Pertemuan 13 RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK PDF
Pertemuan 13 RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK PDF
Tegangan dan arus bolak-balik seperti pada gambar 7.1 di atas dapat dinyatakan secara matematis
sebagai berikut.
𝑡
𝑣 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 = 𝑉𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛2𝜋 …(7.1)
𝑇
𝑡
𝑖 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡 = 𝐼𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡 = 𝐼𝑚 𝑠𝑖𝑛2𝜋 …(7.2)
𝑇
Keterangan:
𝑣 = Tegangan sesaat (V)
𝑖 = Arus sesaat (A)
𝑉𝑚 = Tegangan maksimum (V)
𝐼𝑚 = Arus maksimum (A)
𝑓 = frekuensi (Hz)
𝑡 = Waktu (s)
𝜔𝑡 = Sudut fase (radian atau derajat)
(a) (b)
Gambar 7.2 (a) grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu Sumber:http://www.electronics-
tutorials.ws/accircuits/acp79.gif?x98918 (diakses17mei 2017 pukul: 12:08 WIB). (b) diagram fasor arusdan tegangan yang
fasenya sama (sefase) Sumber : shofiana ulfa (dibuat dengan Ms. Word 2013)
Dalam diagram fasor, penggambaran arus dan tegangan sebagai vektor adalah untuk
mempermudah analisis rangkaian arus bolak-balik yang lebih rumit. Perlu diingat bahwa
sesungguhnya arus dan tegangan adalah skalar, bukan vektor
1
Untuk menghitung nilai rata-rata, tinjau grafik sinusoidal arus listrik dalam waktu 𝑇 (setengah
2
periode) luas daerah di bawah kurva 𝑖 = 𝐼𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡 sama dengan luas daerah di bawah garis lurus
𝑖 = 𝐼𝑟 , sehingga
𝑇 𝑇⁄2 𝑇⁄2 2𝜋
𝐼𝑟 × ( ) = ∫0 𝐼𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡 𝑑𝑡 = 𝐼𝑚 ∫0 sin 𝑡 𝑑𝑡
2 𝑇
𝑇 1 2𝜋 𝑇⁄2
𝐼𝑟 × ( ) = 𝐼𝑚 [− 𝑐𝑜𝑠 𝑡]
2 2𝜋⁄𝑇 𝑇 0
𝑇 𝑇 𝑇
𝐼𝑟 × ( ) = 𝐼𝑚 (− cos 𝜋 + cos 0)
2 2𝜋 2𝜋
𝑇 𝑇 𝑇
𝐼𝑟 × ( ) = 𝐼𝑚 (− (−1) + 1)
2 2𝜋 2𝜋
𝑇 𝑇 2
𝐼𝑟 = 𝐼𝑚 ( + )×
2𝜋 2𝜋 𝑇
2𝑇 2
𝐼𝑟 = 𝐼𝑚 ( ) ×
2𝜋 𝑇
2𝐼𝑚
𝐼𝑟 = persamaan (7.3)
𝜋
Dengan 𝐼𝑟 adalah arus rata-rata (A) dan 𝐼𝑚adalah arus maksikum (A).
Karena luas daerah di bawah kurva untuk grafik arus terhadap waku sama dengan jumlah muatan
listrik yang mengalir, maka dapat dinyatakan bahwa
nilai rata-rata arus bolak -balik adalah kuat arus bolak-balik yang nilainya setara dengan kuat
arus searah untuk memindahkan sejumlah muatan listrik yang sama dalam waktu yang sama.
Dengan penalaran yang sama dengan penurunan rumus untuk arus rata-rata, untuk tegangan rata-
rata diperoleh hubungan sebagai berikut.
𝑇 𝑇⁄2 𝑇⁄2 2𝜋
𝑉𝑡 × ( ) = ∫0 𝑉𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡 𝑑𝑡 = 𝑉𝑚 ∫0 sin 𝑡 𝑑𝑡
2 𝑇
𝑇 1 2𝜋 𝑇⁄2
𝑉𝑡 × ( ) = 𝑉𝑚 [− 𝑐𝑜𝑠 𝑡]
2 2𝜋⁄𝑇 𝑇 0
𝑇 𝑇 𝑇
𝑉𝑡 × ( ) = 𝑉𝑚 (− cos 𝜋 + cos 0)
2 2𝜋 2𝜋
𝑇 𝑇 𝑇
𝑉𝑡 × ( ) = 𝑉𝑚 (− (−1) + 1)
2 2𝜋 2𝜋
𝑇 𝑇 2
𝑉𝑡 = 𝑉𝑚 ( + )×
2𝜋 2𝜋 𝑇
2𝑇 2
𝑉𝑡 = 𝑉𝑚 ( ) ×
2𝜋 𝑇
2𝑉𝑚
𝑉𝑡 = persamaan (7.4)
𝜋
Dengan 𝑉𝑡 adalah tegangan rata-rata dan 𝑉𝑚 adalah tegangan maksimum.
Dalam perhitungan daya disipasi pada resistor untuk arus bolak-balik digunakan hubungan
𝑃 = 𝐼2 𝑅
Disini, arus yang digunakan bukan merupakan nilai rata-rata dari 𝐼, melainkan nilai rata-rata dari
2
𝐼2 yang merupakan nilai efektif, ditulis 𝐼𝑒𝑓 2
atau 𝐼𝑟𝑚𝑠 (𝑟𝑚𝑠 = 𝑟𝑜𝑜𝑡 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒).
Untuk menghitung nilai efektif dari arus bolak-balik secara matematis, kita perlu mengetahui
2
nilai rata-rata dari 𝐼2 atau 𝐼𝑒𝑓 seperti pada gambar 7.4.
2
Luas daerah di bawah kurva 𝑖 2 sama dengan luas daerah di bawah garis lurus 𝐼𝑒𝑓 , sehingga
2 𝑇
2 𝑠𝑖𝑛 2 𝜔𝑡 = 𝐼2 ∫ 𝑇1
𝐼𝑒𝑓 × 𝑇 = ∫0 𝐼𝑚 𝑚 0 (1 − 𝑐𝑜𝑠2𝜔𝑡)𝑑𝑡 2
2 2 (∫ 𝑇1 𝑇1
𝐼𝑒𝑓 × 𝑇 = 𝐼𝑚 0 𝑑𝑡 − ∫0 𝑐𝑜𝑠2𝜔𝑡 𝑑𝑡)
2 2
2 2 ( 𝑡𝑇 − × 1 1 1
𝐼𝑒𝑓 × 𝑇 = 𝐼𝑚 0 𝑠𝑖𝑛2𝜔𝑡0𝑇 )
2 2 2𝜔
2 1
2 [ (𝑇 − 0) − 1 2𝜋
𝐼𝑒𝑓 × 𝑇 = 𝐼𝑚 (𝑠𝑖𝑛2 × × 𝑇 − 𝑠𝑖𝑛0)]
2 2𝜔 𝑇
2 1
2 ×𝑇
𝐼𝑒𝑓 × 𝑇 = 𝐼𝑚
2
𝐼𝑚
𝐼𝑒𝑓 = atau 𝐼𝑚 = 𝐼𝑚 = 𝐼𝑒𝑓 √2 …(7.5)
√2
Dengan penalaran yang sama, hubungan tegangan efektif dan tegangan maksimum dapat ditulis
sebagai berikut.
𝑉
𝑉𝑒𝑓 = 𝑚 atau 𝑉𝑚 = 𝑉𝑒𝑓 √2 …(7.6)
√2
Secara fisik dapat dinyatakan bahwa
Nilai efektif dari arus dan tegangan bolak-balik adalah kuat arus dan tegangan bolak-balik
yang setara dengan arus dan tegangan searah untuk menghasilkan jumlah kalor yang sama
ketika melalui suatu resistor dalam waktu yang sama.
Sesuai dengan persamaan (7.7), grafik arus dan tegangan pada resisitor berbentuk sinusoidal, dan
keduanyan sefase seperti apda gambar 7.6 (b).
(a) (b) (c)
Gambar 7.6. (a) rangkaian seri resistor 𝑅 dengan generator AC, (b) grafik arus dan tegangan pada sebuah resistor sebagai fungsi waktu
berupa gelombang sinusoida, arus tegangan mempunyai fase yang sama, (c) diagram fasor untuk rangkaian resistif juga menunjukkan
bahwa arus sefase dengan tegangan. (sumber gambar: http://www.nafiun.com/2014/06/rangkaian-arus-bolak-balik-listrik-daya-daya-
resonansi-pengertian-fungsi-resistor-induktif-kapasitor-seri-rlc-rumus-contoh-soal-jawaban-penerapan.html?m=1) diakses 23 mei
2017 pukul 10:20 WIB)
Diagram fasor arus dan tegangan pada resistor adalah segaris karena keduanya sefase (gambar
7.6(c) )dengan panjang anak panah menyatakan 𝐼𝑚 dan 𝑉𝑚 , sedangkan proyeksinya pada sumbu
vertikal menyatakan 𝐼𝑅 dan 𝑉𝑅 .
Gambar 7.7. (a) Rangkaian seri induktor 𝐿 dengan sumber tegangan AC, (b) grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu, arus
terlambat 𝜋 ⁄2 𝑟𝑎𝑑,(c) diagram fasor rangkaian induktif murni. (sumber gambar: http://www.nafiun.com/2014/06/rangkaian-arus-
bolak-balik-listrik-daya-daya-resonansi-pengertian-fungsi-resistor-induktif-kapasitor-seri-rlc-rumus-contoh-soal-jawaban-
penerapan.html?m=1) diakses 23 mei 2017 pukul 10:38WIB)
Pada gambar 7.7 (a) ditunjukkan rangkaian arus bolak-balik yang terdiri dari sebuah induktor dan
sumber tegangan AC. Tegangan pada induktor 𝑉𝐿 sama dengan tegangan sumber 𝑉, sehingga
𝑉𝐿 = 𝑉
𝑑𝐼
𝐿 𝐿 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡
𝑑𝑡
𝑉𝑚
𝑑𝐼𝐿 = 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡 𝑑𝑡
𝐿
𝑉𝑚
∫ 𝑑𝐼𝐿 = ∫ sin 𝜔𝑡 𝑑𝑡
𝐿
𝑉𝑚
𝐼𝐿 = − 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡
𝜔𝑙
𝜋
Ingat :cos 𝜔𝑡 = − sin(𝜔𝑡 − )
2
𝑉 𝜋 𝜋
𝐼𝐿 = 𝑚 sin(𝜔𝑡 − ) = 𝐼𝑚 sin(𝜔𝑡 − ) …(7.9)
𝜔𝐿 2 2
Bila didefiniskan reaktansi induktif (𝑋𝐿 ) sebagai
𝑋𝐿 = 𝜔𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 …(7.10)
Maka berlaku hubungan
𝑉 𝑉
𝐼𝑚 = 𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑋𝐿 = 𝑚
𝑋𝐿 𝐼𝑚
𝑉𝑒𝑓 𝑉𝑒𝑓
𝐼𝑒𝑓 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑋𝐿 = …(7.11)
𝑋𝐿 𝐼𝑒𝑓
Dengan 𝐿 = induktansi (H) dan 𝑋𝐿 =reaktansi induktif (Ω).
Reaktansi adalah perlawanan komponen sirkuit/rangkaian
atas perubahan arus listrik atau tegangan listrik karena
adanya kapasitansi atau induktansi.Resistor ideal tidak
memiliki reaktansi (bernilai 0), sedang induktor dan
kapasitor ideal tidak memiliki resistansi (tahanan bernilai 0).
Dari persamaan (7.9) tampak bahwa arus berbeda sudut fase sebesar 𝜋⁄2 rad dengan
tegangan. Jika digambar grafik tegangan 𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 dan arus 𝐼𝐿 = 𝐼𝑚 sin(𝜔𝑡 − 𝜋⁄2) pada
suatu sumbu koordinat, grafik arus 𝐼𝐿diperoleh dengan menggeser ke kanan grafik tegangan V
sejauh 𝜋⁄2 rad atau 90𝑜 (gambar 7.7(b)). Karena sudut fase arus sama dengan sudut fase tegangan
dikurangi 90𝑜 , dikatakan arus pada induktor murni tertinggal 90𝑜 dari tegangannya.
Jika kita tetapkan sudut fase 𝜔𝑡 terletak pada sumbu x, diagram fasor untuk arus 𝐼𝐿 dan
tegangan 𝑉 adalah sebesar pada gambar 7.7 (c). dari diagram fasor tersebut tampak bahwa untuk
rangkaian induktif murni, arus I dengan tegangan V berbeda sudut fase sebesar 90𝑜 .
Rangkaian induktif murni adalah rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung induktor
murni.
Gambar 7.8. (a) rangkaian seri kapasitor C dengan sumber AC, (b) grafik arus dan tegangan sebagai fungsi waktu, arus mendahului
tegangan 𝜋 ⁄2 rad, (c) diagram fasor rangkaian kapasitif murni. (sumber gambar: http://www.nafiun.com/2014/06/rangkaian-arus-
bolak-balik-listrik-daya-daya-resonansi-pengertian-fungsi-resistor-induktif-kapasitor-seri-rlc-rumus-contoh-soal-jawaban-
penerapan.html?m=1) diakses 23 mei 2017 pukul:10:55 WIB.
Pada gambar 7.8(a) ditunjukkan rangkaian arus bolak-balik yang terdiri dari sebuah kapasitor dan
sumber tegangan AC. Rangkaian arus bolak-balik yang hanya mengandung kapasitor murni disebut
sebagai rangkaian kapasitor murni. Tegangan pada kapasitor 𝑉𝑐 sama dengan tegangan sumber 𝑉,
sehingga
𝑉𝐶 = 𝑉 atau 𝑉𝐶 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡
Muatan yang tersimpan dalam kapasitor adalah
𝑄 = 𝐶𝑉𝐶 = 𝐶𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡
Kuat arus yang mengalir melalui kapasitor dapat ditentukan sebagai berikut.
𝑑𝑄 𝑑
𝐼𝐶 = = (𝐶𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡) = 𝜔𝐶𝑉𝑚 𝑐𝑜𝑠𝜔𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝜋 𝜋
𝐼𝐶 = 𝜔𝐶𝑉𝑚 sin (𝜔𝑡 + ) = 𝐼𝑚 sin(𝜔𝑡 + ) …(7.12)
2 2
Bila didefiniskan reaktansi kapasitif (𝑋𝑐) sebagai
1 1
𝑋𝑐 = = …(7.13)
𝜔𝐶 2𝜋𝑓𝐶
Maka berlaku hubungan
𝑉𝑚 𝑉𝑚
𝐼𝑚 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑋𝑐 =
𝑋𝑐 𝐼𝑚
𝑉𝑒𝑓 𝑉𝑒𝑓
𝐼𝑒𝑓 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑋𝑐 = …(7.14)
𝑋𝑐 𝐼𝑒𝑓
Jika kita tetapkan sudut fase 𝜔𝑡 terletak pada sumbu 𝑥, diagram fasor untuk arus 𝐼𝐶 dan
tegangan 𝑉 adalah seperti pada gambar 7.8 ( c). dari diagram fasor tersebut tampak bahwa untuk
rangkain kapasitif murni, arus 𝐼 dengan tegangan 𝑉 berbeda sudut fase sebesar 90𝑜 .
Gambar 7.10 diagram fasor arus dan tegangan pada rangkaian RLC. Sumber :
http://fisikazone.com/wp-content/uploads/2015/03/Rangkaian-Seri-RLC-Pada-Arus-Bolak-
Balik.jpg. Diakses 23 mei 2017 pukul 11:32 WIB
Untuk menentukan hubungan 𝑉𝑅 , 𝑅𝐿 dan 𝑉𝑐 akan kita gunakan diagram fasor.
Perhatikan, karena ketiga elemen berhubungan seri, arus yang mengalir melalui elemen sama
besar, yaitu 𝑖 = 𝐼𝑚 𝜔𝑡. Dengan kata lain, arus bolak-balik disemua titik pada rangkaian seri
RLC memiliki nilai maksimum dan fase yang sama. Tetapi, tegangan pada masing-masing
elemen akan memiliki nilai dan fase yang berbeda. Tegangan pada resisitor 𝑉𝑅 sefase dengan
arus 𝑖, tegangan pada induktor 𝑉𝐿 mendahului arus 𝜋⁄2 rad atau 90𝑜 , dan tegangan pada
kapasitor tertinggal dari arus 𝜋⁄2 rad atau 90𝑜 . dengan demikian, dapat ditulis.
𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 𝑅 sin 𝜔𝑡 = 𝑉𝑚𝑅 𝑠𝑖𝑛𝜔𝑡
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 𝑋𝐿 sin(𝜔𝑡 + 90𝑜 ) = 𝑉𝑚𝐿 sin(𝜔𝑡 + 90𝑜 )
𝑉𝐶 = 𝐼𝑚 𝑋𝑐 sin(𝜔𝑡 − 90𝑜 ) = 𝑉𝑚𝐶 sin (𝜔𝑡 − 90𝑜 )
Jika kita pilih sudut 𝜔𝑡 pada sumbu 𝑥, diagam fasor untuk arus 𝐼, tegangan 𝑉𝑅 , 𝑉𝐿 , dan 𝑉𝐶 akan
tampak seperti pada gambar 7.10. sesuai dengan hukum Kirchoff, tegangan antara ujung-ujung
rangkaian seri RLC, yaitu 𝑉AB = 𝑉 adalah jumlah fasor antara 𝑉𝑅 , 𝑉𝐿 , dan 𝑉𝐶 . Penjumlahan
fasor tersebut menghasilkan besar tegangan total, yaitu:
𝑉 = √𝑉𝑅2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 ) 2 …(7.15)
Tampak jelas pada gambar 7.10 bahwa beda sudut fase antara kuat arus dengan tegangan 𝜃
memenuhi hubungan
𝑉 −𝑉
tan 𝜃 = 𝐿 𝐶 …(7.16)
𝑉𝑅
Beda sudut fase antara kuat arus I dengan tegangan 𝑉 berdasarkan persamaan (7.16) diperoleh
𝑉 −𝑉 𝐼𝑋 −𝐼𝑋
tan 𝜃 = 𝐿 𝐶 = 𝐿 𝐶
𝑉𝑅 𝐼𝑅
𝑋𝐿 −𝑋𝐶
tan 𝜃 = …(7.18)
𝑅
Dengan menggunakan persamaan (7.17) dan (7.18), dapat dibuat diagram fasor untuk
impedansi seperti pada gambar 7.11
Gambar 7.11 Diagram Fasor Impedansi. Sumber :Shofiana Ulfa dibuat dengan Ms. Word 2013
3. Sifat Rangkaian
Berdasarkan selisih nilai reaktansi induktif 𝑋𝐿 dengan reaktansi kapasitif 𝑋𝐶 dikenal 3 jenis
sifat rangkain.
a) Rangkaian bersifat induktif (𝑋𝐿 > 𝑋𝐶 ), beda sudut fase antara kuat arus dengan tegangan
𝜋
bernilai positif (𝑡𝑎𝑛𝜃 > 0) dan arus tertinggal dari tegangan sebesar 𝜃, yaitu 0 ≤ 𝜃 ≤ .
2
b) Rangkaian bersifat kapasitif (𝑋𝐿 < 𝑋𝐶, beda sudut fase antara kuat arus dengan tegangan
𝜋
bernilai negatif (𝑡𝑎𝑛 < 0) dan arus mendahului tegangan sebesar 𝜃, yaitu 0 ≤ |𝜃| ≤ .
2
c) Rangkaian bersifat resisitif (𝑋𝐿 = 𝑋𝐶 , arus sefase dengan tegangan dan disebut juga
rangkaian dalam keadaan resonansi. Frekuensi sumber yang mengakibatkan terjadi
resonansi disebut frekuensi resonansi 𝒇𝒓 dapat ditentukan sebagai berikut.
𝑋𝐿 = 𝑋𝐶
1
𝜔𝐿 =
𝜔𝐶
1
𝜔2 =
𝐿𝐶
1
𝜔=
√𝐿𝐶
1 1
𝑓𝑟 = √ …(7.19)
2𝜋 𝐿𝐶
Ketika frekuensi sumber arus bolak-balik sama dengan frekuensi resonansi, berlaku:
- Impedansi rangkaian 𝑍 = √(𝑅 2 + 0) = 𝑅 (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑍 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚)
𝑉 𝑉
- Kuat arus rangkaian 𝐼 = 2 =
√𝑅 +0 𝑅
Prinsip resonansi ini merupakan dasar pembuatan rangkaian osilator dan rangkaian penala.
Rangkaian osilator adalah rangkaian yang dapat menghasilkan getaran listrik dengan
frekuensi radio, sedangkan rangkaian penala adalah rangkaian yang berfungsi untuk
memilih satu gelombang radio yang diinginkan dari beberapa gelombang radio yang
ditangkap oleh antena.
4. Resonansi Pada Rangkaian RLC
Rangkaian RLC dikatakan berada dalam resonansi ketika arusnya mencapai nilai maksimum.
Umumnya, arus rms dapat ditulis sebagai berikut
𝑉
𝐼𝑟𝑚𝑠 = 𝑟𝑚𝑠 …(7.20)
𝑍
Oleh karena impedansi bergantung pada sumber, maka arus dalam rangkaian RLC juga
bergantung pada frekuensi. Frekuensi 𝜔𝑜 dimana 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 = 0 disebut frekuensi resonansi
rangkaian. Untuk mendapatkan 𝜔𝑜kita gunakan kondisi 𝑋𝐿 = 𝑋𝐶, dari mana kita mendapatkan
𝜔𝑜 𝐿 = 1⁄𝜔𝑜 𝐶, atau
1
𝜔𝑜 = …(7.22)
√𝐿𝐶
Frekuensi ini juga bersesuaian dengan frekuensi alamiah dan osilasi sebuah rangkaian LC. Jadi
arus dalam rangkaian seri RLC mencapai nilai maksimumnya ketika frekuensi tegangan
yang diberikan sama dengan frekuensi osilasi alamiahnya yang hanya bergantung pada
L dan C. lebih lanjut lagi, pada frekuensi ini arusnya sefase dengan tegangan yang diberikan.
Grafik arus rms terhadap frekuensi seri RLC ditunjukkan pada gambar 7.12 a. data ini
mengasumsikan konstanta 𝑉𝑟𝑚𝑠 = 5,0 𝑚𝑉, 𝐿 = 5,0 𝜇𝐻, dan 𝐶 = 2,0 𝑛𝐹. Ketiga kurva ini
bersesuaian dengan ketiga nilai maksimumnya pada frekuensi resonansi 𝜔𝑜. Lebih lanjut lagi,
kurvanya menyempit dan menaik seiring berkurangnya hambatan.
Gambar 7.12 (a) arus rms terhadap frekuensi untuk rangakian seri RLC, untuk ketiga niai R. arus mencapai nilai
maksimumnya pada frekuensi resonansi 𝜔𝑜 . (b) daya rata-rata yang disalurkan ke rangkaian terhadap frekuensi untuk
rangkaian seri RLC, untuk kedua nilai R. (sumber:serway jewett)
Dengan memeriksa persamaan 7.21, kita harus menyimpulkan bahwa, ketika R=0, arusnya
menjadi tak terhingga dalam resonansi. Akan tetapi, rangkaian yang nyata selalu memiliki
hambatan, seberapa pun kecil nilainya, yang membatasi nilai arus menjadi suatu nilai tertentu.
Untuk menghitung daya rata-rata sebagai fungsi dari frekuensi dalam rangkaian seri RLC
adalah
2 𝑅= (Δ𝑉𝑟𝑚𝑠) 2 (Δ𝑉𝑟𝑚𝑠) 2𝑅
𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝐼𝑟𝑚𝑠 𝑅= …(7.23)
𝑍2 𝑅2 +(𝑋𝐿 −𝑋𝐶) 2
Oleh karena 𝑋𝐿 = 𝜔𝐿, 𝑋𝐶 = 1⁄𝜔𝐶, dan 𝜔20 = 1⁄𝐿𝐶 , kita dapat menyatakan (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
sebagai
1 2 𝐿2 2
(𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2 = (𝜔𝐿 − ) = 2 (𝜔 − 𝜔20 ) 2
𝜔𝐶 ω
Dengan menggunakan hasil ini dalam persamaan (7.23) didapatkan
(Δ𝑉𝑟𝑚𝑠) 2𝑅𝜔2
𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = …(7.24)
𝑅 𝜔2+𝐿2 (𝜔2−𝜔20) 2
2
Pernyataan ini menunjukkan bahwa saat berada dalam resonansi ,ketika 𝜔 = 𝜔0, daya rata-
ratanya maksimum dan bernilai (𝑉𝑟𝑚𝑠 )2 /𝑅. Gambar 7.12 adalah grafik daya rata-rata terhadap
frekuensi untuk dua nilai R dalam rangkaian seri RLC. Ketika hambatannya dibuat lebih kecil,
kurvanya menjadi lebih tajam di sekitar frekuensi resonansi.
Hasilnya adalah fungsi waktu yang cukup rumit dan oleh karena itu tidak memiliki manfaat praktis.
Hal yang umumnya menarik perhatian adalah daya rata-rata dalam satu siklus atau lebih. Nilai rata-
rata ini dapat dihitung dengan pertama-tama menggunakan identitas trigonometri
Akan lebih mudah jika kita nyatakan daya rata-rata dalam arus dan tegangan rms sebagai berikut
Untuk induktor, ketika arus mencapai nilai maksimumnya, energi yang tersimpan dalam induktor
1 2
menjadi maksimum dan dinyaatakan oleh 𝐿𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 . Ketika arus mulai berkurang dalam rangkaian,
2
energi yang tersimpan ini dikembalikan kepada sumber seiring induktor tersebut berusaha menjaga
arus di dalam rangkaian.
Persamaan 7.28 menunjukkan bahwa daya yang disalurkan oleh sumber AC ke rangkaian
bergantung rangkaian apa pun bergantung pada fasenya, hasil ini membawa beberapa penerapan
yang menarik. Sebagai contoh, sebuah pabrik yang menggunakan motor-motor besar dalam mesin-
mesin, generator, atau trafonya memiliki beban induktif yang besar (karena semua lilitannya).
Untuk menyuplai daya yang lebih besar ke peralatan semacam itu di pabrik tanpa menggunakan
tegangan tinggi yang berlebihan, para teknisi menggunakan kapasitansi dalam rangakian untuk
menggeser fasenya.
Daftar Pustaka
Foster, Bob. 2011.terpadu fisika SMA/MA Jilid 2B untuk kelas XI Semester 2: Bandung:Erlangga
Giancolli,C. Douglas. Fisika. 1998. Jakarta:Erlangga
Kanginan, Marthen. 2016. Fisika untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga.
Serway, Jewet.2010.Fisika.
Internet