Anda di halaman 1dari 22

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Micro 2

Dosen Pengampu
Dr. Kardoyo, M.pd
Inayah Sari Melati, S.pd, M.pd

Disusun oleh :
1. Viky Firmansyah (7101417169)
2. Muna Khansa’ Sholihah (7101417141)
3. Kholif Afinda Rohayati (7101417169)
4. Maemun Subhan (7101417171)

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Sewa, Bunga Dan Keuntungan. Dan juga kami berterima
kasih pada bapak Dr. Kardoyo, M.pd dan ibu Inayah Sari Melati, S.pd, M.pd
selaku Dosen mata kuliah Ekonomi Micro 2 yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Tak lupa kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini
sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar, dan juga memberikan dukungan
baik secara moril maupun materiil.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami penulis
mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah
yang lebih baik. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Semarang, 22 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1.................................................................................................. Latar Belakang
1.2............................................................................................. Rumusan Masalah
1.3.............................................................................................. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
2.1 Sewa Ekonomi..................................................................................................
2.2 Sewa Tanah Sebagai Suatu Surplus..................................................................
2.3 SewaEkonomi Dan Pendapatan Pindahan........................................................
2.4 Modal, Suku Bunga Dan Produktivitas Modal.................................................
2.5 Menentukan Tingkat Bunga.............................................................................
2.6 Pendapatan Para Pengusaha Yaitu Kentungan.................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
3.1 Simpulan...........................................................................................................
3.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perekonomian, di samping tenaga kerja terdapat faktor-faktor
produksi lain seperti tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Ketiga faktor
produksi yang baru disebut ini apabila digunakan, akan memperoleh
pendapatan. Tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan
keahlian keusahawan memperoleh keuntungandikaitkan dengan sewa tanah.
Dalam konteks ini sewa selalu diartikan sebagai ganjaran (pendapatan)
yang diterima dari penggunaan sebidang tanah. Untuk memproduksi
barangdan jasa diperlukan barang-barang modal dan peralatan produksi
lainnya. Perbelanjaan ke atas barang modal dan peralatan produksi
lainmemerlukan investasi yang dibiayai oleh dana modal.
Para pengusaha memperoleh keuntungan dalam kegiatannya yaitu
pembayaran kepada keahlian keusahawan dan kepada para pengusaha yang
memilikinya, yang menggunakan dalam kegiatan memproduksi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sewa ekonomi?
2. Apa yang dimaksud sewa tanah sebagai satu surplus?
3. Apa yang dimaksud dengan sewa ekonomi dan pendapatan pindahan?
4. Apa yang dimaksud dengan modal, suku bunga dan produktivitas modal?
5. Bagaimana cara menentuksn tingkat bunga?
6. Bagaimana pendapatan para pengusaha yaitu kentungan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan dan menjabarkan sewa ekonomi.
2. Menjelaskan dan menjabarkan sewa tanah sebagai satu surplus.
3. Menjelaskan dan menjabarkan sewa ekonomi dan pendapatan pindahan.
4. Menjelaskan dan menjabarkan modal, suku bunga dan produktivitas modal.
5. Menjelaskan dan menjabarkan cara menentukan tingkat bunga.
6. Menjelaskan dan menjabarkan pendapatan para pengusaha yaitu
kentungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sewa Ekonomi

Definisi Umum
Dalam pengertian yang umum pada dasarnya sewa ekonomi dapatlah
diartikan sebagai harga yang dibayar ke at as penggunaan tanah dan faktor-faktor
produksi lainnya yang jumlah penawarannya tidak dapat ditambah. Ketika
masalah sewa mulai diperhatikan oleh ahli ekonomi, pengertian itu terutama
dikaitkan kepada sewa tanah, yaitu pembayaran yang harus dilakukan oleh petani-
petani ke atas tanah-tanah pertanian yang disewanya dari tuan-tuan pada masa itu.
Seperti dapat dilihat dari definisinya di atas, pengertian sewa meliputi arti yang
lebih luas. Konsep itu meliputi pula “pembayaran kepada faktor-faktor produksi
lainnya yang penawarannya tidak dapat ditambah”.
Selain itu dalam pembicaraan sehari-hari sewa pada pada umumnya
diartikan sebagai pembayaran yang dilakukan suatu keluarga ke atas rumah yang
disewanya, atau pembayaran seorang pengusaha ke atas bangunan atau toko milik
orang lain yang digunakannya.
Definisi lain
Segolongan ahli ekonomi mendefinisikan sewa ekonomi adalah bagian
pembayaran ke atas sesuatu faktor produksi yang melebihi dari pendapatan yang
diterimanya dari pilihan pekerjaan lain yang terbaik yang mungkin dilakukannya.
Di dalam definisi ini sesuatu faktor produksi dipandang sebagai mempunyai
beberapa kegunaan. Pendapatan yang dibayar kepada sesuatu faktor produksi
dapat dibedakan dalam dua bagian. Bagian pertama dinamakan pendapatan
pindahan atau transfer earnings, yaitu bagian dari pendapatan tersebut yang
digunakan untuk mencegah faktor produksi tersebut digunakan untuk kegiatan
ekonomi yang lain. Bagian kedua dinamakan sewa ekonomi, yaitu bagian dari
pendapatan yang merupakan perbedaan diantara pendapatan pindahan.
Tanah dan Sewa Ekonomi
Tanah merupakan faktor produksi yang jumlahnya tidak dapat diubah,
yaitu jumlahnya tidak dapat ditambah atau ikurangi. Yang dapat dilakukan adalah
memperbaiki mutu dari tanah yang tersedia, misalnya dengan menyediakan irigasi
yang baik di tanah-tanah yang digunakan untuk persawahan, dan membuat
proyek-proyek mencegah banjir di tanah-tanah yang sering digenangi air.
Makin tinggi permintaan, makin tinggi pula sewa tanah yang harus
dibayar. Sedangkan permintaan ke atas tanah tergantung kepada sampai dimana
besarnya permintaan barang-barang yang dapat dihasilkan di atas tanah tersebut.
Gambar Penentuan Sewa Tanah

Pada mulanya harga barang tersebut tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah. Berdasarkan produksi yang harus dicapai pada harga tersebut, kenginan
petani untuk menggunakan tanah adalah seperti yang ditunjukkan oleh kurva Dₒ
Dₒ. Maka sewa tanah mencapai sebesar Rₒ. Misalkan secara mendadak, mungkin
karena permintaan dari luar negeri yang bertambah besar. Harga jagung
mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Lebih banyak orang yang menanam
jagung. Maka permintaan ke atas tanah bergeser Menjadi D₁ D₁. Sebagai
akibatnya sewa tanah naik dari Rₒ menjadi R₁. Sekiranya keadaan yang
sebaliknya yang berlaku, yaitu harga jagung sangat merosot, permintaan ke atas
tanah untuk ditanami jagung akan merosot juga. Katakanlah permintaan terhadap
tanah menurun dari DₒDₒ menjadi D₂D₂. Akibatnya sewa tanah akan turun dari Rₒ
menjadi R₂.
2.2. Sewa Tanah Adalah Suatu Surplus

Tanah merupakan satu-satunya faktor produksi yang tidak dapat berubah


penawarannya. Tenaga kerja akan selalu bertambah, begitu juga dengan modal
dan keahlian keusahawan. Apabila sewa rumah, bangunan perkantoran dan
bangunan pertokoan mengalami kenaikan yang cukup tinggi maka akan timbul
perangsang kepada para pengusaha untuk menambah penawaran bangunan
tersebut. Sebaliknya, apabila sewa berbagai bangunan tersebut terlalu rendah
kalua dibandingkan dengan modal yang ditanamkan untuk menyediakan
bangunan tersebut, para pemilik modal tidak akan menanamkan modalnya ke
sector bangunan.
Harga sewa tanah tidak dapat melakukan peranan yang sama seperti harga
faktor produksi lainnya. Maksudnya, perubahan sewa tanah tidak akan
menimbulkan pengaruh/efek apapun kepada penawarannya. Sewa tanah bukanlah
suatu pembayaran atau perangsang untuk menjamin agar tanah dapat disesuaikan
jumlah dan penawarannya dengan yang diperlkan dalam berbagai kegiatan
ekonomi. Apakah sewanya nol, atau sedikit, atau sangat tinggi, jumlah tanah yang
tersedia untuk digunakan dalam kegiatan ekonomi tetap sama banyaknya.

2.3. Sewa Ekonomi dan Pendapatan Pindahan

Setiap faktor produksi, termasuk tanah, dapat digunakan untuk berbagai


kegiatan memproduksi. Tanah, misalnya, dapat digunakan untuk kegiatan
pertanian dan dapat pula digunakan sebagai tempat mendirikan industry, atau
untuk daerah pemukiman. Sebagai tempat untuk kegiatan pertanian tanah dapat
pula digunakan untuk berbagai kegiatan pertanian, yaitu untuk menanam jagung,
padi, atau buah-buahan.
Dalam pengertian yang sudah lebih disempurnakan, sewa ekonomi juga
dinikmati oleh faktor produksi lain yang penawarannya semakin bertambah
apabila harganya naik. Tenaga kerja sebagai contohnya, juga akan memperoleh
sewa ekonomi. Kurva QD=MRP dan SS berturut-turut menggambarkan
permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Gambar Sewa Ekonomi yang Diperoleh Tenaga Kerja

Maka keseimbangan tercapai di titik E, dan berarti tingkat upah mencapai


W dan jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah L. Tenaga kerja ke –L,
menerima upah sebanyak W, dan ia juga menginginkan upah sebnyak W untuk
dipekerjakan. Maka tenaga kerja ke-L tidak menerima sewa ekonomi. Tenaga
kerja sebelumnya menghadapi keadaan yang berbeda. Seperti yang dapat dilihat
dari bagian kurva yang berada diantara sumbu tegakdan titik E, kurva tersebut
berada di bawah WE. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa tenaga kerja
sebelum L (diantara O dan L) bersedia menerima upah yang lebih rendah dari W.
Makin mendekati O kdudukan kedudukan tenaga kerja tersebut, makin rendah
upah yang dimintanya. Namun demikian, setiap tenaga kerja tersebut pada
akhirnya masing-masing memperoleh upah sebanyak W. Berarti mereka
menerima lebih banyak darpada yang mereka tuntut. Kelebihan tersebut adalah
sewa ekonomi. Dengan demikia pendapatan sekuruh tenga kerja sebanyak OLEW
dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu (i) sewa ekonomi, yang ditunjukkan
oleh segitiga W₁EW, dan (ii) pendapatan pindahan, yang ditunjukkan oleh
OLEW₁.

2.4. Modal, Suku Bunga, dan Produktivitas Modal

Modal dan suku bunga


Pembayaran ke atas modal yang dipinjam dari pihak lain dinamakan
bunga. Bunga yang dinyatakan sebagai persentasi dari modal dinamakan suku
bunga.
Tujuan analis modal dan suku bunga:
 Faktor utama yang menentukan permintaan dana modal.
 Faktor utama yang menentukan penawaran tabungan oleh masyarakat.
 Teori-teori yang menerangkan penentuan suku bunga.
 Sebab-sebabnya terdapat beberapa tingkat bunga nominal dan suku bunga riil.

Peranan modal dalam perekonomian.


Investasi atau penanaman modal adalah pengeluaran sector perusahaan
untuk membeli/memperoleh barang-brang modal yangbaru yang lebih modern
atau untuk menggantikan barang-barang modal lama yang sudah tidak digunakan
lagi atau sudah using. Untuk melakukan penanaman modal para pengusaha
memerlukan dana. Adakalanya dana ini bersumber dari tabungan perusahaan yaitu
dana yang diperoleh dari keuntungan yang tidak dibagikan. Di samping itu banyak
pula perusahaan yang memperoleh dana tersebut dari meminjam dari pihak lain.
Produktivitas modal
Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung
kepada produktivitas dari dana modal tersebut. Dengan demikian, seperti juga
dengan tenaga kerja, faktor yang terutama yang menentukan permintaan ke atas
dan modal adalah produktivitasnya. Produktivitas dari modal dihitung dengan cara
menentukan besarnya pendapatan rata-rata tahunan neto (yaitu setelah dikurangi
dengan penyusutan modal yang digunakan) dan dinyatakan sebagai persentasi dari
modal yang ditanamkan. Produktivitas modal tersebut dinamakan tingkat
pengembalian modal atau rate of returns.
Menentukan tingkat pengembalian modal
Di dalam kegiatan perusahaan yang sebenarnya perhtungan tingkat
pengembalian modal adalah lebih rumit. Kerumitan tersebut timbul sebagai akibat
dari usia barang modal yang panjang, yaitu ia dapat digunakan selama beberapa
tahun, dan bahkan banyak yang penggunaannya dpat dilakukan selama berpuluh-
puluh tahun. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh dari suatu imvestasi
pada umumnya meliputi lebih dari satu tahun. Apabila sesuatu barang modal
digunakan dan memberikan pendapatan selama beberapa tahun, tingkat
pengembalian modal dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Nilai investasi = X1 + X2 + X3 + Xn + A
(1 + R) (1 + R)2 (1 + R)3 (1 + R)n (1 + R)n
Dimana nilai investasi menunjukkan besarnya investasi yang dilakukan
oleh perusahaan untuk mewujudkan suatu barang modal tertentu (misalnya barang
modal itu adalah pabrik tenun). Dalam persamaan ini dimisalkan seluruh investasi
dilakukan dalam satu tahun pertama. Seterusnya X₁, X₂, X₃, …. X𝗇 adalah
pendapatan bersih, yaitu hasil penjualan pada tahun 1,2,3, setelah dikurangi oleh
biaya produksi dan biaya operasi, perusahaan tersebut di dalam tahun tahun yang
bersamaan. Umur ekonomi barang modal itu adalah n, dan A nilai barang modal
itu pada akhir tahun n. Nilai R ynag dinyatakan dlam persen, adalah tingkat
pengembalian modal perusahaan tersebut. Perusahaan akan dpat mengetahui nilai
investasi yang dilakukannya, dan di samping itu dapat meramalkan X₁, X₂, X₃,….
X𝗇 dan A. Dengan demikian nilai R dapat dihitung. Ia dinyatakan sebagai
persentasi dari nilai investasi.
Permintaan Terhadap Dana Modal
Berbagai jenis investasi mempunyai pengembalian modal yang berbeda.
Aa yang tingkat pengembalian modalnya tinggi daaan ada pula tingkat
pengembalian modalnya rendah. Apabila para pengusaha mengetahui sepenuhnya
berbagai kemungkinan untuk melakukan investasi, mereka akan mendahulukan
investasi yang tingkat pengembalian modalnya tinggi. Baru setelah proyek
tersebut dilaksanakan , mereka akan mengembangkan proyek yang tingkat
pengembalian modalnya lebih rendah. Dengan demikian secara grafik permintaan
ke atas dana modal adlah seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Kurva Dm menggambarkan permintaan ke atas dana modal modal. Kurva
tersebut menunjukkan perkaitan di antara tingkat pengembalian modal setiap unit
pertambahan barang modal yang dilakukan. Kurva tersebut menurun dari kiri atas
ke kanan bawah karena pada permulaannya investasi akan dilakukan untuk
mengembangkan proyek-proyek yang tingkat pengembalian modalnya tinggi, dan
kemudian diikuti oleh proyek-proyek yang lebih rendah tingkat pengembalian
modalnya.
Sampai dimana perusahaan-perusahaan akan meminta dana modal
tergantung kepada suku bunga yang berlaku dalam perekonomian. Misalkan suku
bunga adalah 10 persen. Pada suku bunga ini adalah tidak menguntungkan kepada
perusahaan untuk melakukan investasi yang tinggi pengembalian modalnya
adalah di bawah 10 persen karena keuntungan yang diperoleh tidak dapat
membayar bunga ke atas dana modal yang dipinjamny. Dengan demikian pada
susku bunga sebesar 10 persen, para pengusaha akan mengembangkan proyek-
proyek yang tingkat pengembalian modalnya setidak-tidaknya sama dengan suku
bunga. Ini berarti apabila suku bunga adalah 10 persen, investasi yang dilakukan
adalah sebanyak Iₒ. Tetapi kalua suku bunga adlah 6 persen lebih banyak investasi
yang akan dilakukan, yaitu sebanyak I₁.
Suku Bunga Dan Tabungan Masyarakat
Dalam suatu perekonomian tidak semua pendapatan yang diterima
masyarakat akan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Sebagian dari
pendapatan tersebut akan disisihkan oleh penerimaan pendapatan sebagai
tabungan. Penampungan ini dilakukan untuk beberapa tujuan, seperti untuk
membiayai pengeluaran konsumsi semasa sudah mencapai usia pensiun, untuk
mengumpulkan biaya pendidikan anak-anak pada masa mereka dewasa, dan untuk
berjaga-jaga didalam menghadapi kesusahan di masa yang akan datang.
Pandangan klasik
Dalam analisis ekonomi terdapat dua pandangan yang berbeda tentang
faktor penting yang menentukan junlah tabungan masyarakat. Pandangan
tradisional, yaitu pandangan ahli-ahli ekonomi yang digolongkan sebagai ahli
ekonomi klasik (ahli-ahli ekonomi yang hidup di akhir abad kedelapan belas
sehingga permulaan abad ke dua puluh), berkeyakinan bahwa jumlah tabungan
yang dilakukan masyarakat ditentukan oleh suku bunga. Semakin tinggi suku
bunga, semakin besar jumlah tabungan yang akan dilakukan masyarakat. Secara
grafik sifat perkaitan ini adalah seperi yang terdapat dalam gambar 17.4.

Kurva S adalah kurva tabungan. Keadaan yang semakin naik tersebut


menggambarkan bahwa semakin tinggi suku bunga, semakin banyak jumlah
tabungan. Dapat dilihat bahwa pada waktu suku bunga adalah 6 pesen, jumlah
tabungan adalah S˳ dan tabungan bertambah menjadi S₁ pada waktu suku bunga
mencapai 12 persen.
Pandangan Keynes
Menurut pandangan modern, yaitu pandangan sesudah masa klasik,
tabungan tergantung kepada pendapatan nasional (pendapatan seluruh penduduk
dalam perekonomian). Pada tingkat pendapatan nasional yang rendah tabungan
adalah negatif, yaitu konsumsi masyarakat lebih tinggi dari pendapatan nasional.
Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi tabungan masyarakat. Sifat
berkaitan ini ditunjukkan oleh kurva S dalam Gambar 17.5.
Untuk membiayai konsumsi yang lebih tinggi pada waktu pendapatan
nasional rendah, masyarakat harus menggunakan tabungan yang dibuat pada masa
lalu. Dalam Gambar 17.5 tabungan yang negatif tersebut terjadi pada tingkat
pendapatan kurang dari Y˳. Misalnya pada pendapatan sebesar Y₂ tabungan
masyarakat adalah -S₂. Nilai negatif ini berarti masyarakat tersebut meminjam
dari pihak lain atau menggunakan tabungan masa lalu untuk membiayai konsumsi
yang mereka lakukan. Pada waktu pendapatan nasional adalah Y˳ tabungan adalah
no, dan sesudah itu semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar jumlah
tabungan. Pada pendapatan nasional sebesar tabungan adalah S₁. Dari penjelasan
ini dapat dilihat bahwa dalam pandangan modern suku bunga kurang penting
peranannya dalam menentukan jumlah tabungan masyarakat.
Yang manakah merupakan pandangan yang tetap? Pandangan Klasik atau
pandangan Keynes. Susah untuk memberikan jawaban dalam persoalan ini.
Apabila dibandingkan tabungan Amerika Serikat (yang suku bunganya rendah,
tetapi bunganya tinggi) dan di Indonesia (yang suku bunganya tinggi tetapi
tabungannya rendah ), pandangan modern dapat menjelaskan keadaan tersebut.
Walau bagaimanapun dalam jangka pendek ⸺di mana pendapatan nasional
adalah relatif tetap, suku bunga yang lebih tinggi akan dapat menarik lebih banyak
tabungan.

2.5. Penentuan Suku Bunga

Dalam menganalisis faktor-faktor yang menentukan suku bunga juga


terdapat perbedaan pendapat di antara ahli-ahli ekonomi Klasik dan Keynes.
Pandangan Klasik
Menurut ahli ekonomi klasik suku bunga ditentukan oleh permintaan
keatas tabungan penawaran tabungan. Bagaimana kedua-dua faktor ini
menentukan suku bunga ditunjukkan dalam Gambar 17.6.
Kurva S dan I berturut-turut adalah kurva penawaran dana modal
(penawaran tabungan) dan permintaan dana modal (permintaan keatas tabungan).
Maka keseimbangan tercapai di titik E˳ dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana
modal yang akan di investasikan adalah I . Suku bunga adalah r . kalau dimisalkan
permintaan keatas modal berubah menjadi I , sedangkan penawaran modal tetap
sebesar S, keseimbangan pindah ke E₁⸺yang berarti suku bunga naik dari r˳
menjadi r₁ dan dana yang diinvestasikan pertambahan dari 1˳ menjadi 1₁. Dan
apabila permintaan keatas dana modal tetap sebesar I tetapi penawarannya
bertambah menjadi S₁, maka keseimbangan r₂ dan dana yang diinvestasikan
bertambah menjadi I₂.
Pandangan Keynes
Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan
kepada pandangan Keynes berikut: suku bunga bergantung kepada (i) jumlah
uang yangberedar (penawaran uang) dan (ii) pereferensi likuiditas (permintaan
uang). Yang dimaksudkan dengan pereferensi likuiditas adalah permintaan keatas
uang oleh seluruh masyarakat dalam perekonomian. Keynes menyatakan bahwa
permintaan keatas uang oleh masyarakat mempunyai tiga motivasi / tujuan, yaitu
(i) untuk transaksi, yaitu masyarakat meminta uang untuk membayar konsumsi
yang dilakukannya, (ii) untuk berjaga-jaga, yaitu untuk menghadapi masalah yang
tidak terduga-duga, seperti kematian dan kehilangan pekerjaan, dan (iii) untuk
spekulasi, yaitu untuk ditanamkan ke saham-saham atau surat berharga lain.
Penentuan tingkat bunga yang dikemukakan oleh Keynes dapat
diterangkan dengan menggunakan Gambar 17.7. Kurva LP, atau kurva preferensi
likuiditas, menggambarkan permintaan ke atas uang. Permintaan uang untuk
tujuan transaksi dan berjaga-jaga tergantung kepada pendapatan masyarakat, yaitu
makin tinggi pedapatan masyarakat maka semakin tinggi pula permintan uang
untuk kedua tujuan tersebut. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi tergantung
kepada suku bunga, dan sifatnya adalah: pada waktu suku bunga tinggi hanya
sedikit uangbyang akan ditahan masyarakat untuk spekulasi, tetapi kalau suku
bunga rendah maka lebih banyak, uang yang tidak dispekulasikan (jadi dipegang
oleh pemiliknya).oleh sebab sifat permintaan uang untuk spekulasi yang seperti
itu, kurva LP adalah seperti yang terdapat dalam Gambar 17.7. Kurva M˳ dan M₁
adalah jumlah uang dalam peredaran, dan bentuknya tidak elastis sempurna
karena pada suatu waktu tertentu jumlah uang adalah tetap. Di dalam Gambar
17.7 ditunjukkan bahwa pada waktu jumlah uang adalah M˳ suku bunga adalah r˳
dan pada waktu jumlah uang adalah M₁ suku bunga adalah r₁. Ini menunjukkan
bahwa semakin banyak jumlah uang dalam peredaran semakin rendah suku bunga.
Faktor Penyebab Perbedaan Suku Bunga
Dalam teori, analisis mengenai penentuan suku bunga selalu menganggap
bahwa dalam perekonomian terdapat hanya satu suku bunga. Di dalam kenyataan,
keadaannya adalah sangat berbeda, yaitu didalam perekonomian terdapat beberapa
suku bunga. Seseorang yang menabung uangnya di bank menerima suku bunga
yang berbeda dari seseorang yang meminjam uang di bank. Suku bunga pinjaman
pemerintah berbeda dengan suku bunga yang dibayar konsumen dan bank
mengenakan suku bunga yang berbeda kepada nasabah-nasabahnya. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Yang terpenting diantaranya
diterangkan dibawah ini.
Perbedaan Risiko
Pinjaman pemerintah membayar suku bunga yang lebih rendah dari suku
bunga pinjaman swasta, walaupun begitu pemerintah masih dapat memperoleh
pinjaman yang diperlukannya karena risiko dari meminjamkan kepada pemerintah
sangatlah kecil. Salah satu pertimbangan bank-bank dalam menentukan suku
bunga yang akan dikenakannya adalah risiko dari memberikan pinjaman tersebut.
Kepada usaha yang telah lama berkembang, atau kepada usaha yang tidak banyak
risikonya mereka bersedia mengenakan suku bunga yang rendah. Kepada usaha
yang sangat tinggi risikonya mereka akan mengenakan suku bunga yang tinggi.
Jangka Waktu Pinjaman
Semakin lama sejumlah modal dipinjamkan, semakin besar tingkat bunga
yang harus dibayar. Salah satu sebab dari keadaan ini adalah karena risiko yang
ditanggung peminjam akan menjadi semakin besar apabila jangka waktu
peminjaman bertambah panjang. Sebab lain adalah karena pemilik modal
kehilangan kebebasan untuk menggunakan modalnya dalam jangka waktu yang
lebih lama. Di samping itu para peminjam bersedia membayar tingkat bunga yang
lebih tinggi, karena mereka mempunyai waktu yang lebih lapang untuk
mengembalikan pinjamannya.
Biaya Administrasi Pinjaman
Jumlah dana yang dipinjam sangat berbeda, sedangkan biaya administrasi
untuk memproses pinjaman tersebut tidak banyak berbeda. Apakah sesuatu
perusahaan meminjam Rp 100 juta atau Rp 10 juta, biaya administrasinya adalah
sama. Maka diukur dari sudut biaya administrasi untuk pinjaman per rupiah,
pinjaman sebesar Rp 10 juta akan menelan biaya yang lebih tinggi dari pinjaman
sebesar Rp 100 juta. Dengan demikian, berdasarkan kepada pertimbangan biaya
administrasi pinjaman yang relatif lebih kecil jumlahnya akan membayar suku
bunga yng lebih tinggi.

Suku Bunga Nominal Dan Suku Bunga Riil


Di dalam meminjamkan uang pemilik modal bukan saja harus
memperhatikan suku bunga yang diterima, tetapi juga tingkat inflasi (presentasi
tahunan kenaikan harga-harga) yang berlaku. Apabila tingkat inflasi adalah lebih
tinggi dari suku bunga, pemilik modal akan mengalami kerugian dalam
meminjamkan uangnya karena modal ditambah bunganya, nilai riilnya adalah
lebih rendah dan nilai riil modal sebelum dibungakan.
Karena kenaikan harga-harga merupakan keadaan yang sering berlaku di
setiap nominal, di dalam membicarakan mengenai suku bunga perlulah dibedakan
di antara suku bunga nominal dan suku bunga riil. Kalau kita baca di surat kabar
atau majalah bahwa suku bunga deposito berjangka satu tahun di sesuatu bank
adalah 15 persen per tahun, maka suku bunga ini dinamakan suku bunga nominal.
Ia adalah suku bunga yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan besarnya
bunga yang harus dibayar oleh pihak peminjam dana modal. Sedangkan tingkat
bunga riil menunjukkan presentasi kenaikan nilai riil daru modal ditambah
bunganya dalam setahun, dinyatakan sebagai presentasi dari nilai riil modal
sebelum dibuangkan. Sebagai contoh, kalau pada waktu yang sama harga-harga
naik sebesar 10 persen, nilai riil modal ditambah bunganya bukan mengalami
kenaikan sebesar 15 persen. Kenaikan nilai riil modal hanyalah sebanyak (15-10)
persen atau 5 prsen. Dengan demikian suku bunga rill adalah 5 persen.

2.6. Pendapatan Para Pengusaha: Keuntungan

Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara


mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang
diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah,
pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan penghapusan (depresiasi).
Apabila hasil penjualan yang diperoleh dkurangi dengan biaya-biaya tersebut
nilainya adalah positif maka diperoleh keuntungan.
Dalam teori ekonomi keuntungan mempunyai arti yang sedikit berbeda
dengan pengertian keuntungan dari segi pembukuan. Ditinjau dari sudut
pandangan perusahaan / pembukuan perusahaan, seperti telah diterangkan diatas,
keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Dalam teori ekonomi definisi itu
dipandang terlalu luas karena tidak mempertimbangkan biaya tersembunyi, yaitu
biaya produksi yang tidak dibayar dengan uang tetapi perlu dipandang sebagai
bagian dari biaya produksi. Pengeluaran tersebut (biaya tersembunyi) meliputi
pendapatan yang seharusnya dibayarkan kepada para pengusaha yang
menjalankan sendiri perusahannya, tanah dan modal sendiri yang digunakan dan
bangunan dan peralatan pabrik yang dimiliki sendiri. Keuntungan menurut
pandangan pembukuan, apabila dikurangi lebih lanjut oleh biaya tersembunyi,
akan menghasilkan keuntungan ekonomi atau keuntungan murni (pure profit).
Dalam teori ekonomi, kalau dinyatakan “keuntungan yang dimaksudkan adalah
keuntungan ekonomi.
Sumber Keuntungan Ekonomi: Keahlian Keusahawanan
Seperti juga upah, sewa dan bunga, keuntungan adalah pembayaran keatas
“jasa” yang diberikan oleh sesuatu faktor produksi. Keuntungan merupakan
pembayaran kepada “keahlian keusahawanan” yang disediakan oleh para
pengusaha. Keahlian keusahawanan tersebut akan digunakan para pengusaha di
dalam membuat keputusan-keputusan berikut: (i) menentukan barang apa yang
perlu diproduksikan dan dijual ke pasar, dan berapa banyaknya, dan (ii)
menentukan cara memproduksi yang terbaik dan kombinasi faktor-faktor yang
paling efisien dalam memproduksikan barang tersebut. Dengan demikian pada
pokoknya, dengan menggunakan keahlian keusahawanan yang dimilikinya, fungsi
para pengusaha dalam proses produksi adalah menentukan cara yang paling
efisien didalam menyediakan barang yang dibutuhkan mayarakat. Apabila usaha
mereka berhasil, mereka akan dapat memperoleh balas jasa dan jerih payahnya
dalam bentuk keuntungan ekonomi atau keuntungan murni. Adakalanya usaha
mereka mengalami kegagalan di mana hasil penjualan tidak dapat menutupi
seluruh biaya termasuk biaya tersembunyi yang dikeluarkan.
Ahli-ahli ekonomi telah mengemukakan beberapa teori lain yang bertujuan
untuk menerangkan sumber-sumber dari wujudnya keuntungan ekonomi. Pada
umumnya teori-teori tersebut menjelaskan bahwa keuntungan adalah pendapatan
yang diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran dan melakukan keiatan
berikut:

 Menghadapi risiko ketidakpastian di masa yang akan datang.


 Melakukan inovasi / pembauran di dalam berbagai kegiatan ekonomi.
 Mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar.
Keuntungan Adalah Pembayaran Terhadap Risiko
Mendirikan dan menjalankan kegiatan perusahaan adalah kegiatan
ekonomi yang dipenuhi oleh berbagai risiko. Tidak tedapat jaminan bahwa
susuatu usaha akan pasti berhasil. Setiap tahun banyak perusahaan baru yang
muncul. Tetapi banyak pula perusahaan yang gulung tikar dan pemiliknya
mengalami kerugian dalam bentuk uang maupun tenaga yang dikeluarkan.
Mengapa mendirikan perusahaan tidak selalu menguntungkan ?
Kegiatan perusahaan bukan saja untuk memenuhi permintaan pasar masa
sekarang, harga permintaan pasar di masa yang akan datang. Dalam
perekonomian tidaklah mudah untuk menentukan keadaan yang terjadi di masa
yang akan datang. Yang dapat dilakukan para pengusaha hanyalah membuat
ramalan tentang keadaan yang akan wujud di masa depan. Berdasarkan ramalan
tersebut mereka kemudian menentukan strategi kegiatan usahanya. Para
pengusaha harus menentukan apakah produksinya harus ditambah atau dikurangi.
Ramalan tersebut belum tentu tepat. Berarti di dalam membuat ramalan para
pengusaha menghadapi risiko ketidaktepatan ramalannya. Sebagai akibat
ramalannya yang salah pengusaha mengalami kerugian. Akan tetapi kalau
ramalannya benar, maka ia akan mendapat untung. Maka, ditinjau dari sudut
risiko yang dihadapi oleh setiap jenis usaha, keuntungan dipandang sebagai
pembayaran untuk menghadapi risiko.
Pembayaran Untuk Kegiatan Inovasi
Dalam perekonomian biasanya terdapat banyak perusahaan yang
menghasilkan barang yang sejenis, tetapi sifatnya sangat mendekati dan dapat
menggantikan satu sama lain. Perusahaan-perusaan tersebut harus saling
bersaingan untuk mendapatkan pasaran, dan melakukan kegiatan produksi yang
biaya rata-rtanya di bawah harga pasar. Sampai di mana keuntungan yang di
peroleh, atau kerugian yang dialami, sangat tergantung kepada usaha-usaha
perusahaa untuk meluaskan pasaran dan menimimumkan biaya.
Kegiatan perusahaan untuk melakukan inovasi, yaitu mengadakan
pembaruan dalam manajemen, pemasaran dan teknik memproduksi, memegang
peranan penting di dalam menjamin kesuksesan usaha tersebut. Dengan
melakukan inovasi, teknik memproduksi yang baru dapat diperkenalkan, mutu
produksi dapat diperbaiki, biaya produksi diturunkan lebih lanjut, dan barang baru
diperkenalkan. Langkah-langkah seperti itu di satu pihak dapat menaikkan hasil
penjualan dan di lain pihak menurunkan biaya per unit produksi. Kedua
perubahan ini akan menaikkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian
keuntungan dapat pula dipandang sebagai pembayaran ke atas kegiatan inovasi.
Sebagai Akibat Kekuasaan Monopoli
Dalam uraian di atas telah di terangkan berbagai bentuk pasar. Dari
analisis dari berbagai bentuk pasar dapat disimpulkan bahwa di dalam
perekonomian terdapat perusahaan-perusahaan baru ke dalam pasar. Sebagao
akibatnya dapat menghalangi kemasukan perusahaan-perusahaan baru ke dalam
pasar. Sebagai akibatnya untuk barang-barang tertentu hanya terdapat beberapa
perusahaan atau ia terdiri dari satu perusahaan saja. Tedapatnya kemungkinan
untuk membatasi persaingan ini memungkinkan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan yang melebihi normal di dalam jangka panjang. Keadaan ini dicapai
oleh perusahaan-perusahaan tersebut dengan membatasi poduksi dan menjamin
agar tingkat harga adalah melebihi biaya rata-rata. Dan ahli-ahli ekonomi
berpendapat bahwa keuntungan diperoleh pula dipandang sebagai pendapatan dari
kekuasaan monopoli yang dimiliki perusahaan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Sewa ekonomi merupakan bagian pendapatan suatu faktor produksi/input
yang melebihi bagian pendapartan yang digunakan sebagai ganjaran agar mereka
tidak melakukan suatu kegiatan lain.
Perubahan sewa tanah tidak akan menimbulkan pengaruh/efek apapun
kepada penawarannya.
Faktor produksi, termasuk tanah, dapat digunakan untuk berbagai kegiatan
memproduksi. Tanah, misalnya, dapat digunakan untuk kegiatan pertanian dan
dapat pula digunakan sebagai tempat mendirikan industry, atau untuk daerah
pemukiman.\
Pembayaran ke atas modal yang dipinjam dari pihak lain dinamakan
bunga. Bunga yang dinyatakan sebagai persentasi dari modal dinamakan suku
bunga.
Dalam menganalisis faktor-faktor yang menentukan suku bunga juga
terdapat perbedaan pendapat di antara ahli-ahli ekonomi Klasik dan Keynes.
Kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan
berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh.
3.2. Saran
Dengan terselesainya makalah ini, penulis berharap kita semua dapat
memahami bagaimana cara menghitung pendapatan nasional yang ada di
Indonesia. Tak ada gading yang tak retak begitu juga dengan makalah ini,
penyusun berharap saran dan kritik demi kemajuan kita semua di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta. PT
Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai