DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
PRODI TARBIYAH
2020
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
BAB I1 PEMBAHASAN
A. Tokoh – Tokoh Pendidikan Islam ................................................. 3
1. Ibnu Miskawaih .......................................................................... 3
2. Ibnu Sina .................................................................................... 4
3. Ibnu Taimiyah ............................................................................ 5
4. Ibnu Kaldun ................................................................................ 5
B. Tokoh – Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia........................... 7
1. K.H. Ahmad Dahlan.................................................................... 7
2. K.H. Hasyim Asy’ari .................................................................. 9
3. K.H. Abdul Halim ...................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam tak terlepas dari para tokoh agamanya yang menyebarkan maupun
mengembangkan pendidikan Islam didunia, dan di Negara kita sendiri terdapat
beberapa tokoh Pendidikan Islam yang Jasanya sangat besar dalam perkembangan
Pendikan Islam.
Sekian banyak tokoh pendidikan Islam yang ada, baik yang dikenal ataupun
tidak dikenal tentunya banyak diambil pelajaran dan hikmahnya. Seiring berjalannya
waktu, berjasa banyak yang terlupakan, bahkan ajaran mereka dan peran sertanya
banyak di abaikan. oleh karena itu kita sebagai Generasi muda tak sepatutnya
melupakan jasa jasa mereka. Bahkan kita harus lebih giat lagi dalam meneruskan visi
misi mereka.
Maka dari itu, Memahami Pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata
“Islam” dari kata “pendidikan”, karena sebagai Predikat Islam juga merupakan satu
subtansi dan subjek penting yang cukup komplek. karenanya, untuk memahami
pendidikan Islam bearti kita harus melihat aspek utama Visi misi Agama Islam yang
diturunkan kepada umat manusia dari sisi Pedagogis. Sesungguhnya dalam
merefleksikan nilai-nilai Pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan
manusia sehingga menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama Universal telah
memberikan pedoman hidup bagi umat manusia menuju kehidupan bahagia, yang
pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting
untuk membuka jalan kehidupan manusia.
Untuk dapat mengenal pendidikan secara lebih mendalam, perlu ditelaah
pandangan-pandangan orang-orang yang berdedikasi dalam dunia pendidikan. Dalam
makalah ini akan membahas tentang pendidikan Islam dalam pemikiran beberapa tokoh
pendidikan Islam serta peran mereka dalam memberantas kebodohan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Tokoh-tokoh Pendidikan Islam ?
2. Bagaimana pemikiran Tokoh-tokoh Pendidikan Islam ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
jiwa manusia. Dari keterangan di atas dapat ditarik sebuah pemahaman
bahwa Ibnu Miskawaih lebih memberi tekanan pada pribadi.
Menurut Ibnu Miskawaih, jiwa manusia dibagi menjadi menjadi tiga,
yakni:
1. al-bahimiyyah, yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
2. al-ghadabiyah, yaitu kebernian yang diperhitungkan dengan masak
untung ruginya.
3. an-nathiqah. Yaitu kebijaksanaan.
Ibnu Miskawaih menegaskan bahwa setiap keutamaan memiliki dua
sisi yang ekstrem. Yang tengah bersifat terpuji dan yang ekstrem bersifat
tercela. (Yanuar Arifin, 2018:59).
2. Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibnu Abdullah. Beliau
lahir pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat
Bukhara, di kawasan Asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkh, Suatu
kota termasyhur dikalangan orang-orang Yunani. (Yanuar Arifin, 2018:121).
Menurut Ibnu Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah
perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan
budi pekerti. Selain itu, pendidikan harus mampu untuk mempersiapkan
seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat secara bersama-sama dengan
melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat,
kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Khusus mengenai pendidikan yang bersifat jasmani, hendaknya
pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya seperti olahraga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan.
Tampaknya, sekilas tentang tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh
Ibnu Sina didasarkan pada pandangan tentang insan kamil (manusia sempurna).
4
Yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang dan
menyeluruh. (Yanuar Arifin, 2018: 124).1
3. Ibnu Taimiyah
Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abd al-Halim bin
Taimiyyah. Beliau lahir di kota Harran, wilayah Syiria, pada hari senin 10
rabi’ul awal 661 H/22 Januari 1263. Dan wafat di Damaskus pada malam senin,
20 Zulkaidah, 728 Hijriah/26 September 1328M. Ayahnya bernama Syihab ad-
Din ‘Abd al-Halim Ibn as-Salam (627-672H). adalah seorang ulama besar yang
mempunyai kedudukan tinggi di Masjid Agung Damaskus.
Pemikiran Ibnu Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi ke
dalam pemikirannya dalam bidang falsafah pendidikan, tujuan pendidikan,
kurikulum dan hubungan pendidikan dengan kebudayaan. Tentunya, pemikiran
tersebut di bangun berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
4. Ibnu Kaldun
Ibnu khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan
cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang
pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang pendiri ilmu pengetahuan sosiologi
yang secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta
memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata.
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn
Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami.Beliau dilahirkan di Tunisia pada 1
Ramadhan 732 H./27 Mei 1332 M, wafat 19 Maret 1406/808H. Beliau dikenal
sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alqur'an sejak usia dini,
selain itu beliau juga membahas tentang pendidikan islam. Karyanya yang
terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
Beliau masih memiliki garis keturunan dengan Wail bin Hajar, salah
seorang sahabat Nabi Saw. Wail bin Hajar pernah meriwayatkan sejumlah
hadith serta pernah dikirim nabi untuk mengajarkan agama Islam kepada para
1 Yanuar Arifin, Pemikiran Emas Era Tokoh Pendidikan Islam, Cet 1, (Yogyakarta:IRCiSoD,2018). Hal 57-
124
5
penduduk daerah itu. Pada abad ke-8 M Khalid bin Utsman datang ke Andalusia
bersama pasukan arab penakluk wilayah bagian selatan Spanyol. Khalid
kemudian lebih dikenal panggilan Khaldun sesuai dengan kebiasaan orang
Andalusia dan Afrika Barat Laut yakni dengan penambahan pada akhir nama
dengan “un” sebagai pernyataan penghargaan kepada keluarga penyandangnya.
Dengan demikian Khalid menjadi Khaldun.
Di Andalusia keluarga Khaldun memainkan peranan yang cukup
menonjol baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi politik. Mereka
awalnya menetap di kota Carmon kemudian pindah ke kota Sevilla. Di kota ini
mereka memainkan peranan penting dalam pemerintahan. Akan tetapi melihat
kakeknya yang aktif dalam pemerintahan maka ayah ibn Khaldun memutuskan
untuk menjauhkan diri sama sekali dari dunia politik dan mengkhususkan
dirinya untuk bergerak hanya di bidang ilmu pengetahuan. Ayahnya menjadi
terkenal di bidang bahasa arab dan tasawuf.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang
semata-semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek
pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain
merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani.
Tradisi penyeledikan ilmiah yang dilakukan oleh ibnu khaldun dimulai
dengan menggunakan tradisi berfikir ilmiahdengan melakukan kritik atas cara
berfikir “model lama” dan karya-karya ilmuwan sebelumnya, dari hasil
penyelidikan mengenai karya-karya sebelumnya, telah memberikan kontribusi
akademik bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang sahih, pengetahuan ilmia
auat pengetahuan yang otentik.
Adapun tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun yaitu:
1. Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan
2. Menyiapkan seseorang dari segi akhlaq
3. Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
4. Menyiapakn seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan
5. Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran
6
6. Menyiapkan seseorang dari segi kesenian
Pandangan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam berpijak pada konsep dan
pendekatan filosofis-empiris. Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai
dalam proses pendidikan yaitu: 1). Pengembangan kemahiran (al-malakah atau skill)
dalam bidang tertentu. 2). Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan
zaman. 3). Pembinaan pemikiran yang baik. Syafarudin Jurdi, 2008: 17). 2
2 Syarifudin Jurdi, Sosiologi Islam ElaborasiPemikiran Sosial Ibn Khaldun, (POKJA :’UIN Sunan Kalijaga,
2008) hlm.17.
7
Nama Muhammad Darwis telah diganti dengan Ahmad Dahlan setelah
pulang dari tanah suci. Dan setelah berselang beberapa tahun pulang dari
tanah suci maka kawinlah ia dengan Nyai Abdulla janda dari Haji Abdullah,
pernah juga kawin dengan Nyai Run (bibi prof Abd Kahar Muzakir) adiknya
kiai munawir krayiak (yogya), kemudian kawin pula dengan Nyai Aisyah
(adik ajengan penghulu) cianjur. Dan konon ia juga pernah kawin dengan
Nyai Saleh, putri kanjeng penghulu M. Syafi’I, adiknya Kiai Kasim paku
alam yogya. dan terakhir dengan ibu Walidah binti Kiai penghulu haji Fadhil
(Terkenal dengan sebutan Nyai Dahlan) yang mendampingi beliau hingga
beliau meninggal.
Dengan Ibu Walidah ini Ahmad Dahlan memperoleh keturunan
diantaranya adalah Djuohan (Istri pertama Haji Hilal, yang mempunyai anak
wahban Hilal). Haji Siraj Dahlan (Direktur Madrasah Mualimin
Muhammadiyah Yogyakarta, meninggal pada tahun 1948), siti Busro (istri
Haji Isom Dja’far), Siti Aisyah (istri kedua Haji Hilal), dan Zuhrah (istri H.
Maskur Barjamasin), dan Irfan Dahlan. K.H. Ahmad Dahlan meninggal pada
tanggal 23 Februari 1923 M di Kauman Yogyakarta dalam usia 55 tahun.
(Titin Yeni, 2020: 178).
b. Pemikiran Pendidikan
Ahmad Dahlan berpandangan bahwa pendidikan sangat penting dalam
pembentukan kepribadian. Ahmad Dahlan juga berpandangan bahwa
pendidikan harus membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan
yang di perlukan untuk mencapai kemajuan materil.
Pendirian organisasi Muhamadiyah pada tanggal 18 November 1912 M
atau 8 Dzulhijjah 1330 H. Turut mempercepat pendirian sekolah-sekolah
baru dengan model yang baru. Selain membangun sekolah-sekolah
muhamadiyah yang di pimpin oleh Ahmad Dahlan jiga mengembangkan
program pendidikan agama untuk masyarkat umum, baik yang di lakukan
melalui pengajian-pengajian maupun kursus-kursus yang lebih formal.
8
Sebagai tokoh pembaru dalam bidang pendidikan, dakwah, dan sosial
keagamaan, Ahmad Dahlan menghadapi tantangan dan hambatan yang amat
keras dari kaum tradisionalis. Namun berkat kesabaran, keteguhan,dan
keuletan dalam menyampaikan ajaran-ajaran agama,cita-cita dan obsersi
Ahmad Dahlan dapat terlaksana.3
9
8. Etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang
berkaitannya dengannya.
Dari 8 pokok pemikiran diatas, K.H. Hasyim Asy’ari
membaginya kembali kedalam 3 kelompok, yaitu:
1. Signifikansi Pendidikan
2. Tugas dan tanggung jawab seorang murid
3. Tugas dan tanggung jawab seorang guru.
pada dasarnya, ke 3 pemikiran tersebut adalah hasil Integralisasi
dari 8 pokok pendidikan yang dituangkan oleh KH.Hayim Asy’ari.
(Titin Yeni, 2020:168). 4
4 Titin Yeni, S. Ag., M. Hum. Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam, cet 1, (Yogyakarta: Nuun
Mediata Press, 2020). hal. 164
5 Djohan Effendi, Pembaharuan Tanpa membongkar Tradisi, (Jakarta: kompas march, 2010). hal 6.
10
Secara bertahap, organisasi yang dipimpinnya dapat memperbaiki
keadaan masyarakat, khususnya masyarakat kecil. Melihat kemajuan dan hasil
yang telah dicapainya, pemerintah kolonial Belanda mulai menaruh curiga.
Secara diam-diam pemerintah kolonial mengutus polisi rahasia (yang disebut
Politiek Inlichtingn Dienst/PID) untuk mengawasi pergerakan Abdul Halim dan
setiap orang yang dicurigai. Pada tahun 1915 organisasi yang dipimpinnya ini
dibubarkan sebab dinilai oleh pemerintah sebagai penyebab terjadinya beberapa
kerusuhan (terutama antara pribumi dan Cina). Sejak itu Hayatul Qulub secara
resmi dibubarkan namun kegiatannya terus berjalan.
Pada tanggal 16 Mei 1916 Abdul Halim mendirikan Jam’iyah I’anah al-
Muta’alimin sebagai upaya untuk terus mengembangkan bidang pendidikan.
Sistem pendidikan berkelas dengan lama belajar lima tahun. Sekolah ini mula-
mula mendapat kritikan dari ulama setempat namun kemudian mendapat
sambutan baik. Murid-murid datang bukan hanya dari Majalengka tetapi juga
dari Indramayu, Kuningan, Cirebon, dan Tegal. Lulusannya kemudian
mendirikan madrasah di tempat asalnya. Untuk menjaga mutu pendidikan, K.H.
Abdul Halim mengadakan hubungan dengan Jamiat Khair dan Al-Irsyad di
Jakarta. Untuk ini ia menjalin hubungan dengan Jam’iyat Khair dan al-Irsyad di
Jakarta. Melihat sambutan yang cukup tinggi, yang dinilai oleh pihak kolonial
dapat merongrong pemerintahan, maka pada tahun 1917 organisasi ini pun
dibubarkan. Dengan dorongan dari sahabatnya, HOS. Tjokroaminoto (Presiden
Sarekat Islam pada waktu itu), pada tahun itu juga ia mendirikan Persyarikatan
Ulama. Organisasi ini diakui oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tanggal
21 Desember 1917. Pada tahun 1924 daerah operasi organisasi ini sampai ke
seluruh Jawa dan Madura, dan pada tahun 1937 terus disebarkan ke seluruh
Indonesia.6.
6 A. Mujib, Dkk. Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: PT. Diva Pustaka, 2004), hal. 47-49.
11
Untuk mendukung organisasi ini, terutama pada sektor keuangan/dana,
Abdul Halim mengembangkan usaha bidang pertanian dengan membeli tanah
seluas 2,5 ha pada tahun 1927, kemudian mendirikan percetakan pada tahun
1930. Pada tahun 1939 ia mendirikan perusahaan tenun dan beberapa
perusahaan lainnya, yang langsung di bawah pengawasannya. Untuk mendukung
lajunya perusahaan di atas, kepada para guru diwajibkan menanam saham sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Abdul Halim juga mendirikan sebuah
yayasan yatim piatu yang dikelola oleh persyarikatan wanitanya, Fatimiyah.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Pada intinya pendidikan itu sangatlah penting dan tak terlepas dari usaha
usaha terutama pendidikan Islam. Dimana pendidikan Islam ini sangat
dianjurkan bahkan diwajibkan bagi tiap-tiap muslim.
Sebab, dalam perkembangan diseluruh dunia banyak terdapat tokoh-
tokoh yang terkemuka dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam.
Semua mempunyai pemikiran-pemikiran tersendiri, namun semuanya itu
tetaplah mengarah dan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Selain itu juga ternyata pendidikan Islam, tidak hanya mencakup masalah
ke agamawan saja tetapi semua ilmu pengetahuan terdapat di dalamnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Yanuar, 2018. Pemikiran Emas era tokoh Pendidikan Islam. Yogyakarta:
IRCisoD.
Jurdi Syarifuddin. 2008. Sosiologi Islam Elaborasi Pemikiran sosial Ibn Kaldun.
Yogyakarta: Uin Kalijaga.
Yeni Titin. 2020. Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam. Yogyakarta: Nuun
Mediata Press.
14