadaan pelemahan kurs rupiah yang akan mendongkrak biaya produksi.
akibat dari adanya wabah Covid-19 menyebabkan produktivitas dari negara tersebut
menurun sehingga kegiatan ekspor tersendat, termasuk ekspor bahan baku obat.
aktivitas di berbagai wilayah. Apabila wabah ini terus berlanjut maka stok dari
perbekalan farmasi serta bahan baku farmasi berpotensi kian menipis yang dapat
kekurangan obat-obatan dapat menyebabkan dampak negatif yang sangat buruk pada
tiap fasilitas yang berdampak signifikan dan berperan dalam membuat produk untuk
analisis rantai pasok, meliputi para penyalur dan pelanggan sebab mereka mempunyai
suatu dampak dan keterkaitan pada capaian rantai persediaan. Sasaran manajemen
rantai persediaan diharapkan untuk mengefisienkan biaya seoptimal mungkin dari
keseluruhan sistem yang meliputi biaya transportasi dan distribusi ke sentral bahan
baku, barang setengah jadi dalam proses pengolahan, dan barang jadi. Arti penekanan
mengurangi persediaan yang ada saja, melainkan upaya pada pengembangan melalui
yang ditunjang dengan teknologi informasi yang memadai dalam keseluruhan rantai
Langkah esensial yang dapat dilakukan oleh industri sebagai respons terhadap
COVID-19 adalah melakukan manajemen informasi. Hal ini dapat dilakukan mulai
dari melacak serta menggali informasi terbaru setiap saat terkait perkembangan
situasi terkini serta melakukan komunikasi secara kontinu dengan pihak internal serta
eksternal. Komunikasi terhadap pihak eksternal oleh industri farmasi juga hendaknya
terkait kontrak antara industri farmasi sebagai pembeli dan pihak pemasok. Selain
melakukan komunikasi dalam lingkup internal (Monica, et al., 2020). Di dalam suatu
rantai produk riil, bahan baku diperoleh dan diproduksi dalam fasilitas pengolahan,
sebagai jaringan logistik, terdiri dari para penyalur, pusat pabrikasi atau manufaktur,
gudang, pusat distribusi, dan toko pengecer, seperti halnya bahan baku, persediaan
barang setengah jadi (work in process inventory), dan produk jadi (Guritno, et al.,
2006).
BAB 2
PEMBAHASAN
terkait, mulai dari supplier awal (raw material supplier) hingga pelanggan akhir (end
yang lebih baik dalam setiap kaitan rantai perusahaan, yang terlibat dalam
Menurut Chopra and Meindl (2007), rantai pasok memiliki sifat yang dinamis
namun melibatkan tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi, produk dan uang.
Tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen
dan menghasilkan keuntungan. Rantai pasok lebih menekankan pada semua aktivitas
transformasi barang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen akhir dan disertai
melalui keterkaitan hulu dan hilir, dalam proses dan aktivitas yang berbeda guna
menghasilkan nilai berupa produk dan jasa ke tangan konsumen utama. Sedangkan
Closs, 1996).
MRP juga dimaknai sebagai serangkaian keterkaitan antara pemasok dan pembeli
barang dan jasa. Sebuah MRP yang lengkap melibatkan seluruh proses yang bermula
dari aktivitas menghasilkan bahan baku hingga penyajiannya pada pengguna akhir
(end-users) dari produk barang atau jasa yang dihasilkan tersebut (Young, 2000).
MRP tidak hanya meliputi aliran fisik, tetapi juga aliran informasi sepanjang saluran
dilakukan secara simultan baik dari sisi tingkat layanan konsumen maupun internal
Beberapa hal yang harus diperhatikan dari tingkat layanan konsumen adalah tingkat
pemenuhan pesanan (order fill rates), ketepatan waktu pengiriman (on-time delivery)
dan tingkat pengembalian produk oleh konsumen dengan berbagai alasan (rate of
products returned by customer for whatever reason). Sementara, dari sisi internal
efficiencies, apakah sebuah organisasi dalam sebuah rantai pasok memperoleh hasil
yang baik dari investasi atas persediaan dan aset lainnya dan menemukan cara untuk
Mengelola MRP bukanlah tanpa risiko. Sunil Chopra dan ManMohan S. Sodhi
Chopra dan Sodhi menyarankan dua hal penting dalam upaya menyusun strategi
Berbagai macam sektor bisnis terdampak dari pandemi COVID-19 ini, salah
satunya adalah sektor industri farmasi di berbagai belahan dunia. Ozili dan Arun
menyatakan bahwa sebanyak 60% bahan baku aktif farmasi yang digunakan seluruh
dunia merupakan hasil produksi China. Rude menyebutkan bahwa industri farmasi
diberbagai belahan dunia sangat bergantung terhadap pasokan bahan baku obat dari
China sejak tahun 2013. Pada tahun 2018, China merupakan produsen bidang farmasi
terbesar di dunia yang mencakup 32,2% produk farmasi yang mengalami peningkatan
dari persentase 26,5% sejak tahun 2013. Hal ini menyebabkan Cina menduduki posisi
Industri farmasi di Indonesia sampai saat ini masih mengandalkan impor sekitar
90% bahan baku obat-obatan yang digunakan dalam proses manufaktur obat dari luar
negeri. China dan India merupakan dua negara eksportir bahan baku farmasi terbesar
meliburkan para pekerja. Selain itu, provinsi Hubei sebagai tempat asal COVID-19
dan salah satu sentrum industri farmasi di China memberlakukan sistem lockdown
dan pembatasan aktivitas. Salah satu bentuk pembatasan aktivitas yang diperintahkan
membutuhkan waktu dan proses secara bertahap untuk dapat kembali dilakukan
menyebabkan kegiatan ekspor tersendat, termasuk ekspor bahan baku obat (Sukmana,
2020).
India sebagai ndustry ve sumber pemasok bahan baku farmasi juga turut
pembatasan ekspor bahan baku dan formulasi yang mengandung bahan baku farmasi
memastikan kebutuhan pasokan obat secara nasional dapat terpenuhi dan berlaku
efektif hingga batas waktu yang belum ditentukan. Hal ini berpotensi menimbulkan
masalah terhambatnya alur rantai pasok farmasi secara global termasuk Indonesia.
perusahaan. Namun, dampak ndust dan tingkat keparahan krisis ini akan bergantung
obatan tidak berada di bawah ancaman kekurangan tiba-tiba atau gangguan rantai
pasokan karena perusahaan farmasi memiliki persediaan bahan hingga 6 bulan yang
sebagian besar di antaranya dapat diperoleh dari sumber ndustry ve. Namun, jika
ndustry COVID-19 terus berlanjut, obat-obatan tertentu mungkin tidak banyak
tersedia dan biayanya dapat meningkat (Kuo et al., 2020). Dampak jangka pendek
belum tentu dirasakan oleh indsutri farmasi nasional. Setiap ndustry pasti memiliki
persediaan yang dapat bertahan hingga beberapa waktu kedepan. Namun, dalam
pembatasan aktivitas.
interagency
yang matang. Sistem manajemen mutu dasar berfokus pada CGMP. Namun,
kepatuhan terhadap standar CGMP hanyalah dasar dan tidak cukup. Sistem
Selain itu, terdapat beberapa strategi lain yang direkomendasikan untuk mengurangi
kekurangan obat, menghindari kesalahan alokasi obat dan memastikan kualitas dan
keamanan jangka panjang. Berikut beberapa strategi tersebut (Kuo et al., 2020):
komoditas
industri farmasi
luar negeri
yang strategis
alokasi obat
Bagi pemerintah
- Menetapkan jalur banding dan rujukan untuk pasien yang tidak dapat
mengisi resep
waktu
penwaran-permintaan obat
Kenali dan ikuti dengan ketat pedoman alokasi obat rasional yang
dikeluarkan FDA
Bagi Apotek Rumah Sakit
Hill.
Chopra, Sunil dan ManMohan S. Sodhi. 2004. “Managing Risk to Avoid Supply-
Chain Breakdown”. MIT Sloan Management Review. Fall, Vol. 46, No. 1, pp.
53 – 61.
Christopher, Martin. 1998. Logistics and Supply Chain Management: strategies for
D&B India. (2020). Dun & Bradstreet: Growing relationships through data. D&B
India. https://www.dnb.co.in/.
Modal.
Gong, S. and S. Cullinane. 2018. Finance and Risk Management for International
infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet 2020;
395(10223):497-506.
Ivanov, D., A. Dolgui, and B. Sokolov. Handbook of Riplle Effects in the Supply
Research. 2019;1-20.
Kuo, S., Huang-Tz O., dan Jason W. Managing medication supply chains: Lessons
2020 (1-4).
Sistem Rantai Pasok Industri Farmasi. Majalah Farmasetika, 5 (4) 2020, 146-
155.
pharmaceuticalsupply-chain-at-risk-from-coronavirus/.
Sukmana, Y. Industri farmasi diminta cari alternatif bahan baku dari luar China.
https://money.kompas.com/read/2020/02/28/213100426/industri-farmasi-
dimintacari-alternatif-bahan-baku-dari-luar-china
2019.