Anda di halaman 1dari 18

JEK T  <>     *44/    

Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan


Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi

I Gede Riana
Ni Luh Putu Wiagustini*)
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

/XK*HGH0H\GLDQDZDWKL
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep Masterplan Pengembangan UMKM berbasis perikanan
GLZLOD\DK%DOL, untuk menjadikan Bali sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil perikanan di Koridor Bali-
Nusa Tenggara. Pada Tahun-1 periode penelitian, aktivitas penelitian yang dilakukan mencakup tiga proses,
DQWDUD ODLQ DQDOLVLV SRWHQVL 80.0 DQDOLVLV LNOLP XVDKD GDQ LGHQWL¿NDVL NHQGDOD GDQ WDQWDQJDQ 'HQJDQ
PHQJJXQDNDQ PHWRGH DQDOLVLV UHJUHVL OLQLHU VLVWHP LQIRUPDVL JHRJUD¿V 6,*  GDQ DQDOLVLV KLHUDUNL SURVHV
$+3  SDGD SHQHOLWLDQ WDKXQ GLSHUROHK LQIRUPDVL PHQJHQDL NDUDNWHULVWLN 80.0 EHUEDVLV SHULNDQDQ GL
%DOLDQWDUDODLQ WHUGDSDWSHQJDUXKSRVLWLIDQWDUDSHUNHPEDQJDQ3'5%GDQWHQDJDNHUMDWHUKDGDSWLQJNDW
produktivitas (nilai produksi) UMKM; dan 2) kebutuhan pengembangan UMKM berbasis perikanan di Bali
mencakup beberapa aspek-aspek operasional, modal dan akses pasar. Untuk itu Pemerintah Provinsi Bali,
pelaku UMKM, dan masyarakat diharapkan mampu mensinergikan diri baik secara kelembagaan, peningkatan
NXDOLWDV6'0SHPEHUGD\DDQOHPEDJDNHXDQJDQGLWLQJNDWORNDOVHUWDSDUWLVLSDVLDNWLIGDODPDNVHVSHPDVDUDQ
ke tingkat internasional.

Kata kunci: UMKM berbasis perikanan, nilai tambah, percepatan pembangunan ekonomi, masyarakat
pesisir

Fisheries-Based SME Master Plan To Improve The Processing


of Fish Products That Have High Value Added

ABSTRACT

7KLVUHVHDUFKDLPVWRJHQHUDWHD0DVWHUSODQRI¿VKHULHVEDVHG60(GHYHORSPHQWFRQFHSWLQ%DOLUHJLRQLQ
RUGHUWREXLOG%DOLDVWKHFHQWUHIRUSURGXFWLRQDQGSURFHVVLQJRI¿VKHU\SURGXFWVLQWKH&RUULGRURI%DOL1XVD
7HQJJDUD,Q<HDURIWKHVWXG\SHULRGWKHUHVHDUFKDFWLYLWLHVFDUULHGRXWLQFOXGHVWKUHHSURFHVVHVLQFOXGLQJ
DQDO\VLVRIWKHSRWHQWLDORI60(VDQDO\]HVWKHEXVLQHVVF\FOHDQGLGHQWL¿FDWLRQRIEDUULHUVDQGFKDOOHQJHV%\
XVLQJWKHPHWKRGRIOLQHDUUHJUHVVLRQDQDO\VLVJHRJUDSKLFLQIRUPDWLRQV\VWHPV *,6 DQGDQDO\WLFDOKLHUDUFK\
SURFHVV $+3 WKHVWXG\UHVXOWVLQ\HDUREWDLQHGVRPHLQIRUPDWLRQDERXWWKHFKDUDFWHULVWLFVRI¿VKHULHV
EDVHG60(V%DOLFRQVLVWLQJRI WKHUHLVDSRVLWLYHHIIHFWEHWZHHQ*'3JURZWKDQGHQHUJ\ZRUNRQWKHOHYHO
RISURGXFWLYLW\ RXWSXWYDOXH RI60(VDQG WKHQHHGIRUWKHGHYHORSPHQWRI¿VKHULHVEDVHG60(VLQ%DOL
include some operational, capital, and market access aspects. To the Bali Provincial Government, SMEs and
WKH SXEOLF DUH H[SHFWHG WR V\QHUJL]H WKHPVHOYHV LQ WHUP RI LQVWLWXWLRQDOO\ LPSURYLQJ WKH TXDOLW\ RI KXPDQ
UHVRXUFHV HPSRZHULQJ ¿QDQFLDO LQVWLWXWLRQV DW WKH ORFDO OHYHO DV ZHOO DV DFWLYH SDUWLFLSDWLRQ LQ PDUNHWLQJ
access to the international level.

Keywords: Fisheries-based SME, value added, acceleration of economic development, coastal communi-
ties

*) E-mail: wiagustini@yahoo.com


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

PENDAHULUAN Fleksibilitas dalam melakukan penyesuaian kapasitas


SURGXNVL PHQMDGL IDNWRU \DQJ PHQGXNXQJ NHFLOQ\D
Krisis ekonomi memberi pelajaran berharga tentang dampak penurunan output pada usaha skala kecil dan
kekuatan bangunan struktur usaha Indonesia. Usaha menengah.
besar yang melalui strategi industri substitusi impor Harus diakui sampai saat ini UKM telah secara
pada periode 1970-1985 dan dilanjutkan strategi HIHNWLI PHQMDGL safety valve ekonomi dalam
industri promosi ekspor mulai 1985 diharapkan penyediaan tenaga kerja, memproduksi output dan
PHPEHULNDQHIHNPHQHWHVWHUQ\DWDKDQ\DPHODKLUNDQ sumber kehidupan dan ketenangan bagi jutaan
bangunan struktur industri yang rapuh dan timpang. rakyat Indonesia. Salah satu indikasi mengapa UKM
Dimana industri besar yang jumlahnya sedikit bertahan adalah karena salah satu atau kombinasi
namun menguasai lebih dari 70% total asset usaha alasan berikut: (a) tidak terkaitnya kegiatan ekonomi
di Indonesia. Sementara industri kecil dengan UKM dengan pinjaman dollar, (b) seperti dilaporkan
jumlah sangat besar tidak mengalami imbas dari oleh (CESS, 1999) UKM mampu mengadakan langkah
penguasaan asset dan perkembangan yang dialami penghematan dengan substitusi input mahal terhadap
oleh industri besar. Namun ketika krisis menghantam input yang lebih murah, dan (c) serta mampu
perekonomian Indoneisa, terbukti industri besar yang melakukan keanekaragaman usaha (differensiasi
lebih rapuh daya tahannya terhadap krisis. usaha) dan membuka pasar baru GLYHUVL¿NDVLpasar)
Kemampuan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dan (d) UKM pada dasarnya majoritas bergerak
untuk bertahan dalam kondisi krisis terjadi karena dua berdasarkan modal sendiri dan bukan pinjaman
IDNWRUXWDPDPertama, kandungan lokal yang tinggi (CESS, 1999).
pada input produksinya. Local content yang tinggi tidak Namun temuan lain hasil studi ini juga menunjukkan
semata-mata menghindarkan keterpurukan akibat EDKZD VXPEHU NXUDQJQ\D NHPDPSXDQ GD\D VDLQJ
depresiasi rupiah yang menyebabkan meningkatnya pasar yang paling dirasakan khususnya oleh usaha
biaya produksi pada usaha yang banyak menggunakan skala menengah justru akibat lingkungan usaha yang
LQSXWLPSRU.HXQJJXODQIDNWRUSHUWDPDLQLMXJDGDSDW WLGDN NRQGXVLI GHQJDQ EDQ\DNQ\D SXQJXWDQ \DQJ
diteruskan untuk menghasilkan komoditas dengan menggeragoti margin. UKM yang notabene secara
keunikan dan kekhasan tertentu yang menjadi nilai ULLO PHODNXNDQ NHJLDWDQ SURGXNWLI GHQJDQ VDQJDW
lebih produk yang membuatnya memiliki daya saing mengandalkan margin yang didapat sebagai modal
OHELK GLSDVDU 6HFDUD ILORVRIL VXDWX SURGXN DNDQ XQWXNPHODNXNDQDNXPXODVLNDSLWDOPDXSXQH¿VLHQVL
memiliki nilai lebih dan daya saing dipasar ketika untuk meningkatkan daya saing. Penurunan margin
produk yang dihasilkan dapat menjadi yang terbaik akibat berbagai bentuk pungutan akan berimplikasi
(to be number one) di kelasnya atau menjadi satu- pada penurunan kemampuan melakukan akumulasi
satunya (to be the only one). kapital sehingga berdampak pada kemampuannya
Disisi lain, kebanyakan produksi IKM masih PHODNXNDQDNXPXODVLNDSLWDOPHQXUXQNDQH¿VLHQVL
mengandalkan pasar lokal dan permintaan dalam ne- dan memaksanya meningkatkan harga jual sehingga
geri sebagai sumber omsetnya kecuali pada produk ter- menjadi sulit bersaing dalam iklim pasar yang
tentu. Belum banyak produk IKM bahkan yang berasal NRPSHWLWLI'LSLKDNODLQKDPEDWDQWHUVHEXWVHPDNLQ
dari usaha menengah yang mampu melakukan ekspor melemahkan motivasi UKM untuk berkembang
langsung. Kemampuan melakukan inovasi yang lemah lebih maju melalui inovasi, perluasan pasar maupun
dan merasa cukup puas dengan apa yang sudah dida- peningkatan skala usaha.
SDWPHQMDGLIDNWRU\DQJPHPEXDWNHPDPSXDQXQWXN 6WXGL&(66GDQ6ZLVVFRQWDFW  WHUKDGDS8.0
bersaing daya produk yang dihasilkan tidak cukup kuat. HNVSRUGL%DOLMXJDPHQXQMXNNDQEDKZDSDGDNRQGLVL
.HPDPSXDQ IOHNVLELOLWDV ,.0 GDODP PHUHVSRQ SDVDU\DQJVHPDNLQNRPSHWLWLIOLQJNXQJDQELVQLV\DQJ
IOXNWXDVL SHUPLQWDDQ SDVDU \DQJ EHUVXPEHU GDUL WLGDNNRQGXVLIGDQPHQDPEDKEHEDQELD\DPHQMDGL
keunggulan skala ekonomi untuk melakukan masalah yang sangat mengganggu kenyamanan
SHQ\HVXDLDQSHPDQIDDWDQNDSDVLWDVSURGXNVLGHQJDQ berusaha eksportir/trading house. Akibatnya daya
cepat. Perubahan permintaan yang terjadi dengan saing dari produk eksportir/trading house dari Bali
cepat dipasar pada saat krisis mampu direspon oleh yang notabene berasal dari UKM, menurun tajam
,.0 WDQSD WHUMDGLQ\D LQH¿VLHQVL \DQJ EHJLWX EHVDU karena sulit bersaing dengan produk dari negara
Studi CESS dan The Asia Foundation (2002) terhadap yang ongksos produksinya lebih murah. Bali yang
industri skala menengah dan besar menunjukkan merupakan salah satu andalan ekspor UKM (termasuk
EDKZD VHPDNLQ NHFLO VNDOD XVDKD VHPDNLQ NHFLO untuk produk dari daerah lain) dihadapi oleh semakin
dampak penurunan output yang terjadi akibat krisis. memburuknya iklim usaha akibat semakin banyaknya


JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564

pungutan dan perijinan yang dihadapi. Akibatnya Urgensi Penelitian


trading house yang menjadi saluran ekspor bagi produk Dilihat dari produksi perikanan di Indonesia ber-
UKM untuk meraih pasar mancanegara semakin GDVDUNDQ VHEDUDQ ZLOD\DKQ\D .RULGRU %DOL1XVD
merasa berat untuk mempertahankan usahanya. 7HQJJDUDPHUXSDNDQZLOD\DK\DQJPHPLOLNLSURGXN-
Berdasarkan keunggulan yang dimiliki dan kendala si perikanan laut cukup besar di Indonesia. Hal ini
yang dihadapi oleh IKM seperti yang paparan di PHQXQMXNNDQ EDKZD VHNWRU SHULNDQDQ PHUXSDNDQ
atas, pemerintah sebagai otoritas kebijakan perlu salah satu kegiatan ekonomi utama di Koridor Eko-
mempersiapkan perencanaan untuk menjadikan nomi Bali-Nusa Tenggara. Sementara disisi lain, ma-
IKM yang mandiri dan berdaya saing tinggi. UKM syarakat cenderung untuk membeli bahan pangan dan
harus diberi kesempatan dan juga arahan yang berupa hasil perikanan yang telah diolah dan dikemas dalam
LQIRUPDVLDNXUDWXQWXNPHQHQWXNDQXVDKDQ\DVHQGLUL EHQWXN\DQJOHELKPHZDK,QLPHUXSDNDQVXDWXWDQ-
seperti produk apa yang akan mereka produksi, berapa tangan, sekaligus peluang usaha industri pengolahan
banyak dan untuk siapa produk ini akan di pasarkan. hasil perikanan, misalnya pengembang inovasi produk
Dengan kesempatan yang luas dan arahan yang tepat siap saji, produk beku, produk kaleng, produk kering,
diharapkan IKM mempunyai daya saing yang tinggi dan value added seafood ¿OOHWNDNDSWXQDORLQVWHDN 
baik di pasar lokal, regional maupun internasional. Melalui konsep Masterplan Pengembangan
%DJL.RULGRU(NRQRPL%DOL±1XVD7HQJJDUDNHJLDWDQ 80.0 EHUEDVLV SHULNDQDQ GL ZLOD\DK %DOL, sangat
ekonomi utama perikanan saat ini menyumbang 13,2 dimungkinkan Bali menjadi pusat produksi dan
persen PDRB dari sektor agrikultur pangan. Potensi pengolahan hasil perikanan di Koridor Bali-Nusa
sektor perikanan ini memicu munculnya sektor-sektor 7HQJJDUD VHKLQJJD ZLOD\DK LQL DNDQ WXPEXK OHELK
lain baik hulu maupun hilir, termasuk salah satunya cepat di masa mendatang. Terkait dengan pemikiran
UMKM. UMKM berbasis perikanan di Bali berpotensi tersebut, maka penelitian ini berjudul: “Masterplan
PHQMDGLXQJJXODQNDUHQDGXDIDNWRUXWDPDPertama, UMKM Berbasis Perikanan Untuk Meningkatkan
kandungan lokal yang tinggi pada input produksinya. Pengolahan Produk Ikan Yang Memiliki Nilai Tambah
Local content yang tinggi terjadi karena pasukan Tinggi” (Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan
bahan baku yang melimpah, mengingat Bali-Nusa Masyarakat Pesisir Dan Percepatan Pembangunan
Tenggara merupakan daerah penghasil ikan. Kedua, Ekonomi Di Provinsi Bali), dengan maksud agar
menghasilkan komoditas dengan keunikan dan dapat menjadi acuan dalam pembuatan Masterplan
kekhasan lokal tertentu yang menjadi nilai lebih Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
produk yang membuatnya memiliki daya saing lebih Indonesia (MP3EI). Selain itu, secara akademik hasil
WLQJJL GL SDVDU 6HFDUD ¿ORVR¿ VXDWX SURGXN DNDQ penelitian ini memberikan kontribusi pengembangan
memiliki nilai lebih dan daya saing di pasar ketika PRGHONRQVHS SHQJHPEDQJDQ 80.0 \DQJ EHUVLIDW
produk yang dihasilkan dapat menjadi yang terbaik terpadu dan berkelanjutan.
(to be number one) di kelasnya atau menjadi satu-
satunya (to be the only one). Konsep Rencana Induk Pengembangan Ter-
Namun, selain mempunyai kelebihan, UMKM padu dan Berkelanjutan
dihadapkan pada beberapa masalah diantaranya: Rencana Induk Pengembangan Terpadu dan
Pertama, produksi UMKM masih mengandalkan Berkelanjutan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
pasar lokal dan permintaan dalam negeri sebagai pada dasarnya identik pengertiannya dengan rencana
sumber omsetnya kecuali pada produk tertentu. strategis atau masterplan, dimana esensinya adalah
Belum banyak produk UMKM bahkan yang berasal perencanaan jangka panjang dengan memperhatikan
dari usaha menengah yang mampu melakukan ekspor aspek lingkungan internal dan eksternal (terpadu)
langsung. Kedua, kemampuan melakukan inovasi dengan tujuan supaya kualitas lembaga usaha bisnis
yang lemah dan merasa cukup puas dengan apa dapat tetap bertahan hidup (berkelanjutan). Dengan
\DQJ VXGDK GLGDSDW PHQMDGL IDNWRU \DQJ PHPEXDW demikian, Rencana Induk Pengembangan Terpadu dan
kemampuan untuk bersaing produk yang dihasilkan Berkelanjutan UMKM merupakan upaya penyususnan
tidak cukup kuat. rencana jangka panjang (umumnya 10 tahun samapai
Berangkat dari kondisi tersebut, diperlukan sebuah dengan 20 tahun) dengan memeperhatikan kondisi
Masterplan Pengembangan UMKM berbasis perikanan lingkungan internal dan eksternal dalam upaya
\DQJEHUVLIDWLQYRWLIVHKLQJJD80.0EHUEDVLVSHULNDQ- menjaga keberlanjutan usaha. Keberlanjutan usaha
an di Bali mampu menjadi pilar percepatan dan perlua- dianalisis dari tiga aspek yaitu: (a) keberlanjutan
san ekonomi daerah pesisir khususnya di Propinsi Bali. pasokan bahan baku; (b) keberlanjutan inovasi; (c)
keberlanjutan pasar.


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

Gambar 1. Bagan Alir Penyusunan masterPlan Pengembangan UMKM di Provinsi Bali

DATA DAN METODOLOGI 3HULQGXVWULDQGDQ3HUGDJDQJDQ/DSRUDQ7ULZXODQ%,


di berbagai kantor cabang, Biro Pusat Statistik Bali, The
Ruang lingkup penelitian yang dilaksanakan dalam ,QWHUQDVLRQDO )LQDQFLDO 6WDWLVWLN GDQ IHGHUDOUHVHUYH
penyusunan MP-UMKM di Provinsi Bali meliputi gov.id dan data pendukung lainnya melalui media
tahapan-tahapan seperti yang telah dijabarkan pada Internet. Beberapa variabel yang digunakan adalah
Gambar 1. Berdasarkan bagan alir penyusunan MP- ekspor, impor, tenaga kerja PDRB, PMDN, dan PMA.
UMKM yang dituangkan pada Gambar 1, terdapat
enam proses aktivitas yang akan dilakukan selama Metode Analisis Data
dua tahap (dua periode/tahun) penelitian. Pada tahap Metode analisis data yang digunakan untuk
pertama penelitian ini (tahun ke-1), aktivitas penelitian PHQMDZDE WXMXDQDNWLYLWDV SURVHV SHQHOLWLDQ SDGD
yang dilaksanakan berdasarkan Gambar 1 adalah Tahun-1 ini antara lain:
tiga proses pertama, antara lain: 1) analisis potensi 1) Model Regresi Linier
80.0   DQDOLVLV LNOLP XVDKD GDQ   LGHQWL¿NDVL Dalam menganalisis pengaruh kondisi ekonomi
kendala dan tantangan. ZLOD\DK WHUKDGDS GDQ WHQDJD NHUMD WHUKDGDS
SURGXNWLYLWDV,QGXVWUL.HFLOGDQ0HQHQJDKGLZLOD\DK
Metode Pengumpulan Data Bali dilakukan dengan alat regresi linier berganda,
3URVHVSHQJXPSXODQGDWDXQWXNPHQJLGHQWL¿NDVL adapun model hasil analisis dapat diinterpretasi
potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah berbasis seperti pada Persamaan (1).
SHULNDQDQGLZLOD\DK3URSLQVL%DOLGLODNXNDQPHODOXL /RJ< ǃ0ǃ1 log X1 ǃ2 log X2 İt ...................(1)
tahap-tahap antara lain: 1) Survei, yang dilakukan untuk dimana, (X1) adalah Produk Domestik Bruto dan
PHPSHUROHK LQIRUPDVL GDQ PHQJXQJNDS GHVNULSVL (X2) adalah pekerja, sedangkan (Y) Nilai Produksi di
WHQWDQJ IDNWRUIDNWRU DSDNDK \DQJ PHPSHQJDUXKL Industri Kecil Menengah (IKM) berbasis Perikanan.
SHUNHPEDQJDQ80.0EHUEDVLVSHULNDQDQGLZLOD\DK
propinsi Bali; 2) Pengamatan Langsung, dilakukan  6LVWHP,QIRUPDVL*HRJUD¿
untuk mengungkap dan memperoleh gambaran yang SIG merupakan DODW \DQJ EHUPDQIDDW XQWXN
utuh dan sistematis tentang suasana yang melingkupi PHQJLGHQWLILNDVL GL PDQD ZLOD\DK \DQJ PHPLOLNL
proses pemberdayaan UMKM berbasis perikanan pertumbuhan cepat maupun lambat. SIG pada
GL ZLOD\DK 3URSLQVL %DOL GDQ   'RNXPHQWDVL GDVDUQ\D DGDODK VXDWX WLSH VLVWHP LQIRUPDVL \DQJ
dilakukan untuk memperoleh data sekunder runtut PHPIRNXVNDQ SDGD SHQ\DMLDQ GDQ DQDOLVLV UHDOLWDV
ZDNWXGDQcross section yang diperoleh dari berbagai JHRJUDILV 7LWLN EHUDWQ\D DGDODK PHQJHOROD GDQ
sumber seperti Statistik Ekonomi dan Departemen PHQJDQDOLVLV GDWD GHQJDQ VXDWX VLVWHP LQIRUPDVL


JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564

Karakteristik pokok SIG menurut Martin (dalam pembuat keputusan dengan menggunakan model
Kuncoro) antara lain: 1) Geografi: berhubungan matematis. AHP membantu dalam menentukan
GHQJDQSHQJXNXUDQVNDODJHRJUD¿GDQGLUHIHUHQVLNDQ prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan
oleh beberapa koordinat sistem pada lokasi di analisa perbandingan berpasangan dari masing-
atas permukaan bumi; 2) Informasi : mencakup masing kriteria. Dalam sistem pengelolaan kinerja
SHQJDPELODQ LQIRUPDVL \DQJ VSHVL¿N GDQ EHUPDNQD yang dimaksud dengan kriteria tersebut adalah KPI.
dari sejumlah data yang beragam, dan ini hanya Kaidah pembobotan penggunaan metode AHP
mungkin karena data telah diorganisasi dalam dalam sistem Pengelolaan Kinerja menyakakan: 1)
suatu model dunia nyata; 3) Sistem: lingkungan Nilai bobot KPI berkisar antara 0 - 1 atau antara 0%
yang memungkinkan data dikelola dan pertanyaan MLNDNLWDPHQJJXQDNDQSURVHQWDVH -XPODK
ditempatkan. SIG sebaiknya diintegrasikan dalam total bobot semua KPI harus bernilai 1 (100%); 3)
suatu kesatuan prosedur untuk input, penyimpanan, 7LGDN DGD ERERW \DQJ EHUQLODL QHJDWLI   %HULNXW
PDQLSXODVLGDQRXWSXWGDULLQIRUPDVLJHRJUD¿ adalah langkah-langkah yang digunakan dalam
SIG pada dasarnya adalah jenis khusus sistem menentukan bobot KPI dengan menggunakan AHP:
LQIRUPDVL \DQJ PHPSHUKDWLNDQ UHSUHVHQWDVL GDQ (i) Menentukan nilai prioritas KPI. Biasanya orang
PDQLSXODVLUHDOLWDJHRJUD¿6,*PHQWUDQVIRUPDVLNDQ OHELK PXGDK PHQJDWDNDQ EDKZD .3, $ OHELK
GDWD PHQMDGL LQIRUPDVL GHQJDQ PHQJLQWHJUDVLNDQ penting daripada KPI B, KPI B kurang penting
sejumlah data yang berbeda, menerapkan analisis dibanding dengan KPI C dsb, namun mengalami
IRNXV GDQ PHQ\DMLNDQ RXWSXW GDODP UDQJND kesulitan menyebutkan seberapa penting KPI
PHQGXNXQJ SHQJDPELODQ NHSXWXVDQ -XSSHQODWV  A dibandingkan KPI B atau seberapa kurang
Tian, 1996) pentingnya KPI B dibandingkan dengan KPI C.
Untuk itu kita perlu membuat tabel konversi dari
3) Analisis Hierarki Proses (AHP) pernyatan prioritas ke dalam angka-angka.
Analisis Hierarki Proses merupakan suatu metoda (ii) Membuat table perbandingan prioritas setiap
yang menstruktur masalah, dalam bentuk hierarki KPI dengan membandingkan masing-masing
dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk .3,6HEDJDLFRQWRK-LNDNLWDPHPSXQ\DL.3,
PHQJKDVLONDQVNDODSULRULWDVUHODWLI$QDOLVLV+LHUDUNL maka kita membuat matrik perbandingan ke-4 KPI
Proses juga dapat memecahkan persoalan dengan tersebut.
prinsip menyusun hierarki, prinsip menetapkan (iii) Menentukan bobot pada tiap KPI, nilai bobot ini
prioritas, dan prinsip konsistensi logis dalam berkisar antara 0 - 1. dan total bobot untuk setiap
pengambilan suatu keputusan. Dalam menentukan kolom adalah 1. Cara menghitung bobot adalah an-
nilai rasio konsistensi, nilai konsistensi harus 10 gka pada setiap kotak dibagi dengan penjumlahan
persen atau kurang dan jika lebih dari 10 persen maka semua angka dalam kolom yang sama.
pertimbangan itu harus di acak atau diperbaiki agar (iv) Mencari nilai bobot untuk masing-masing KPI.
tingkat konsistensinya bagus. Caranya adalah dengan melakukan penjumlahan
Proses Hierarki Analitik (AHP) dikembangkan oleh setiap nilai bobot prioritas pada setiap baris tabel
Saaty (1993) dan dipergunakan untuk menyelesaikan dibagi dengan jumlah KPI. Sehingga diperoleh
permasalahan yang komplek atau tidak berkerangka bobot masing-masing KPI.
GLPDQDGDWDGDQLQIRUPDVLVWDWLVWLNGDULPDVDODK\DQJ
dihadapi sangat sedikit. Secara umum hirarki dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1) hirarki struktural,
yaitu masalah yang kompleks diuraikan menjadi Karakteristik UMKM Berbasis Perikanan
bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut Karakteristik UMKM berbasis perikanan di Propinsi
ciri atau besaran tertentu. Hirarki ini erat kaitannya Bali akan dilihat dari bagaimana hubungan kondisi
dengan menganalisa masalah yang kompleks melalui makro ekonomi seperti perkembangan Produk
pembagian obyek yang diamati menjadi kelompok- Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tenaga kerja
NHORPSRN \DQJ OHELK NHFLO   KLUDUNL IXQJVLRQDO terhadap perkembangan UMKM berbasis perikanan.
menguraikan masalah yang kompleks menjadi bagian- Selain itu karakteristik akan dianalisis juga berdasarkan
bagiannya sesuai hubungan esensialnya. Hirarki ini analisis hirarki proses. Analisis ini digunakan untuk
membantu mengatasi masalah atau mempengaruhi PHQJLGHQWL¿NDVL NHEXWXKDQ NHELMDNDQ EHUGDVDUNDQ
sistem yang kompleks untuk mencapai tujuan yang pengembangan UMKM berbasis perikanan.
diinginkannya seperti penentuan prioritas tindakan,
alokasi sumber daya. AHP merupakan sistem


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

Tabel 1. Hasil Estimasi Persamaan Regresi


'HSHQGHQW9DULDEOH/1/B
PROD ǃ
0HWKRG/HDVW6TXDUHV
Date: 09/23/13 Time: ǃ
08:08
Sample: 1 22
Included observations: 21
Excluded observations: 1 ǃ
9DULDEOH &RHI¿FLHQW Std. Error t-Statistic Prob.
C 6.534176 6.113375 1.068833 0.2993
LPDRB 0.593437 0.344307 1.723568 0.1019
/3(.(5-$ 1.151085 0.301416 3.818920 0.0013
5VTXDUHG 0.472225 Mean dependent var 24.54033
$GMXVWHG5VTXDUHG 0.413583 S.D. dependent var 2.061273
6(RIUHJUHVVLRQ 1.578479 $NDLNHLQIRFULWHULRQ 3.882364
6XPVTXDUHGUHVLG 44.84874 6FKZDU]FULWHULRQ 4.031582
Log likelihood -37.76483 F-statistic 8.052710
Durbin-Watson stat 1.511642 Prob(F-statistic) 0.003177

Gambar 2. Hasil Uji F (Serentak)


(Log X2) turun sebesar 1% maka Nilai Produksi (Log
Y) akan turun sebesar 1,1511%.
Daerah terima H0 a. Uji F test/Serempak
Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk
PHQJHWDKXLDSDNDKKDVLOGDULDQDOLVLVUHJUHVLVLJQL¿NDQ
atau tidak, dengan kata lain model yang diduga tepat/
3,49 Daerah tolak H0 VHVXDL DWDX WLGDN -LND KDVLOQ\D VLJQL¿NDQ PDND +
ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika hasilnya tidak
VLJQL¿NDQPDND+GLWHULPDGDQ+GLWRODN+DOLQL
1) Analisis Kondisi Ekonomi Terhadap Produktivitas dapat juga dikatakan sebagai berikut : 1) H0 ditolak
UMKM Perikanan jika F hitung > F tabel; dan 2) H0 diterima jika F
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, hitung < F tabel.
maka diperoleh persamaan regresi berganda dengan Berdasarkan hasil regresi, nilai F hitung sebesar
PDVLQJPDVLQJ NRH¿VLHQ YDULDEHO 3URGXN 'RPHVWLN 6HGDQJNDQ)WDEHO Į GEUHJUHVL GE
Bruto (X1) dan pekerja (X2), dapat dilihat pada residual = 20) adalah sebesar 3,49. Karena F hitung
Persamaan (4). > F tabel yaitu 8,05 > 3,49 maka analisis regresi
/RJ<  log X1  log X2 ....(2) DGDODKVLJQL¿NDQ3HQJDUXK3'5% ;1), dan Pekerja
.RHILVLHQ NRQVWDQWD ǃ0 = 6,5342 berarti Nilai (X2) terhadap Nilai Produksi (Y) adalah besar. Hal
Produksi (Log Y) sebesar 6,5342% pada saat PDRB (Log ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
X1), Pekerja (Log X2) sama dengan atau dianggap nol GLVLPSXONDQEDKZD1LODL3URGXNVLGDSDWGLSHQJDUXKL
NRQVWDQ ,QWHUSUHWDVLWHUKDGDSNRH¿VLHQ3'5% /RJ secara simultan oleh variabel bebas.
X1 GHQJDQQLODLǃ1 sebesar 0,5342 memiliki arti ada +DVLO XML ) MXJD GLSHUMHODV GHQJDQ QLODL NRH¿VLHQ
SHQJDUXKSRVLWLIDQWDUD3'5%WHUKDGDS1LODL3URGXNVL determinasi (R2) penelitian. Pada Tabel 1 didapatkan
sebesar 0,5342%. Apabila PDRB (Log X1) naik sebesar NRHILVLHQ GHWHUPLQDVL 52 sebesar 0,4722. Artinya
1% maka Nilai Produksi (LogY) akan mengalami pen- EDKZDYDULDEHO1LODL3URGXNVLDNDQGLMHODVNDQ
ingkatan sebesar 0,5342%. Sebaliknya apabila PDRB oleh variabel bebasnya, yaitu PDRB (X1), dan Pekerja
(Log X1) turun sebesar 1% maka Nilai Produksi (Log Y) (X2). Sedangkan sisanya sebesar 52,78% variabel Nilai
DNDQWXUXQVHEHVDU.RH¿VLHQUHJUHVLYDULDEHO Produksi akan dijelaskan oleh variabel-variabel yang
pekerja (Log X2 GHQJDQǃ2 sebesar 1,1511 berarti ada lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
SHQJDUXKSRVLWLIDQWDUDSHNHUMDWHUKDGDS1LODL3URGXNVL
sebesar 1,1511%. Apabila pekerja (Log X2) naik sebesar b. Uji t test/Parsial
1% maka Nilai Produksi (Log Y) akan mengalami pen- Uji t test digunakan untuk mengetahui apakah ma-
ingkatan sebesar 1,1511%. Sebaliknya apabila pekerja sing-masing variabel bebas secara parsial mempunyai


JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564

Gambar 3. Hasil Uji t (Parsial) untuk Į Gambar 4. Hasil Uji t (Parsial) untuk Į

-2,086 0 2,086 -1,325 0 1,325

Gambar 5. Struktur Hirarki Kebijakan Dengan Model AHP

Kebijakan Strategis pengembangan Usaha


Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) di
wilayah Propinsi Bali

Pasar Operasional Modal

Infrastruktur Pelatihan Pekerjaan Bantuan Pinj. Modal


Langsung

Pusat Propinsi Kabupaten/kota Desa

SHQJDUXK \DQJ VLJQL¿NDQ WHUKDGDS YDULDEHO WHULNDW Produksi) menunjukkan t hitung = 3,8189 Sedang-
Dapat juga dikatakan jika t hitung > t tabel atau -t NDQWWDEHO Į
Į=GEUHVLGXDO
0,05 ; db residual = DGDODKVH
20) adalah se-
KLWXQJWWDEHOPDNDKDVLOQ\DVLJQL¿NDQGDQEHUDUWL besar 2,086. Karena t hitung > t tabel yaitu 3,8189 >
H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika t hitung 2,086 maka pengaruh LX2 (jumlah pekerja) adalah
< t tabel atau -t hitung > -t tabel maka hasilnya tidak VLJQL¿NDQ SDGD WLQJNDW NHVDODKDQ Į = 5%. Hal ini
VLJQL¿NDQGDQEHUDUWL+0 diteima dan H1. berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat
(i) t test antara LX 1 (PDRB) dengan LY (Nilai GLVLPSXONDQEDKZD1LODL3URGXNVLGDSDWGLSHQJD-
Produksi) menunjukkan t hitung = 1,7236 UXKLVHFDUDVLJQL¿NDQROHKMXPODKSHNHUMD
Sedangkan t tabel (Į = 0,20 ; db residual = 20)
adalah sebesar 1,325. Karena t hitung > t tabel yaitu 2) Analisis Kebutuhan Pengembangan UMKM
1,7236 > 1,325 maka pengaruh LX1 (PDRB) adalah Berbasis Perikanan
VLJQL¿NDQ SDGD WLQJNDW NHVDODKDQ Į = 20%. Hal Dalam upaya mengetahui kebutuhan pengembangan
ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga 8VDKD0LNUR.HFLO'DQ0HQHQJDK 80.0 GLZLOD\DK
GDSDW GLVLPSXONDQ EDKZD 1LODL 3URGXNVL GDSDW Bali dilakukan dengan Analisis Hierarki Proses (AHP).
GLSHQJDUXKLVHFDUDVLJQL¿NDQROHK3'5% AHP merupakan suatu metoda yang menstruktur
(ii) t test antara LX2 (jumlah pekerja) dengan LY (Nilai masalah, dalam bentuk hierarki dan memasukkan


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

Gambar 6. Struktur Hirarki Kebijakan Dari Aspek Akses Operasional

Oprasional

Pelatihan Kesejahteraan
(0.25) (0.75)

Pusat Propinsi Kabupaten/kota Desa


(0.02) ((0.05) (0.31) (0.76)

Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa faktor kesejahteraan mempunyai nilai de

pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan +DVLO DQDOLVLV PHQXQMXNNDQ EDKZD GHUDMDW


VNDOD SULRULWDV UHODWLI $QDOLVLV +LHUDUNL 3URVHV kepentingan kelembagaan di tingkat desa mempunyai
juga dapat memecahkan persoalan dengan prinsip nilai 76%, kemudian disusul oleh kelembagaan di
menyusun hierarki, prinsip menetapkan prioritas, tingkat kabupaten/kota dan propinsi. Sedangkan
dan prinsip konsistensi logis dalam pengambilan kelembagaan di tingkat pusat mempunyai nilai derajat
suatu keputusan. Struktur yang dibangun untuk kepentingan paling rendah yaitu hanya sebesar 0.3%.
mementukan model penyusunan kebijakan strategis .RQGLVL LQL PHQJJDPEDUNDQ EDKZD NHOHPEDJDDQ GL
dalam upaya pengembangan industri kecil dan WLQJNDW ORNDO \DQJ SDOLQJ NHFLO OHELK HIHNWLI GDODP
PHQHQJDKGLZLOD\DK%DOLDGDODKVHSHUWLGLJDPEDUNDQ meningkatkan kesejahteraan pengusaha UMKM
pada Gambar 5. berbasis perikanan dibanding kelembagaan di tingkat
+DVLOSHUKLWXQJDQIDNWRUSHQHQWX\DQJGLJXQDNDQ pusat.
untuk kebijakan strategis dalam upaya pengembangan Sedangkan apabila pelatihan memang dibutuhkan
80.0GLZLOD\DK3URSLQVL%DOLEHUGDVDUNDQ$QDOLVLV untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
Hiraki Proses (AHP) dengan program Excpert Choice pengusaha kecil, maka dari hasil analisis menunjukkan
YHUVL  PHQXQMXNNDQ EDKZD GDUL DVSHN DNVHV EDKZD NHOHPEDJDDQ SHPHULQWDK SXVDW OHELK HIHNWLI
pasar kebutuhan yang mutlak diperlukan adalah dalam membuat program dan bentuk pelatihannya.
LQIUDVWUXNWXUJHGXQJWHUXWDPDGLWLQJNDWGHVD Derajat kepentingan kelembagaan di tingkat
desa sampai pusat, dalam memberikan pelatihan
a. Aspek Operasional digambarkan pada Gambar 7.
'DULDVSHNRSHUDVLRQDOIDNWRU\DQJVDQJDWGRPLQDQ %HUGDVDUNDQ KDVLO DQDOLVLV PHQXQMXNNDQ EDKZD
mempengaruhi atau dinginkan adalah kesejahteraan. derajat kepentingan kelembagaan di tingkat pusat
Dengan kata lain kesejahteraan lebih berpengaruh mempunyai nilai 57%, kemudian disusul oleh
VHFDUDVLJQL¿NDQGDODPNXDOLWDVSHOD\DQDQGLEDQGLQJ kelembagaan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
pelatihan. Gambar 6 menerangkan hirarki strategi Sedangkan kelembagaan di tingkat desa mempunyai
kebijakan dari aspek operasional. nilai derajat kepentingan paling rendah yaitu hanya
%HUGDVDUNDQ*DPEDUWHUOLKDWEDKZDIDNWRUNHV- VHEHVDU  .RQGLVL LQL PHQJJDPEDUNDQ EDKZD
ejahteraan mempunyai nilai derajat kepentingan sebe- kelembagaan di tingkat pusat dianggap lebih baik
sar 75% sedangkan pelatihan hanya mempunyai nilai dari pada kelembagaan ditingkat lokal dalam hal
derajat kepentingan sebesar 25%. Sementara kelem- memberikan pelatihan terhadap pengusaha kecil
EDJDDQ \DQJ OHELK HIHNWLI XQWXN ELVD PHQLQJNDWNDQ dan menengah. Hal tersebut disebabkan karena
kesejahteraan pengelola UMKM berbasis perikanan DODVDQ EDKZD ELDVDQ\D SURJUDPSURJUDP SHODWLKDQ
DGDODKNHOHPEDJDDQGLZLOD\DK%DOL ditingkat pusat lebih baik dan menggunakan teknologi


JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564

*DPEDU6WUXNWXU+LUDUNL.HELMDNDQ'DUL$VSHN$NVHV3URGXNVL8QWXN9DULDEHO3HODWLKDQ

Operasional

Pelatihan kesejahteraan
(0.22) (0.75)

Pusat Propinsi Kabupaten/kota Desa


(0.57) (0.22) (0.10) (0.02)

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa derajat kepentingan kelembagaan di


Gambar 8. Struktur Hirarki Kebijakan Dari Aspek Akses Modal

Akses Modal

BL Pinj. Modal
(0.27) (0.73)

Pusat Propinsi Kabupaten/kota Desa


(0.02) ((0.09) (0.21) (0.74)

yang tepat guna untuk kebutuhan pengusaha kecil %HUGDVDUNDQ *DPEDU  WHUOLKDW EDKZD EDQWXDQ
dan menengah. pinjaman lunak dan mudah mempunyai nilai derajat
kepentingan sebesar 73% sedangkan bantuan langsung
b. Aspek Modal hanya mempunyai nilai derajat kepentingan sebesar
'DUL DVSHN PRGDO IDNWRU \DQJ VDQJDW GRPLQDQ 6HPHQWDUDNHOHPEDJDDQ\DQJOHELKHIHNWLIXQWXN
mempengaruhi atau dinginkan adalah berupa bantuan bisa menyediakan pinjaman modal terhadap pengem-
DWDX SLQMDPDQ PRGDO \DQJ EHUVLIDW OXQDN 'HQJDQ EDQJDQ80.0DGDODKNHOHPEDJDDQGLZLOD\DKGHVD
kata lain pinjaman modal atau bantuan modal lebih misalnya melalui PLFUR¿QDQFH yang lain.
EHUSHQJDUXK VHFDUD VLJQL¿NDQ GDODP PHQLQJNDWNDQ +DVLO DQDOLVLV PHQXQMXNNDQ EDKZD GHUDMDW
peran pengelola terhadap peningkatan ekonomi kepentingan kelembagaan di tingkat desa mempunyai
masyarakat dibanding bantuan langsung. Gambaran nilai 74%, kemudian disusul oleh kelembagaan di
hirarki strategi kebijakan dari aspek akses modal tingkat kabupaten/kota dan propinsi. Sedangkan
dijelaskan pada Gambar 8. kelembagaan di tingkat pusat mempunyai nilai derajat


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

kepentingan paling rendah yaitu hanya sebesar 0.2%. (i) Mengembangkan industri kelautan secara bertahap
.RQGLVL LQL PHQJJDPEDUNDQ EDKZD NHOHPEDJDDQ dan terpadu melalui keterkaitan antara industri
keuangan di tigkat lokal (terutama desa) yang paling kelautan dan sektor industri (pembangunan)
NHFLO OHELK HIHNWLI GDODP PHQ\HGLDNDQ DNVHV PRGDO lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang
kerja dibanding kelembagaan di tingkat pusat. memasok bahan baku industri;
LL 0HQGRURQJLNOLP\DQJNRQGXVLIEDJLSHQDQDPDQ
Rencana Pengembangan UMKM Berbasis modal untuk penyebaran pembangunan industri
Perikanan kelautan di berbagai daerah terutama KTI, sesuai
1) Rencana Pengembangan Sektor Perikanan Tangkap dengan potensi masing-masing dan pola tata ruang
Rencana perikanan tangkap diharapkan bisa meng- nasional dan mendorong pengembangannya agar
RSWLPDOLVDVL SHPDQIDDWDQ SRWHQVL VXPEHU GD\D LNDQ OHELKH¿VLHQGDQPDPSXEHUVDLQJEDLNGLWLQJNDW
lestari secara berkelanjutan dapat dilakukan melalui regional maupun global;
SHQJHORODDQ SHPDQIDDWDQ GDHUDK SHQJXVDKDDQ SH- (iii) Mendorong peningkatan kapasitas produksi
PDQIDDWDQ GDQ SHQJHPEDQJDQ WHNQRORJL SHQDQJND- galangan kapal kayu dan fiber glass untuk
pan ikan, penciptaan ketersediaan tenaga kerja dan menunjang pemenuhan kebutuhan armada
membangun sistem permodalan. SHOD\DUDQUDN\DWSHULNDQDQGDQZLVDWD
a. Strategi Pengembangan Sektor Kegiatan Perikanan LY  0HZXMXGNDQ SROD SHQJHPEDQJDQ LQGXVWUL
Laut NHODXWDQ PHODOXL NHELMDNVDQDDQ ZLOD\DK WHUSDGX
Pembangunan kelautan dititik beratkan pada dan kebijaksanaan pengembangan aglomerasi
penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan industri dan zona industri;
penyebaran industri dan usaha kelautan ke seluruh (v) Meningkatkan kapasitas daya tampung pelabuhan,
ZLOD\DK ,QGRQHVLD %HUNDLWDQ GHQJDQ LWX VDODK VDWX pergudangan, dan lapangan penumpukan serta
sasarannya adalah produksi penangkapan dan budi meningkatkan mutu pelayanan jasa kepelabuhan;
daya perikanan laut adalah 3,4 juta ton/tahun atau  0HQJHPEDQJNDQSRWHQVLNDZDVDQ\DQJFHSDW
rata-rata pertumbuhan sebesar 5,2% pertahun dengan tumbuh yang dapat mempercepat pembangunan
SHPDQIDDWDQ SRWHQVL OHVWDUL VXPEHU GD\D SHULNDQDQ ekonomi;
sebesar 45%. (vi) Meningkatkan keselamatan pelayaran melalui
Dalam rangka mendayagunakan potensi laut dan peningkatan pelayanan navigasi dan kegiatan
dasar laut, kebijakan yang ditempuh adalah: pemetaan laut di lokasi yang padat lalu lintas
(i) Mengembangkan industri pengelolaan ikan pada pelayarannya.
pusat pengumpulan untuk menampung hasil
tangkapan dan budi daya ikan yang disesuaikan b. Strategi Pengelolaan Daerah Penangkapan (Fishing
dengan kebijaksanaan industri tentang penetapan Ground)
zona industri dan aglomerasi industri dalam Untuk dapat mempertahankan daya dukung
NDZDVDQSHUWXPEXKDQHNRQRPL lingkungan perairan laut (potensi ketersediaan ikan
LL  0HPDQIDDWNDQ GDQ PHQJHPEDQJNDQ WHNQRORJL ekonomis) hingga tingkat yang optimal, rencana
penangkapan dan budidaya ikan, udang, rumput SHQJHORODDQ SHPDQIDDWDQ GDHUDK SHQJXVDKDDQ
laut, mutiara serta teknologi eksploitasi dan (¿VKLQJJURXQG) adalah seperti dijabarkan berikut.
HNVSORUDVLSRWHQVLGDVDUODXWVHFDUDHIHNWLIH¿VLHQ (i) Mendorong daerah penangkapan ikan ke arah ZEEI
dan yang ramah lingkungan; atau di atas 200 mil ke arah laut lepas. Daerah yang
(iii) Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya masih dapat diusahakan untuk penangkapan ikan
manusia untuk merencanakan, mengelola, dan me- bagi nelayan Indonesia adalah hingga 350 mil laut
PDQIDDWNDQVXPEHUGD\DODXWVHFDUDOLQWDVVHNWRUDO dari garis pantai. Pencarian ikan penangkapan se-
dan multidisiplin di tingkat nasional dan daerah; cara bebas (tidak dengan rumpon) mengarah pada
LY  0HQGRURQJ SHPDQIDDWDQ GDQ SHQJHPEDQJDQ daerah ini dengan sendirinya akan memperluas
IPTEK kelautan untuk meningkatkan kemampuan daerah penangkapan, yang pada gilirannya juga
mengolah potensi air laut menjadi air bersih dan akan meningkatkan angka potensi sumberdaya
HQHUJLDOWHUQDWLIEDJLNHVHMDKWHUDDQPDV\DUDNDWGL ikan lestari yang dapat diekploitasi. Dorongan
daerah kepulauan, dan mendorong penyelenggaraan untuk meningkatkan jangkauan penangkapan
survai dan inventarisasi dalam rangka penyediaan hingga zona luar ini dengan sendirinya juga akan
data hasil survey dan penelitian kelautan. mengurangi orientasi penangkapan melebar ke
Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk barat atau timur, sehingga persinggungan teritori
mengembangkan potensi industri kelautan adalah: SHQJXVDKDDQ SHQDQJNDSDQ LNDQ DQWDU ZLOD\DK


JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564

pelayanan pelabuhan perikanan yang bersebelahan dan cepat dicapai. Untuk itu rencana pengembangan
(berbatasan) juga dapat diminimalkan. Di sisi lain, teknologi penangkapan harus dilakukan secara
dorongan ini juga akan meningkatkan kebutuhan bertahap dan terpadu, seperti dijabarkan pada dua
armada tangkap yang memiliki tingkat kesesuaian tahapan berikut.
dengan karakteristik Samudera Hindia, memilki Tahap I, terbagi dalam dua langkah strategis. Per-
jangkauan pelayaran tinggi, kapasitas muat yang WDPD 2SWLPDOLVDVL SURGXNWL¿WDV SHQDQJNDSDQ XQLW
VHVHVXDLNHFHSDWDQRSWLPDO\DQJHIHNWLIVHKLQJJD WDQJNDS\DQJWHODKDGD6HEDJDLPDQDGLNHWDKXLEDKZD
ZDNWXSHOD\DUDQH¿VLHQVHUWDWLQJNDWNHOHQJNDSDQ tingkat produksi perahu tradisional yang sekarang di-
IDVLOLWDVSHQGXNXQJGDQVLVWHPSHQJDPDQDQ\DQJ JXQDNDQ QHOD\DQ GL NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU EHOXP
memadai. Realisasi pengadaan jenis armada tang- RSWLPDO6HPHQWDUDSURGXNWL¿WDVSHQDQJNDSDQVDQJDW
kap yang baru ini harus dilakukan secara bertahap, mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapatkan
seiring dengan perbaikan kesejahteraan nelayan nelayan per kepala dan pada gilirannya menjadi varia-
GDQZDNWXSHUHPDMDDQDUPDGDWDQJNDS\DQJWHODK bel terpenting bagi kesejahteraaan nelayan. Tingkat
digunakan. keuntungan yang ada tentunya menjadi masalah bagi
(ii)Meningkatkan (mengembalikan kondisi) daya upaya pengembangan lebih lanjut, karena daya beli
dukung lingkungan perairan pantai dan pesisir. masyarakat terhadap teknologi penangkapan yang
3HPEDWDVDQSHPDQIDDWDQVXPEHUGD\DSHULNDQDQ OHELK PDMX HIHNWLI H¿VLHQ GDQ UDPDK OLQJNXQJDQ 
GL NDZDVDQ SDQWDL SLQJJLUDQ  WHODK PHQMDGL NH- juga kecil. Sehingga upaya peningkatan pertumbuhan
harusan, mengingat telah terjadinya penurunan perikanan tangkap secara keseluruhan juga mustahil
densitas ikan konsumsi. Untuk itu perlu dirumus- terjadi. Oleh karena itu, sebelum melangkah pada tar-
kan aturan pelarangan penangkapan ikan secara getan pertumbuhan produksi ikan tangkapan lebih
LQWHQVLI SDGD EHQWDQJ SHUDLUDQ GDUL JDULV SDQWDL jauh, optimalisasi produksi unit tangkap tradisional
hingga 20 mil laut, (minimal) sampai tahun ke- harus dilakukan. Optimalisasi produksi unit tangkap
lima perencanaan. Selama lima tahun diharapkan tradisional dilakukan sebagai upaya pemberdayaan
terjadi pemulihan kondisi lingkungan perairan, nelayan. Rencana optimalisasi produksi penangka-
sehingga densitas ikan dapat mendekati kondisi pan dapat dilakukan dengan memperluas daerah
VHPXOD-LNDNRQGLVLSRWHQVLVXPEHUGD\DLNDQOH- penangkapan dengan bantuan penyebaran rumpon
stari pada zona larangan (pinggiran) telah (limit) lebih banyak.
SXOLKPDNDSHQDQJNDSDQSDQWDLVHFDUDSDVLIDWDX .HGXDPHQJDUDKNDQSHQJHPEDQJDQSHPDQIDDWDQ
DNWLIGDSDWGLNHPEDQJNDQNHPEDOL unit tangkap tradisional yang dapat beroperasi secara
3HPDQIDDWDQ ]RQD SLQJJLUDQ KDQ\D WHUEDWDV XQ- HIHNWLI GDQ HILVLHQ GL ODXW OHSDV EXNDQ GL GDHUDK
WXNZLVDWDSHPDQFLQJDQGDQSHQDQJNDSDQLNDQKLDV SLQJJLUDQ 6DODKVDWXIDNWRUSHQ\HEDEPHQXUXQQ\D
Hal ini dikarenakan intensitas eksploitasi ikan oleh tingkat keuntungan nelayan adalah perbandingan
NHJLDWDQ ZLVDWD EDKDUL WLGDN VHWLQJJL SHQDQJNDSDQ antara nilai produksi dengan biaya marginal operasi
VHFDUDSURIHVLRQDO XVDKDSHULNDQDQ EHJLWXSXODGHQ- penangkapan per trip semakin menurun. Hal yang
gan penangkapan ikan hias yang diusahakan secara sejak lama telah dirasakan oleh nelayan payangan ini
DULI 'LKDUDSNDQ SHUEDLNDQ NRQGLVL SRWHQVL VXPEHU- disebabkan oleh menurunnya densitas ikan di daerah
GD\DLNDQOHVWDULGLNDZDVDQSLQJJLUDQVHLULQJ VHMD- SLQJJLUDQ  ±  PLO  \DQJ VHVXQJJXKQ\D GDHUDK
MDU GHQJDQSHUWXPEXKDQNHJLDWDQVHNWRUSDULZLVDWD penangkapan jaring payang. Penurunan tingkat
EDKDUL 6HKLQJJD ZLVDWD SHPDQFLQJDQ ODXW OHSDV GL keuntungan ini dapat dikendalikan oleh disebarnya
Laut Selatan Propinsi Bali menjadi semakin menarik UXPSRQSDGDMDUDN±PLO0HVNLSHQDQJNDSDQ
EDJLZLVDWDZDQDWDXFDORQZLVDWDZDQ GLODNXNDQ OHELK MDXK WHWDSL ZDNWX \DQJ GLEXWXKNDQ
GDQ MDUDN NXPXODWLI  \DQJ GLFDSDL PHQMDGL OHELK
2) Strategi Pengelolaan Pengembangan Teknologi HIHNWLI.HXQWXQJDQQHOD\DQPHUXSDNDQQLODLH¿VLHQVL
Penangkapan dari operasi penangkapan. Dengan kata lain, rata-rata
Reduksi dan pengembangan teknologi penangkapan biaya operasi penangkapan dapat ditekan.
\DQJGLQLODLOHELKHIHNWLIH¿VLHQGDQUDPDKOLQJNXQJDQ Tahap II, pada tahap ini diharapkan nelayan
seyogyanya didasarkan pada perilaku (kebiasaan) dan WUDGLVLRQDO GL NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU WHODK FXNXS
organisasi kerja nelayan tradisional. Dengan begitu berdaya, sehingga siap untuk mengembangkan usaha
upaya peningkatan pertumbuhan usaha penangkapan penangkapannya, baik secara ekonomi, budaya
WLGDNNRQWUDSURGXNWLINDUHQDSH\HVXDLDQSHQ\HVXDLDQ maupun sosial (keorganisasian). Pengembangan
keterampilan, keahlian, kebiasaan, bentuk dan susunan armada tangkap baru yang lebih sesuai dengan
organisasi kerja berikut perilakunya akan lebih mudah karakteristik Laut Selatan dan memiliki daya jelajah


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

WLQJJLGHQJDQZDNWXRSHUDVL\DQJOHELKH¿VLHQWHODK bergerak yang dapat diagunkan dan usaha penangka-


dapat dilaksanakan. Pengembangan armada tangkap pan ikan memiliki tingkat resiko tinggi.
baru seyogyanya mengutamakan nelayan lokal dan Kebutuhan modal penangkapan ikan meliputi
berbasis pada: modal untuk pengadaan unit tangkap, pemeliharaan
a. Cara dan organisasi kerja penangkapan tradisional, unit tangkap dan modal untuk operasi penangkapan.
E&DUD SHQDQJNDSDQ LNDQ EDUX \DQJ OHELK H¿VLHQ Untuk mencukupi modal tersebut maka rencana sistem
HIHNWLI GDQ PXGDK GLVHVXDLNDQ GHQJDQ FDUD GDQ SHUPRGDODQ \DQJ GDSDW GLNHPEDQJNDQ 'L NDZDVDQ
organisasi kerja penangkapan ikan tradisional. rencana UMKM berbasis perikanan adalahdapat
3HQLQJNDWDQ ZLOD\DK RSHUDVL SHQDQJNDSDQ dijabarkan sebagai berikut.
EHULPSOLNDVLSDGDEHUWDPEDKQ\DZDNWXNXPXODWLI
trip penangkapan. Implikasi ini berdampak besar 1) Sistem Penumpukan Modal Sendiri
terhadap kebiasaan penangkapan payangan yang Untuk menarik penumpukan modal nelayan
secara tradisional tidak bermalam di tengah lautan. GLEXWXKNDQ IDVLOLWDV SHUEDQNDQ 6HGDQJNDQ IDNWRU
Dengan berpola terhadap cara dan organisasi yang dapat mendorong nelayan untuk menabung
penangkapan tradisional, maka kriteria umum adalah adanya disposible income (sisa pendapatan
dari armada yang akan dikembangkan antara setelah dikurangi total konsumsi) yang cukup. Hal-hal
lain: (i) Memiliki ukuran minimal sama dengan yang dapat dilakukan menjamin tersedianya disposible
armada yang ada; (ii) Dilengkapi dengan box es income yang cukup antara lain: (i) meningkatkan
untuk penyimpanan ikan; (iii) Dilengkapi dengan keuntungan rata-rata nelayan, (salah satunya) melalui
kabin akomodasi (ruang istirahat) nelayan; (iv) RSWLPDOLVDVLSURGXNWL¿WDVSHQDQJNDSDQ LL PHQHNDQ
Dilengkapi dengan dapur logistik dan kamar mandi; biaya konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun
Y 0HQJJXQDNDQDODWWDQJNDS\DQJUHODWLIVDPD biaya operasional penangkapan. Salah satu hal yang
YL  'DSDW GLRSHUDVLNDQ ROHK MXPODK DZDN \DQJ dapat dilakukan untuk hal ini adalah memberikan
sama. Khusus untuk unit tangkap payangan, jika subsidi; (iii) mengembangkan peran penyedia modal
XNXUDQSHUDKXUHODWLIVDPDPDNDGLXVDKDNDQGDSDW operasi penangkapan (pengambek). Adanya peran
GLRSHUDVLNDQROHKVHSDUXKMXPODKDZDNSD\DQJDQ pengambek di lapangan penting sekali artinya bagi
tradisional. Konsekuensinya, jaring payang yang usaha penangkapan ikan. Beban biaya operasional
diopersikan dilengkapi dengan katrol manual atau tidak harus ditanggung oleh nelayan pemilik kapal;
mesin sehingga lebih mudah (ringan) ditarik. (iv) pengembangan budaya untuk merubah paradigma
c. Dilengkapi dengan sarana pengamanan yang layak, sekaligus menghilangkan perilaku konsumsi yang
misal pelampung untuk masing-masing ABK; tidak menguntungkan, misalnya minum-minuman
d. Dilengkapi dengan ¿VK¿QGHUHFKR]RQGHU untuk keras. Pengembangan budaya dapat dilakukan melalui
operasi penangkapan bebas di ZEEI (tanpa bantuan pembinaan agama, pendidikan dan organisasi sosial
rumpon) dan alat komunikasi, dan sebagainya; kemasyakatan.
Untuk mengimplementasikan rencana ini perlu
Rencana Pengembangan Sistem Permodalan studi lebih dalam mengenai tingkat konsumsi dan
Rencana peningkatan pertumbuhan usaha penang- disposible income nelayan.
kapan ikan secara otomatis akan meningkatkan per-
mintaan input modal. Strategi pembangunan peri- 2) Sistem Inti-Plasma
kanan tangkap yang bagus tidak akan dapat diim- Sistem inti-plasma yang dimaksud dalam hal ini
plementasikan tanpa dukungan modal yang cukup adalah menciptakan sistem kerjasama antara industri
dan acountable. Permodalan adalah hal yang sangat pengolahan ikan/pengusaha (sebagai inti) dengan
krusial dan menjadi masalah klasik pada sektor per- nelayan (sebagai plasma). Sedangkan bank atau KUD
nangkapan ikan. Pengadaan permodalan untuk ne- GDSDWEHUSHUDQVHEDJDLIDVLOLWDWRUPHGLDWRU'HQJDQ
layan adalah masalah sulit, karena pengembangan sistem ini nelayan mendapatkan kredit berjangka
perkreditan nelayan tidak menarik bagi perbankan. untuk pengadaan armada dan alat tangkap untuk
Faktor yang menyebabkan tidak menariknya pihak penangkapan jenis-jenis ikan yang sesuai dengan
perbankan antara lain adalah usaha perikanan tang- kebutuhan industri yang bersangkutan. Sebaliknya,
kap memiliki tingkat ketergantugan yang tinggi ter- industri pengolahan bersangkutan dapat secara
hadap alam, tingkat pertaruhannya tinggi (untung- langsung mengambil ikan yang di daratkan oleh
untungan), rata-rata nelayan tidak memiliki lahan nelayan bersangkutan sesuai dengan harga yang
bermukim yang permanen (tinggal di suatu tempat berlaku dengan pembayaran melalui KUD atau bank.
selama-lamanya) sehingga tidak memiliki aset tidak Nilai yang dibayarkan oleh pihak pengolah ikan adalah


JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564

hasil selisih harga berlaku dengan rata-rata nilai kredit 4) Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
SHUMDQJNDZDNWX'HQJDQEHJLWXSHQGDSDWDQQHOD\DQ NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU GHQJDQ DGDQ\D NHJLDWDQ
masih mencukupi untuk total biaya konsumsinya. pengolahan ikan ini.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat memung-
3) Sistem Perkreditan Langsung kinkan adanya bermacam kegiatan pengolahan ikan
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, sistem tergantung dari hasil tangkapan ikan yang diperoleh.
SHUNUHGLWDQ ODQJVXQJ DGDODK DOWHUQDWLI \DQJ SDOLQJ Dengan adanya pengolahan ikan ini, maka penjua-
sulit dilakukan. Namun bukan berarti tidak dapat lan ikan tidak hanya dalam bentuk ikan segar akan
dilakukan. Sistem perkreditan langsung dapat tetapi juga ikan kemasan siap saji yang lebih tahan
diberikan kepada nelaya lokal yang telah memiliki lama sampai ke tujuan atau produk ikan olahan. Den-
WDQDK DWDX EDQJXQDQ PDVLI \DQJ GDSDW GLMDGLNDQ JDQ GHPLNLDQ VHODLQ SHPDQIDDWDQ KDVLO WDQJNDSDQ
EDUDQJMDPLQDQ,PSOHPHQWDVLDOWHUQDWLISHUNUHGLWDQ menjadi lebih optimal, pendapatan masyarakat juga
ini masih harus diteliti lebih lanjut. semakin meningkat.
Penjualan ikan segar ini untuk memenuhi kebutuh-
Rencana Pengembangan Industri Pengolahan DQLNDQZLOD\DKVHNLWDUNDZDVDQUHQFDQDSHVLVLUGDQ
Ikan 3URSLQVL%DOLVHUWDZLOD\DKVHNLWDUQ\D VNDODORNDOGDQ
Hampir sebagian besar hasil tangkapan ikan laut di regional). Selain itu sebagian ikan segar ini dijual ke
NDZDVDQ SHVLVLU GLMXDO ODQJVXQJ GDODP EHQWXN VHJDU tempat-tempat pengolahan ikan yang sudah ada saat
untuk diolah di tempat lain. Hanya sebagian kecil ikan ini dan tentunya sampai dengan tahun perencanaan
hasil tangkapan yang dilakukan pengolahan seperti: masih membutuhkan suplai ikan yang berasal dari
SHPLQGDQJDQGDQSHQJDVLQDQ-HQLVLNDQ\DQJGLRODK NDZDVDQUHQFDQDSHVLVLU-HQLVLNDQVHJDUXQWXNNH-
ini pun merupakan ikan yang nilai jualnya tidak begitu butuhan masyarakat lokal dan regional adalah semua
tinggi atau ikan yang merupakan hasil sampingan dari jenis ikan hasil tangkap, sedangkan jenis ikan untuk
target penangkapan seperti: ikan sisik, layang, dan suplai ke tempat-tempat pengolahan ikan adalah je-
sebagainya. nis ikan tuna, cakalang, tengiri dan tuna mata besar.
'HQJDQ WHUVHGLDQ\D SRWHQVL LNDQ ODXW GL ZLOD\DK Biasanya ikan yang langsung dijual segar ini dari TPI
%DOL \DQJ EHOXP GLPDQIDDWNDQ VHFDUD RSWLPDO (setelah ditimbang dan dilelang) langsung dimasukkan
maka di masa mendatang produksi tangkapan ikan ke mobil pengangkut ikan untuk kemudian diangkut
laut tentunya dapat ditingkatkan. Meningkatnya ke tujuan penjualan. Ikan-ikan tersebut diberi es batu
hasil tangkapan ikan laut ini harus disertai adanya yang dihancurkan dan garam untuk tetap menjaga
kegiatan penanganan dan pengolahan ikan yang kualitas ikan tetap baik dan segar sampai ke tujuan.
secara keseluruhan diharapkan dapat memberikan 7HUNDLW GHQJDQ SHQJHPEDQJDQ NDZDVDQ SHVLVLU
dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan rencana pesisir di masa mendatang, hasil tangkapan
SHUHNRQRPLDQZLOD\DK3URSLQVL%DOLSDGDXPXPQ\D ikan laut yang didaratkan di rencana pesisir lebih
Secara lebih rinci perlunya kegiatan pengolahan ikan GLRULHQWDVLNDQ XQWXN GLRODK GL NDZDVDQ UHQFDQD
LQL WXMXDQQ\D DGDODK   0HQJDZHWNDQ LNDQ KDVLO pesisir. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
tangkapan, sehingga jangkauan pemasaran dapat EDKZDDGDQ\DNHJLDWDQSHQJRODKDQLNDQGLNDZDVDQ
diperluas. Hal ini dilakukan karena karakter hasil perencanaan akan memberikan multiplier effect bagi
tangkapan ikan laut yang harus segera ditangani agar masyarakat pesisir rencana pesisir dan sekitarnya.
kualitasnya tetap dapat dipertahankan (tidak rusak), Dengan adanya multiplier effect ini diharapkan
\DNQL PXODL GDUL SHQDQJDQDQ SDGD ZDNWX PDVLK GL akan menjadi generator bagi perkembangan
laut, pada saat pembongkaran, pada saat di darat, serta ZLOD\DKVHNLWDUQ\D$GDSXQPDFDPPDFDPNHJLDWDQ
selama pengangkutan dan distribusi. Semakin lama pengolahan ikan adalah sebagai berikut: 1) pembekuan
kualitas ikan dapat dipertahankan, maka semakin luas ikan yang disimpan dalam suhu rendah (coldstorage);
pemasaran yang dapat dilakukan khususnya untuk 2) pengalengan ikan; 3) pengasapan; 4) penggaraman/
LNDQ VHJDU   0HPDQIDDWNDQ DWDX PHQJRODK LNDQ pengasinan ikan; 5) tepung dan minyak ikan; 6)
hasil sampingan maupun limbah ikan hasil olahan IHUPHQWDVL SURGXNRODKDQLNDQ
sebelumnya menjadi produk yang mempunyai nilai Adapun jenis kegiatan pengolahan yang akan
jual; 3) Menyerap tenaga kerja dan mengurangi tingkat GLNHPEDQJNDQGLNDZDVDQUHQFDQDSHVLVLUGLGDVDUNDQ
pengangguran, serta memberdayakan masyarakat di pada tiga pertimbangan pertimbangan penting.
NDZDVDQUHQFDQDSHVLVLUWHUXWDPDNDXPSHUHPSXDQ Pertama, potensi jenis ikan yang tersedia di perairan
GDQ PDV\DUDNDW GL ZLOD\DK VHNLWDU NDZDVDQ UHQFDQD Propinsi Bali. Potensi ikan yang terdapat di perairan
pesisir dengan adanya kegiatan pengolahan ikan ini; Propinsi Bali beraneka macam, akan tetapi potensi


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

Tabel 2. Rencana Pemasaran Ikan dan Produk Olahan Ikan


No. -HQLV3URGXN+DVLO7DQJNDSDQ Daerah Pemasaran
1. Ikan segar /RNDO 3DVDULNDQGLVHNLWDU 5HJLRQDO ZLOD\DK3URSLQVL%DOLGDQ
Madura)
2. Ikan beku utuh 1DVLRQDO 1XVD7HQJJDUD%DUDW1XVD7HQJJDUD7LPXU-DZD
Kalimantan, Papua, dsb),
(NVSRU -HSDQJ$PHULND(URSDGVE
3. ,NDQEHNX¿OOHW Nasional, Ekspor
4. Ikan kemasan siap saji: ¿VKQXJJHW, Regional, Nasional, Ekspor
scallop, tempura, bakso ikan
5. Ikan pindang Lokal, Regional
6. Ikan asap Lokal, Regional, Nasional
7. Daging hiu asin Regional, Nasional
8. Sirip hiu kering Regional, Nasional, Ekspor
9. Abon tuna Lokal, Regional, Nasional
10. Krupuk ikan Lokal, Regional, Nasional
11. Tepung dan minyak ikan Lokal, Regional, Nasional
12. Petis, terasi, silase Lokal, Regional

ikan pelagis besar tampaknya lebih besar dibanding peningkatan skala pemasaran dan pengembangan
ikan pelagis kecil. Hal ini disebabkan ikan pelagis industri pengolahan ikan menjadi keharusan. Dengan
kecil mulai mengalami penurunan karena habitat skala dan jangkauan pemasarannya sendiri, kuota
LNDQSHODJLVNHFLOLQLUHODWLIPHQGHNDWLGDHUDKSHVLVLU permintaan ikan per jenis industri pengolahan ikan
dimana kondisi ekosistem pantai saat ini mengalami UHODWLIWHWDS
penurunan kualitas lingkungan yang mengakibatkan Adanya peluang pemasaran dalam lingkup yang
berkurangnya populasi ikan pelagis kecil ini. Oleh lebih luas seperti: nasional dan ekspor juga sangat
karena itu, kegiatan pengolahan ikan yang mempunyai berpengaruh terhadap target penangkapan dan
prospek untuk dikembangkan adalah pengolahan ikan kegiatan pengolahan, karena berkaitan dengan
dengan bahan baku ikan jenis pelagis besar (Tuna, permintaan pasar yang harus dipenuhi. Rencana
Cakalang, Tongkol, dan sebagainya), beserta kegiatan pemasaran ikan segar dan hasil produk olahan
SHQJRODKDQ XQWXN PHPDQIDDWNDQ VLVD LNDQ \DQJ LNDQ \DQJ GLKDVLONDQ SDGD NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU
berasal dari kegiatan pengolahan sebelumnya. Kedua, ditampilkan pada Tabel 2.
permintaan pasar. Permintaan pasar terhadap produk
olahan ikan saat ini sangat dipengaruhi oleh tren Rencana Pengembangan Sumber Daya Manu-
konsumen ikan dalam skala lokal, regional, nasional sia
maupun internasional. Ketiga, $VSHN SHPDQIDDWDQ 6HEDJLDQEHVDUPDV\DUDNDW\DQJWLQJDOGLNDZDVDQ
ikan hasil tangkapan seoptimal mungkin, yakni rencana pesisir adalah nelayan dan pekerja sektor
pengolahan ikan hasil tangkapan maupun hasil sekunder serta tersier yang berkaitan dengan
limbah pengolahan produk olahan agar limbah yang perikanan tangkap, meski sebagian lainnya adalah
dihasilkan dari keseluruhan produk dapat seminimal masyarakat petani dan atau lainnya. Pada umumnya,
mungkin. NRQGLVL SHUHNRQRPLDQ PDV\DUDNDW QHOD\DQ UHODWLI
kurang dapat berkembang, tingkat pendidikan
Rencana Pemasaran terbatas, dengan kondisi sosial budaya yang kompleks
Upaya mendorong usaha penangkapan ikan karena terdiri dari berbagai etnis asal dan sistem
perlu didukung oleh jaminan kelancaran pasar. kepercayaan. Kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya
Kelancaran pasar dimaksud adalah elastisitas daya masyarakat tersebut akan lebih mudah untuk disesuai
serap pasar tinggi dengan tingkat harga berlaku GHQJDQ WXMXDQ SHQJHPEDQJDQ NHJLDWDQ GL NDZDVDQ
UHODWLIWHUNHQGDOL1DPXQEHJLWXKDUJDEHUODNXVDQJDW perencanaan jika struktur sosial masyarakat telah
ditentukan oleh permintaan pasar. Secara otomatis WHUEDQJXQ GDQ WHUZDGDKL 'HQJDQ GHPLNLDQ VLVWHP
daya serap hasil tangkapan yang dapat memberikan sosial kemasyarakatan tersebut dapat dikembangkan
keuntungan optimal bagi nelayan juga sangat GDQGLPDQIDDWNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQSURGXNWL¿WDV
dipengaruhi permintaan pasar. Oleh karena itu, untuk NHJLDWDQSHUHNRQRPLDQPDV\DUDNDWNDZDVDQUHQFDQD
dapat mencapai pertumbuhan usaha penangkapan pesisir. Wadah dan struktur sosial nelayan yang telah
ikan hingga tingkat yang diharapkan, sekaligus establish (mapan) akan menjadikan sistem sosial
GDSDW PHQJHQGDOLNDQ IOXNWXDVL KDUJD LNDQ PDND PDV\DUDNDW EHUVLIDW OHELK HODVWLV GDODP PHQJKDGDSL


JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564

Gambar 9. Rencana Pengembangan SDM Untuk Pengembangan Industri berbasis Perikanan

Gambar 10. Rencana Pengembangan SDM Untuk Pengembangan PerikananTangkap

perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Secara operasional, rencana pengembangan sumber
Masyarakat yang sistem sosialnya tertata dengan baik daya manusia kelompok masyarakat pesisir dibedakan
akan benar-benar siap dan mampu terlibat di dalam menjadi tiga kelompok rencana, yaitu pengembangan
dinamika perubahan sosial-ekonomi serta perubahan kegiatan sosial ekonomi, pengembangan sistem budaya
sosial-budaya. untuk peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan
Secara umum rencana pengembangan SDM dapat sistem budaya untuk menunjang kegiatan ekonomi.
dibedakan antara pengembangan SDM untuk pengem-
bangan kebiatan penangkapan ikan dan pengemban- Rencana Pengembangan Kegiatan Sosial-
gan SDM untuk kegiatan pengolahan ikan. Namun Ekonomi
begitu rencana pengembangan SDM hanya berlaku Pengembangan kegiatan sosial-ekonomi yang
bagi masyarakat lokal, yaitu nelayan lokal dan ma- direncanakan berkaitan langsung dengan rencana
syarakat setempat lainya. Hal ini menyangkut masalah pengembangan pelabuhan perikanan. Pengembangan
teknis pengelolaan dan target pengembangan yang pelabuhan, terkait dengan peningkatan pelayanan
diharapkan nantinya. Rencana Pengembangan SDM sarana dan prasarana ekonomi, ditujukan untuk
SDM nelayan lokal untuk pengembangan perikanan PHQLQJNDWNDQ SURGXNWLILWDV SHULNDQDQ WDQJNDS
tangkap dan rencana pengembangan SDM untuk VHEDJDLXSD\DXQWXNPHQLQJNDWNDQWDUDINHVHMDKWHUDDQ
pengembangan pengolahan produk perikanan tang- masyarakat secara menyeluruh.
kap dapat dilihat pada Gambar 10. Sebagai sebuah rangkaian, hal yang kiranya sangat


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

penting untuk tujuan dimaksud adalah pengembangan an; Kelompok pengambek (pemodal); Kelompok
kegiatan produksi, pengembangan organisasi-organisa- pengisi; Kelompok penguras; KUD.
si berbasis produksi dan pengembangan sistem kemi- 3) Membangun sistem kemitraan yang solid antar ke-
traan antar kelompok organisasi yang terbangun untuk lompok kepentingan melalui organisasi-organisasi
menciptakan sistem sosial yang mapan, solid, teratur kepentingan yang terbentuk untuk mendorong ter-
dan menyeluruh. Secara terinci, rencana pengemban- bentuknya struktur sosial masyarakat pantai secara
gan kegiatan sosial-ekonomi dipaparkan berikut ini. menyeluruh (umum), dengan cara:
1) Sosialisasi pengembangan pelabuhan perikanan D 0HPEDQJXQ IRUXP NRPXQLNDVL VHEDJDL ZDGDK
nusantara, melalui pemerintahan dusun dan atau EHUVDPDGDSDWGLDZDOLGHQJDQEDQWXDQSURJUDP
organisasi-organisasi masyarakat lainnya. Kegiatan SHQGDPSLQJDQIDVLOLWDVLRUJDQLVHU
ini mutlak diperlukan menyangkut kepentingan b. Bantuan program pendampingan perumusan
masyarakat sebagai pelaku pembangunan. tata aturan (peraturan) hubungan kemitraan
Kesiapan masyarakat harus dikondisikan, dengan antar organisasi kepentingan untuk menciptakan
memahamkan kegiatan-kegiatan direncanakan SHPEDJLDQIXQJVLDQWDUNHORPSRN\DQJEHUSHUDQ
untuk dikembangkan. Pengembangan kegiatan secara adil, saling menguntungkan dan solid.
terkait pengembangan pelabuhan, meliputi: 4) Membangun sistem kemitraan yang saling
a. Pengembangan kegiatan sektor primer, terdiri menguntungkan antara organisasi-organisasi
atas (i) Pengembangan kegiatan penangkapan kepentingan yang telah terbentuk dengan
ikan konsumsi; dan (ii) Pengembangan kegiatan kelompok-kelompok kepentingan yang lain.
penangkapan ikan hias Misalnya antara kelompok nelayan/pengusaha/
b. Pengembangan kegiatan sektor sekunder, terdiri blantik dengan KUD dan atau penyelenggara
atas (i) Pengembangan industri pengemasan ikan keamanan dan atau pengelola pelabuhan;
segar; (ii) Pengembangan industri pengolahan 5) Mengusahakan program bantuan modal pengem-
ikan, antara lain: tepung ikan, pemindangan, bangan usaha penangkapan ikan bagi nelayan lo-
pengeringan sirip hiu, pengasinan daging ikan kal. Pengadaan unit-unit penangkapan ikan yang
hiu. baru, baik dengan teknologi yang telah ada mau-
c. Pengembangan sektor tersier, antara lain perda- SXQ WHNQRORJL SHQJHPEDQJDQ \DQJ OHELK HIHNWLI
gangan (trading MDVDGDQSDULZLVDWDEDKDUL GDQH¿VLHQWLGDNGDSDWGLKLQGDUNDQPHQJLQJDW
2) Mendorong terbentuknya organisasi-organisasi D+DUDSDQ GDUL SHQLQJNDWDQ NHODV GDQ IXQJVL
sosial yang berbasis pada kelompok kegiatan eko- pelabuhan adalah peningkatan produksi dan
nomi (kepentingan). Organisasi-organisasi berbasis SURGXNWL¿WDV SHQDQJNDSDQ LNDQ EDLN \DQJ GL-
produksi menjadi penting peranannya berkait den- lakukan oleh nelayan lokal ataupun nelayan
gan pembangunan civil society, akses permodalan, OXDU\DQJPHQGDUDWNDQLNDQGLNDZDVDQUHQFDQD
program pemberdayaan dan mendorong terben- pesisir. Agar nelayan lokal tidak hanya menjadi
WXNQ\D VWUXNWXU VRVLDO \DQJ VSHVL¿N 8SD\D PHQ- penonton bagi pertumbuhan usaha perikanan
dorong terbentuknya organisasi-organisasi sosial tangkap, maka pengadaan untuk peremajaan dan
berbasis produksi dapat dilakukan melalui bantuan pengadaan pemilikan baru mutlak dibutuhkan;
program untuk sosialisasi mengenai pentingnya b. Kecenderungan pergeseran unit tangkap menuju
organisasi, pelatihan organisasi dan pendampingan penggunaan unit tangkap sekoci pancingan.
pembentukan organisasi, seperti: Sekoci telah dianggap sebagai unit tangkap
a. Organisasi nelayan menurut: \DQJ H¿VLHQ GDQ OHELK PHQJXQWXQJNDQ PDND
(i) Cara atau armada penangkapan, antara lain: ditinggalkannya unit tangkap yang lama
Kelompok nelayan payangan; Kelompok nelayan (payangan, pakisan dan jukung) setelah usia
sekoci; Kelompok nelayan pakisan; Kelompok pakainya habis adalah sangat memungkinkan;
nelayan jukung; Kelompok nelayan ikan hias. c. Sasaran tangkap cenderung pada ikan pelagis
(ii) Peran dalam organisasi penangkapan, antara besar (terutama tuna, mandidihang, cakalang)
lain: Kelompok juragan darat; Kelompok juragan oleh karena harga jualnya lebih menguntungkan.
laut; Kelompok pandega. Sehingga orientasi penangkapan cenderung
b. Organisasi blantik (pedagang ikan); menuju perairan lepas pantai, dimana ikan-ikan
c. Organisasi pengusaha industri pengolahan hasil bernilai ekonomi tinggi menyebar.
tangkap; 6) Mengusahakan program bantuan modal pengem-
d. Organisasi penyedia jasa, antara lain: Kelompok bangan usaha pengolahan ikan hasil tangkap. Upa-
penyedia jasa angkutan; Kelompok kuli pelabuh- ya yang dapat dilakukan untuk memacu tumbuh-


JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564

nya usaha pengolahan produk perikanan adalah SHODNVDQDDQSHQJHPEDQJDQNDZDVDQUHQFDQDSHVLVLU


dengan memberikan akses permodalan kepada NKXVXVQ\DSHQJHPEDQJDQNDZDVDQSHODEXKDQSHUL-
calon pengusaha. Salah satunya melalui program kanan. Hal ini dilakukan karena dalam pengembangan
bantuan permodalan usaha kecil-menengah dan NDZDVDQSHUHQFDQDDQDNDQPHOLEDWNDQEDQ\DNSLKDN
rumah tangga bagi masyarakat setempat, terutama pihak yang terkait, sehingga untuk mensinkronkan
NHOXDUJD QHOD\DQ ORNDO GDQ DWDX ZDUJD NDZDVDQ program kegiatan yang akan dilakukan antar pihak
rencana pesisir. Sistem penyaluran kredit permo- terkait tersebut harus dilakukan pembagian tugas
dalan dapat bekerjasama dengan penyelenggara GDQZHZHQDQJVHUWDNHUMDVDPD\DQJEDLN%HULNXWLQL
jasa perbankan. Terselenggaranya bantuan permo- VLVWHP NHOHPEDJDDQ \DQJ GLSHUOXNDQ SDGD NDZDVDQ
GDODQ GDSDW PHPSHUOXDV GLYHUVL¿NDVL XVDKD GDQ rencana pesisir:
SURGXNXVDKDSHQJRODKDQLNDQ3HUOXDVDQGLYHUVL¿- 1) Penetapan lembaga otorita pengelola pelabuhan
kasi usaha pada gilirannya menjadi strategis untuk: perikanan, dengan maksud untuk menjaga kes-
a. Menjamin stabilitas harga ikan. Pengembangan inambungan program pengembangan dan pem-
usaha pengolahan ikan dan pemasaran ikan bangunan pelabuhan perikanan dan mempermu-
seyogyanya seiring dengan meningkatnya ke- dah koordinasi yang dilakukan. Otorita pengelola
mampuan produksi ikan tangkapan, agar ter- SHODEXKDQSHULNDQDQLQLPHOLSXWLVHOXUXKNDZDVDQ
MDGLNHVHLPEDQJDQSHUPLQWDDQGDQSHQDZDUDQ pangkalan pendaratan dan pemberangkatan ikan
Daya serap pasar atas produk tangkapan dengan EHVHUWIDVLOLWDV SHQXQMDQJQ\DNDZDVDQSHQJHOROD
sendirinya akan elastis. SHODEXKDQNDZDVDQSHPXNLPDQQHOD\DQGDQEX-
b. Rehabilitasi Lingkungan berbasis Partisipasi UXKLQGXVWULSHQJRODKDQLNDQNDZDVDQZLVDWDVHUWD
Masyarakat. Masyarakat yang berdaya secara NDZDVDQSXVDWSHOD\DQDQ
sosial-ekonomi akan lebih mudah tercerahkan, 2) Pembentukan kelembagaan pada tingkat paling
tanggap terhadap permasalahan lingkungannya, EDZDK\DQJGLODNVDQDNDQROHKPDV\DUDNDW\DNQL
lebih berorientasi ke depan dan peka terhadap antara lain berupa:
isu-isu keberlanjutan. Pemberdayaan ekonomi a. Lembaga keagamaan: kelompok pengajian,
melalui perluasan kesempatan usaha secara b. Lembaga sosial ekonomi masyarakat:
tidak langsung mendorong terbentuknya iklim (i) Kelompok nelayan: Kelompok nelayan payangan,
tersebut. Di sisi lain, berkembangnya berbagai Kelompok nelayan sekoci, Kelompok nelayan
unit dan skala usaha akan meningkatkan pakisan, Kelompok nelayan jukung, Kelompok
permintaan tenaga kerja. Melalui kegiatan nelayan ikan hias, Kelompok juragan darat,
pelatihan kerja, keterampilan kerja peladang Kelompok juragan laut, Kelompok pandega.
liar (tetelan) dapat dibentuk dan pada gilirannya (ii) Kelompok usaha ekonomi: Organisasi blantik
disalurkan pada unit-unit usaha yang ada. (pedagang ikan), Organisasi pengusaha industri
Denga demikian penyelesaian ekonomi telah pengolahan hasil tangkap.
diupayakan untuk menjamin terselenggaranya (iii) Organisasi penyedia jasa: Kelompok penyedia
usaha rehabilitasi lingkungan, seperti reboisasi jasa angkutan, Kelompok kuli pelabuhan,
NDZDVDQKXWDQ Kelompok pengambek (pemodal), Kelompok
7) Menyelenggarakan program bantuan teknis pengisi, Kelompok penguras.
pemasaran dan pengembangan jaringan pemasaran (iv) KUD.
SURGXNSHULNDQDQWDQJNDS-DPLQDQNHWHUVHGLDDQ c. Lembaga sosial budaya masyarakat: Kelompok
pasar dengan daya serap yang seimbang terhadap kepemudaan (karang taruna), Kelompok
produk perikanan tangkap (segar dan olahan) kegiatan kesenian, Kelompok kegiatan olahraga.
dihadapkan pada kendala terbatasnya akses dan 3) Pembentukan jaringan komunikasi antar lembaga
MDULQJDQSDVDU,QIRUPDVLSDVDUWHUNDLWVLVWHPGDQ yang dibentuk,
jaringan pemasaran pada skala yang lebih luas, 4) Pembentukan organisasi/lembaga pendamping
dibutuhkan untuk menarik minat penduduk lokal masyarakat terkait dengan pengembangan
untuk mengembangkan usaha di sektor perikanan. NDZDVDQ SHODEXKDQ GL NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU
3DVDU DGDODK IDFWRU \DQJ VDQJDW SHQWLQJ EDJL Lembaga pendamping ini dapat berupa Lembaga
tumbuhnya bidang usaha. 6ZDGD\D 0DV\DUDNDW /60  DWDX NRQVXOWDQ \DQJ
tugasnya adalah memberikan sosialisasi kepada
Rencana Sistem Kelembagaan masyarakat agar dapat terlibat dalam kegiatan
Rencana sistem kelembagaan ini merupakan pem- pembangunan yang akan dilakukan. Pada tahapan
bentukan struktur organisasi yang diperlukan untuk dimana lembaga otorita pengelola pelabuhan sudah


Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]

terbentuk, maka lembaga pendamping masyarakat bagi Aparatur Pemerintah Daerah di Provinsi Bali
ini dapat ditangani oleh pihak pengelola. yang membidangi pengembangan UMKM berbasis
perikanan : (1) untuk melakukan pembinaan berkaitan
SIMPULAN dengan kelembagaan UMKM di tingkat lokal karena
ditemukan dapat meningkatkan kesejahteraan
Berdasarkan uraian hasil pembahasan, dapat di- pengusaha UMKM berbasis perikanan dibanding
simpulkan sebagai berikut. Potensi pengembangan kelembagaan di tingkat pusat; (2) Mengkoordinasikan
UMKM yang berbasis perikanan di Propinsi Bali pada kelembagaan pemerintah pusat apabila pelatihan
adalah Usaha Dagang Ikan Segar dan Usaha Pengola- memang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan
han Ikan dilihat dari jumlah usaha, penyerapan tenaga dan keterampilan UMKM berbasis perikanan; (3)
kerja nilai keuntungan dan nilai modal masing-masing memberdayakan kelembagaan keuangan di tingkat
Kabupaten di Bali. Potensi pengembangan UMKM lokal (terutama desa) dalam menyediakan akses modal
berbasis perikanan ini diimplementasikan dalam Sis- kerja. Kedua, bagi pelaku UMKM berbasis perikanan
WLP,QIRUPDVL*HRJUD¿V (Usaha Dagang Ikan Segar dan Usaha Pengolahan
Karakteristik UMKM Berbasis Perikanan, menun- Ikan) untuk mengoptimalkan potensinya, karena
jukkan sebagai berikut: (1) Kondisi makro ekonomi usaha ini sangat menjanjikan dilihat dari keuntungan
yaitu perkembangan Produk Domestik Regional Bruto yang diperoleh. Ketiga, bagi masyarakat, untuk dapat
3'5% GDQWHQDJDNHUMDEHUSHQJDUXKSRVLWLIWHUKDGDS meningkatkan partisipasinya secara langsung dalam
tingkat produktivitas (Nilai Produksi) UMKM berbasis kegiatan pengembangan UMKM berbasis perikanan
SHULNDQDQGLZLOD\DK3URSLQVL%DOLGLPDQD47,22% di Provinsi Bali untuk meningkatkan Kesejahteraan
Nilai Produksinya akan dijelaskan oleh PDRB dan Masyarakat Pesisir dan Percepatan Pembangunan
tenaga kerja; (2) Kebutuhan pengembangan UMKM Ekonomi Di Provinsi Bali.
EHUEDVLVSHULNDQDQGLZLOD\DK%DOLPHOLSXWL
a. Aspek akses pasar menunjukkan kebutuhan yang REFERENSI
PXWODN GLSHUOXNDQ DGDODK LQIUDVWUXNWXU JHGXQJ
terutama di tingkat desa; Arsyad, Lincolin, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pemban-
gunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama Penerbit BPFE,
b. Aspek oprasional menunjukkan kelembagaan di Yogyakarta.
WLQJNDWORNDO\DQJSDOLQJNHFLOOHELKHIHNWLIGDODP %DVZLU5HYULVRQG³,QGXVWUL.HFLOGDQ.RQORPHUDVLGL
meningkatkan kesejahteraan pengusaha UMKM ,QGRQHVLD´3ULVPD9RO;;,91R±
berbasis perikanan dibanding kelembagaan di 'LUHNWRUDW-HQGUDO,QGXVWUL.HFLO'HSDUWHPHQ3HULQGXVWULDQ
Petunjuk Teknis Manuskrip Standart SII Unit Pelaksa-
tingkat pusat. Sedangkan apabila pelatihan me- naan Pengendalian Mutu Isolator Keramik.
mang dibutuhkan untuk meningkatkan kemam- ,UDZDQ3HQJDQWDU(NRQRPL3HUXVDKDDQ3XVDW$QWDU8QLYHU-
puan dan keterampilan pengusaha kecil, maka sitas studi Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
NHOHPEDJDDQSHPHULQWDKSXVDWOHELKHIHNWLIGDODP Kuncoro, Mudrajad, 1997, Ekonomi Pembangunan: Teori,
Masalah, dan Kebijakan, Edisi Pertama, Penerbit YKPN,
membuat program dan bentuk pelatihannya. Hal Yogyakarta.
tersebut disebabkan karena program-program BBBBBBB³3HQJHPEDQJDQ,QGXVWUL3HGHVDDDQ0HODOXL
pelatihan ditingkat pusat lebih baik dan menggu- Koperasi dan Usaha Kecil: Suatu Studi Kasus di Kaliman-
nakan teknologi yang tepat guna untuk kebutuhan WDQ7LPXU´$QDOLVLV&6,67DKXQ;;9,1R±
Marbun B. N, 1996, Manajemen Perusahan Kecil, Lembaga
pengusaha kecil dan menengah; 3HQGLGLNDQGDQ3HPELQDDQ0DQDMHPHQ-DNDUWD
F $VSHN0RGDOPHQXQMXNNDQEDKZDSLQMDPDQPRGDO 5DKDUGMR0'DZDP7UDQVIRUPDVL3HUWDQLDQ,QGXVWUL-
atau bantuan modal lebih berpengaruh secara sig- DOLVDVLGDQ.HVHPSDWDQ.HUMDFHW8,3UHVV-DNDUWD
Sato, Yuri, 2000, “Lingkage Formation by Small Firm: The
QL¿NDQ GDODP PHQLQJNDWNDQ SHUDQ SHQJHOROD WHU-
&DVH5XUDO&OXVWHULQ,QGRQHVLD´%XOOHWLQRI,QGRQHVLDQ
hadap peningkatan ekonomi masyarakat dibanding (FRQRPLF6WXGLHV9RO1R
bantuan langsung. Selanjutnya kelembagaan keuan- Tambunan, Tulus, 1993, “Kontribusi Industri Skala Kecil Ter-
gan di tingkat lokal (terutama desa) yang paling kecil KDGDS(NRQRPL/RNDO´3ULVPD9RO;;,,1R
Wie, Thee. K, 1993, Industrialisasi di Indonesia: Beberapa
OHELKHIHNWLIGDODPPHQ\HGLDNDQDNVHVPRGDONHUMD
.DMLDQ3HQHUELW/3(6-DNDUWD
dibanding kelembagaan di tingkat pusat. 9HUQRQ$0XVVHOPHQ±-RKQ+-DFNVRQ3HQJDQWDU
(NRQRPL3HUXVDKDDQ7HUMHPDKDQ.XVPDZDULDGLVDV-
SARAN WUD(UODQJJD-DNDUWD

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan dapat


disarankan untuk pengembangan UMKM berbasis
perikanan di Provinsi Bali sebagai berikut. Pertama,



Anda mungkin juga menyukai