Anda di halaman 1dari 8

Boeah Rindoe

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Buah Rindu

Sampul, cetakan kedua

Pengarang Amir Hamzah

Negara Hindia Belanda

Bahasa Melayu

Genre Koleksi puisi

Penerbit Poedjangga Baroe


Tanggal rilis Juni 1941

Jenis media Cetak (sampul lunak)

Halaman 46 (edisi kedua)

Boeah Rindoe (EYD: Buah Rindu) adalah kumpulan puisi karya Amir Hamzah tahun


1941. Puisi-puisinya berasal dari tahun-tahun pertama Amir di Jawa, antara 1928 dan
1935. Menurut Anthony Johns dari Universitas Nasional Australia, puisi-puisi tersebut
disusun secara kronologis, seperti yang ditunjukkan oleh semakin matangnya gaya
penulisan Amir. Koleksi tersebut meliputi dua puluh tiga puisi berjudul dan dua karya tak
berjudul. Terdapat sepuluh puisi yang sebelumnya pernah diterbitkan, termasuk karya-
karya pertama yang diterbitkan Amir (keduanya dari 1932), "Mabuk..." dan "Sunyi".
Dalam Buah Rindu, Amir menunjukkan ketertarikannya dalam menggunakan bentuk
puisi Melayu tradisional seperti pantun. Namun, tidak seperti bentuk tradisional yang
sangat saklek, ia mencampur pola rimanya. Teksnya didominasi oleh penggunaan
istilah yang berkaitan dengan cinta dan pencarian, dan menurut pakar sastra Indonesia
asal Belanda A. Teeuw, kumpulan puisi ini disatukan oleh tema kerinduan. Johns
menyatakan bahwa citra dalam Buah Rindu bergantung pada sastra Melayu tradisional,
dan bahwa terminologi Amir sangat dipengaruhi oleh puisi Melayu klasik. Penggunaan
bahasa oleh Amir juga sangat diwarnai oleh gagasan-gagasan dan istilah-istilah Jawa,
dan sumber pengaruh lainnya berasal dari sastra India, dengan rujukan kepada dewa
dan dewi Hindu.
Buah Rindu diterbitkan secara keseluruhan dalam majalah Poedjangga Baroe edisi Juni
1941, sebuah majalah yang Amir bantu dirikan pada 1933. Karya tersebut kemudian
diterbitkan ulang sebagai buku yang berdiri sendiri oleh Poestaka Rakjat di Jakarta.

Daftar isi

 1Latar belakang
 2Isi
 3Gaya
 4Tema
 5Tanggapan
 6Catatan penjelas
 7Referensi
 8Kutipan

Latar belakang[sunting | sunting sumber]


Amir Hamzah (1911–46) adalah penulis Melayu didikan Belanda keturunan bangsawan.
Ia sangat menggemari sastra Melayu tradisional dan menyukai teks-teks bersejarah
seperti Hikayat Hang Tuah, Syair Siti Zubaidah Perang Cina, dan Hikayat Panca
Tanderan. Amir juga sering membaca karya sastra Arab, Persia, dan Hindu.[1] Karena
itu, ia menguasai banyak sekali kosakata.[2]
Meski Buah Rindu diterbitkan tahun 1941, empat tahun setelah penerbitan koleksi
perdana Amir Nyanyi Sunyi, para pembaca sepakat bahwa puisi-puisinya tidak terlalu
baru.[3] Puisi di Buah Rindu diperkirakan dibuat antara 1928 dan 1935, yaitu tahun-tahun
pertama Amir di Jawa.[4] Koleksi puisi ini mencantumkan dua tahun tersebut sekaligus
lokasi penulisannya, Jakarta–Solo (Surakarta)–Jakarta. [5] Tanggal puisi itu sendiri tidak
jelas. Tidak satupun karya Amir yang bertanggal, artinya tanggal pastinya mustahil
diketahui.[6] Ada sejumlah hipotesis. Nh. Dini, dalam biografi Amir karyanya,
berpendapat bahwa sejumlah puisi seperti "Tinggallah" ditulis tidak lama setelah ia
menumpang kapal Plancus menuju Jawa.[7] Anthony Johns dari Universitas Nasional
Australia berpendapat bahwa puisi-puisi tersebut disusun secara kronologis dan
menunjukkan adanya peningkatan kedewasaan Amir sebagai penulis dilihat dari
perkembangan puisinya.[8]

Isi[sunting | sunting sumber]
Buah Rindu berisi 23 puisi berjudul dan 2 puisi tanpa judul, satu kuatrain pendek di awal
buku, dan dedikasi tiga baris di akhir buku. [9] Dedikasi penutupnya bertuliskan "Kebawah
peduka Indonesia-Raya / Kebawah debu Ibu-Ratu / Kebawah kaki Sendari-Dewi",[a]
[10]
 Achdiat Karta Mihardja, teman sekelas Amir, menulis bahwa kekasih Amir dari Jawa,
Ilik Sundari, langsung dikenali semua teman Amir. Ia menganggap Sundari sebagai
inspirasinya sebagaimana "Laura bagi Petrarch, Mathilde bagi Jacques Perk".[11]
Puisi-puisi berjudulnya diurutkan sebagai berikut:

1. "Cempaka..."
2. "Cempaka Mulia"
3. "Purnama Raya"
4. "Buah Rindu" (empat bagian)
5. "Kusangka"
6. "Tinggallah"
7. "Tuhanku Apatah Kekal?"
8. "Senyum Hatiku, Senjum"
9. "Teluk Jayakarta"
10. "Hang Tuah"
11. "Ragu"
12. "Bonda" (dua bagian)
13. "Dagang"
14. "Batu Belah"
15. "Mabuk..."
16. "Sunyi"
17. "Kamadewi"
18. "Kenang-Kenangan"
19. "Malam"
20. "Berlagu Hatiku"
21. "Harum Rambutmu"
22. "Berdiri Aku"
23. "Pada Senja"
24. "Naik-Naik"
Dari semua puisi di Buah Rindu, 10 di antaranya sudah pernah diterbitkan. Sepuluh
puisi tersebut mencakup karya-karya Amir yang pertama diterbitkan, "Mabuk..." dan
"Sunyi", yang disertakan dalam majalah Timboel edisi Maret 1932, serta "Dagang",
"Hang Tuah", "Harum Rambutmu", "Kenang-Kenangan", "Malam", "Berdiri Aku",
"Berlagu Hatiku", dan "Naik-Naik". Sisanya belum pernah diterbitkan. [12]

Gaya[sunting | sunting sumber]
Di Buah Rindu, terutama puisi-puisi pertamanya, Amir menunjukkan kegemarannya
memakai bentuk puisi Melayu tradisional seperti kuatrain (dapat ditemukan
di pantun dan syair). Namun tidak seperti bentuk tradisional yang sangat kaku, Amir
mencampurkan pola rimanya. Misalnya, satu kuatrain bisa
mengandung monorima (seloka), sementara kuatrain selanjutnya memiliki pola empat
baris sederhana yang berlompatan (pantun).[8] Baris-barisnya dibelah oleh satu caesura,
kadang-kadang dua. Caesura-nya tidak selalu di tengah garis, kadang cenderung ke
depan, dan kadang cenderung ke belakang. [13]
Teksnya didominasi istilah-istilah cinta dan pencarian,
termasuk kelana, merantau, cinta, dan asmara.[14]
Menurut Johns, pencitraan di Buah Rindu sangat bergantung pada sastra Melayu
tradisional. Bunga-bungaan sering disebut. Seperti saat kekasih di "Buah Rindu II"
merenungkan awan, bunga-bunga ini berperan sebagai "motif yang diturunkan dengan
jelas, tetapi diceritakan kembali oleh Hamzah secara kreatif dan menyentuh".
[15]
 Terminologi Amir tampaknya sangat dipengaruhi puisi Melayu klasik. Di "Hang Tuah"
misalnya, kata perenggi digunakan untuk menyebut pasukan Portugal yang
menyerang Malaka. Kata yang sama dapat ditemukan di teks-teks klasik
seperti Sejarah Melayu dan Hikayat Hang Tuah. Kata klasik lainnya
meliputi galyas dan pusta, padahal artinya sama dengan kapal perang dan kapal.[16]
Pemilihan bahasa Amir dipenuhi kata dan ide dari bahasa Jawa. Johns menunjukkan
beberapa kata yang tidak diketahui dalam bahasa Melayu, seperti banyu, yayi,
dan Tejaningsun. Ia juga melihat adanya pengaruh bentuk puisi macapatan Jawa.
[17]
 Kemunglinan sumber pengaruh lainnya adalah sastra India. Sejarawan Indonesia HB
Jassin menemukan beberapa hal di "Buah Rindu II", termasuk penggambaran awan
yang mirip dengan Meghadūta Kālidāsa.[18] Dewa-dewi Hindu juga disebut dalam
puisinya.[18]

Tema[sunting | sunting sumber]
Pakar sastra Indonesia dari Belanda A. Teeuw menulis bahwa koleksi ini disatukan oleh
tema kerinduan[19] yang dijabarkan Jassin: Amir merindukan ibunya, merindukan orang
yang dicintainya, dan merindukan kampung halamannya. Semuanya disebut "kekasih".
 Menurut Teeuw, kerinduan ini tidak seperti nada religius pada Nyanyi Sunyi. Buah
[20]

Rindu lebih membumi dan berdasarkan kenyataan. [21] Jassin melihat ada perbedaan


tema antara keduanya. Tidak seperti Nyanyi Sunyi yang
menggambarkan monoteisme secara jelas, Buah Rindu memaparkan dewa-dewi
secara eksplisit, termasuk dewa Hindu Siwa dan Parwati serta dewa abstrak seperti
dewa-dewi cinta.[20]

Tanggapan[sunting | sunting sumber]
Buah Rindu diterbitkan secara lengkap di Poedjangga Baroe edisi Juni 1941, majalah
yang ikut didirikan Amir tahun 1933.[12] Koleksi puisi ini kemudian diterbitkan lagi dalam
bentuk buku terpisah oleh Poestaka Rakjat di Jakarta.[22]
Johns menulis bahwa meski elemen-elemen individualitas sangat kentara di dalam
koleksi ini, "tak satupun yang menunjukkan individualitas dan intensitas" tulisan-tulisan
terakhir Amir.[8] Ia melihat ada dua puisi, "Tinggallah" dan "Senyum Hatiku, Senyum",
yang terkesan lemah.[15] Walaupun memiliki sudut pandang positif terhadap karya-karya
Amir, penyair Chairil Anwar tidak menyukai Buah Rindu dan menganggapnya terlalu
klasik.[23]

Catatan penjelas[sunting | sunting sumber]


1. ^ Teks asli: "Kebawah peduka Indonesia-Raya / Kebawah debu Ibu-
Ratu / Kebawah kaki Sendari-Dewi"; dalam Ramayana versi
Indonesia, Sendari (juga ditulis Sundari) adalah istri
pertama Abimanyu.

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Jakarta City Government, Amir Hamzah.
2. ^ Echols 1956, hlm. 14.
3. ^ Teeuw 1980, hlm. 125–26.
4. ^ Jassin 1962, hlm. 8.
5. ^ Husny 1978, hlm. 29.
6. ^ Jassin 1962, hlm. 9.
7. ^ Dini 1981, hlm. 29–30.
8. ^ a b c Johns 1979, hlm. 126.
9. ^ Hamzah 1953, hlm. 4–46.
10. ^ Mihardja 1955, hlm. 120.
11. ^ Mihardja 1955, hlm. 122.
12. ^ a b Jassin 1962, hlm. 211–19.
13. ^ Johns 1979, hlm. 129.
14. ^ Jassin 1962, hlm. 11.
15. ^ a b Johns 1979, hlm. 127.
16. ^ Jassin 1962, hlm. 20.
17. ^ Johns 1979, hlm. 128.
18. ^ a b Jassin 1962, hlm. 23–25.
19. ^ Teeuw 1955, hlm. 110.
20. ^ a b Jassin 1962, hlm. 28.
21. ^ Teeuw 1980, hlm. 132.
22. ^ Husny 1978, hlm. 83.
23. ^ Teeuw 1980, hlm. 136.

Kutipan[sunting | sunting sumber]
 "Amir Hamzah". Encyclopedia of Jakarta (dalam bahasa Indonesia).
Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 December
2011. Diakses tanggal 26 December 2011.
 Dini, Nh. (1981). Amir Hamzah: Pangeran dari Seberang (dalam bahasa
Indonesia). Jakarta: Gaya Favorit Press. OCLC 8777902.
 Echols, John (1956). Indonesian Writing in Translation. Ithaca: Cornell
University Press. OCLC 4844111.
 Hamzah, Amir (1953). Buah Rindu (dalam bahasa Indonesia). Jakarta:
Pustaka Rakjat. OCLC 23787339.
 Husny, M. Lah (1978). Biografi – Sejarah Pujangga dan Pahlawan
Nasional Amir Hamzah(dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Department of
Education and Culture. OCLC 18582287.
 Jassin, H.B. (1962). Amir Hamzah: Radja Penjair Pudjangga Baru (dalam
bahasa Indonesia). Jakarta: Gunung Agung. OCLC 7138547.
 Johns, Anthony H. (1979). "Amir Hamzah: Malay Prince, Indonesian
Poet". Cultural Options and the Role of Tradition: A Collection of Essays
on Modern Indonesian and Malaysian Literature. Canberra: Faculty of
Asian Studies in association with the Australian National University Press.
hlm. 124–140. ISBN 978-0-7081-0341-8.
 Mihardja, Achdiat K. (1955). "Amir Hamzah dalam
Kenangan". Remembering Amir Hamzah(dalam bahasa Indonesia).
Yogyakarta: Djawatan Kebudajaan. hlm. 113–122. OCLC 220483628.
 Teeuw, A. (1955). Pokok dan Tokoh (dalam bahasa Indonesia). 1. Jakarta:
Pembangunan. OCLC 428077105.
 Teeuw, A. (1980). Sastra Baru Indonesia (dalam bahasa Indonesia). 1.
Ende: Nusa Indah. OCLC 222168801.

Kategori: 
 Buku tahun 1941
 Koleksi puisi
 Amir Hamzah
Menu navigasi
 Belum masuk log
 Pembicaraan
 Kontribusi
 Buat akun baru
 Masuk log
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu
Pencarian
Cari Lanjut

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Artikel pilihan
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang
Komunitas
 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan
Wikipedia
 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir
Bagikan
 Facebook
 Twitter
Perkakas
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Kutip halaman ini
 Butir di Wikidata
 Pranala menurut ID
Cetak/ekspor
 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak
Bahasa lain
 English
 Bahasa Melayu
Sunting interwiki
 Halaman ini terakhir diubah pada 5 Agustus 2019, pukul 12.53.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
 Kebijakan privasi

 Tentang Wikipedia

 Penyangkalan

 Tampilan seluler

 Pengembang

 Statistik

 Pernyataan kuki

Anda mungkin juga menyukai