Anda di halaman 1dari 15

Makalah Pancasila

New Normal Dalam Perspektif Pancasila Sebagai Realisasi Kesadaran


Budaya

Disusun Oleh:

Arif Fathurrahman Fauzy A1A020005


Asih Listiyowati A1A020003
Azka Thoriq Ash-shiddiqi A1A020014
Humam Fauzan Adha A1A020046
Izda Tikaviyana A1A020013

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDRIMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
Daftar isi

Table of Contents
Daftar isi......................................................................................................................................................i
I. Pendahuluan...........................................................................................................................................1
II. Tujuan...................................................................................................................................................1
III. Metode.................................................................................................................................................2
A. Metode survei..................................................................................................................................2
B. Metode Telaah Pustaka....................................................................................................................2
IV. Hasil.....................................................................................................................................................5
V. Pembahasan..........................................................................................................................................6
VI.KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI.........................................................................11
A. Kesimpulan....................................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................................12
C. Rekomendasi.................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13

i
I. Pendahuluan
Pemerintah sebagai aparatur Negara memiliki tugas berupa mengeluarkan kebijakan atau
peraturan demi tercapainya tujuan bangsa. Akan tetapi, dalam perumusan kebijakan tersebut
haruslah dikaji lebih dalam lagi mengenai kesesuaian kebijakan yang dikeluarkan dengan nilai-
nilai pancasila sebagai dasar peletakkan ideologi Negara. Oleh karena itu kami mengkaji salah
satu kebijakan pemerintah terkait bidang budaya dan kesehatan yang masih hangat dibicarakan
pada saat ini, yaitu kebijakan new normal atau normal baru.
Kebijakan normal baru merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada 1
Juni 2020 yang lalu. Kebijakan ini mengatur terkait bagaimana cara budaya hidup baru di masa
pandemi, seperti budaya mencuci tangan, memakai masker, mengurangi penggunaan barang
umum dengan membawa peralatan pribadi dari rumah, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
kebijakan yang mengatur budaya hidup baru ini perlu dikaji lebih dalam lagi, apakah kebijakan
ini sesuai dengan nilai pancasila ataukah sebaliknya.

II. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengkaji kebijakan pemerintah di bidang
budaya saat ini, yaitu new normal. Kebijakan tersebut harus dikaji kesesuainnya dengan
pancasila ataukah tidak. Oleh karena itu kami melakukan diskusi dan pendalaman literatur serta
menjalankan survey pendapat kepada masyarakat mengenai kebijakan tersebut. Dengan
demikian, diharapkan kami bisa mengetahui apakah kebijakan tersebut sudah sesuai dengan
nilai-nilai pancasila ataukah belum.

1
III. Metode

A. Metode survei
1. Jenis, Tempat, dan Waktu Penelitian
Metode survei merupakan metode yang digunakan untuk mempelajari
pengambilan sampel unit individu dari suatu populasi dan teknik terkait pengumpulan
data survei, seperti pembutan kuesioner dan metode untuk meningkatkan jumlah dan
akurasi tanggapan survei. Metode survei yang kami lakukan yaitu dengan membuat
kuesioner. Pemilihan pembuatan kuesioner sebagai media survei dikarenakan kuesioner
dapat mempermudah kita untuk mengetahui suatu informasi yang ingin kita kaji yaitu
mengenai sesuai atau tidaknya kebijakan New Normal dengan nilai-nilai Pancasila.
Informasi tersebut sebagai dasar atau landasan untuk bahan kajian berdasarkan data-data
yang terpapar.
Kuesioner ini dilakukan melalui media sosial berupa aplikasi WhatsApp dengan
menyebarkan link kuesioner ke WhatsApp Group. Adapun waktu penelitian ini dilakukan
selama 3 hari yaitu terhitung hari Jumat, 2 Oktober 2020 sampai dengan Minggu, 4
Oktober 2020. Jumlah respon dari kuesioner yang kami buat yaitu 31 respon.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu semua lapisan masyarakat dari berbagai profesi.
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang berfungsi memilih
informan sebagai sumber data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan
atas data-data yang ada. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
penyebaran kuesioner ke WhatsApp Group.
4. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dengan teknik kuesioner dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk dideskripsikan berdasarkan sebaran
data yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi jenis kelamin, profesi, dan 3
pertanyaan untuk meminta pendapat dari informan yang berkaitan dengan topik
penelitian.
B. Metode Telaah Pustaka
A. Kebijakan New Normal
1. Pengertian New Normal
Indonesia telah melaksanakan masa tanggap darurat penanganan covid sejak
awal Maret 2020, kemudian disusul modifikasi kebijakan karantina wilayah menjadi
PSBB dimulai pada 10 April 2020 di Jakarta, kemudian disusul beberapa kota
satelit Jakarta, lalu diikuti wilayah lain dalam lingkup provinsi, kabupaten,
atau kota yang menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus secara signifikan.
Walaupun kebijakan PSBB tidak dilaksanakan serentak ke seluruh wilayah, dampaknya
terhadap sosial ekonomi masyarakat tetap terasase-Indonesia. Praktis setelah 3 bulan
melewati masa tanggap darurat dan PSBB, pemerintah Indonesia mulai menjajaki
penerapan kehidupan normal yang baru (new normal) dan melonggarkan PSBB.
Pada 28 Mei 2020 Pemerintah Pusat melalui Menteri Perencanaan Pembangunan

2
Nasional /Kepala Bappenas pada 28 Mei 2020 dalam jumpa pers bersama Menteri Luar
Negeri Retno Marsudi dan Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19
menyampaikan Protokol Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 menuju Normal Baru
(new normal), hidup berdampingan dengan Covid-19. Pemerintah menyebutnya
‘Penyesuaian PSBB’, dimana sedang disusun kriteria dan langkah-langkahnya, serta
menentukan bagaimana Penyesuaian PSBB diberlakukan.
Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku
Adisasmita, New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas
normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah
pelaksanaan penularan Covid-19. Monoarfa menjelaskan bahwa berdasarkan berbagai
studi tentang pengalaman berbagai negara yang berhasil menangani pandemi Covid-19,
ada beberapa prasyaratan dari bahaya Covid-19 tetap terjamin, yaitu: 1) penggunaan data
dan ilmu pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk Penyesuaian PSBB; 2)
Penyesuaian PSBB dilakukan secara bertahap dan memperhatikan zona; 3)
Penerapan protokol kesehatan yang ketat; dan 4) Review pelaksanaan
Penyesuaian PSBB yang dimungkinkan adanya pemberlakuan kembali PSBB dengan
efek jera yang diberlakukan secara ketat apabila masyarakat tidak disiplin dalam
beraktivitas.
B. Pancasila sebagai dasar perumusan kebijakan new normal
Pancasila wajib menjadi peta pelaksanaan New Normal, termasuk pelaksanaan ibadah
umat, serta penyaluran bantuan sosial (Bansos) selama wabah pandemi CoViD-19.
Seluruh Regulation (undang-undang dan peraturan), yang berkait dengan pencegahan
wabah virus corona, wajib ditimbang dengan Pancasila. Peraturan Pemerintah (PP)
sampai Peraturan Kepala Daerah, wajib “berasa kental” Pancasila sebagai filosofi
kenegaraan berbasis adat budaya. Hari perumusan Pancasila (1 Juni) sebagai filosofi
dasar negara, telah “final” sejak tahun 1945. Sehingga Pancasila di-cantum-kan dalam
alenia ke-4 muqadimah UUD (Undang-Undang Dasar) 1945. Pakta Pancasila tetap dalam
“Konstitusi” RIS (Republik Indonesia Serikat). Juga semakin dikukuhkan dalam UUD
Sementara tahun 1950. Ke-ajek-an (kontinuitas) Pancasila sebagai pakta kenegaraan telah
“final,” diimplementasikan sebagai kebutuhan bersama tatacara penyelenggaraan negara.
Pemahaman Ke-pancasila-an menjadi kerangka berpikir masyarakat, dan seluruh
aparat pemerintah. Masyarakat ber-Pancasila sebagai Partisipasi sosial. Sedangkan
pemerintah berkewajiban melaksanakan dan melaksanakan setiap regulasi (peraturan)
ber-basis Pancasila. Pada asas sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Serta Sila
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Maka seluruh kebijakan kebijakan
pemerintah wajib “berasa” Pancasila. Seluruh kebijakan yang berkait dengan CoViD-19,
juga wajib berpayung filosofi pada Pancasila. Peraturan yang berupa Keputusan Presiden,
Keputusan Gugus Tugas, sampai Peraturan Gubernur, serta Peraturan Bupati, dan
Peraturan Walikota, wajib ditimbang dengan asas Pancasila. Kebijakan kebijakan yang
berkait dengan upaya perlindungan kesehatan lingkungan (protokol pola hidup "normal
baru"). Serta urusan realisasi Bansos masyarakat terdampak bencana non-alam.

3
Pemerintah melalui Keppres Nomor 12 tahun 2020 telah menetapkan status Bencana
Nasional terhadap pewabahan virus corona. Maka sejak ditetapkan (13 April tahun 2020),
berlaku UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Paradigma tersebut
memberi mandat kepada BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Penerbitan
Keppres 12 tahun 2020, sebagai pelengkap peraturan sesuai arahan pasal 51 ayat (2) UU
Penanggulangan Bencana. UU Penanggulangan Bencana pada pasal 26 ayat (2),
menyatakan, “Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan
pemenuhan kebutuhan dasar.” Berdasar pasal 48 huruf d, pemenuhan kebutuhan dasar
merupakan prosedur tetap penanggulangan bencana. Pada pasal 53, terdapat enam jenis
kebutuhan dasar. Yakni, air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan,
dan layanan psiko-sosial. Tidak mudah diam di rumah selama tiga bulan selama
pelaksanaan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Masyarakat berpenghasilan
rendah yang biasa mengusahakan nafkah harian. Toko-toko sudah ditutup, warung makan
sangat sepi karena dilarang melayani makan di warung. Berdasar catatan Kementerian
Ketenagakerjaan, sebanyak 2,5 juta masyarakat kehilangan pekerjaan. Tak terkecuali, 1,6
juta buruh sektor formal telah di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Dampak wabah pandemi CoViD-19, jumlah penduduk yang diperkirakan bertambah
sampai sebanyak 8,5 juta orang. Dalam perkiraan terberat, nasional akan ada penduduk
yang miskin sebanyak 33,29 juta jiwa (di dalam 8 juta rumahtangga). Maka Bansos
memiliki nilai sangat strategis sebagai penyelamat ketenteraman sosial nasional.
Terutama bansos yang bersumber dari APBD Kabupaten dan Kota, Penyaluran bansos
yang tidak sesuai asas Pancasila (sila kedua, dan sila Kelima), bisa menimbulkan
kegaduhan sosial. Pada bencana bencana, “rasa Pancasila” perlu dilakukan re-validasi
keluarga miskin. Juga wajib disusul dengan karitatif pemerintah me-mudah-kan akses
permodalan usaha. Juga diperlukan perlindungan usaha mikro, dan kecil (UMK), tidak
dibiarkan bersaing dengan perusahaan skala besar. Pemerintah (dan daerah) wajib
memberi solusi pencarian nafkah masyarakat dengan menyokong roda perekonomian
kalangan bawah.

4
IV. Hasil
Seperti yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya,kebijakan new normal ini sudah
sesuai dengan nilai-nilai pada Pancasila.Ada beberapa poin dari kebijakan new normal ini yang
sesuai,diantaranya:

 New normal ini membuat kita sadar bahwa kita harus berikhtiar kepada Tuhan agar
wabah ini cepat berakhir dan harus saling membantu satu sama lain.
 Hak-hak dan kewajiban masyarakat dihargai.Contohnya,kita masih bisa melakukan
aktivitas,dengan syarat,kita harus mematuhi protokol kesehatan agar mengurangi
penularan virus corona.
 Dengan adanya protokol kesehatan,seperti memakai masker,mencuci tangan,menjaga
jarak,dan tidak bersentuhan,kita tidak hanya melindungi diri sendiri,tetapi kita juga
melindungi orang lain.
 Dengan adanya new normal ini,bukan hanya pemerintah atau tim medis saja yang
memberantasnya,tetapi seluruh masyarakat Indonesia juga harus turun tangan karena
ini adalah tanggung jawab kita semua.
 Kebijikan ini merupakan hasil dari musyawarah pemerintah dengan saran dari
beberapa pihak.Jadi,kebijakan ini bukan diciptakan atas keinginan pemerintah sendiri
 Pada kebijakan new normal ini juga,pemerintah memberikan bantuan kepada
masyarakat,seperti pembagian sembako,pengurangan suku bunga di bank,kartu
prakerja,dan lainnya.Sosialisasi tersebut dijalankan agar kehidupan masyarakat adil
dan roda ekonomi pun terus berputar.

Dengan demikian,kita harus bisa mengadaptasikan new normal ini kepada kehidupan
sehari-hari kita.Mengadaptasikan new normal ini tidak akan sulit karena kebijakan ini
berpedoman pada Pancasila yang biasa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

5
V. Pembahasan
Data yang diperoleh dari penelitian yang telah kami lakukukan adalah dengan teknik
kuisioner dan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Deskripsi data hasil
penelitian ini disajikan dari masing-masing diagram terkait objek penelitian tanggapan
masyarakat mengenai sesuai atau tidaknya New Normal dengan Pancasila. Deskripsi data yang
disajikan meliputi presentase sesuai tidaknya new normal dengan Pancasila, presentase jenis
kelamin dan profesi. Hasil perhitungan skor tersebut diperoleh dengan pengolahan data statistik,
hal ini dapat dilihat pada diagram berikut:

6
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa presentase masyarakat yang setuju bahwa new
normal sesuai dengan Pancasila yaitu sebanyak 70% dari 100%, sedangkan untuk masyarakat
yang tidak setuju bahwa new normal sesuai dengan Pancasila sebanyak 30%. Hal tersebut
menandakan bahwa sudah jelasnya kebijakan new normal itu sudah sesuai dengan Pancasila.

Menurut (Suprabowo 2020) new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap
menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna
mencegah terjadinya penularan Covid-19. Penerapan kebijakan new normal sendiri diibaratkan
seperti dua mata pisau yang dapat mencegah penularan virus covid-19 namun disisi lain juga
dapat memperburuk keadaan masyarakat khususnya masyarakat bawah dalam hal pangan jika
pelaksanaan new normal tidak diimbangi dengan kedisiplinan dalam melakukan protokol
kesehatan. Hal tersebut selaras dengan pernyataan dari Nanggala (2020) bahwa bukan rahasia
umum, pandemi Covid-19 mengakibatkan pekerja harian, buruh lepas, pedagang kecil
menengah, turut terkena imbasnya. Sehingga mereka dihadapkan pada situasi kemiskinan serta
kelaparan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa manusia merupakan makhluk lemah
yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan. Kita sebagai umat manusia
yang beragama seharusnya tahu dan yakin bahwa dengan adanya virus corona ini bukanlah suatu
azab namun sebuah ujian dan cobaan yang harus dihadapi dengan keikhlasan, kesabaran, dan
ketabahan, serta beriringan dengan ketekunan dan ketaatan dalam menjalankan ibadah sesuai
agama yang dianutnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Fitriyana (2020) bahwa Sebagai
7
manusia yang beragama, sudah seharusnya menghadapi pandemi ini secara holistik, tidak cukup
dengan pendekatan parsial dari segi medis, tetapi juga dengan pendekatan agama. Oleh karena
itu, dalam menjalankan new normal yang paling utama yaitu dengan menjalankan protokol
kesehatan seperti mencuci tangan dengan air dan sabun yang mengalir, memakai masker ketika
ke luar rumah, menjaga jarak, menjaga pola makan dan berolahraga untuk menjaga imun supaya
tetap sehat. Karena dengan menjalankan protokol kesehatan berarti kita telah melaksanakan
bagian dari menjalankan ajaran agama. Hal tersebut sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 yang saat ini
tengah melanda masyarakat dunia khususnya di Indonesia, telah menimbulkan berbagai dampak
khususnya dalam perekonomian nasional. Masyarakat bawah lah yang sangat menderita dengan
adanya pandemi ini. Maka dari itu, perlu adanya kesadaran dari dalam diri setiap individu dalam
menggugah hati nuraninya dalam rasa kemanusiaan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan adanya
penggalangan dana ataupun donasi yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat yang
terbatas ekonominya berupa kebutuhan bahan pokok secara adil dan menyeluruh yang akan
meringankan beban masyarakat kalangan bawah tersebut. Hal ini selaras dengan pendapat
Mahendra (2020) yang menyatakan bahwa Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
memiliki nilai bahwa setiap orang berkewajiban memperlakukan satu sama lain secara sama
berdasar etika, dengan memandang manusia secara utuh dengan rasa memanusiakan manusia.
Hal ini akan membentuk nilai sikap tengang rasa, tolong menolong dengan menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan. Kemanusiaan pun juga dapat dilakukan dengan kita melakukan protokol
kesehatan, selain hal tersebut dapat melindungi diri kita sendiri, namun juga dapat melindungi
orang lain juga. Hal tersebutlah yang merupakan salah satu bentuk rasa kemanusiaan kita
terhadap orang lain.

Dalam konteks pencegahan penularan virus Corona sendiri bukanlah semata-mata hanya
tanggung jawab dari pemerintah saja namun hal tersebut merupakan tanggung jawab dari seluruh
warga masyarakat Indonesia. Menurut Nasih (2019) Indonesia yang memiliki beratus suku
bangsa, bahasa daerah dan ribuan pulau tidaklah menjadi sebuah hambatan untuk menjadi
sebuah bangsa karena adanya kemauan dan tekad untuk hidup bersama. Untuk itu bukanlah suatu
hal yang tidak mungkin jika pemerintah harus dapat menjalin kerja sama yang baik dengan

8
masyarakat agar kebijakan new normal dalam melaksanakan protokol kesehatan dapat dipatuhi
dan dilaksanakan dengan baik sehingga penyebaran Covid-19 dapat terkendali. Hal tersebut
selaras dengan pendapat oleh Mu’id dan Shofa (2016) yang mengungkapkan bahwa semangat
persatuan atau kolektifitas, merupakan modal sosial dalam mewujudkan kehidupan masyarakat
yang adil dan makmur, semangat tersebut juga merupakan kunci dalam mengatasi berbagai
problematika yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia. Hal tersebutlah yang menjadikan
bahwa new normal sesuai dengan sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.

Kebijakan new normal bukanlah suatu kebijakan yang semata-mata diambil untuk
kepentingan pemerintah saja, namun juga untuk kepentingan masyarakat. Pemerintah pun
tentunya dalam mengambil kebijakan tidak bisa sembarangan, pasti hal tersebut telah
dipertimbangkan dengan matang-matang demi kebaikan bersama. Menurut Ramdhani (2017)
mengungkapkan bahwa implementasi dari sebuah kebijakan dapat berupa yang diharapkan
(intented) maupun yang tidak diharapkan (negative effect). Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa pemerintah dalam mengambil kebijakan pasti telah mempertimbangkan antara dampak
positif dan negatif yang akan diperoleh dari kebijakan tersebut. Hal ini sesuai dengan sila ke
empat Pancasila, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan adalah mengajarkan kita untuk mematuhi kebijakan-kebijakan
pemerintah terkait penanganan covid-19 sebagai upaya preventif dari pemerintah (Mahendra,
2020).

Pemerintah yang secara sadar dan terencana mengambil kebijakan new normal ini tentu
tujuan utamanya yaitu untuk mengembalikan roda perekonomian nasional yang sempat
terganggu karena adanya pandemi ini juga berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat bawal
yang telah menderita dengan menyediakan berbagai macam bantuan sosial, mulai dari bantuan
sembako, BNT, PKH, dan lain sebagainya. Bantuan-bantuan tersebut sudah semestinya
dibagikan secara merata dan tepat sasaran agar masyarakat khususnya kalangan bawah dapat
terbantu dengan adanya bantuan tersebut. Dan sudah terlihat jelas bahwa new normal dalam hal
ini sesuai dengan Pancasila sila kelima yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Menurut Nugroho dalam Mahardhani (2020) Pandemi Covid-19 menjadi momentum


besar negara untuk melakukan transformasi besar dengan membangun budaya-budaya baru
termasuk budaya disiplin. Disinilah letak bahwa new normal merupakan suatu kebijakan

9
pemerintah dalam bidang budaya. Budaya-budaya tersebut muncul untuk menjadi senjata bagi
pemerintah dan masyarakat dalam memerangi pandemi Covid-19 yang saat ini tengah terjadi.
Budaya disiplin yang harus ditanamkan dalam segala kegiatan dan disiplin dalam menjalankan
protokol kesehatan merupakan kunci utama bagi perlindungan diri dari serangan virus Covid-19.
Budaya hidup sehat juga tentunya harus selalu dijalankan dimanapun dan kapanpun kita berada
demi keselamatan diri sendiri dan orang lain.

10
VI.KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kami menyimpulkan bahwa kebijakan normal baru atau yang
lebih dikenal dengan new normal ini merupakan sebuah kebijakan pemerintah di bidang budaya
yang telah sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Hal ini dapat dibuktikan dengan responden
kuisioner yang telah kami sebar. Dimana presentase masyarakat yang setuju bahwa new normal
sesuai dengan Pancasila yaitu sebanyak 70% dari 100%, sedangkan untuk masyarakat yang tidak
setuju bahwa new normal sesuai dengan Pancasila sebanyak 30%. Hal ini membuktikan juga
bahwa kebijakan new normal ini dilandasi dengan niali-nilai pancasila yaitu,
ketuhanan,kemanusian, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang terwujud dalam :
o Nilai ketuhanan, virus corona ini bukanlah suatu azab namun sebuah ujian dan
cobaan yang harus dihadapi dengan keikhlasan, kesabaran, dan ketabahan, serta
beriringan dengan ketekunan dan ketaatan dalam menjalankan ibadah sesuai agama
yang dianutnya.
o Nilai kemanusiaan, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab memiliki nilai bahwa
setiap orang berkewajiban memperlakukan satu sama lain secara sama berdasar
etika, dengan memandang manusia secara utuh dengan rasa memanusiakan manusia,
Hal tersebut bisa dilakukan dengan adanya penggalangan dana ataupun donasi yang
nantinya akan diberikan kepada masyarakat yang terbatas ekonominya berupa
kebutuhan bahan pokok secara adil dan menyeluruh yang akan meringankan beban
masyarakat kalangan bawah tersebut.
o Persatuan, pemerintah harus dapat menjalin kerja sama yang baik dengan
masyarakat agar kebijakan new normal dalam melaksanakan protokol kesehatan
dapat dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik sehingga penyebaran Covid-19 dapat
terkendali Hal tersebutlah yang menjadikan bahwa new normal sesuai dengan sila
ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.
o Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan adalah mengajarkan kita untuk mematuhi kebijakan-
kebijakan pemerintah terkait penanganan covid-19 sebagai upaya preventif dari
pemerintah (Mahendra, 2020).

11
o Keadilan, Pemerintah yang secara sadar dan terencana mengambil kebijakan new
normal ini tentu tujuan utamanya yaitu untuk mengembalikan roda perekonomian
nasional yang sempat terganggu karena adanya pandemi ini juga berusaha
memenuhi kebutuhan masyarakat bawal yang telah menderita dengan menyediakan
berbagai macam bantuan sosial, mulai dari bantuan sembako
B. Saran
Dari hasil makalah ini kami harap new normal merupakan sebuah kebijakan
pemerintah yang dilandasi oleh nilai-nilai pancasila. Namun dalam pelaksanaanya untuk
mewujudkan nilai-nilai pancasila kami memiliki beberapa saran sebagai berikut:
1. Dalam pelaksanaan kebijakan normal baru ini diharapkan masyarakat dapat
mengamalkan nilai-nilai pancasila di dalamnya.
2. Untuk terus tetap sesuai dengan pancasila diharapkan agar pemerintah dan
masyarakat saling bahu-membahu dalam mewujudkan hal tersebut
C. Rekomendasi
Dari hasil pembahasan di atas kami juga memberikan beberapa rekomendasi pada
bagian akhir makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1. Perlu adanya badan pengawas pelaksanaan new normal ini di masyarakat
2. Perlu adanya peraturan atau hukum lebih lanjut untuk kebijakan ini agar tetap sesuai
dengan nilai-nilai pancasila
3. Edukasi yang dilakukan kepada masyarakat sangatlah penting

1.

12
DAFTAR PUSTAKA
Suprabowo, Gunawan Yuli Agung. (2020). Memaknai hospitalitas di era new normal :
sebuah tinjauan teologis lukas 10 : 25-37. Harvester, Jurnal Teologi Dan Kepemimpinan Kristen.
Vol. 5, No. 1. Hlm :43–58.

Nanggala, Agil. 2020. Peran Generasi Muda dalam Era New Normal. Widya Wacana:
Jurnal Ilmiah. Vol. 15, No. 2. Hlm 81-92.

Fitriyana, Nur. 2020. God Spot dan Tatanan New Normal di Tengah Pendemi Covid-19.
Jurnal Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama. Vol. 21, No. 1.

Mahendra, Putu Ronny Angga. 2020. Memperkuat Kesadaran Bela Negara dengan Nilai-
Nilai Pancasila dalam Perspektif Kekinian. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha. Vol.
8, No. 3.

Nasih, M., Abbas, E. W.,& Syahruddin, S. 2019. Nilai-Nilai Haul Guru Sekumpul
Sebagai Sumber Belajar IPS. Jurnal Socius. Vol. 8., No. 2.

Mu’id, A. & Shofa, A. (2016). Memaknai Kembali Multikulturalisme Indonesia dalam


Bingkai Pancasila. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. Vol.1, No. 1. Hlm. 34-41.

Ramdhani, A. & Ramdhani, M. A. (2017). Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik.


Jurnal Publik. Vol. 11, No. 1. Hlm. 1-12.

Mahardhani, Ardhana Januar. 2020. Menjadi Warga Negara yang Baik pada Masa
Pandemi Covid-19: Persprektif Kenormalan Baru. JPK: Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan. Vol. 5., No. 2.

Suprianto, Helmy. 2020. Pancasila dalam New Normal. dari


https://www.harianbhirawa.co.id/pancasila-dalam-new-normal/ Diakses pada 5 Oktober 2020
pukul 14.00.

13

Anda mungkin juga menyukai