Anda di halaman 1dari 10

Hemometer

Hemometer sahli ialah pengukur kadar hemoglobin berdasarkan cara hematin asam
dan terdiridari alat pembanding warna, tabuing, pengencera, pipet darah dan pipet pengencer.
Batang standaryang terdapat dalam alat pembanding warna itu terbuat dari kaca yang tidak
dapat memucat. Tabungpengencer yang berupa persegi atau bulat sering mempunyai garis
tanda pada kedua belah sisinya.Garis-garis tanda pada sisi pertama menunjukan kadar
hemoglobin dalam persent dan garis tanda padasisi lain menunjukan kadar hemoglobin dalam
gram/100ml darah (g/dl). Garis tanda yang menunjukanpersen makin ditiadakan karena tidak
bermakna. Pipet darah yang terdapat pada hemometer ( pipethemoglobin) mempunyai garis
tanda 20 mm³ (20 µ1). Pipet pengencer adala pipet polos biasa untukmeneteskan cairan (Ganda
Subrata, 1985) . kerugian pipet ini penggunaanya membutuhkan keahliandan kerang teliti
dibandingkan mikropipet, sedangkan keuntungannya adalah lebih murah dan
mudahmendapatkannya.

(http://rasiman1111020102.wordpress.com/laporan-praktikum/darah/)

Penentuan Kadar Hemoglobin

Metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli

  3.1.1. Prosedur Kerja


Membersihkan dan mengeringkan tabung hemometer

Mengisi tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas

Mengisap darah sampel dengan pipet hemometer sampai tanda garis 20 mm 3

Menuangkan darah ke dalam tabung hemometer

Mengaduk dengan pengaduk yang tersedia

Menambahkan aquadest tetes demi tetes sembari mengaduknya hingga warna sampel
sama dengan warna standar

Membaca tinggi meniscus permukaan cairan dalam tabung

3.2. Metode Tallquist

  3.2.1. Prosedur Kerja


 Mengambil contoh darah dengan pipet tetes
 Meneteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian mengeringkannya

 Membandingkan bercak/ tetesan darah dengan warna standar yang ada pada
buku standart tallquist adam.

 Menentukan dan membaca kadar Hb-nya.

3.3. Pembahasan

Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu
penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah
merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari
jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui
ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa
disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma.
Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum
dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.

Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang
menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan
pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin. Sebelumnya eritrosit dilisiskan kemudian
heme dioksidasi menjadi cyanmethemoglobin dan diukur dengan fotometer pada panjang
gelombang 540 nm.

Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin tidak selalu meningkat atau menurun
bersamaan, sebagai contoh ; penurunan jumlah sel darah merah disertai kadar hemoglobin
yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus anemia pernisiosa serta kadar sel darah
merah yang sedikit meningkat atau normal disertai dengan kadar hemoglobin yang menurun
terjadi pada anemia difisiensi zat besi (mikrositik). Pentingnya hemoglobin ini menyebabkan
pemeriksaan kadar hemoglobin memegang peranan penting dalam diagnosa suatu penyakit
seperti anemia.       Metode hematin asam dengan hemometer sahli dan metode tallquist
berguna untuk penentuan kadar hemoglobin, dan penempatan kadar tersebut digunakan untuk
mendiagnosa anemia dan mean corpuscular.

Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks. Hemoglobin merupakan
persenyawaan antara protein, globin dan zat warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin
adalah dapat mengikat O2 dan CO2. Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan
membentuk hematin yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna
standar sahli dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah
mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar
dalam alat itu.

Cara Sahli banyak dipakai di Indonesia, walau cara ini tidak tepat 100%, mengalami kurang
darah atau darahnya masih normal, pada pemeriksaan ini factor kesalahan kira-kira 10%,
kelemahan cara ini berdasarkan kenyataan bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan
larutan sejati dan juga alat hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain itu tidak semua
macam hemoglobin dapat diubah hematin misalnya ; karboxyhemoglobin, methemoglobin,
sulfahemoglobin.

Pada metode tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna
yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua. Cara ini hanya
mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr
hemoglobin per 100 ml darah. Tallquist mempergunakan skala warna dalam satu buku mulai
dari merah muda 10% di tengah-tengah ada bagian yang sengaja dilubangi dimana darah
dibandingkan dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara langsung sehingga kesalahan
dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50%.

3.4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, dalam penetapan kadar hemoglobin yang digunakan untuk
mendiagnosa anemia, diketahui bahwa metode hematin asam dengan termometer sahli dinilai
lebih besar tingkat ke akuratannya dibandingkan dengan metode tallquist. Hal tersebut terjadi
karena terdapat beberapa faktor, diantaranya adalah ketelitian praktikan yang cenderung lebih
besar saat menggunakan metode hemometer sahlia yang notabene memiliki skala yang lebih
baik dibandingkan dengan menggunakan metode tallquist.

Menghitung Jumlah Eritrosit dan Leukosit

Prosedur Percobaan

5.1.1  Menghitung Jumlah Eritrocyts

1. Ambil darah dengan Cara menusuk bagian yang dipilih (darah dapat diambil dari
ujung jari manusia, dapat juga dari sayap ayam, telinga kelinci, domba, dll.). Jangan lupa
memakai desinfektan untuk memersihkan bagian yang akan diambil darahnya.
2. Isaplah darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang berbatu
merah sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai darah membeku didalam
pipet.

3. Encerkan darah dalam pipet dengan menggunakan larutan Hayem sampai tanda
101, dengan demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak 100 kali.

4. Kocoklah pipet tersebut secara horizontal (lihat yang dicontohkan oleh asisten).
Hal ini untuk mencegah tercampurnya latrutan hayem di dalam kapiler.

5. Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit.

6. Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet.


 

1. Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan cover glass.
2. Lihat dibawah mikroskop, Hitinglah butir-butir eritrosit yang berada di dalam kotak-
kotak kecil. Untuk menghitung jumlah Eritrosit hitunglah sebanyak 40 kotak.

5.1.2 Menghitung Jumlah Leukocyts

1. Darah dihisap sampai tanda 1. kemudian diencerkan dengan larutan TURK sampai danda
11. Berarti pengenceran 10 kali. Lakukan pengocokan (sama seperti pada eritrosit)
2. Setelah dilakukan pengocokan dan dibiarkan elama 15 menit, teteskan kedalam kamar
hitung.

3. Lihatlah dibawah mikroskop dan hitunglah butir-butir dara putih yang terdapat di dalam
kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotak

5.3. PEMBAHASAN

  5.3.1 Menghitung Jumlah Eritrocyts

Menghitung jumlah eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang
mudah karena sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil
sehingga dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer dengan
bantuan mikroskop. Dalam proses penghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan juga ketelitian
dan konsisten dalam cara menghitung. Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam
kamar hitung yang bersakala atau berukuran kecil dengan jumlah 40 buah. Contoh gambar sel-
sel darah yang terkandung di dalam kamar hitung.

Namun pada saat dilakaukan percobaan, banyak kendala yang dialami karena keadaan alat
yang kurang bagus. Jumlah eritrosit dalam darah domba itu memiliki kisaran normal ±13,5 juta.
Akan tetapi jumlah eritrosit yang diperoleh dan dihitung dari percobaan yang telah dilakukan
hanya mencapai 9,54 juta. Dalam praktikum yang lalu kami menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10x, kami melihat banyak sekali bercak – bercak hitam berkumpul disekitar sel.
Selain itu, sel  yang kami amati sangat berdekatan, ditambah lagi penglihatan yang kurang
akurat sehingga kami sulit menghitungnya.

Jumlah Eritrosit dipengaruhi genetik ( spesies, ras, individual ) dan lingkungan  ( pakan, iklim, penyakit,
managerial ).

Rataan Jumlah Eritrosit ( juta / mm3 )


Jenis Spesies

Kuda 6,9
Sapi 6,3

Domba 8,1

Kambing 13,9

Kucing 7,2

Kelinci 5,9

Ayam 3

Manusia 5

5.3.2.  Menghitung Jumlah Leukocyts

Menghitung jumlah leukosit pada prinsipnya sama saja dengan cara menghitung jumlah sel
darah merah (eritrosit) hanya saja yang  digunakan pipet dan kamar hitung yang berbeda, jika
tadi pada saat menghitung sel-sel darah merah dengan kamar hitung yang memiliki skala yang
kecil dengan jumlah 40 kamar akan tetapi sekarang menghitung dalam kamar hitung yang
berukuran besar dengan jumlah 25 kamar.

Dalam praktikum kemarin jumlah leukosit kelompok kami adalah 21.000 butir. Pencarian sel
leukosit lebih mudah dikarenakan bentuk selnya lebih besar dari sel eritrosit, selain itu sel
leukosit juga tidak menggumpal.

5.4. Kesimpulan

Dari uraian diatas saya dapat menyimpulkan bahwa :

1. Kendala yang pertama dialami adalah sulitnya mencari kotak – kotak  Haemocytometer.
Hampir setengah jam kelompok kami mencari kotak – kotak Haemocytometer dengan
bantuan mikroskop.
2. Perbedaan yang sangat jauh antara hasil percobaan dengan literatur bisa disebabkan
oleh banyak faktor, diantaranya adalah:

3. Kondisi alat percobaan yang kurang optimal

4. Akurasi pengliahatan praktikan yang terbatas sehingga banyak sel yang tidak terlihat
atau terlewat dari pandangan.

5. Kurangnya konsentrasi praktikan saat perhitungan

1. Apabila darah terlalu lama didiamkan maka akan terjadi penggumpalan sehingga
menyebabkan bercak – bercak hitam ketika dilakukan penglihatan melalui mikroskop.
Disarankan agar sebelum mengambil darah, dicari dahulu kotak – kotak
Haemocytometer

1. Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah eritrosit dan leukosit adalah
“ Haemocytometer “.

2. Jumlah eritrosit ( 9.540.000 butir ) dalam darah lebih banyak daripada


jumlah leukosit ( 21.000 butir )

http:%2F%2Fpskh.ub.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2011%2F06%2FDokumen%20Mutu-Instruksi
%20Kerja%2F01300%2006174%20IK%20Pemakaian%20Haemometer%20Sahli.pdf&originalURL=-
51370274&pip=false&premium=false&client_uid=1839585374&client_ver=3.6.3.437&client_type=IEPlu
gin&suite=false&aff_id=0&locale=en_us&ui=1&os_ver=6.1.0.0

Perawatan (http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2012/01/pemeliharaan-peralatan-hematologi.html)

HEMOGLOBINOMETER

Alat pembanding yang terbuat dari plastik dan logam harus dicegah termasuki cairan
dan harus segera dikeringkan. Permukaan standar harus bersih, tidak tercemar atau berdebu.
Tabung pengencer sahli harus dibersihkan dengan air suling dan HCl, namun dapat juga
menggunakan detergen.

http://munadiahkimia.wordpress.com/2011/01/21/instrument-kimia/

Fungsinya Bagian-bagian dari hemometer :


1.Tabung Sahli berfungsi tempat melarutakan campuran HCL dan darah
2.Selang Penghisap berfungsi untuk menghisap campuran HCL dan darah
3.Botol Reagensia HCL 0,1 N berfungsi tempat menyimpan HCL 0,1 N
4.Pipet Tetes berfungsi memipet HCL 0.1 N
5.Pipet Sahli berfungsi untuk memipet hemoglobin sampai garis tanda 20 UI
6.Korokan berfungsi alat digunakan untuk membersihkan tabung sahli
7.Batang Pengaduk berfungsi untuk mengaduk campuran HCL dan darah dalam tabung
sahli
8.Standar HB berfungsi membandingkan antara warna hematin asam dengan warna
pada hemometer
1.Prinsip
Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan HCL,
lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna yang terjadi
dengan warna standard memakai mata biasa.
2. Tujuan
Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah

3. Alat dan bahan yang dipergunakan


a. Hemoglobinometer (hemometer), Sahli terdiri dari :
1) Gelas berwarna sebagai warna standard
2) Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai dengan 22. Skla merah
untuk hematokrit.
3) Pengaduk dari gelas
4) Pipet Sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ul
5) Pipet pasteur.
6) Kertas saring/tissue/kain kassa kering

b. Reagen
1) Larutan HCL 0,1 N
2) Aquades

4. Cara Pemeriksaan
a. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2
b. Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20 ul.
c. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan kertas tissue
secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang.
d. Masukkan darah sebanyak 20 ul inike dalam tabung yang berisi larutanHCL tadi
tanpa menimbulkan gelembung udara.
e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan HCL dari
dalam pipet secra berulang-ulang 3 kali
f. Tunggu 5 menit untk pembentukan asam hematin
g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi setetes sambil
diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna yang sama dengan warna
standard.
h. Miniskus dari larutandibaca. Miniskus dalam hal ini adalah permukaan terendah dari
larutan.

5. Pelaporan
Dinyatakan dalam gr/dl
Hanya dilaporkan dalam angka bulat, atau naik setengah, Misal 11, 11 ½, 12, 12 ½, dan
sebagainya.

6. Catatan
a. Nilai normal
Laki-laki : 14 – 18 gram/dl
Wanita : 12 – 16 gram/dl
b. Kesalahan yang sering terjadi
1. Alat/regen kurang sempurna, yaitu :
a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul
b. Warna standard sering sudah pucat.
c. Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol.
2. Orang yang melakukan pemeriksaan :
a. Pengambilan darah kurang baik.
b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
c. Intensitas sinar/penerangan kurang.
d. Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembung udara.
e. Pipet tidak dibilas dengan HCL.
f. Pengenceran tidak baik.

Sumber :
Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Jakarta, Departemen Kesehatan RI,
1991
PEMERIKSAAN HAEMOGLOBIN (Hb)
Menurut Soenarto (1980) dengan pemeriksaan Hb ini kita akan mendapatkan
gambaran dari penderita apakah normal atau abnormal . Nilai atau batas terendah
manakah dari Hb yang dianggap normal ? Untuk itu perlu kita menggunakan kriteria
yang seragam ialah dari WHO (1972). Ini telah dipakai dan dianjurkan oleh ahli-ahli
kita.
Kriteria persangkaan Anemi pada : bila Hb dibawah :
Pria dewasa 13 g %
Wanita tak hamil 12 g %
Wanita hamil 11 g %
Anak :
6 bl — 6 th 11 g %
6 th — 14 th 12 g %
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara
oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet.
Sampai saat ini baik di PUSKESMAS maupun dibeberapa Rumah sakit di negara kita
masih menggunakan alat Sahli.

Contoh Pemeriksaan Hb :
Data pasien :
Nama pasien :Hilman .
Umur : 19 Thn
Status :Mahasiswa
Keluhan :Tadak ada
Hasil pemeriksaan:
Kadar HB :13,8 g%
Tanggal pemeriksaan :26-03-2010
Diagnosa pasien tidak mengalami ganguan atau penyakit anemia.
Catatan: sumber kesalahan yang sering terjadi :
• tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin,
methemoglobin, sulfahemoglobin.
• cara visual mempunyai kesalahan inheren 15-30%, sehingga tidak dapat untuk
menghitung indeks eritrosit.
• sumber kesalahan yang sering terjadi :
• kemampuan untuk membedakan warna tidak sama
• sumber cahaya yang kurang baik.
• kelelahan mata
• alat-alat kurang bersih
• ukuran pipet kurang tepat, perlu dikalibrasi
• pemipetan yang kurang akurat
• warna gelas standar pucat / kotor dan lain sebagainya
• penyesuaian warna larutan yang diperiksa dalam komparator kurang akurat.
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksan kadar hemoglobin dapat disimpulkan bahwa pasien tidak
mengalami gangguan atau mengidap penyakit anemia.
Daftar pustaka:
Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik, Penerbit Dian
Rakyat, cetakan keempat, Jakarta, 1978; hal 11.
Evatt BL, Lewis SM, Loshe F, Mac Arthur JR. Anemia Diagnostic
Hematology, US Department of Health and Human Services Atlanta
Ceneva : Public Health Service Centers for Disease Control and
World Health Organization, 1982; p 63
Makassar 27 Maret 2010

Sumber :
Mengenal Penyakit Darah dari Pemeriksaan Hemoglobin dan Hapusan Darah Tepi
dr. Soenarto Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro/RS dr. Kariadi
Semarang Cermin Dunia Kedokteran No.18, 1980

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6510

Anda mungkin juga menyukai