DI KABUPATEN BADUNG:
ANALISIS SITUASI DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
i
Kata Pengantar
Om Swastyastu,
Angayu bagia, puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa
karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kita semua selalu berada dalam keadaan
sehat di tengah-tengah kecemasan yang melanda karena pandemi Covid-19.
Corona virus disease (Covid)-19 adalah sesuatu yang baru, asing, dan tidak
pernah terbayangkan bagi sebagian besar dari kita. Berawal dari negeri yang amat jauh,
di Kota Wuhan, China, kini Covid-19 telah berada di sekitar kita. Kondisi ini berimplikasi
pada perubahan yang drastis dalam waktu amat seketika. Kontak sosial dan fisik antar
sesama yang biasanya demikian erat seketika harus dibatasi/berjarak, sekolah dan
kantor ditutup sehingga kita mesti belajar dan bekerja dari rumah. Pasar dan toko, jam
operasionalnya dibatasi, jalanan menjadi lengang, dan kegiatan keagamaan pun turut
terbatasi, bersembahyang dari rumah. Itu adalah jalan yang mesti ditempuh untuk
memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Hal mendesak yang menjadi perhatian bersama adalah memastikan langkah yang
dilakukan telah tepat dan efektif untuk membendung dan menangani Covid-19. Untuk itu
mesti terbangun kesatuan dan semangat bersama bahwa kita mampu segera keluar dari
deraan pandemi Covid-19. Badan Penelitian dan Pengembangan sesuai dengan tugas
dan fungsinya berupaya turut berkontribusi melalui kajian cepat yang mengkaji situasi
dengan fokus pada aspek sosial kemasyarakatan, dampak ekonomi dan kesehatan.
Kajian ini tersusun melalui proses kolaborasi cepat melalui kerja tim antara kami
dengan para akademisi, anggota Tim Kelitbangan Kabupaten Badung serta para Analis
Kebijakan. Melalui diskusi dan pertukaran pikiran yang demikian singkat, dilaksanakan
secara online, maka tersusunlah kajian cepat ini, yang kami susun mulai tanggal 30 Maret
2020 hingga 1 April 2020. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada seluruh tim penyusun tersebut atas waktu, tenaga dan
pemikiran yang telah dicurahkan dalam penyusunan kajian ini.
Akhirnya, dengan kekuatan wiweka sembari tak lupa selalu memohon petunjuk
Ida Hyang Widhi, kita akan mampu melewati masa-masa sulit ini. Kontribusi pemikiran
ini diharapkan dapat memperkuat kebijakan-kebijakan yang telah ditempuh dalam
mengatasi pandemi Covid-19 sehingga dapat segera teratasi dengan baik. Terima kasih.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.
i
Ringkasan Eksekutif
Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu tragedi kemanusiaan dalam sejarah
kehidupan umat manusia. Dalam waktu singkat sejak pertama kali muncul di Kota
Wuhan, China pada Desember 2019 kini hingga Maret 2020 virus corona telah
menginfeksi sebanyak 697.224 jiwa umat manusia di 204 negara/kawasan di dunia dan
33.257 jiwa meninggal. Belum lagi dampak sosial ekonominya yang bila tidak segera
mereda dapat memicu terjadinya krisis ekonomi di berbagai negara, bahkan dunia.
Menurut Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus Pandemi Covid-19
muncul karena 1) beberapa negara berjuang dengan kurangnya kapasitas, 2) beberapa
negara berjuang dengan kurangnya sumber daya, 3) beberapa negara berjuang dengan
kurangnya tekad.
Kasus Covid-19 positif di Bali pertama kali ditemukan pada 10 Maret 2020 yang
diderita oleh warga negara asing yang bukan berasal dari China atau negara-negara
yang pada saat itu telah terjangkit corona. Hal ini tentu menjadi teka-teki yang kemudian
terjawab dari historis perjalanan ataupun kontak penderita tersebut sebelumnya. Pada
fase ini Covid-19 sebagai sebutan penyakit yang diakibatkan oleh virus corona masih
dipahami sebagai fenomena imported case, yaitu kasus yang datang dari luar negeri.
Dalam jangka waktu 20 hari sejak kasus pertama ditemukan, yaitu pada tanggal
30 Maret 2020, total kasus positif Covid-19 di Bali sebanyak 19 kasus, dan catatan
penting dari temuan tersebut adalah bahwa 3 kasus di antaranya merupakan local
transmission, penyebarannya terjadi karena kontak antar penduduk lokal.
Kabupaten Badung sebagai pintu gerbang pariwisata internasional Bali jelas
berada di tengah-tengah pusaran pandemi Covid-19 tersebut. Di Kabupaten Badung
hingga tanggal 1 April 2020 menunjukkan kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP)
secara kumulatif terdapat sebanyak 172 orang yang tersebar di seluruh kecamatan.
Jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) secara kumulatif terdapat sebanyak 6 orang
yang 4 orang hasil uji laboratoriumnya negatif dan 1 hasilnya positif Covid-19.
Kebijakan yang diambil pemerintah adalah dengan menetapkan pembatasan
interaksi secara sosial dan fisik. Di Bali kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti pula
dengan penetapan status siaga bencana yang berkosekuensi penutupan sekolah dan
kampus, penutupan/penutupan sebagian aktivitas kantor-kantor pemerintahan dan
swasta, sehingga pegawai bekerja dari rumah (Work From Home/WFH), penutupan objek
wisata, pembatasan jumlah orang yang terlibat dalam aktivitas keagamaan/adat hingga
peniadaan pawai ogoh-ogoh. Pembatasan ini secara resmi diberlakukan selama 14 hari
yaitu sejak tanggal 16 Maret 2020 hingga 30 Maret 2020.
Sekalipun demikian, kasus Covid-19 ternyata masih tetap ditemukan bahkan
mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena kombinasi antara dua hal yaitu kasus
yang baru terlacak dan kasus baru karena adanya kontak. Local transmission yang
ditemukan pada 30 Maret 2020 menjadi indikatornya. Pembatasan sosial nampaknya
belum dilaksanakan secara efektif.
Eskalasi kasus di Indonesia, Bali serta negara-negara lainnya berdampak pada
tingkat hunian hotel-hotel di Bali secara amat drastis mulai bulan Pebruari 2020 yang
masih terus berlanjut hingga bulan Maret 2020. Bulan April 2020 bahkan diperkirakan
tingkat okupansi mencapai titik nol, sehingga amat terpuruk dalam sejarah
kepariwisataan Bali. Dampak lanjutannya tentu saja ribuan karyawan hotel akan mulai
dirumahkan pada bulan April 2020. Kondisi demikian akan menimbulkan dampak buruk
terhadap perekonomian Kabupaten Badung, Bali, maupun Indonesia.
ii
Di tengah kondisi yang kurang menguntungkan tersebut Pemerintah dihadapkan
pada pilihan yang amat sulit. Desakan muncul agar segara dilakukan penutupan total
(lockdown) seperti yang dilakukan di Kota Wuhan (China), India dan Italia. Kebijakan
drastis seperti itu tentunya tidak dapat dilakukan tanpa persiapan dan pertimbangan yang
amat matang. Fenomena lockdown di India misalnya, menunjukkan betapa kebijakan
tersebut menimbulkan peningkatan kerawanan sosial, karena ribuan orang harus
bermigrasi ke kampung halamannya dengan kondisi terbatasnya sarana transportasi
akibat penutupan layanan transportasi umum. Migrasi tersebut terjadi karena tempat
kerja di kota mereka mengalami penutupan sehingga mereka secara terpaksa harus
pulang ke daerah asalnya untuk bertahan hidup.
Dalam ketidakpastian tersebut sejumlah kepala daerah telah melakukan langkah-
langkah penutupan wilayah seperti karantina wilayah yang dilakukan Pemerintah Kota
Tegal dan Karantina Wilayah Parsial yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Secara sporadis, masyarakat di beberapa lokasi juga melakukan penutupan wilayah.
Langkah-langkah yang diambil secara sendiri-sendiri tersebut pada dasarnya
merefleksikan kekhawatiran yang demikian besar tentang keselamatan masyarakat atas
ancaman Covid-19. Sayangnya langkah yang tidak terkoordinir itu justru dapat membuat
upaya tersebut kemungkinan menjadi tidak efektif, sekalipun telah menggunakan
berbagai sumberdaya dalam jumlah yang besar.
Dalam konteks Kabupaten Badung, langkah antisipatif diperlukan agar pandemi
tidak semakin meluas. Evaluasi dan analisis berbasis data dan sains dari waktu ke waktu
amat diperlukan. Ketika hasil evaluasi menunjukkan kondisi semakin kurang
menguntungkan maka diperlukan langkah penanganan lebih besar, yang sejak dini telah
dipersiapkan secara matang dari berbagai aspek. Tujuannya adalah menyelamatkan
nyawa serta keberlanjutan roda kehidupan.
iii
DAFTAR ISI
iv
1. Pendahuluan
Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 merupakan pandemi terbesar di dunia setelah
pandemi influenza (flu Spanyol) yang pernah terjadi pada tahun 1918. Berdasarkan data
Center for Disease Control and Prevention (CDC), flu spanyol diperkirakan telah
menginfeksi 500 juta orang atau sepertiga penduduk dunia pada saat itu. 1 Walau
demikian, dampak sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini
nampaknya akan jauh lebih besar, mengingat mobilitas penduduk dunia yang telah
demikian tinggi dan struktur perekonomian dunia yang telah jauh berubah.
Bali, termasuk Kabupaten Badung di dalamnya juga tidak terlepas dari pandemi
Covid-19. Hal ini merupakan dampak dari globalisasi yang membuat dunia seolah tanpa
batas. Pergerakan, mobilitas uang, barang, informasi, manusia dari berbagai pelosok
dunia terjadi telah amat massif dan bergerak setiap saat dengan cepat.
Pertanyaan besar dihadapi Badung dan Bali secara keseluruhan. Langkah apa
yang akan dan seharusnya ditempuh untuk menyelamatkan Badung dan Bali secara
holistik dari pandemi Covid-19? Kondisi ini tentu harus direspons dengan cepat sebelum
Badung, Bali kehilangan momentum. Kehilangan momentum akan membuat upaya
pemulihan dari krisis akan menjadi semakin lama dan akan semakin banyak pula
masyarakat yang menderita.
Dilema ini yang nampaknya membuat Bali masih membuka diri terhadap
wisatawan ketika WHO telah menetapkan penyebaran corona dengan status pandemi
1
https://www.cdc.gov/flu/pandemi-resources/1918-commemoration/1918-pandemi-history.htm
1
pada 12 Maret 2020. Penangkalan terhadap masuknya wisatawan dari negara-negara
yang telah terjangkit Covid-19 dianggap telah memadai. Aspek betapa tingginya mobilitas
manusia maupun barang yang terkait dengan wilayah episentrum awal virus corona
terluput dari perhatian.
Langkah apa pun yang akan diambil akan berlaku adagium salus populi lex
suprema esto, negara/pemerintah memiliki kewenangan yang fleksibel untuk
menggunakan anggaran demi menyelamatkan masyarakat dalam kondisi bencana. Di
samping itu juga perlu mempertimbangkan saran WHO yaitu meminta semua negara
untuk mencapai keseimbangan yang baik dalam memutuskan kebijakannya yaitu
antara melindungi kesehatan, meminimalkan gangguan ekonomi dan sosial, serta
menghormati hak asasi manusia di tengah pandemi Covid-19.
2
2. Kajian Sosial Kemasyarakatan
3
yang berbasis religius yang notabene mereka memiliki pengikut sehingga seringkali
pernyataannya dijadikan rujukan oleh masyarakat. Pembuat berita hoax ini bahkan
tidak segan-segan untuk memfitnah pemerintah atau melemahkan argumentasi dan
kebijakan pemerintah, sehingga muncul ketidakpercayaan masyarakat pada
pernyataan atau informasi resmi yang dikeluarkan pemerintah. Jika berkaca dari
kasus Covid-19 di Wuhan, China yang mana berita yang disebarkan sifatnya
mendidik, mengedukasi, bahkan memberikan motivasi-motivasi, dan semangat hidup
pada warga yang akhirnya membuat penanganan Covid-19 di Wuhan menjadi lebih
cepat dan efektif.
Berkaca dari kasus Wuhan tersebut nampaknya Indonesia berbanding
terbalik, justru berita yang disebarkan cenderung menakut-nakuti, membuat
keresahan, bahkan dipergunakan untuk saling memfitnah dan ada juga yang mencari
keuntungan dari kasus tersebut. Untuk itu maka tidak ada jalan lain, pemerintah
harus melakukan fungsinya untuk menertibkan perilaku sebagian masyarakat yang
liar, membuat kekacauan, senang mengadu domba dan mengambil keuntungan dari
berita-berita hoax tersebut. Tidakan tegas harus dilakukan, bila perlu berikan
hukuman yang seberat-beratnya sehingga mendapatkan efek jera yang baik dan
dapat memunculkan tertib bersama demi keamanan dan keselamatan masyarakat
yang lebih besar.
Terlepas dari liarnya arus informasi hoax, berbagai informasi yang bersifat
edukatif juga mengalir deras di tengah masyarakat. Namun dari informasi yang
bersifat eduktif ini sering kali antara satu informasi dengan informasi yang lain tidak
saling nyambung bahkan ada yang saling bertentangan. Satu contoh misalnya ada
informasi yang mengatakan bahwa untuk mencegah penyakit ini harus minum air
hangat, namun informasi lainnya mengatakan sebaiknya jangan sering-sering minum
air hangat karena dapat mengikis atau mempertipis lapisan usus. Kasus ini hanyalah
salah satu informasi yang memperlihatkan bahwa ada informasi yang bersifat
edukatif namun saling tumpang tindih sehingga menimbulkan kebingungan dalam
bersikap atau dalam melakukan pencegahan.
Untuk itu maka perlu ada informasi yang bersifat edukasi yang disampaikan
oleh otoritas resmi berdasarkan atas kajian-kajian ilmiah, standar-standar kesehatan
yang baku, serta mempunyai argumentasi-argumentasi yang dapat dipercaya dan
dibuktikan. Pemerintah harus memilih siapa informan dan narasumber yang dijadikan
rujukan tentang kasus ini, kemudian siapa dan lembaga apa yang layak untuk
memberikan informasi, serta bagaimana metode menyampaikan informasi tersebut.
Perlu satu kata, satu pemahaman, dan satu informasi yang valid dan layak dipercaya.
Penanggulangan bencana harus didukung dengan berbagai pendekatan, baik
soft power maupun hard power untuk mengurangi resiko dari bencana. Pendekatan
4
soft power yaitu dengan menyiapkan kesiagaan masyarakat melalui sosialisasi dan
pemberian informasi tentang bencana covid-19. Sementara hard power adalah upaya
menghadapi bencana dengan dengan penyiapan sarana fisik. Terhadap kedua hal
inilah maka “komunikasi bencana” menjadi amat diperlukan.
5
1) Kelembagaan; menggunakan perangkat kelembagaan Banjar yang telah
ada sesuai dengan kondisi setempat, ditambah dengan potensi sumberdaya
yang ada seperti teruna-teruni/karang taruna, PKK, pecalang, tokoh
masyarakat, berbagai kader program yang ada, kelompok kerja dan
sebagainya.
2) Program Kerja; meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan Covid-19,
seperti:
a. Pengenalan penyakit meliputi penyebaran dan penularan serta
penanggulangannya.
b. Informasi tentang regulasi dan kebijakan pemerintah, berkaitan
dengan percepatan pencegahan Covid-19 dan berbagai protokol
Covid-19 serta konsekuensi hukum bagi yang melanggar (bisa
disesuaikan dengan awig-awig banjar).
c. Sosialisasi pola hidup bersih dan sehat (rajin cuci tangan, istirahat
yang cukup, makanan bergizi, tetap tinggal di rumah dan
sebagainya).
d. Keamanan dan kebersihan lingkungan; social distancing, memakai
APD bila beraktivitas di luar rumah, sanitasi lingkungan/fasilitas
umum, kegiatan ronda malam, yang terhubung dengan aparat
keamanan dan sebagainya.
e. Membangun sistem informasi; WA Group, Baliho, Spanduk dan
sebagainya, dengan admin yang kompeten, sehingga informasi satu
pintu, terpilih dan terpercaya (tidak membingungkan warga)
f. Membangun sistem ketahanan pangan warga; mendata warga yang
rawan pangan, memastikan stok pangan yang ada di lingkungan
Banjar bisa diakses, dan menjaga sistem distribusi pangan jika
terjadi kondisi darurat.
g. Meningkatkan spiritualitas dan dana punia warga; rajin sembahyang,
mendengarkan ceramah agama, membaca kitab suci, membantu
warga yang kurang mampu dan sebagainya.
h. Membangun sistem monitoring dan pelaporan yang berjenjang,
melalui Desa Adat dan seterusnya sesuai tingkatan dan urgensinya.
6
pula kelompok masyarakat yang cuek, acuh-tak acuh, bahkan cenderung
membangkang terhadap anjuran pemerintah. Dalam satu kasus misalnya ada
kematian di suatu desa, masyarakat masih tetap bersilahturahmi, ikut melayat, dan
penguburan dengan melibatkan ratusan orang, saling berdesak-desakan sehingga
terjadi pembangkangan sosial terhadap kebijakan dan imbauan pemerintah (social
resistency). Bahkan ada beberapa kasus mereka tetap berkumpul, berwisata atau
melakukan aktivitas keagamaan dengan melibatkan jumlah orang yang banyak.
Mereka baru membubarkan diri bukan karena kesadaran sendiri atau takut akan
penyakit Covid-19, namun takut kepada aparat kepolisian atau hansip yang akan
membubarkan mereka secara paksa serta diiringi dengan sanksi yang tegas. Artinya
mereka tertib bukan karena kesadaran dan pemahaman yang baik terhadap Covid-
19 ini, namun justru tertib karena takut kepada aparat keamanan dan sanksi.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kasus ini adalah bahwa jika kita ingin
masyarakat tertib dan berprilaku sosial seperti yang kita inginkan, maka pemerintah
dapat mempergunakan otoritas formalnya melalui aparat negara seperti kepolisian,
TNI, maupun otoritas tradisional seperti pecalang.
7
Sebagai gambaran, berdasarkan informasi Ketua DPC PHRI Kab.Badung I
Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya bahwa tingkat hunian (occupancy) hotel sampai
dengan akhir Maret 2020 adalah single digit dan untuk April 2020 bahkan disebutkan
akan Zero Occupancy, menjadi terpuruk sepanjang sejarah kepariwisataan Bali.
Lebih lanjut menurutnya bahwa penutupan usaha pariwisata sudah banyak hotels
dan restauran dan usaha terkait yang terdampak. Lebih lanjut disebutkan pula
beberapa outlet yang telah tutup sementara sepanjang Maret 2020 karena pandemi
Covid-19 antara lain sebagai berikut:
Tabel 1.
Outlet yang Telah Tutup Sementara Pada Bulan Maret 2020
Tabel 2.
Akomodasi yang Akan Menghentikan Operasional Bulan April 2020
Sedangkan per 1 April 2020 PHRI tengah menunggu konfirmasi dari Melia Nusa Dua
yang juga akan tutup.
Negara China sendiri telah menunjukkan tanda recovery, sehingga Kota
Wuhan yang telah ditutup selama dua bulan akan secara bertahap dibuka kembali
pada tanggal 8 April 2020 mendatang. Proses recovery yang telah terlihat di Wuhan
8
ini memberikan sedikit harapan agar bergeraknya kembali pariwisata di Bali. Namun
demikian apabila kondisi Indonesia dan Bali belum menunjukkan recovery, tentunya
calon wisatawan dari China tidak akan berani melakukan perjalanan wisatanya ke
Bali.
Ketiadaan wisatawan yang biasanya memenuhi hotel di Bali secara bertahap
telah membuat sejumlah usaha wisata telah mulai merumahkan karyawannya sejak
pertengahan Maret 2020, bahkan per 1 April 2020 dikhawatirkan beberapa hotel di
seluruh wilayah Bali akan tutup. Kondisi tentunya membuat ribuan orang akan
dirumahkan yang selanjutnya menimbulkan ketidakpastian akan penghasilannya.
Ketika sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian mengalami
guncangan, maka sektor lainnya pun akan turut terdampak karena kesemuanya
merupakan satu kesatuan sistem ekonomi. Kondisi ini tentunya amat
mengkhawatirkan karena tidak hanya akan berimbas pada masyarakat kelas
menengah yang bekerja di sektor formal jasa pariwisata, namun juga pada
masyarakat kelas bawah yang bekerja pada sektor informal yang mengandalkan
penghasilan harian.
4. Kajian Kesehatan
2
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200121-sitrep-1-2019-
ncov.pdf?sfvrsn=20a99c10_4
9
sebagai Covid-19. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan Covid-19
sebagai pandemi. Hal yang merisaukan dari fenomena pandemi Covid-19 ini adalah
bahwa hingga saat ini vaksinnya belum dihasilkan dan penyembuhannya berdasar pada
penguatan daya tahan tubuh penderita.
Presiden Joko Widodo mengumumkan penemuan kasus Covid-19 untuk pertama
kalinya di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sebanyak 2 kasus. Kasus tersebut
ditemukan pada warga Depok, Jawa Barat dengan riwayat pernah kontak dengan warga
negara Jepang pada suatu kegiatan di Jakarta pada tanggal 14 Pebruari 2020.3
Memasuki akhir Maret 2020, yaitu 30 Maret 2020 jumlah kasus Covid-19 telah
mencapai 1.414 kasus, dengan jumlah pasien sembuh 75 orang dan meninggal 122
orang. Kasus tersebut tersebar di 31 provinsi dari Provinsi DI Aceh hingga Provinsi Papua
Barat. Kasus dengan jumlah terbesar ditemukan di Provinsi DKI Jakarta, sebanyak 698
kasus.5
Selanjutnya pada tanggal 30 Maret 2020, jumlah kasus di Bali adalah sebanyak
19 kasus positif, 2 meninggal dan 0 sembuh. Berdasarkan penjelasan ketua satgas
Covid-19 dari jumlah tersebut 3 di antaranya merupakan local transmission7, kasus terjadi
karena riwayat kontak antara sesama penduduk lokal/warga Bali.
3
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-
indonesia?page=all
4
https://tirto.id/di-balik-kekhawatiran-who-harvard-indonesia-masih-negatif-corona-eyjB
5
https://www.Covid19.go.id/situasi-virus-corona/
6
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200311155633-4-144129/pasien-pertama-positif-corona-meninggal-di-
rsup-sanglah-bali
7
https://infocorona.baliprov.go.id/
10
Khusus di Kabupaten Badung, tidak tersedia data kapan pertama kali kasus Covid-
19 ditemukan. Pemerintah Kabupaten Badung sendiri membentuk Satgas Covid-19 pada
18 Maret 20208, jadi sekitar 16 hari setelah kasus Covid-19 pertama kali ditemukan di
Indonesia pada 2 Maret 2020 dan 8 hari setelah kasus Covid-19 pertama kali ditemukan
di Bali pada 10 Maret 2020.
4.2 Permasalahan
Virus corona kini sudah menyebar di 177 negara, termasuk negara-negara kecil
dan di Benua Afrika. Jumlah kasus secara global mencapai 719.167 orang terjangkit,
bertambah 56.040 orang terinfeksi dalam sehari. Dari jumlah orang terinfeksi itu ada
sebanyak 33.900 orang yang meninggal, bertambah 3.039 sepanjang kemarin.
Sebanyak 150.918 orang telah dinyatakan sembuh dari seluruh dunia.
Ledakan orang terjangkit Covid-19 atau virus corona terjadi di Amerika Serikat.
Dalam sehari tercatat ada 16.678 orang terkonfirmasi terinfeksi virus ini. Dalam catatan
Worldometers.info yang diakses Senin, 30 Maret 2020 pukul 06.30, total pasien positif
Covid-19 di Amerika Serikat ada sebanyak 140.256 orang. Dari jumlah pasien itu ada
sebanyak 2.457 orang meninggal dunia, bertambah 237 orang meninggal sepanjang
Minggu (29/3). Sementara orang yang sembuh di Amerika Serikat tercatat 4.435 orang.
Sementara di Italia, jumlah kematian akibat virus corona terus meningkat, menjadi 10.779
orang bertambah 756 orang meninggal dibandingkan sehari sebelumnya.
Angka kasus terkonfirmasi di Italia juga sudah mendekati 100 ribu orang. Total
orang positif terjangkit di Italia sampai tanggal 30 Maret 2020 ada sebanyak 97.689
orang, dan 13.030 diantaranya telah dinyatakan sembuh. China tidak lagi mencatat
penambahan jumlah kasus baru, setelah sehari sebelumnya mencatat 54 kasus baru
yang merupakan kasus impor dari negara lain. China berada di urutan ketiga jumlah
kasus terbanyak orang terinfeksi virus corona, dengan total kasus 81.439 orang
terjangkit.
8
http://www.balipost.com/news/2020/03/19/110586/Pemkab-Badung-Bentuk-Satgas-Penanggulangan...html
11
dihimpun BBC Indonesia dari Kementerian Kesehatan, mulai awal pekan ini penambahan
pasien terjadi secara signifikan, lebih dari 100 orang per hari. Pada Senin (30/03),
terdapat 129 kasus baru positif corona sehingga jumlah total menjadi 1.414 kasus. Dari
1.414 pasien tersebut, 75 orang yang dinyatakan telah sembuh sementara jumlah yang
meninggal dunia mencapai 122 orang per Senin (30/3).
Grafik 1.
Kalau dilihat lagi data masyarakat yang terinfeksi Covid-19 di atas, data tersebut
adalah data yang telah terdeteksi oleh pemerintah, atau bisa jadi kenyataannya lebih dari
itu, hanya saja belum teridentifikasi, yang mana kita ketahui apabila tidak dilakukan
langkah antisipatif atau mitigasi penyebaran, maka wabah ini akan terus meningkat
kasusnya dan kasusnya bisa terus melonjak tinggi. Kemungkinan yang paling
menakutkan adalah akibat pasien yang terus melonjak tinggi, jumlah kasus akan melebihi
kapasitas tim medis dan juga rumah sakit.
Tidak ada negara yang benar-benar siap sepenuhnya menghadapi Covid-19, tidak
terkecuali Indonesia, Bali, termasuk Kabupaten Badung. Sumber Daya Kesehatan
Kabupaten Badung saat ini masih memiliki berbagai keterbatasan untuk bisa dengan
cepat mengatasi Covid-19 mulai dari laboratorium beserta SDM dan sarananya, Rumah
Sakit beserta SDM dan sarananya (termasuk Alat Pelindung Diri/APD untuk tenaga
kesehatan), hingga aspek pembiayaan kesehatan akibat Covid-19.
Temuan atau bahkan ledakan kasus Covid-19 masih amat berpeluang terjadi
dalam beberapa hari ke depan sehingga dapat mengakibatkan konsentrasi segala
sumber daya yang ada terfokus pada penanganan Covid-19. Padahal berbagai persoalan
gangguan kesehatan masyarakat seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), HIV-AIDS
12
termasuk jenis penyakit tidak menular seperti hipertensi, jantung, kanker dan penyakit
lainnya juga masih menjadi permasalahan kesehatan yang perlu mendapatkan
penanganan di Kabupaten Badung. Sampai dengan tanggal 1 April 2020 data jumlah
Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di Kabupaten
Badung adalah sebagai berikut.
Tabel 3.
Situasi Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di
Kabupaten Badung s.d. 1 April 2020
ODP PDP
HASIL PEMERIKSAAN SAMPEL
JUMLAH KELUAR/ JUMLAH
NO. KECAMATAN MASIH BELUM MASIH
KASUS SELESAI KASUS
PEMANTAUAN NEGATIF POSITIF KELUAR PERAWATAN
(KUMULATIF) PEMANTAUAN (KUMULATIF)
HASIL
1 PETANG 1 1 0 0 0 0 0 0
2 ABIANSEMAL 12 4 8 0 0 0 0 0
3 MENGWI 13 3 10 0 0 0 0 0
4 KUTA UTARA 38 8 30 1 0 1 0 1
5 KUTA 58 7 51 2 2 0 0 0
6 KUTA SELATAN 50 14 36 3 2 0 1 1
TOTAL KABUPATEN 172 37 135 6 4 1 1 2
Dari fakta-fakta tersebut di atas terdapat tiga hal penting yang dapat ditarik
berdasarkan kajian dari aspek kesehatan yaitu bahwa: 1) deteksi dini Covid-19 masih
lambat, 2) penyebaran Covid-19 amat sangat cepat dan 3) pola penyebaran tidak
lagi imported case melainkan telah local transmission.
9
https://covid19.badungkab.go.id/pemantauan-covid
13
Rekomendasi
Mengingat telah terungkap bahwa kasus Covid-19 di Bali telah tidak lagi hanya
imported case, melainkan juga telah terjadi local transmission maka penelusuran
riwayat kasus perlu semakin dipertajam. Pemerintah Kabupaten Badung dapat
memberdayakan berbagai SDM tenaga lapangan yang dimiliki antara lain seperti
Jumantik, tenaga lapangan penjangkau HIV-AIDS hingga tenaga lapangan
penjangkau TB tentunya didampingi oleh tenaga kesehatan untuk melakukan deteksi
dini dan pelacakan riwayat kasus penularan.
14
dalam mengambil langkah antisipatif kedaruratan yang diperlukan. Data tersebut
diperlukan dalam cakupan wilayah yang lebih detil, setidaknya hingga level desa.
15
rumah untuk kebutuhan yang esensial seperti membeli bahan makanan dan alasan
kesehatan. Optimalkan keberadaan CCTV yang telah berada di beberapa lokasi untuk
pemantauan situasi dan penghalauan apabila terjadi kerumunan yang tidak sesuai
protokol.
Interaksi masyarakat di tempat umum seperti pasar, perlu dipantau secara
melekat. Selain itu pembatasan jam operasional pasar serta toko/warung pada malam
hari selama periode tanggap darurat maupun siaga darurat perlu dipersingkat
misalnya hanya hingga pk. 21.00 Wita, sebagai upaya untuk mendorong agar warga
lebih banyak diam di rumah.
Apabila kebijakan social distancing / physical distancing yang telah
diperketat tidak berjalan efektif (oleh karena berbagai alasan termasuk
rendahnya kepatuhan masyarakat) dan terus terjadi peningkatan kasus secara
signifikan, maka untuk menurunkan jumlah kasus Covid-19 dapat
dipertimbangkan opsi karantina wilayah. Berbagai langkah persiapan lebih awal
diperlukan sebelum menempuh opsi karantina wilayah tersebut di atas yaitu:
16
- Tidak terjadi bencana alam skala besar karena Indonesia terletak di Pacific
Ring of Fire.
Sebelum menetapkan karantina wilayah sangat pelu berhitung detail dan akurat
agar tidak timbul permasalahan baru. Salah satunya yang perlu dipersiapkan adalah
jaring pengaman sosial masyarakat yang dijabarkan dengan detail sampai ke tingkat
pelaksanaan dan pengawasannya dan tentu saja ini harus didukung oleh kelancaran
jalur distribusi logistik.
Akibat dari penerapan karantina wilayah Bali maka secara ekonomi akan
memberikan dampak yang membuat kondisi perekonomian Bali akan melemah, yang
berakibat pada penurunan pendapatan masyarakat, terlebih lagi andalan Bali,
khususnya Kabupaten Badung bertumpu pada sektor jasa pariwisata, yang sangat
terkena paling signifikan akibat wabah ini, sehingga perlu diberikan subsidi/bantuan
kepada masyarakat dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Untuk itu diperlukan
data:
Data tersebut dibuat dalam bentuk digital sehingga akan menjadi pusat data
Badung di masa pandemi Covid-19 ini. Contoh data yang digunakan untuk
penyusunan jaring pengaman sosial seperti data dari Dinas Sosial, Data
ketenagakerjaan, Data Pajak, Data Dinas Pendidikan, Data Dinas Kesehatan, Data
Dukcapil, data aplikasi dan fasilitas Internet dari Diskominfo, dll.
17
Integrasi dan Sinkronisasi Data
Semua Dinas, Badan, dll: Dinsos, dukcapil, bapenda, dinas kesehatan, dinas
ketenagakerjaan, Pemberdayaan Desa, dinas pendidikan, dinas perijinan,
BPBD, Dinas koperasi & UMKM, dll.
Dasar pemberian
bantuan
Dasar pemberikan
edukasi
Dasar pelaksanaan
pengawasan
18
Selama masa karantina, produktivitas dan aktivitas warga seperti layanan
pendidikan SD, SMP, SMA / SMK yang belajar dari rumah perlu tetap dijaga dan
dibantu. Bantuan dalam bentuk kuota Internet / wifi untuk para guru dan anak didik.
Data ini akan disuplai oleh Dinas Pendidikan. Demikian juga edukasi untuk petani
dan peternak agar tetap bisa berproduksi namun diedukasi tentang Protokol Covid-
19. Hasil – hasil pertanian yang berlimpah perlu tempat penyimpanan, dimana
Pemkab bisa membantu melalui Dinas terkait.
10
https://badungkab.bps.go.id/dynamictable/2017/05/18/15/jumlah-pekerja-menurut-lapangan-usaha-dan-jenis-
kelamin-di-kabupaten-badung-2011-2017.html
11
http://bdt.tnp2k.go.id/wilayah/
19
sederhana seperti di atas, maka Pemkab Badung minimal menyediakan anggaran
untuk subsidi bantuan kebutuhan dasar selama pelaksanaan karantina wilayah
sebesar Rp 163.149.840.000.
Mengingat situasi yang mendesak, ada dua opsi cara pemberian bantuan
yaitu (1) unconditional cash transfer (bantuan dana tanpa syarat), dan (2) bukan
dalam bentuk tunai (natura). Teknis penyalurannya dapat dilakukan dengan
memanfaatkan aparat pemerintah yang paling bawah, yaitu aparat desa atai
lingkungan. Karena selama karantina wilayah masyarakat umum tidak
diperbolehkan keluar rumah (stay at home) kecuali untuk kebutuhan
mendesak/penting, maka penyaluran bantuan (baik tunai maupun natura) dilakukan
dengan mendatangi kediaman (rumah) masyarakat yang menerima bantuan, yang
dilakukan oleh aparat desa atau lingkungan dengan penjagaan aparat keamanan
(Polisi/ TNI dibantu pecalang), agar tidak terjadi kerumunan warga di kantor desa.
20
d. Perlu menunjuk institusi yang bertugas menerima dana sukarela dari
masyarakat, disertai adanya pertanggungjawaban yang transparan dan
akuntabel.
Setelah persiapan-persiapan itu dilakukan secara cermat, maka barulah
ditempuh langkah berikut:
21
implementor dan eksekutor yang efektif terhadap kebijakan gubernur yang menjadi
satu kesatuan manajemen dalam penanganan Covid-19.
Pelaksanaan dan keketatan karantina pun bisa diatur disesuaikan dengan
kondisi dan situasi terkini. Contoh pada saat wabah mulai merebak, China melakukan
isolasi ketat terhadap Wuhan. Namun saat ini tingkat atau level karantina di Wuhan
secara bertahap telah diturunkan. Warga diizinkan keluar rumah dengan aturan –
aturan yang tetap wajib ditaati. Hal ini menunjukkan karantina wilayah bersifat dinamis,
dari yang ketat sekali karena situasi kondisi sampai dilonggarkan karena situasi
menunjukkan tren membaik. Berikut ilustrasi pelaksanaan karantina wilayah.
22
SOP layanan publik yang sesuai dengan protokol Covid-19
o Standarisasi kebersihan dan kesehatan produk makanan
o Standarisasi kebersihan dan kesehatan jasa antar online
o Kantor – kantor, dll
SOP beribadah dan layanan adat dan keagamaan
Selanjutnya karantina Bali tentu saja termasuk dengan pulau – pulau yang masuk dalam
wilayah Bali termasuk Nusa Penida, Nusa Lembongan, dst. Hal ini untuk meniadakan
rantai penyebaran Covid-19.
23
REFERENSI
24