Buah Rindu
Bahasa Melayu
Daftar isi
1Latar belakang
2Isi
3Gaya
4Tema
5Tanggapan
6Catatan penjelas
7Referensi
8Kutipan
Isi[sunting | sunting sumber]
Buah Rindu berisi 23 puisi berjudul dan 2 puisi tanpa judul, satu kuatrain pendek di awal
buku, dan dedikasi tiga baris di akhir buku. [9] Dedikasi penutupnya bertuliskan "Kebawah
peduka Indonesia-Raya / Kebawah debu Ibu-Ratu / Kebawah kaki Sendari-Dewi",[a]
[10]
Achdiat Karta Mihardja, teman sekelas Amir, menulis bahwa kekasih Amir dari Jawa,
Ilik Sundari, langsung dikenali semua teman Amir. Ia menganggap Sundari sebagai
inspirasinya sebagaimana "Laura bagi Petrarch, Mathilde bagi Jacques Perk".[11]
Puisi-puisi berjudulnya diurutkan sebagai berikut:
1. "Cempaka..."
2. "Cempaka Mulia"
3. "Purnama Raya"
4. "Buah Rindu" (empat bagian)
5. "Kusangka"
6. "Tinggallah"
7. "Tuhanku Apatah Kekal?"
8. "Senyum Hatiku, Senjum"
9. "Teluk Jayakarta"
10. "Hang Tuah"
11. "Ragu"
12. "Bonda" (dua bagian)
13. "Dagang"
14. "Batu Belah"
15. "Mabuk..."
16. "Sunyi"
17. "Kamadewi"
18. "Kenang-Kenangan"
19. "Malam"
20. "Berlagu Hatiku"
21. "Harum Rambutmu"
22. "Berdiri Aku"
23. "Pada Senja"
24. "Naik-Naik"
Dari semua puisi di Buah Rindu, 10 di antaranya sudah pernah diterbitkan. Sepuluh
puisi tersebut mencakup karya-karya Amir yang pertama diterbitkan, "Mabuk..." dan
"Sunyi", yang disertakan dalam majalah Timboel edisi Maret 1932, serta "Dagang",
"Hang Tuah", "Harum Rambutmu", "Kenang-Kenangan", "Malam", "Berdiri Aku",
"Berlagu Hatiku", dan "Naik-Naik". Sisanya belum pernah diterbitkan. [12]
Gaya[sunting | sunting sumber]
Di Buah Rindu, terutama puisi-puisi pertamanya, Amir menunjukkan kegemarannya
memakai bentuk puisi Melayu tradisional seperti kuatrain (dapat ditemukan
di pantun dan syair). Namun tidak seperti bentuk tradisional yang sangat kaku, Amir
mencampurkan pola rimanya. Misalnya, satu kuatrain bisa
mengandung monorima (seloka), sementara kuatrain selanjutnya memiliki pola empat
baris sederhana yang berlompatan (pantun).[8] Baris-barisnya dibelah oleh satu caesura,
kadang-kadang dua. Caesura-nya tidak selalu di tengah garis, kadang cenderung ke
depan, dan kadang cenderung ke belakang. [13]
Teksnya didominasi istilah-istilah cinta dan pencarian,
termasuk kelana, merantau, cinta, dan asmara.[14]
Menurut Johns, pencitraan di Buah Rindu sangat bergantung pada sastra Melayu
tradisional. Bunga-bungaan sering disebut. Seperti saat kekasih di "Buah Rindu II"
merenungkan awan, bunga-bunga ini berperan sebagai "motif yang diturunkan dengan
jelas, tetapi diceritakan kembali oleh Hamzah secara kreatif dan menyentuh".
[15]
Terminologi Amir tampaknya sangat dipengaruhi puisi Melayu klasik. Di "Hang Tuah"
misalnya, kata perenggi digunakan untuk menyebut pasukan Portugal yang
menyerang Malaka. Kata yang sama dapat ditemukan di teks-teks klasik
seperti Sejarah Melayu dan Hikayat Hang Tuah. Kata klasik lainnya
meliputi galyas dan pusta, padahal artinya sama dengan kapal perang dan kapal.[16]
Pemilihan bahasa Amir dipenuhi kata dan ide dari bahasa Jawa. Johns menunjukkan
beberapa kata yang tidak diketahui dalam bahasa Melayu, seperti banyu, yayi,
dan Tejaningsun. Ia juga melihat adanya pengaruh bentuk puisi macapatan Jawa.
[17]
Kemunglinan sumber pengaruh lainnya adalah sastra India. Sejarawan Indonesia HB
Jassin menemukan beberapa hal di "Buah Rindu II", termasuk penggambaran awan
yang mirip dengan Meghadūta Kālidāsa.[18] Dewa-dewi Hindu juga disebut dalam
puisinya.[18]
Tema[sunting | sunting sumber]
Pakar sastra Indonesia dari Belanda A. Teeuw menulis bahwa koleksi ini disatukan oleh
tema kerinduan[19] yang dijabarkan Jassin: Amir merindukan ibunya, merindukan orang
yang dicintainya, dan merindukan kampung halamannya. Semuanya disebut "kekasih".
Menurut Teeuw, kerinduan ini tidak seperti nada religius pada Nyanyi Sunyi. Buah
[20]
Tanggapan[sunting | sunting sumber]
Buah Rindu diterbitkan secara lengkap di Poedjangga Baroe edisi Juni 1941, majalah
yang ikut didirikan Amir tahun 1933.[12] Koleksi puisi ini kemudian diterbitkan lagi dalam
bentuk buku terpisah oleh Poestaka Rakjat di Jakarta.[22]
Johns menulis bahwa meski elemen-elemen individualitas sangat kentara di dalam
koleksi ini, "tak satupun yang menunjukkan individualitas dan intensitas" tulisan-tulisan
terakhir Amir.[8] Ia melihat ada dua puisi, "Tinggallah" dan "Senyum Hatiku, Senyum",
yang terkesan lemah.[15] Walaupun memiliki sudut pandang positif terhadap karya-karya
Amir, penyair Chairil Anwar tidak menyukai Buah Rindu dan menganggapnya terlalu
klasik.[23]
Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Jakarta City Government, Amir Hamzah.
2. ^ Echols 1956, hlm. 14.
3. ^ Teeuw 1980, hlm. 125–26.
4. ^ Jassin 1962, hlm. 8.
5. ^ Husny 1978, hlm. 29.
6. ^ Jassin 1962, hlm. 9.
7. ^ Dini 1981, hlm. 29–30.
8. ^ a b c Johns 1979, hlm. 126.
9. ^ Hamzah 1953, hlm. 4–46.
10. ^ Mihardja 1955, hlm. 120.
11. ^ Mihardja 1955, hlm. 122.
12. ^ a b Jassin 1962, hlm. 211–19.
13. ^ Johns 1979, hlm. 129.
14. ^ Jassin 1962, hlm. 11.
15. ^ a b Johns 1979, hlm. 127.
16. ^ Jassin 1962, hlm. 20.
17. ^ Johns 1979, hlm. 128.
18. ^ a b Jassin 1962, hlm. 23–25.
19. ^ Teeuw 1955, hlm. 110.
20. ^ a b Jassin 1962, hlm. 28.
21. ^ Teeuw 1980, hlm. 132.
22. ^ Husny 1978, hlm. 83.
23. ^ Teeuw 1980, hlm. 136.
Kutipan[sunting | sunting sumber]
"Amir Hamzah". Encyclopedia of Jakarta (dalam bahasa Indonesia).
Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 December
2011. Diakses tanggal 26 December 2011.
Dini, Nh. (1981). Amir Hamzah: Pangeran dari Seberang (dalam bahasa
Indonesia). Jakarta: Gaya Favorit Press. OCLC 8777902.
Echols, John (1956). Indonesian Writing in Translation. Ithaca: Cornell
University Press. OCLC 4844111.
Hamzah, Amir (1953). Buah Rindu (dalam bahasa Indonesia). Jakarta:
Pustaka Rakjat. OCLC 23787339.
Husny, M. Lah (1978). Biografi – Sejarah Pujangga dan Pahlawan
Nasional Amir Hamzah(dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Department of
Education and Culture. OCLC 18582287.
Jassin, H.B. (1962). Amir Hamzah: Radja Penjair Pudjangga Baru (dalam
bahasa Indonesia). Jakarta: Gunung Agung. OCLC 7138547.
Johns, Anthony H. (1979). "Amir Hamzah: Malay Prince, Indonesian
Poet". Cultural Options and the Role of Tradition: A Collection of Essays
on Modern Indonesian and Malaysian Literature. Canberra: Faculty of
Asian Studies in association with the Australian National University Press.
hlm. 124–140. ISBN 978-0-7081-0341-8.
Mihardja, Achdiat K. (1955). "Amir Hamzah dalam
Kenangan". Remembering Amir Hamzah(dalam bahasa Indonesia).
Yogyakarta: Djawatan Kebudajaan. hlm. 113–122. OCLC 220483628.
Teeuw, A. (1955). Pokok dan Tokoh (dalam bahasa Indonesia). 1. Jakarta:
Pembangunan. OCLC 428077105.
Teeuw, A. (1980). Sastra Baru Indonesia (dalam bahasa Indonesia). 1.
Ende: Nusa Indah. OCLC 222168801.
Kategori:
Buku tahun 1941
Koleksi puisi
Amir Hamzah
Menu navigasi
Belum masuk log
Pembicaraan
Kontribusi
Buat akun baru
Masuk log
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu
Pencarian
Cari Lanjut
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Artikel pilihan
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Bagikan
Facebook
Twitter
Perkakas
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Kutip halaman ini
Butir di Wikidata
Pranala menurut ID
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh versi PDF
Versi cetak
Bahasa lain
English
Bahasa Melayu
Sunting interwiki
Halaman ini terakhir diubah pada 5 Agustus 2019, pukul 12.53.
Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangkalan
Tampilan seluler
Pengembang
Statistik
Pernyataan kuki