EN Master Plan Umkm Berbasis Perikanan Untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan Ya PDF
EN Master Plan Umkm Berbasis Perikanan Untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan Ya PDF
I Gede Riana
Ni Luh Putu Wiagustini*)
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
/XK*HGH0H\GLDQDZDWKL
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep Masterplan Pengembangan UMKM berbasis perikanan
GLZLOD\DK%DOL, untuk menjadikan Bali sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil perikanan di Koridor Bali-
Nusa Tenggara. Pada Tahun-1 periode penelitian, aktivitas penelitian yang dilakukan mencakup tiga proses,
DQWDUD ODLQ DQDOLVLV SRWHQVL 80.0 DQDOLVLV LNOLP XVDKD GDQ LGHQWL¿NDVL NHQGDOD GDQ WDQWDQJDQ 'HQJDQ
PHQJJXQDNDQ PHWRGH DQDOLVLV UHJUHVL OLQLHU VLVWHP LQIRUPDVL JHRJUD¿V 6,* GDQ DQDOLVLV KLHUDUNL SURVHV
$+3 SDGD SHQHOLWLDQ WDKXQ GLSHUROHK LQIRUPDVL PHQJHQDL NDUDNWHULVWLN 80.0 EHUEDVLV SHULNDQDQ GL
%DOLDQWDUDODLQWHUGDSDWSHQJDUXKSRVLWLIDQWDUDSHUNHPEDQJDQ3'5%GDQWHQDJDNHUMDWHUKDGDSWLQJNDW
produktivitas (nilai produksi) UMKM; dan 2) kebutuhan pengembangan UMKM berbasis perikanan di Bali
mencakup beberapa aspek-aspek operasional, modal dan akses pasar. Untuk itu Pemerintah Provinsi Bali,
pelaku UMKM, dan masyarakat diharapkan mampu mensinergikan diri baik secara kelembagaan, peningkatan
NXDOLWDV6'0SHPEHUGD\DDQOHPEDJDNHXDQJDQGLWLQJNDWORNDOVHUWDSDUWLVLSDVLDNWLIGDODPDNVHVSHPDVDUDQ
ke tingkat internasional.
Kata kunci: UMKM berbasis perikanan, nilai tambah, percepatan pembangunan ekonomi, masyarakat
pesisir
ABSTRACT
7KLVUHVHDUFKDLPVWRJHQHUDWHD0DVWHUSODQRI¿VKHULHVEDVHG60(GHYHORSPHQWFRQFHSWLQ%DOLUHJLRQLQ
RUGHUWREXLOG%DOLDVWKHFHQWUHIRUSURGXFWLRQDQGSURFHVVLQJRI¿VKHU\SURGXFWVLQWKH&RUULGRURI%DOL1XVD
7HQJJDUD,Q<HDURIWKHVWXG\SHULRGWKHUHVHDUFKDFWLYLWLHVFDUULHGRXWLQFOXGHVWKUHHSURFHVVHVLQFOXGLQJ
DQDO\VLVRIWKHSRWHQWLDORI60(VDQDO\]HVWKHEXVLQHVVF\FOHDQGLGHQWL¿FDWLRQRIEDUULHUVDQGFKDOOHQJHV%\
XVLQJWKHPHWKRGRIOLQHDUUHJUHVVLRQDQDO\VLVJHRJUDSKLFLQIRUPDWLRQV\VWHPV*,6DQGDQDO\WLFDOKLHUDUFK\
SURFHVV$+3WKHVWXG\UHVXOWVLQ\HDUREWDLQHGVRPHLQIRUPDWLRQDERXWWKHFKDUDFWHULVWLFVRI¿VKHULHV
EDVHG60(V%DOLFRQVLVWLQJRIWKHUHLVDSRVLWLYHHIIHFWEHWZHHQ*'3JURZWKDQGHQHUJ\ZRUNRQWKHOHYHO
RISURGXFWLYLW\RXWSXWYDOXHRI60(VDQGWKHQHHGIRUWKHGHYHORSPHQWRI¿VKHULHVEDVHG60(VLQ%DOL
include some operational, capital, and market access aspects. To the Bali Provincial Government, SMEs and
WKH SXEOLF DUH H[SHFWHG WR V\QHUJL]H WKHPVHOYHV LQ WHUP RI LQVWLWXWLRQDOO\ LPSURYLQJ WKH TXDOLW\ RI KXPDQ
UHVRXUFHV HPSRZHULQJ ¿QDQFLDO LQVWLWXWLRQV DW WKH ORFDO OHYHO DV ZHOO DV DFWLYH SDUWLFLSDWLRQ LQ PDUNHWLQJ
access to the international level.
Keywords: Fisheries-based SME, value added, acceleration of economic development, coastal communi-
ties
*) E-mail: wiagustini@yahoo.com
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
Karakteristik pokok SIG menurut Martin (dalam pembuat keputusan dengan menggunakan model
Kuncoro) antara lain: 1) Geografi: berhubungan matematis. AHP membantu dalam menentukan
GHQJDQSHQJXNXUDQVNDODJHRJUD¿GDQGLUHIHUHQVLNDQ prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan
oleh beberapa koordinat sistem pada lokasi di analisa perbandingan berpasangan dari masing-
atas permukaan bumi; 2) Informasi : mencakup masing kriteria. Dalam sistem pengelolaan kinerja
SHQJDPELODQ LQIRUPDVL \DQJ VSHVL¿N GDQ EHUPDNQD yang dimaksud dengan kriteria tersebut adalah KPI.
dari sejumlah data yang beragam, dan ini hanya Kaidah pembobotan penggunaan metode AHP
mungkin karena data telah diorganisasi dalam dalam sistem Pengelolaan Kinerja menyakakan: 1)
suatu model dunia nyata; 3) Sistem: lingkungan Nilai bobot KPI berkisar antara 0 - 1 atau antara 0%
yang memungkinkan data dikelola dan pertanyaan MLNDNLWDPHQJJXQDNDQSURVHQWDVH-XPODK
ditempatkan. SIG sebaiknya diintegrasikan dalam total bobot semua KPI harus bernilai 1 (100%); 3)
suatu kesatuan prosedur untuk input, penyimpanan, 7LGDN DGD ERERW \DQJ EHUQLODL QHJDWLI %HULNXW
PDQLSXODVLGDQRXWSXWGDULLQIRUPDVLJHRJUD¿ adalah langkah-langkah yang digunakan dalam
SIG pada dasarnya adalah jenis khusus sistem menentukan bobot KPI dengan menggunakan AHP:
LQIRUPDVL \DQJ PHPSHUKDWLNDQ UHSUHVHQWDVL GDQ (i) Menentukan nilai prioritas KPI. Biasanya orang
PDQLSXODVLUHDOLWDJHRJUD¿6,*PHQWUDQVIRUPDVLNDQ OHELK PXGDK PHQJDWDNDQ EDKZD .3, $ OHELK
GDWD PHQMDGL LQIRUPDVL GHQJDQ PHQJLQWHJUDVLNDQ penting daripada KPI B, KPI B kurang penting
sejumlah data yang berbeda, menerapkan analisis dibanding dengan KPI C dsb, namun mengalami
IRNXV GDQ PHQ\DMLNDQ RXWSXW GDODP UDQJND kesulitan menyebutkan seberapa penting KPI
PHQGXNXQJ SHQJDPELODQ NHSXWXVDQ -XSSHQODWV A dibandingkan KPI B atau seberapa kurang
Tian, 1996) pentingnya KPI B dibandingkan dengan KPI C.
Untuk itu kita perlu membuat tabel konversi dari
3) Analisis Hierarki Proses (AHP) pernyatan prioritas ke dalam angka-angka.
Analisis Hierarki Proses merupakan suatu metoda (ii) Membuat table perbandingan prioritas setiap
yang menstruktur masalah, dalam bentuk hierarki KPI dengan membandingkan masing-masing
dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk .3,6HEDJDLFRQWRK-LNDNLWDPHPSXQ\DL.3,
PHQJKDVLONDQVNDODSULRULWDVUHODWLI$QDOLVLV+LHUDUNL maka kita membuat matrik perbandingan ke-4 KPI
Proses juga dapat memecahkan persoalan dengan tersebut.
prinsip menyusun hierarki, prinsip menetapkan (iii) Menentukan bobot pada tiap KPI, nilai bobot ini
prioritas, dan prinsip konsistensi logis dalam berkisar antara 0 - 1. dan total bobot untuk setiap
pengambilan suatu keputusan. Dalam menentukan kolom adalah 1. Cara menghitung bobot adalah an-
nilai rasio konsistensi, nilai konsistensi harus 10 gka pada setiap kotak dibagi dengan penjumlahan
persen atau kurang dan jika lebih dari 10 persen maka semua angka dalam kolom yang sama.
pertimbangan itu harus di acak atau diperbaiki agar (iv) Mencari nilai bobot untuk masing-masing KPI.
tingkat konsistensinya bagus. Caranya adalah dengan melakukan penjumlahan
Proses Hierarki Analitik (AHP) dikembangkan oleh setiap nilai bobot prioritas pada setiap baris tabel
Saaty (1993) dan dipergunakan untuk menyelesaikan dibagi dengan jumlah KPI. Sehingga diperoleh
permasalahan yang komplek atau tidak berkerangka bobot masing-masing KPI.
GLPDQDGDWDGDQLQIRUPDVLVWDWLVWLNGDULPDVDODK\DQJ
dihadapi sangat sedikit. Secara umum hirarki dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1) hirarki struktural,
yaitu masalah yang kompleks diuraikan menjadi Karakteristik UMKM Berbasis Perikanan
bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut Karakteristik UMKM berbasis perikanan di Propinsi
ciri atau besaran tertentu. Hirarki ini erat kaitannya Bali akan dilihat dari bagaimana hubungan kondisi
dengan menganalisa masalah yang kompleks melalui makro ekonomi seperti perkembangan Produk
pembagian obyek yang diamati menjadi kelompok- Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tenaga kerja
NHORPSRN \DQJ OHELK NHFLO KLUDUNL IXQJVLRQDO terhadap perkembangan UMKM berbasis perikanan.
menguraikan masalah yang kompleks menjadi bagian- Selain itu karakteristik akan dianalisis juga berdasarkan
bagiannya sesuai hubungan esensialnya. Hirarki ini analisis hirarki proses. Analisis ini digunakan untuk
membantu mengatasi masalah atau mempengaruhi PHQJLGHQWL¿NDVL NHEXWXKDQ NHELMDNDQ EHUGDVDUNDQ
sistem yang kompleks untuk mencapai tujuan yang pengembangan UMKM berbasis perikanan.
diinginkannya seperti penentuan prioritas tindakan,
alokasi sumber daya. AHP merupakan sistem
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
Gambar 3. Hasil Uji t (Parsial) untuk Į Gambar 4. Hasil Uji t (Parsial) untuk Į
SHQJDUXK \DQJ VLJQL¿NDQ WHUKDGDS YDULDEHO WHULNDW Produksi) menunjukkan t hitung = 3,8189 Sedang-
Dapat juga dikatakan jika t hitung > t tabel atau -t NDQWWDEHOĮ
Į=GEUHVLGXDO
0,05 ; db residual =DGDODKVH
20) adalah se-
KLWXQJWWDEHOPDNDKDVLOQ\DVLJQL¿NDQGDQEHUDUWL besar 2,086. Karena t hitung > t tabel yaitu 3,8189 >
H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika t hitung 2,086 maka pengaruh LX2 (jumlah pekerja) adalah
< t tabel atau -t hitung > -t tabel maka hasilnya tidak VLJQL¿NDQ SDGD WLQJNDW NHVDODKDQ Į = 5%. Hal ini
VLJQL¿NDQGDQEHUDUWL+0 diteima dan H1. berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat
(i) t test antara LX 1 (PDRB) dengan LY (Nilai GLVLPSXONDQEDKZD1LODL3URGXNVLGDSDWGLSHQJD-
Produksi) menunjukkan t hitung = 1,7236 UXKLVHFDUDVLJQL¿NDQROHKMXPODKSHNHUMD
Sedangkan t tabel (Į = 0,20 ; db residual = 20)
adalah sebesar 1,325. Karena t hitung > t tabel yaitu 2) Analisis Kebutuhan Pengembangan UMKM
1,7236 > 1,325 maka pengaruh LX1 (PDRB) adalah Berbasis Perikanan
VLJQL¿NDQ SDGD WLQJNDW NHVDODKDQ Į = 20%. Hal Dalam upaya mengetahui kebutuhan pengembangan
ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga 8VDKD0LNUR.HFLO'DQ0HQHQJDK80.0GLZLOD\DK
GDSDW GLVLPSXONDQ EDKZD 1LODL 3URGXNVL GDSDW Bali dilakukan dengan Analisis Hierarki Proses (AHP).
GLSHQJDUXKLVHFDUDVLJQL¿NDQROHK3'5% AHP merupakan suatu metoda yang menstruktur
(ii) t test antara LX2 (jumlah pekerja) dengan LY (Nilai masalah, dalam bentuk hierarki dan memasukkan
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
Oprasional
Pelatihan Kesejahteraan
(0.25) (0.75)
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
*DPEDU6WUXNWXU+LUDUNL.HELMDNDQ'DUL$VSHN$NVHV3URGXNVL8QWXN9DULDEHO3HODWLKDQ
Operasional
Pelatihan kesejahteraan
(0.22) (0.75)
Akses Modal
BL Pinj. Modal
(0.27) (0.73)
yang tepat guna untuk kebutuhan pengusaha kecil %HUGDVDUNDQ *DPEDU WHUOLKDW EDKZD EDQWXDQ
dan menengah. pinjaman lunak dan mudah mempunyai nilai derajat
kepentingan sebesar 73% sedangkan bantuan langsung
b. Aspek Modal hanya mempunyai nilai derajat kepentingan sebesar
'DUL DVSHN PRGDO IDNWRU \DQJ VDQJDW GRPLQDQ 6HPHQWDUDNHOHPEDJDDQ\DQJOHELKHIHNWLIXQWXN
mempengaruhi atau dinginkan adalah berupa bantuan bisa menyediakan pinjaman modal terhadap pengem-
DWDX SLQMDPDQ PRGDO \DQJ EHUVLIDW OXQDN 'HQJDQ EDQJDQ80.0DGDODKNHOHPEDJDDQGLZLOD\DKGHVD
kata lain pinjaman modal atau bantuan modal lebih misalnya melalui PLFUR¿QDQFH yang lain.
EHUSHQJDUXK VHFDUD VLJQL¿NDQ GDODP PHQLQJNDWNDQ +DVLO DQDOLVLV PHQXQMXNNDQ EDKZD GHUDMDW
peran pengelola terhadap peningkatan ekonomi kepentingan kelembagaan di tingkat desa mempunyai
masyarakat dibanding bantuan langsung. Gambaran nilai 74%, kemudian disusul oleh kelembagaan di
hirarki strategi kebijakan dari aspek akses modal tingkat kabupaten/kota dan propinsi. Sedangkan
dijelaskan pada Gambar 8. kelembagaan di tingkat pusat mempunyai nilai derajat
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
kepentingan paling rendah yaitu hanya sebesar 0.2%. (i) Mengembangkan industri kelautan secara bertahap
.RQGLVL LQL PHQJJDPEDUNDQ EDKZD NHOHPEDJDDQ dan terpadu melalui keterkaitan antara industri
keuangan di tigkat lokal (terutama desa) yang paling kelautan dan sektor industri (pembangunan)
NHFLO OHELK HIHNWLI GDODP PHQ\HGLDNDQ DNVHV PRGDO lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang
kerja dibanding kelembagaan di tingkat pusat. memasok bahan baku industri;
LL0HQGRURQJLNOLP\DQJNRQGXVLIEDJLSHQDQDPDQ
Rencana Pengembangan UMKM Berbasis modal untuk penyebaran pembangunan industri
Perikanan kelautan di berbagai daerah terutama KTI, sesuai
1) Rencana Pengembangan Sektor Perikanan Tangkap dengan potensi masing-masing dan pola tata ruang
Rencana perikanan tangkap diharapkan bisa meng- nasional dan mendorong pengembangannya agar
RSWLPDOLVDVL SHPDQIDDWDQ SRWHQVL VXPEHU GD\D LNDQ OHELKH¿VLHQGDQPDPSXEHUVDLQJEDLNGLWLQJNDW
lestari secara berkelanjutan dapat dilakukan melalui regional maupun global;
SHQJHORODDQ SHPDQIDDWDQ GDHUDK SHQJXVDKDDQ SH- (iii) Mendorong peningkatan kapasitas produksi
PDQIDDWDQ GDQ SHQJHPEDQJDQ WHNQRORJL SHQDQJND- galangan kapal kayu dan fiber glass untuk
pan ikan, penciptaan ketersediaan tenaga kerja dan menunjang pemenuhan kebutuhan armada
membangun sistem permodalan. SHOD\DUDQUDN\DWSHULNDQDQGDQZLVDWD
a. Strategi Pengembangan Sektor Kegiatan Perikanan LY 0HZXMXGNDQ SROD SHQJHPEDQJDQ LQGXVWUL
Laut NHODXWDQ PHODOXL NHELMDNVDQDDQ ZLOD\DK WHUSDGX
Pembangunan kelautan dititik beratkan pada dan kebijaksanaan pengembangan aglomerasi
penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan industri dan zona industri;
penyebaran industri dan usaha kelautan ke seluruh (v) Meningkatkan kapasitas daya tampung pelabuhan,
ZLOD\DK ,QGRQHVLD %HUNDLWDQ GHQJDQ LWX VDODK VDWX pergudangan, dan lapangan penumpukan serta
sasarannya adalah produksi penangkapan dan budi meningkatkan mutu pelayanan jasa kepelabuhan;
daya perikanan laut adalah 3,4 juta ton/tahun atau 0HQJHPEDQJNDQSRWHQVLNDZDVDQ\DQJFHSDW
rata-rata pertumbuhan sebesar 5,2% pertahun dengan tumbuh yang dapat mempercepat pembangunan
SHPDQIDDWDQ SRWHQVL OHVWDUL VXPEHU GD\D SHULNDQDQ ekonomi;
sebesar 45%. (vi) Meningkatkan keselamatan pelayaran melalui
Dalam rangka mendayagunakan potensi laut dan peningkatan pelayanan navigasi dan kegiatan
dasar laut, kebijakan yang ditempuh adalah: pemetaan laut di lokasi yang padat lalu lintas
(i) Mengembangkan industri pengelolaan ikan pada pelayarannya.
pusat pengumpulan untuk menampung hasil
tangkapan dan budi daya ikan yang disesuaikan b. Strategi Pengelolaan Daerah Penangkapan (Fishing
dengan kebijaksanaan industri tentang penetapan Ground)
zona industri dan aglomerasi industri dalam Untuk dapat mempertahankan daya dukung
NDZDVDQSHUWXPEXKDQHNRQRPL lingkungan perairan laut (potensi ketersediaan ikan
LL 0HPDQIDDWNDQ GDQ PHQJHPEDQJNDQ WHNQRORJL ekonomis) hingga tingkat yang optimal, rencana
penangkapan dan budidaya ikan, udang, rumput SHQJHORODDQ SHPDQIDDWDQ GDHUDK SHQJXVDKDDQ
laut, mutiara serta teknologi eksploitasi dan (¿VKLQJJURXQG) adalah seperti dijabarkan berikut.
HNVSORUDVLSRWHQVLGDVDUODXWVHFDUDHIHNWLIH¿VLHQ (i) Mendorong daerah penangkapan ikan ke arah ZEEI
dan yang ramah lingkungan; atau di atas 200 mil ke arah laut lepas. Daerah yang
(iii) Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya masih dapat diusahakan untuk penangkapan ikan
manusia untuk merencanakan, mengelola, dan me- bagi nelayan Indonesia adalah hingga 350 mil laut
PDQIDDWNDQVXPEHUGD\DODXWVHFDUDOLQWDVVHNWRUDO dari garis pantai. Pencarian ikan penangkapan se-
dan multidisiplin di tingkat nasional dan daerah; cara bebas (tidak dengan rumpon) mengarah pada
LY 0HQGRURQJ SHPDQIDDWDQ GDQ SHQJHPEDQJDQ daerah ini dengan sendirinya akan memperluas
IPTEK kelautan untuk meningkatkan kemampuan daerah penangkapan, yang pada gilirannya juga
mengolah potensi air laut menjadi air bersih dan akan meningkatkan angka potensi sumberdaya
HQHUJLDOWHUQDWLIEDJLNHVHMDKWHUDDQPDV\DUDNDWGL ikan lestari yang dapat diekploitasi. Dorongan
daerah kepulauan, dan mendorong penyelenggaraan untuk meningkatkan jangkauan penangkapan
survai dan inventarisasi dalam rangka penyediaan hingga zona luar ini dengan sendirinya juga akan
data hasil survey dan penelitian kelautan. mengurangi orientasi penangkapan melebar ke
Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk barat atau timur, sehingga persinggungan teritori
mengembangkan potensi industri kelautan adalah: SHQJXVDKDDQ SHQDQJNDSDQ LNDQ DQWDU ZLOD\DK
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
pelayanan pelabuhan perikanan yang bersebelahan dan cepat dicapai. Untuk itu rencana pengembangan
(berbatasan) juga dapat diminimalkan. Di sisi lain, teknologi penangkapan harus dilakukan secara
dorongan ini juga akan meningkatkan kebutuhan bertahap dan terpadu, seperti dijabarkan pada dua
armada tangkap yang memiliki tingkat kesesuaian tahapan berikut.
dengan karakteristik Samudera Hindia, memilki Tahap I, terbagi dalam dua langkah strategis. Per-
jangkauan pelayaran tinggi, kapasitas muat yang WDPD 2SWLPDOLVDVL SURGXNWL¿WDV SHQDQJNDSDQ XQLW
VHVHVXDLNHFHSDWDQRSWLPDO\DQJHIHNWLIVHKLQJJD WDQJNDS\DQJWHODKDGD6HEDJDLPDQDGLNHWDKXLEDKZD
ZDNWXSHOD\DUDQH¿VLHQVHUWDWLQJNDWNHOHQJNDSDQ tingkat produksi perahu tradisional yang sekarang di-
IDVLOLWDVSHQGXNXQJGDQVLVWHPSHQJDPDQDQ\DQJ JXQDNDQ QHOD\DQ GL NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU EHOXP
memadai. Realisasi pengadaan jenis armada tang- RSWLPDO6HPHQWDUDSURGXNWL¿WDVSHQDQJNDSDQVDQJDW
kap yang baru ini harus dilakukan secara bertahap, mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapatkan
seiring dengan perbaikan kesejahteraan nelayan nelayan per kepala dan pada gilirannya menjadi varia-
GDQZDNWXSHUHPDMDDQDUPDGDWDQJNDS\DQJWHODK bel terpenting bagi kesejahteraaan nelayan. Tingkat
digunakan. keuntungan yang ada tentunya menjadi masalah bagi
(ii)Meningkatkan (mengembalikan kondisi) daya upaya pengembangan lebih lanjut, karena daya beli
dukung lingkungan perairan pantai dan pesisir. masyarakat terhadap teknologi penangkapan yang
3HPEDWDVDQSHPDQIDDWDQVXPEHUGD\DSHULNDQDQ OHELK PDMX HIHNWLI H¿VLHQ GDQ UDPDK OLQJNXQJDQ
GL NDZDVDQ SDQWDL SLQJJLUDQ WHODK PHQMDGL NH- juga kecil. Sehingga upaya peningkatan pertumbuhan
harusan, mengingat telah terjadinya penurunan perikanan tangkap secara keseluruhan juga mustahil
densitas ikan konsumsi. Untuk itu perlu dirumus- terjadi. Oleh karena itu, sebelum melangkah pada tar-
kan aturan pelarangan penangkapan ikan secara getan pertumbuhan produksi ikan tangkapan lebih
LQWHQVLI SDGD EHQWDQJ SHUDLUDQ GDUL JDULV SDQWDL jauh, optimalisasi produksi unit tangkap tradisional
hingga 20 mil laut, (minimal) sampai tahun ke- harus dilakukan. Optimalisasi produksi unit tangkap
lima perencanaan. Selama lima tahun diharapkan tradisional dilakukan sebagai upaya pemberdayaan
terjadi pemulihan kondisi lingkungan perairan, nelayan. Rencana optimalisasi produksi penangka-
sehingga densitas ikan dapat mendekati kondisi pan dapat dilakukan dengan memperluas daerah
VHPXOD-LNDNRQGLVLSRWHQVLVXPEHUGD\DLNDQOH- penangkapan dengan bantuan penyebaran rumpon
stari pada zona larangan (pinggiran) telah (limit) lebih banyak.
SXOLKPDNDSHQDQJNDSDQSDQWDLVHFDUDSDVLIDWDX .HGXDPHQJDUDKNDQSHQJHPEDQJDQSHPDQIDDWDQ
DNWLIGDSDWGLNHPEDQJNDQNHPEDOL unit tangkap tradisional yang dapat beroperasi secara
3HPDQIDDWDQ ]RQD SLQJJLUDQ KDQ\D WHUEDWDV XQ- HIHNWLI GDQ HILVLHQ GL ODXW OHSDV EXNDQ GL GDHUDK
WXNZLVDWDSHPDQFLQJDQGDQSHQDQJNDSDQLNDQKLDV SLQJJLUDQ6DODKVDWXIDNWRUSHQ\HEDEPHQXUXQQ\D
Hal ini dikarenakan intensitas eksploitasi ikan oleh tingkat keuntungan nelayan adalah perbandingan
NHJLDWDQ ZLVDWD EDKDUL WLGDN VHWLQJJL SHQDQJNDSDQ antara nilai produksi dengan biaya marginal operasi
VHFDUDSURIHVLRQDOXVDKDSHULNDQDQEHJLWXSXODGHQ- penangkapan per trip semakin menurun. Hal yang
gan penangkapan ikan hias yang diusahakan secara sejak lama telah dirasakan oleh nelayan payangan ini
DULI 'LKDUDSNDQ SHUEDLNDQ NRQGLVL SRWHQVL VXPEHU- disebabkan oleh menurunnya densitas ikan di daerah
GD\DLNDQOHVWDULGLNDZDVDQSLQJJLUDQVHLULQJVHMD- SLQJJLUDQ ± PLO \DQJ VHVXQJJXKQ\D GDHUDK
MDUGHQJDQSHUWXPEXKDQNHJLDWDQVHNWRUSDULZLVDWD penangkapan jaring payang. Penurunan tingkat
EDKDUL 6HKLQJJD ZLVDWD SHPDQFLQJDQ ODXW OHSDV GL keuntungan ini dapat dikendalikan oleh disebarnya
Laut Selatan Propinsi Bali menjadi semakin menarik UXPSRQSDGDMDUDN±PLO0HVNLSHQDQJNDSDQ
EDJLZLVDWDZDQDWDXFDORQZLVDWDZDQ GLODNXNDQ OHELK MDXK WHWDSL ZDNWX \DQJ GLEXWXKNDQ
GDQ MDUDN NXPXODWLI \DQJ GLFDSDL PHQMDGL OHELK
2) Strategi Pengelolaan Pengembangan Teknologi HIHNWLI.HXQWXQJDQQHOD\DQPHUXSDNDQQLODLH¿VLHQVL
Penangkapan dari operasi penangkapan. Dengan kata lain, rata-rata
Reduksi dan pengembangan teknologi penangkapan biaya operasi penangkapan dapat ditekan.
\DQJGLQLODLOHELKHIHNWLIH¿VLHQGDQUDPDKOLQJNXQJDQ Tahap II, pada tahap ini diharapkan nelayan
seyogyanya didasarkan pada perilaku (kebiasaan) dan WUDGLVLRQDO GL NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU WHODK FXNXS
organisasi kerja nelayan tradisional. Dengan begitu berdaya, sehingga siap untuk mengembangkan usaha
upaya peningkatan pertumbuhan usaha penangkapan penangkapannya, baik secara ekonomi, budaya
WLGDNNRQWUDSURGXNWLINDUHQDSH\HVXDLDQSHQ\HVXDLDQ maupun sosial (keorganisasian). Pengembangan
keterampilan, keahlian, kebiasaan, bentuk dan susunan armada tangkap baru yang lebih sesuai dengan
organisasi kerja berikut perilakunya akan lebih mudah karakteristik Laut Selatan dan memiliki daya jelajah
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
hasil selisih harga berlaku dengan rata-rata nilai kredit 4) Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
SHUMDQJNDZDNWX'HQJDQEHJLWXSHQGDSDWDQQHOD\DQ NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU GHQJDQ DGDQ\D NHJLDWDQ
masih mencukupi untuk total biaya konsumsinya. pengolahan ikan ini.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat memung-
3) Sistem Perkreditan Langsung kinkan adanya bermacam kegiatan pengolahan ikan
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, sistem tergantung dari hasil tangkapan ikan yang diperoleh.
SHUNUHGLWDQ ODQJVXQJ DGDODK DOWHUQDWLI \DQJ SDOLQJ Dengan adanya pengolahan ikan ini, maka penjua-
sulit dilakukan. Namun bukan berarti tidak dapat lan ikan tidak hanya dalam bentuk ikan segar akan
dilakukan. Sistem perkreditan langsung dapat tetapi juga ikan kemasan siap saji yang lebih tahan
diberikan kepada nelaya lokal yang telah memiliki lama sampai ke tujuan atau produk ikan olahan. Den-
WDQDK DWDX EDQJXQDQ PDVLI \DQJ GDSDW GLMDGLNDQ JDQ GHPLNLDQ VHODLQ SHPDQIDDWDQ KDVLO WDQJNDSDQ
EDUDQJMDPLQDQ,PSOHPHQWDVLDOWHUQDWLISHUNUHGLWDQ menjadi lebih optimal, pendapatan masyarakat juga
ini masih harus diteliti lebih lanjut. semakin meningkat.
Penjualan ikan segar ini untuk memenuhi kebutuh-
Rencana Pengembangan Industri Pengolahan DQLNDQZLOD\DKVHNLWDUNDZDVDQUHQFDQDSHVLVLUGDQ
Ikan 3URSLQVL%DOLVHUWDZLOD\DKVHNLWDUQ\DVNDODORNDOGDQ
Hampir sebagian besar hasil tangkapan ikan laut di regional). Selain itu sebagian ikan segar ini dijual ke
NDZDVDQ SHVLVLU GLMXDO ODQJVXQJ GDODP EHQWXN VHJDU tempat-tempat pengolahan ikan yang sudah ada saat
untuk diolah di tempat lain. Hanya sebagian kecil ikan ini dan tentunya sampai dengan tahun perencanaan
hasil tangkapan yang dilakukan pengolahan seperti: masih membutuhkan suplai ikan yang berasal dari
SHPLQGDQJDQGDQSHQJDVLQDQ-HQLVLNDQ\DQJGLRODK NDZDVDQUHQFDQDSHVLVLU-HQLVLNDQVHJDUXQWXNNH-
ini pun merupakan ikan yang nilai jualnya tidak begitu butuhan masyarakat lokal dan regional adalah semua
tinggi atau ikan yang merupakan hasil sampingan dari jenis ikan hasil tangkap, sedangkan jenis ikan untuk
target penangkapan seperti: ikan sisik, layang, dan suplai ke tempat-tempat pengolahan ikan adalah je-
sebagainya. nis ikan tuna, cakalang, tengiri dan tuna mata besar.
'HQJDQ WHUVHGLDQ\D SRWHQVL LNDQ ODXW GL ZLOD\DK Biasanya ikan yang langsung dijual segar ini dari TPI
%DOL \DQJ EHOXP GLPDQIDDWNDQ VHFDUD RSWLPDO (setelah ditimbang dan dilelang) langsung dimasukkan
maka di masa mendatang produksi tangkapan ikan ke mobil pengangkut ikan untuk kemudian diangkut
laut tentunya dapat ditingkatkan. Meningkatnya ke tujuan penjualan. Ikan-ikan tersebut diberi es batu
hasil tangkapan ikan laut ini harus disertai adanya yang dihancurkan dan garam untuk tetap menjaga
kegiatan penanganan dan pengolahan ikan yang kualitas ikan tetap baik dan segar sampai ke tujuan.
secara keseluruhan diharapkan dapat memberikan 7HUNDLW GHQJDQ SHQJHPEDQJDQ NDZDVDQ SHVLVLU
dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan rencana pesisir di masa mendatang, hasil tangkapan
SHUHNRQRPLDQZLOD\DK3URSLQVL%DOLSDGDXPXPQ\D ikan laut yang didaratkan di rencana pesisir lebih
Secara lebih rinci perlunya kegiatan pengolahan ikan GLRULHQWDVLNDQ XQWXN GLRODK GL NDZDVDQ UHQFDQD
LQL WXMXDQQ\D DGDODK 0HQJDZHWNDQ LNDQ KDVLO pesisir. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
tangkapan, sehingga jangkauan pemasaran dapat EDKZDDGDQ\DNHJLDWDQSHQJRODKDQLNDQGLNDZDVDQ
diperluas. Hal ini dilakukan karena karakter hasil perencanaan akan memberikan multiplier effect bagi
tangkapan ikan laut yang harus segera ditangani agar masyarakat pesisir rencana pesisir dan sekitarnya.
kualitasnya tetap dapat dipertahankan (tidak rusak), Dengan adanya multiplier effect ini diharapkan
\DNQL PXODL GDUL SHQDQJDQDQ SDGD ZDNWX PDVLK GL akan menjadi generator bagi perkembangan
laut, pada saat pembongkaran, pada saat di darat, serta ZLOD\DKVHNLWDUQ\D$GDSXQPDFDPPDFDPNHJLDWDQ
selama pengangkutan dan distribusi. Semakin lama pengolahan ikan adalah sebagai berikut: 1) pembekuan
kualitas ikan dapat dipertahankan, maka semakin luas ikan yang disimpan dalam suhu rendah (coldstorage);
pemasaran yang dapat dilakukan khususnya untuk 2) pengalengan ikan; 3) pengasapan; 4) penggaraman/
LNDQ VHJDU 0HPDQIDDWNDQ DWDX PHQJRODK LNDQ pengasinan ikan; 5) tepung dan minyak ikan; 6)
hasil sampingan maupun limbah ikan hasil olahan IHUPHQWDVLSURGXNRODKDQLNDQ
sebelumnya menjadi produk yang mempunyai nilai Adapun jenis kegiatan pengolahan yang akan
jual; 3) Menyerap tenaga kerja dan mengurangi tingkat GLNHPEDQJNDQGLNDZDVDQUHQFDQDSHVLVLUGLGDVDUNDQ
pengangguran, serta memberdayakan masyarakat di pada tiga pertimbangan pertimbangan penting.
NDZDVDQUHQFDQDSHVLVLUWHUXWDPDNDXPSHUHPSXDQ Pertama, potensi jenis ikan yang tersedia di perairan
GDQ PDV\DUDNDW GL ZLOD\DK VHNLWDU NDZDVDQ UHQFDQD Propinsi Bali. Potensi ikan yang terdapat di perairan
pesisir dengan adanya kegiatan pengolahan ikan ini; Propinsi Bali beraneka macam, akan tetapi potensi
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
ikan pelagis besar tampaknya lebih besar dibanding peningkatan skala pemasaran dan pengembangan
ikan pelagis kecil. Hal ini disebabkan ikan pelagis industri pengolahan ikan menjadi keharusan. Dengan
kecil mulai mengalami penurunan karena habitat skala dan jangkauan pemasarannya sendiri, kuota
LNDQSHODJLVNHFLOLQLUHODWLIPHQGHNDWLGDHUDKSHVLVLU permintaan ikan per jenis industri pengolahan ikan
dimana kondisi ekosistem pantai saat ini mengalami UHODWLIWHWDS
penurunan kualitas lingkungan yang mengakibatkan Adanya peluang pemasaran dalam lingkup yang
berkurangnya populasi ikan pelagis kecil ini. Oleh lebih luas seperti: nasional dan ekspor juga sangat
karena itu, kegiatan pengolahan ikan yang mempunyai berpengaruh terhadap target penangkapan dan
prospek untuk dikembangkan adalah pengolahan ikan kegiatan pengolahan, karena berkaitan dengan
dengan bahan baku ikan jenis pelagis besar (Tuna, permintaan pasar yang harus dipenuhi. Rencana
Cakalang, Tongkol, dan sebagainya), beserta kegiatan pemasaran ikan segar dan hasil produk olahan
SHQJRODKDQ XQWXN PHPDQIDDWNDQ VLVD LNDQ \DQJ LNDQ \DQJ GLKDVLONDQ SDGD NDZDVDQ UHQFDQD SHVLVLU
berasal dari kegiatan pengolahan sebelumnya. Kedua, ditampilkan pada Tabel 2.
permintaan pasar. Permintaan pasar terhadap produk
olahan ikan saat ini sangat dipengaruhi oleh tren Rencana Pengembangan Sumber Daya Manu-
konsumen ikan dalam skala lokal, regional, nasional sia
maupun internasional. Ketiga, $VSHN SHPDQIDDWDQ 6HEDJLDQEHVDUPDV\DUDNDW\DQJWLQJDOGLNDZDVDQ
ikan hasil tangkapan seoptimal mungkin, yakni rencana pesisir adalah nelayan dan pekerja sektor
pengolahan ikan hasil tangkapan maupun hasil sekunder serta tersier yang berkaitan dengan
limbah pengolahan produk olahan agar limbah yang perikanan tangkap, meski sebagian lainnya adalah
dihasilkan dari keseluruhan produk dapat seminimal masyarakat petani dan atau lainnya. Pada umumnya,
mungkin. NRQGLVL SHUHNRQRPLDQ PDV\DUDNDW QHOD\DQ UHODWLI
kurang dapat berkembang, tingkat pendidikan
Rencana Pemasaran terbatas, dengan kondisi sosial budaya yang kompleks
Upaya mendorong usaha penangkapan ikan karena terdiri dari berbagai etnis asal dan sistem
perlu didukung oleh jaminan kelancaran pasar. kepercayaan. Kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya
Kelancaran pasar dimaksud adalah elastisitas daya masyarakat tersebut akan lebih mudah untuk disesuai
serap pasar tinggi dengan tingkat harga berlaku GHQJDQ WXMXDQ SHQJHPEDQJDQ NHJLDWDQ GL NDZDVDQ
UHODWLIWHUNHQGDOL1DPXQEHJLWXKDUJDEHUODNXVDQJDW perencanaan jika struktur sosial masyarakat telah
ditentukan oleh permintaan pasar. Secara otomatis WHUEDQJXQ GDQ WHUZDGDKL 'HQJDQ GHPLNLDQ VLVWHP
daya serap hasil tangkapan yang dapat memberikan sosial kemasyarakatan tersebut dapat dikembangkan
keuntungan optimal bagi nelayan juga sangat GDQGLPDQIDDWNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQSURGXNWL¿WDV
dipengaruhi permintaan pasar. Oleh karena itu, untuk NHJLDWDQSHUHNRQRPLDQPDV\DUDNDWNDZDVDQUHQFDQD
dapat mencapai pertumbuhan usaha penangkapan pesisir. Wadah dan struktur sosial nelayan yang telah
ikan hingga tingkat yang diharapkan, sekaligus establish (mapan) akan menjadikan sistem sosial
GDSDW PHQJHQGDOLNDQ IOXNWXDVL KDUJD LNDQ PDND PDV\DUDNDW EHUVLIDW OHELK HODVWLV GDODP PHQJKDGDSL
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Secara operasional, rencana pengembangan sumber
Masyarakat yang sistem sosialnya tertata dengan baik daya manusia kelompok masyarakat pesisir dibedakan
akan benar-benar siap dan mampu terlibat di dalam menjadi tiga kelompok rencana, yaitu pengembangan
dinamika perubahan sosial-ekonomi serta perubahan kegiatan sosial ekonomi, pengembangan sistem budaya
sosial-budaya. untuk peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan
Secara umum rencana pengembangan SDM dapat sistem budaya untuk menunjang kegiatan ekonomi.
dibedakan antara pengembangan SDM untuk pengem-
bangan kebiatan penangkapan ikan dan pengemban- Rencana Pengembangan Kegiatan Sosial-
gan SDM untuk kegiatan pengolahan ikan. Namun Ekonomi
begitu rencana pengembangan SDM hanya berlaku Pengembangan kegiatan sosial-ekonomi yang
bagi masyarakat lokal, yaitu nelayan lokal dan ma- direncanakan berkaitan langsung dengan rencana
syarakat setempat lainya. Hal ini menyangkut masalah pengembangan pelabuhan perikanan. Pengembangan
teknis pengelolaan dan target pengembangan yang pelabuhan, terkait dengan peningkatan pelayanan
diharapkan nantinya. Rencana Pengembangan SDM sarana dan prasarana ekonomi, ditujukan untuk
SDM nelayan lokal untuk pengembangan perikanan PHQLQJNDWNDQ SURGXNWLILWDV SHULNDQDQ WDQJNDS
tangkap dan rencana pengembangan SDM untuk VHEDJDLXSD\DXQWXNPHQLQJNDWNDQWDUDINHVHMDKWHUDDQ
pengembangan pengolahan produk perikanan tang- masyarakat secara menyeluruh.
kap dapat dilihat pada Gambar 10. Sebagai sebuah rangkaian, hal yang kiranya sangat
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
penting untuk tujuan dimaksud adalah pengembangan an; Kelompok pengambek (pemodal); Kelompok
kegiatan produksi, pengembangan organisasi-organisa- pengisi; Kelompok penguras; KUD.
si berbasis produksi dan pengembangan sistem kemi- 3) Membangun sistem kemitraan yang solid antar ke-
traan antar kelompok organisasi yang terbangun untuk lompok kepentingan melalui organisasi-organisasi
menciptakan sistem sosial yang mapan, solid, teratur kepentingan yang terbentuk untuk mendorong ter-
dan menyeluruh. Secara terinci, rencana pengemban- bentuknya struktur sosial masyarakat pantai secara
gan kegiatan sosial-ekonomi dipaparkan berikut ini. menyeluruh (umum), dengan cara:
1) Sosialisasi pengembangan pelabuhan perikanan D 0HPEDQJXQ IRUXP NRPXQLNDVL VHEDJDL ZDGDK
nusantara, melalui pemerintahan dusun dan atau EHUVDPDGDSDWGLDZDOLGHQJDQEDQWXDQSURJUDP
organisasi-organisasi masyarakat lainnya. Kegiatan SHQGDPSLQJDQIDVLOLWDVLRUJDQLVHU
ini mutlak diperlukan menyangkut kepentingan b. Bantuan program pendampingan perumusan
masyarakat sebagai pelaku pembangunan. tata aturan (peraturan) hubungan kemitraan
Kesiapan masyarakat harus dikondisikan, dengan antar organisasi kepentingan untuk menciptakan
memahamkan kegiatan-kegiatan direncanakan SHPEDJLDQIXQJVLDQWDUNHORPSRN\DQJEHUSHUDQ
untuk dikembangkan. Pengembangan kegiatan secara adil, saling menguntungkan dan solid.
terkait pengembangan pelabuhan, meliputi: 4) Membangun sistem kemitraan yang saling
a. Pengembangan kegiatan sektor primer, terdiri menguntungkan antara organisasi-organisasi
atas (i) Pengembangan kegiatan penangkapan kepentingan yang telah terbentuk dengan
ikan konsumsi; dan (ii) Pengembangan kegiatan kelompok-kelompok kepentingan yang lain.
penangkapan ikan hias Misalnya antara kelompok nelayan/pengusaha/
b. Pengembangan kegiatan sektor sekunder, terdiri blantik dengan KUD dan atau penyelenggara
atas (i) Pengembangan industri pengemasan ikan keamanan dan atau pengelola pelabuhan;
segar; (ii) Pengembangan industri pengolahan 5) Mengusahakan program bantuan modal pengem-
ikan, antara lain: tepung ikan, pemindangan, bangan usaha penangkapan ikan bagi nelayan lo-
pengeringan sirip hiu, pengasinan daging ikan kal. Pengadaan unit-unit penangkapan ikan yang
hiu. baru, baik dengan teknologi yang telah ada mau-
c. Pengembangan sektor tersier, antara lain perda- SXQ WHNQRORJL SHQJHPEDQJDQ \DQJ OHELK HIHNWLI
gangan (tradingMDVDGDQSDULZLVDWDEDKDUL GDQH¿VLHQWLGDNGDSDWGLKLQGDUNDQPHQJLQJDW
2) Mendorong terbentuknya organisasi-organisasi D+DUDSDQ GDUL SHQLQJNDWDQ NHODV GDQ IXQJVL
sosial yang berbasis pada kelompok kegiatan eko- pelabuhan adalah peningkatan produksi dan
nomi (kepentingan). Organisasi-organisasi berbasis SURGXNWL¿WDV SHQDQJNDSDQ LNDQ EDLN \DQJ GL-
produksi menjadi penting peranannya berkait den- lakukan oleh nelayan lokal ataupun nelayan
gan pembangunan civil society, akses permodalan, OXDU\DQJPHQGDUDWNDQLNDQGLNDZDVDQUHQFDQD
program pemberdayaan dan mendorong terben- pesisir. Agar nelayan lokal tidak hanya menjadi
WXNQ\D VWUXNWXU VRVLDO \DQJ VSHVL¿N 8SD\D PHQ- penonton bagi pertumbuhan usaha perikanan
dorong terbentuknya organisasi-organisasi sosial tangkap, maka pengadaan untuk peremajaan dan
berbasis produksi dapat dilakukan melalui bantuan pengadaan pemilikan baru mutlak dibutuhkan;
program untuk sosialisasi mengenai pentingnya b. Kecenderungan pergeseran unit tangkap menuju
organisasi, pelatihan organisasi dan pendampingan penggunaan unit tangkap sekoci pancingan.
pembentukan organisasi, seperti: Sekoci telah dianggap sebagai unit tangkap
a. Organisasi nelayan menurut: \DQJ H¿VLHQ GDQ OHELK PHQJXQWXQJNDQ PDND
(i) Cara atau armada penangkapan, antara lain: ditinggalkannya unit tangkap yang lama
Kelompok nelayan payangan; Kelompok nelayan (payangan, pakisan dan jukung) setelah usia
sekoci; Kelompok nelayan pakisan; Kelompok pakainya habis adalah sangat memungkinkan;
nelayan jukung; Kelompok nelayan ikan hias. c. Sasaran tangkap cenderung pada ikan pelagis
(ii) Peran dalam organisasi penangkapan, antara besar (terutama tuna, mandidihang, cakalang)
lain: Kelompok juragan darat; Kelompok juragan oleh karena harga jualnya lebih menguntungkan.
laut; Kelompok pandega. Sehingga orientasi penangkapan cenderung
b. Organisasi blantik (pedagang ikan); menuju perairan lepas pantai, dimana ikan-ikan
c. Organisasi pengusaha industri pengolahan hasil bernilai ekonomi tinggi menyebar.
tangkap; 6) Mengusahakan program bantuan modal pengem-
d. Organisasi penyedia jasa, antara lain: Kelompok bangan usaha pengolahan ikan hasil tangkap. Upa-
penyedia jasa angkutan; Kelompok kuli pelabuh- ya yang dapat dilakukan untuk memacu tumbuh-
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
terbentuk, maka lembaga pendamping masyarakat bagi Aparatur Pemerintah Daerah di Provinsi Bali
ini dapat ditangani oleh pihak pengelola. yang membidangi pengembangan UMKM berbasis
perikanan : (1) untuk melakukan pembinaan berkaitan
SIMPULAN dengan kelembagaan UMKM di tingkat lokal karena
ditemukan dapat meningkatkan kesejahteraan
Berdasarkan uraian hasil pembahasan, dapat di- pengusaha UMKM berbasis perikanan dibanding
simpulkan sebagai berikut. Potensi pengembangan kelembagaan di tingkat pusat; (2) Mengkoordinasikan
UMKM yang berbasis perikanan di Propinsi Bali pada kelembagaan pemerintah pusat apabila pelatihan
adalah Usaha Dagang Ikan Segar dan Usaha Pengola- memang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan
han Ikan dilihat dari jumlah usaha, penyerapan tenaga dan keterampilan UMKM berbasis perikanan; (3)
kerja nilai keuntungan dan nilai modal masing-masing memberdayakan kelembagaan keuangan di tingkat
Kabupaten di Bali. Potensi pengembangan UMKM lokal (terutama desa) dalam menyediakan akses modal
berbasis perikanan ini diimplementasikan dalam Sis- kerja. Kedua, bagi pelaku UMKM berbasis perikanan
WLP,QIRUPDVL*HRJUD¿V (Usaha Dagang Ikan Segar dan Usaha Pengolahan
Karakteristik UMKM Berbasis Perikanan, menun- Ikan) untuk mengoptimalkan potensinya, karena
jukkan sebagai berikut: (1) Kondisi makro ekonomi usaha ini sangat menjanjikan dilihat dari keuntungan
yaitu perkembangan Produk Domestik Regional Bruto yang diperoleh. Ketiga, bagi masyarakat, untuk dapat
3'5%GDQWHQDJDNHUMDEHUSHQJDUXKSRVLWLIWHUKDGDS meningkatkan partisipasinya secara langsung dalam
tingkat produktivitas (Nilai Produksi) UMKM berbasis kegiatan pengembangan UMKM berbasis perikanan
SHULNDQDQGLZLOD\DK3URSLQVL%DOLGLPDQD47,22% di Provinsi Bali untuk meningkatkan Kesejahteraan
Nilai Produksinya akan dijelaskan oleh PDRB dan Masyarakat Pesisir dan Percepatan Pembangunan
tenaga kerja; (2) Kebutuhan pengembangan UMKM Ekonomi Di Provinsi Bali.
EHUEDVLVSHULNDQDQGLZLOD\DK%DOLPHOLSXWL
a. Aspek akses pasar menunjukkan kebutuhan yang REFERENSI
PXWODN GLSHUOXNDQ DGDODK LQIUDVWUXNWXU JHGXQJ
terutama di tingkat desa; Arsyad, Lincolin, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pemban-
gunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama Penerbit BPFE,
b. Aspek oprasional menunjukkan kelembagaan di Yogyakarta.
WLQJNDWORNDO\DQJSDOLQJNHFLOOHELKHIHNWLIGDODP %DVZLU5HYULVRQG³,QGXVWUL.HFLOGDQ.RQORPHUDVLGL
meningkatkan kesejahteraan pengusaha UMKM ,QGRQHVLD´3ULVPD9RO;;,91R±
berbasis perikanan dibanding kelembagaan di 'LUHNWRUDW-HQGUDO,QGXVWUL.HFLO'HSDUWHPHQ3HULQGXVWULDQ
Petunjuk Teknis Manuskrip Standart SII Unit Pelaksa-
tingkat pusat. Sedangkan apabila pelatihan me- naan Pengendalian Mutu Isolator Keramik.
mang dibutuhkan untuk meningkatkan kemam- ,UDZDQ3HQJDQWDU(NRQRPL3HUXVDKDDQ3XVDW$QWDU8QLYHU-
puan dan keterampilan pengusaha kecil, maka sitas studi Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
NHOHPEDJDDQSHPHULQWDKSXVDWOHELKHIHNWLIGDODP Kuncoro, Mudrajad, 1997, Ekonomi Pembangunan: Teori,
Masalah, dan Kebijakan, Edisi Pertama, Penerbit YKPN,
membuat program dan bentuk pelatihannya. Hal Yogyakarta.
tersebut disebabkan karena program-program BBBBBBB³3HQJHPEDQJDQ,QGXVWUL3HGHVDDDQ0HODOXL
pelatihan ditingkat pusat lebih baik dan menggu- Koperasi dan Usaha Kecil: Suatu Studi Kasus di Kaliman-
nakan teknologi yang tepat guna untuk kebutuhan WDQ7LPXU´$QDOLVLV&6,67DKXQ;;9,1R±
Marbun B. N, 1996, Manajemen Perusahan Kecil, Lembaga
pengusaha kecil dan menengah; 3HQGLGLNDQGDQ3HPELQDDQ0DQDMHPHQ-DNDUWD
F $VSHN0RGDOPHQXQMXNNDQEDKZDSLQMDPDQPRGDO 5DKDUGMR0'DZDP7UDQVIRUPDVL3HUWDQLDQ,QGXVWUL-
atau bantuan modal lebih berpengaruh secara sig- DOLVDVLGDQ.HVHPSDWDQ.HUMDFHW8,3UHVV-DNDUWD
Sato, Yuri, 2000, “Lingkage Formation by Small Firm: The
QL¿NDQ GDODP PHQLQJNDWNDQ SHUDQ SHQJHOROD WHU-
&DVH5XUDO&OXVWHULQ,QGRQHVLD´%XOOHWLQRI,QGRQHVLDQ
hadap peningkatan ekonomi masyarakat dibanding (FRQRPLF6WXGLHV9RO1R
bantuan langsung. Selanjutnya kelembagaan keuan- Tambunan, Tulus, 1993, “Kontribusi Industri Skala Kecil Ter-
gan di tingkat lokal (terutama desa) yang paling kecil KDGDS(NRQRPL/RNDO´3ULVPD9RO;;,,1R
Wie, Thee. K, 1993, Industrialisasi di Indonesia: Beberapa
OHELKHIHNWLIGDODPPHQ\HGLDNDQDNVHVPRGDONHUMD
.DMLDQ3HQHUELW/3(6-DNDUWD
dibanding kelembagaan di tingkat pusat. 9HUQRQ$0XVVHOPHQ±-RKQ+-DFNVRQ3HQJDQWDU
(NRQRPL3HUXVDKDDQ7HUMHPDKDQ.XVPDZDULDGLVDV-
SARAN WUD(UODQJJD-DNDUWD