Anda di halaman 1dari 5

HARGA DAN PERSAINGAN SEMPURNA DALAM ISLAM

Pada konsep islam di pahami bahwa pasar dapat berperan aktif di kehidupan ekonomi
apabila prinsip-prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif. Pada dasarnya pasar
tidak memerlukan kekuasaan yang besar untuk dapat menetukan apa yang akan
dikonsumsi dan diproduksi. Melainkan, setiap individu di bebaskan untuk menentukan
sendiri apa yang diperlukan dan bagaimana cara untuk memenuhinya. Suatu pasar yang
efisien bakal tercapai apabila termasuk efisien ( apabila pasar modal ) dan keseluruhan
pelaku pasar mendapatkan akses dan kecepatan yang sama akan informasi yang ada.
Dari maksud yang diatas itulah dinamakan pola normal dari pasar yang di istilah Al
Ghozali berkaitan dengan ilustrasi dari evolusi pasar. Lalu Adam Smith menyatakan serahkan
saja pada Invisible hand dan dunia akan teratur dengan sendirinya . Berdasarkan dari hal tersebut,
suatu harga yang berasal dari suatu komoditas baik berupa barang maupun jasa akan ditentukan oleh
kualitas dan kuantitas penawaran dan permintaan. Pembahasan ini sama dengan hadist yang telah
diriwayatkan dari Anas Bahwasannya suatu hari terjadi kenaikan harga yang luar biasa di masa
Rasulullah SAW, maka sahabat meminta nabi untuk menentukan harga pada saat itu, lalu nabi
bersabda:
Artinya, “ Bahwa Allah adalah Dzat yang mencabut dan memberi sesuatu, Dzat yang
memberi rezeki dan penentu harga.” ( HR. Abu Daud )
Dari hadist di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa ketika waktu terjadi kenaikan harga,
Rsulullah SAW menyakini bahwa ada suatu penyebab yang bersifat darurat. Dikarenakan hal tersebut,
suatu hal yang sifatnya darurat akan menghilang sejalan dengan hilangnya penyebab hal tersebut. Di
lain pihak, Rasulullah juga mempercayai bahwa suatu harga akan normal kembali dalam kurun waktu
yang tidak terlalu lama. Ketentuan harga menurut Nabi SAW adalah suatu hal yang menzalimi
kepentingan pedagang, hal ini disebabakan karna para pedagang di pasar akan merasa terpaksa untuk
menujual barang-barangnya setara dengan harga yang sudah di patokan, tentunya hal ini tidak sesuai
dengan keridhoan-Nya.
Dengan demikian, pemerintah tidak dapat mewakili wewenang agar melakukan intervensi pada
harga pasar ketika kondisi normal. Ibnu Tamiyah mengatakan, jika masyarakat melakukan transaksi
jual beli dalam kondisi normal tanpa ada distorsi atau penganiayaan apapun dan terjadi perubahan
harga karena sedikitnya penawaran atau banyaknya permintaan, maka ini merupakan kehendak Allah
SWT. Perlu kita ketahui bahwa intervensi pada pasar hanya dapat terjadi ketika keadaan darurat.
Keadaan darurat dimaksud disini apabila pasar tidak terjadi dalam keadaan yang sempurna, yaitu
ditemui kondisi-kondisi yang menghalangi kompetisi-kompetisi secra fair ( market failure ). Apabila
kondisi tersebut terjadi, hal yang akan terjadi yaitu pasar tidak sempurna atau biasa disebut dengan
Market Immper fection.

1. Market Imperfection
Efisiensi pasar tidak akan tercapai apabila pasar adalah tidak sempurna ( market imperfection )
yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu, Pertama adanya kekuatan pasar, yaitu sesuatu kekuatan
pasar yang dapat menentukan harga dan kuantitas keseimbangan. Kedua adanya eksternalitas,
merupakan suatu kegiatan mengkonsumsi atau memproduksi suatu barang yang dapat mempengaruhi
suatu pihak, tidak tercemin di pasar. Ketiga barang publik, yaitu non-exclusive and non-rival good in
consumption. Keempat iformasi tidak sempurna, hal ini dapat membuat inefisiensi dalam hal
permintaan dan penawaran.
Di dalam Islam, ketidaksempurnaan yang ada diatas diakui dan ditambahkan dengan faktor-
faktor lain yang menyebabkan distorsi pasar atau disebut dengan Islamic Market Imperfection.

2. Islamic Market Imperfection


Islamic Market Imperfection terdiri atas beberapa perbuatan yang dapat merusak pasar, yaitu
sebagai berikut:
a) Rekayasa supply dan demand,
Pada rekayasa supply dan demand, terdapat dua hal yang termasuk di dalamnya yaitu, Pertama,
Ba’i Najasy adalah produsen yang menyuruh orang lain agar memuji barangnya atau menawarnya
dengan harga yang tinggi, sehingga orang-orang terpengaruh.
Kedua, Ikhtikar adalah mengambil suatu keuntungan dari keuntungan yang normal biasanya, dengan
cara menahan atau menimbun barang agar tidak beredar di pasaran sehingga harganya melonjak
tinggi.
b) Tadlis ( Penipuan )
Pada Tadlis ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: tadlis kuantitas, tadlis kualitas, tadlis harga,
Ghaban faa-hisy, Talaqqi rukban, dan yang terakhir tadlis waktu.
c) Taghrir ( Ketidakpastian )
Taghrir dijabarkan menjadi lima yaitu, Taghrir kuantitas, Taghrir kualitas, Taghrir harga, Taghrir
waktu, dan yang terakhir Predatory pricing ( menjual dengan harga dibawah harga pasar).

Ibn Taimiyah
Masyarakat di masa Ibn Taimiyah berpendapat bahwa harga merupakan suatu akibat dari
ketidakadilan serta subuah tindakan yang melanggar hukum yang berasal dari pihak penjual ataupun
sebagai akibat dari manipulasi pasar. Namun hal ini disanggah oleh Ibn Taimiyah. Ia dengan tegas
berkata bahwasuatu harga yang sudah ditentukan oleh kekuatan permintaan dan pasar. Apabila
keseluruhan transaksi sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang sudah terjadi merupakan
kehendak Allah. Hal ini menunjukkan bahwa sifat dari pasar yang impersonal. Dibedakan pula dua
faktor penyebab dari pergeseran kurva penawaran dan kurva permintaan, yaitu suatu tekanan pasar
yang secara otomatis dan suatu perbuatan yang melanggar hukum dari penjual, misalnya penimbunan.

Pada Price
S2

S1

B
P2

P1

O Quantity
Q2 Q1

Gambar 3
Supply yang menurun akibat inefisiensi Produksi

awalnya, titik equilibrium terjadi pada titik A dengan harga P 1 dan jumlah Q1. Namun karena
terjadinya inefisiensi produksi, maka terjadilah kenaikan biaya produksi yang harus ditanggung oleh
perusahaan. Kenaikan biaya produksi ini pergeseran membuat kurva supply dari S1 menjadi ke S2,
dikarenakan terjadi pergeseran ini maka terciptalah titik equilibrium baru pada titik B. Pada di titik B
ini terjadilah penurunan kuantitas yang ditawarkan dari Q 1 menjadi ke Q2, dan pada saat yang
bersamaan terjadilah kenaikan harga dari P1 menjadi P2.
Selanjutnya Ibn Taimiyah menyatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi harga adalah
intensitas dan besarnya pemintaan, kelangkaan, atau melimpahnya barang, kondisi kepercayaan dan
diskonto pembayaran tunai. Demand terhadap barang seringkali berubah. Perubahan tersebut
dikarenakan jumlah penawaran, jumlah orang yang menginginkannya, dan besar kecilnya kebutuhan
terhadap barang tersebut. Bila penafsiran ini benar, Ibn Taimiyah telah mengasosiasikan harga tinggi
dengan intensitas kebutuhan sebagaimana kepentingan relatif barang terhadap total kebutuhan
pembeli. Jika kebutuhan besar, harga akan naik, jika kebutuhan kecil maka harga akan turun.
Pada Price
S2
mulanya
titik S1
E2
P2

P1 E1
D2

D1

O Quantity
Q2 Q1

Gambar 4
Pergerakan kurva permintaan meningkat,penawaran menurun

equilibrium terjadi pada saat E1 dengan harga P1 dan kuantitas Q1. Bila permintaan terhadap barang
meningkat, maka terjadi pergreseran kurva permintaan dari D1 ke D2. Dan bila pada saat yang sama
penawaran berkurang, maka terjadi pergeseran kurva penawaran dari S1 menjadi S2. Naiknya
permintaan dan turunnnya penawaran ini menyebabkan terbentuknya titik equilibrium baru E2,
dengan harga yang lebih tinggi P2 dan kuantitas yang lebih sedikit Q2.
Harga juga dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan terhadap orang-orang yang terlibat dalam
transaksi. Bila seseorang terpercaya dan dianggap mampu dalam membayar kredit, maka penjual akan
senang melakukan transaksi dengan orang tersebut. Tapi bila kredibilitas seseorang dalam masalah
kredit telah diragukan, maka penjual akan ragu untuk melakukan transaksi dengan orang tersebut dan
cenderung memasang harga tinggi.
Ibnu Taymiyah memaparkan relevansi kredit dengan penjualan. Ketika menetapkan harga,
penjual memperhitungkan resiko dan ketidakpastian pembayaran pada masa mendatang. Ia juga
menjelaskan kemungkinan penjual menawarkan diskon untuk transaksi tunai. Argumen Ibnu
Taymiyah, bukan hanya menunjukkan kesadarannya mengenai kekuatan penawaran dan permintaan,
melainkan juga perhatiannya terhadap intensif, disinsentif, ketidakpastian dan resiko yang terlibat
dalam transaksi pasar.
Ibnu Khaldun
Di dalam Al-Muqaddimah, ia menulis secara khusus bab yang berjudul, “Harga-harga di Kota”. Ia
membagi jenis barang kepada dua macam, pertama, barang kebutuhan pokok, kedua barang
pelengkap. Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah, maka pengadaan
barang-barang kebutuhan pokok mendapat prioritas.
Supply Price

bahan S1
pokok
S2

A
P1
B
P2

D2
D1
O Quantity
Q1 Q2

Gambar
Harga Kebutuhan Pokok di kota besar dan kota Kecil

penduduk pada kota besar (Qs2), jauh lebih besar dan banyak daripada supply bahan
pokok penduduk pada kota kecil Qs1. Ibnu Khaldun berpendapat bahwa penduduk kota
besar memiliki supply bahan pokok yang melebihi kebutuhannya sehingga harga bahan
pokok di kota besar realtif lebih murah (P 2). Sementara itu supply bahan pokok di pada
kota kecil, realtif kecil, karena itu orang-orang di sana khawatir kehabisan makanan
sehingga harganya lebih mahal (P1)

Anda mungkin juga menyukai