Anda di halaman 1dari 25

PRODUKSI

Produksi seringkali didefinisikan sebagai suatu proses atau rangkaian


aktivitas yang diperlukan untuk membuat suatu barang atau jasa yang
mempunyai nilai ekonomis atau nilai guna. Proses melibatkan gerakan simultan
dari arus pisik bahan, tenaga kerja dan ekonomis dan proses dirancang untuk
mengubah berbagai unsur input menjadi suatu keluaran. Sedangkan sistem
produksi merupakan kumpulan unsur yang saling terkait yang berhubungan
dengan tujuan produksi. Setiap sistem pasti mengandung masukan, proses dan
keluaran. Dari definisi ini maka produksi dan sistem produksi akan ada dalam
segenap sektor kehidupan manusia seperti rumah sakit, pendidikan, asuransi,
took serba ada, lapangan udara dan berbagai pabrik dengan segala macamnya.
Masukan produksi dapat berbentuk bahan, tenaga kerja dan energi. Masukan bisa
satu unsur atau lebih. Adapun proses produksi meliputi suatu operasi terpisah
atau lebih yang dapat berwujut proses mekanis, proses kimia, gerakan, kontak
pribadi. Sedangkan keluaran merupakan bagian atau wujut yang telah selesai
yang merupakan produk jadiyang siap dikonsumsi atau digunakan. Keluaran
dapat menjadi satu macam atau lebih dari satu macam. Keluaran merupakan
variabel bergantung. Sedangkan masukan merupakan variabel independen.

KEBIJAKAN PRODUKSI.
Kebijakan produksi merupakan suatu kode, petunjuk, arahan, atau aturan
umum yang menetapkan prosedur yang disukai guna ditindak lanjuti didalam
menangani situasi yang berulang atau didalam menjalankan otoritas yang
didelegasikan dalam rangka menciptakan barang dan jasa agar mempunyai nilai
ekonomis atau nilai guna yang lebih baik. Kebijakan produksi menyediakan garis
petunjuk (arahan) didalam mengambil keputusan dibidang produksi sehingga
batas interval kuantitas produksi dapat dicapai yang kemudian dapat memberikan
kemampuan kepada manajemen puncak untuk mendelegasikan tugasnya kepada
bawahannya untuk melaksanakan aktivitas produksi. Sedangkan di sisi lain
pimpinan puncak dapat memantaunya melalui proses pengawasan. Secara
teoritis, tujuan yang mendasari seluruh kebijakan produksi adalah menjamin
bahwa semua keputusan yang diambil adalah untuk mendukung tujuan organisasi
secara keseluruhan serta mematuhi semua rencana yang telah dibuat dengan cara
yang konsisten dan terkoordinasi. Oleh karena itu, kebijakan produksi yang baik
harus memenuhi beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Kebijakan produksi harus merefleksikan dan menggambarkan serta mengarah
kepada tujuan dan perencanaan organisasi perusahaan yang telah digariskan oleh
pimpinan puncak.
2. Kebijakan produksi merupakan kumpulan berbagai pemikiran dan aturan
produksi yang sifatnya konsisten.
3. Kebijakan produksi seharusnya tidak terlalu berfluktuasi dan harus tanggap
dengan segala perubahan yang terjadi yang sangat berpengaruh terhadap masa
depan organisasi perusahaan.
4. Kebijakan produksi harus cukup flesibel terhadap berbagai situasi dan kondisi
yang tidak biasa dan yang sangat sulit diramalkan.
5. Kebijakan produksi sebaiknya dibuat secara seksama dan hati-hati serta dibuat
secara tertulis dengan lengkap dan terperinci.
6. Kebijakan produksi harus mudah dikomunikasikan dengan bagian lain dan
dengan mudah pula dapat dimengerti.
7. Kebijakan produksi juga harus bisa diawasi, direvisi, dianalisis, serta harus
senantiasa diperbandingkan dengan hasil yang dicapai kemudian ditentukan
tingkat (derajat) penyimpangannya.
8. Kebijakan produksi harus konsisten serta rasional dan terbuka. Oleh karena
itu, kebanyakan produksi haruslah dirumuskan oleh suatu tim gabungan dari
berbagai bagian yang ada dalam organisasi perusahaaan.

HIRARKI KEBIJAKAN PRODUKSI.


Manajemen secara keseluruhan mempunyai tingkatan yang dikenal
dengan tingkat bawah, tingkatan menengah dan tingkatan atas, demikian juga
dibidang produksi. Tingkatan manajemen produksi sama dengan tingkatan
manajemen keseluruhan, akan tetapi jika dalam tingkatan (hirarki) kebijakan
produksi tidaklah sama, tingkatan kebijakan produksi mempunyai karakteristik
sendiri. Dalam organisasi perusahaan, hal ini harus dirumuskan sedini mungkin
sebab jika perusahaan selesai maka ia bukan perusahaan lagi tetapi sebagai
organisasi yang berdiri terpisah serta aktif didalam menjalankan misinya.
Sebagai filosofis, aktivitas produksi selalu ada di setiap organisasi. Kebijakan
dasar produksi merupakan hak istimewa pimpinan puncak. Kebijakan produksi
disebut pula dengan kebijakan operasional. Adapun tingkatan (hirarki) kebijakan
produksi meliputi :

1. Kebijakan persediaan.
Lokasi penyimpanan persediaan, kuantitas persediaan, macam-macam
persediaan dan kualitas persediaan harus diperhitungkan secara hati-hati dan
harus diarahkan kepada kebutuhan dan kepuasan konsumen. Kegagalan dibidang
kebijakan persediaan (bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, bahan
penolong, dan bahan lainnya) akan berakibat sangat fatal yang dapat
melumpuhkan eksistensi organisasi perusahaan secara keseluruha. Didalam
kebijakan persediaan juga harus dipehatikan masalah fluktuasi harga, resiko
kerusakan, batas terrendah dan tertinggi, ukuran, administrasi persediaannya dan
bebagai faktor lainnya yang melekat secara langsung dan tak langsung dengan
karakteristik persediaan. Didalam kebijakan persediaan juga tercakup kebijakan
memperoleh persediaan yang efektif dan efisien serta dicantumkan pula berbagai
hal yang tidak boleh dikerjakan.
2. Kebijakan bangunan, peralatan dan mesin.
Penempatan dan posisi bangunan, peralatan dan mesin harus sedemikian
rupa sistematisnya sehingga mendukung kepada prinsip efektifitas dan efisiensi
organisasi perusahaan. Kesalahan pada kebijakan bangunan, peralatan dan mesin
akan dapat mengasilkan produk yang tidak akan menghasilkan laba optimal serta
tidak akan memberikan kepuasan optimal bagi para konsumen.

3. Kebijakan operasional.
Kebijakan ini meliputi berbagai petunjuk tehnis didalam melaksanakan
aktivitas produksi. Kebijakan operasional harus mencakup berbagai resiko yang
mungkin timbul didalam produksi.

4. Kebijakan pengawasan kualitas produksi.


Kebijakan ini berisi berbagai petunjuk tentang bagaimana cara
mengawasi serta mengukur kualitas produksi beserta bobot penyimpangannya.
Didalam kebijakan ini juga harus mencantumkan ketidak efektifan serta ketidak
efisienan yang terjadi serta segala akibat yang ditimbulkannya. Didalam
kebijakan ini juga dirumuskan berbagai langkah penyelesaian manakala muncul
berbagai persoalan.

HUBUNGAN KEBIJAKAN PRODUKSI


DENGAN KEBIJAKAN SUMBER DAYA MANUSIA.
Aktivitas produksi merupakan dapur perusahaan yang dikerjakan oleh
tenaga kerja manusia. Didalam kebijakan produksi kuantitas dan kualitas tenaga
kerja akan sangat mempengaruhi hasil akhir produk. Meskipun peralatan dan
mesin yang digunakan kualitasnya terbaik dan tercanggih akan tetapi jika
ditangani oleh tenaga kerja yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
maka hasil produksinya tidak akan memberikan hasil yang sangat memuaskan.
Antara kualitas peralatan dan mesin yang dipakai harus sepadan dengan kualitas
tenaga kerja yang akan mengerjakannya. Begitu pula, tidak dibenarkan dengan
kualitas peralatan dan mesin yang sangat sederhana akan tetapi ditangani oleh
tenaga kerja yang ahli.
Disamping kebutuhan akan kualitas tenaga kerja, maka pertimbangan
kuantitas (banyaknya tenaga kerja yang diperlukan) akan sangat berpengaruh
pula pada efektifitas dan efisiensi produksi. Jika jumlah tenaga kerja yang ada
terlalu banyak maka akan banyak tenaga kerja yang menganggur dan manakal
jumlah tenaga kerja sedikit makan akan banyak produk yang tidak dapat
diselesaikannya, akibatnya akan banyak order yang tidak dapat dilayani dengan
baik. Untuk menentukan jumlah (banyaknya tenaga kerja yang diperlukan)
makan perlu digunakan uraian tugas dan setiap uraian tugas dianalisis oleh studi
gerak waktu (time and motion study). Dengan analisistudi gerak dan waktu
makan akan diketahui berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kurun
waktu tertentu. Dan jika berdasarkan studi gerak dan waktu jumlah tenaga kerja
ternyata masih kurang mencukupi maka ada 2 (dua) kemungkinan, pertama
kesimpulan dari studi gerak waktu yang salah atau banyak tenaga kerja yang
malas didalam melakukan pekerjaannya.

HUBUNGAN KEBIJAKAN PRODUKSI


DENGAN KEBIJAKAN KEUANGAN
Manajemen keuangan selalu menekankan pada efektifitas dan efisiensi
pemakaian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Oleh karena itu, semua
aktivitas di bagian lain selalu ditinjau ulang dampak yang ditimbulkannya. Untuk
memperkecil dampak buruk, manajemen keuangan akan menyiapkan suatu
anggaran organisasi. Dengan anggaran yang ada, maka bagian lain harus
mematuhinya atau akan mendapat hukuman bilamana melanggarnya. Anggaran
yang dipersiapkan oleh manajemen keuangan biasanya anggaran induk fleksibel
yang menyangkut kebutuhan dan batas dana yang diinjinkan untuk setiap
tingkatan aktivitas, baik aktivitas produksi, aktivitas pemasaran, dan aktivitas
lainnya. Pertentangan yang sering muncul antara manajemen keuangan dan
manajemen produksi adalah beberapa dana yang ada yang akan dipersiapkan
untuk manajemen produksi didalam melaksanakan fungsinya untuk
mengkonversi bahan kepada bentuk yang mempunyai nila guna lebih atau nilai
ekonomis. Kebijakan finansial seringkali terjebak pada pengeluaran sehemat
mungkin tidak pada pengeluaran seefisien mungkin. Pengeluaran serendah-
rendahnya belum berarti akan memberikan profitabilitas yang tinggi pada
perusahaan malahan mungkin pengeluaran serendah-rendahnya malah
menimbulkan ketidak efektifan bekerja serta menimbulkan pula dampak negatif
lainnya.

HUBUNGAN KEBIJAKAN PRODUKSI


DENGAN KEBIJAKAN PEMASARAN (PELAYANAN).
Bagian pemasaran menafsirkan berbagai permintaan masyarakat untuk
kebutuhan periode yang akan datang. Permintaan masyarakat dibedakan menjadi
permintaan efektif dan permintaan yang tidak efektif. Permintaan efektif adalah
permintaan yang didukung oleh daya beli yang sangat kuat. Sedangkan
permintaan yang tidak efektif adalah permintaan yang tidak didukung oleh daya
beli. Kemudian menerjemahkan kebutuhan ini kedalam output (keluaran)
produksi serta menetapkan tanggal pengiriman dan juga mempersiapkan berbagai
cara pengiriman. Manajemen produksi didalam organisasi perusahaan
menyediakan fasilitas produksi seperti bangunan, peralatan, mesin, dan berbagai
fasilitas lainnya serta menyediakan kualitas yang diharapkan disamping itu juga
mempromosikan pertumbuhan perbaikan proses, pertumbuhan kemajuan
tehnologi serta perbaikan dibidang kelayakan ekonomis.
Adanya perbedaan atau pertentangan antara konsep dan kebijakan
produksi dan pemasaran akan menyebabkan sumber petaka yang akan
melahirkan ketidak efektifan dan ketidak efisienan baik per bagian maupun
secara keseluruha. Manajemen produksi harus dapat menjadual kebutuhan waktu
suatu produk, menangkap perubahan selera dan kesukaan masyarakat baik
sekarang maupun dimasa yang akan datang serta mengusahakan agar model yang
diproduksi tidak cepat berubah. Perubahan model yang begitu cepat dapat
membahayakan organisasi perusahaan. Sedangkan disisi lain, bagian pemasaran
akan lebih menyukai perubahan model yang lebih cepat dan sering, jumlah
model yang banyak, batas waktu pelayanan pesanan yang pendek.

KARAKTERISTIK PRODUKSI MODERN.


Dari permulaan revolusi industri yang sangat sederhana perubahan secara
tahap demi tahap hingga mencapai pada tingkatan yang lebih baik dan lebih
sempurna. Sekarang, tahapan tersenut dikenal dengan tahapan modern, sehingga
karakteristik produksi juga dinamakan produksi modern. Perkembangan tahap
demi tahap meliputi mekanisaai, produksi massa, spesialisasi buruh,
standarnisasi, otomisasi, penelitian dan pengembangan serta akumulasi modal.
Karakteristik produksi modern perlu diperhatikan bagi para pihak yang
berkecimpung dengan perusahaan sebab hal nantinya akan memberikan arahan
yang lebih jelas dan pasti manakala perusahaan telah selesai dan tinggal
menjalankan apa yang dirumuskan ketika usulan perusahaan dibuat.

Mekanisasi.
Sekarang ini, pekerjaan tangan dan tehnik yang menggunakan tangan
hanya dipakai untuk membuat produk yang sangat khusus. Mekanisasi atau
penggunaan mesin telah dapat menaikkan tingkat produktivias kerja karyawan
dan juga kuantitas produksi. Tanpa adanya mesin, tak akan ada perusahaan yang
mampu menghasilkan kuantitas produk dalam jumlah yang sangat besar dan
harga yang relatif murah. Mekanisasi telah memberikan banyak harapan dan
telah dapat melayani kebutuhan manusia dengan harga yang terjangkau. Tanpa
adanya mekanisasi, jumlah barang yang akan dihasilkan akan sedikit dan
harganya akan menjadi mahal. Dengan adanya mekanisasi, makan perusahaan
akan dapat bersaing di pasaran. Kemampuan bersaing akan terletak pada kualitas
mekanisasi. Mekanisasi yang lebih baik akan dapat memenangkan persaingan
pasar. Hal ini disebabkan karena mesin dapat mengerjakan pekerjaan produksi
dengan cepat dan lebih akurat dibandingkan pekerjaan tangan manusia.
Mekanisasi akan dapat mengarah kepada standar kualitas yang sempurna dan
menjamin adanya keseragaman produk.mekanisasi juga dapat digunakan untuk
menujuk mesin mana yang dapat digunakan secara langsung dan bagaimana
mengawasi kerja mesin lain. Selama ratusan tahun terakhir, mekanisasi telah
maju begitu pesat dan telah dapat mempercepat proses dalam kapasitas ratusan
kali bahkan ribuan kali dalam proses waktu yang sama. Sekarang ini, standar
kehidupan manusia sudah sangat bergantung pada fasilitas produksi modern,
yaitu mekanisasi. Manusia tidak akan pernah dapat lepas dari perkembangan
mekanisasi.

Produksi massa.
produksi massa (besar-besaran) merupakan karakteristik perusahaan
modern yang sangat penting dan dominan. Dengan menghasilkan jumlah produk
yang banyak maka harga pokok produk akan sangat rendah karena volume
produksi meningkat dengan cepat dibandingkan dengan beban yang dikeluarkan.
Dalam keadaan demikian makan harga pokok per unit akan semakin rendah dan
perusahaan akan dapat mejual dengan harga lebih murah. Murahnya harga akan
dapat menaikkan permintaan masyarakat (ingat hokum permintaan). Produksi
massa mempunyai kecenderungan kepada distribusi massa dan konsumsi massa
yang juga akan membuat harga produk di pasaran tidak akan mahal. Skala
ekonomi produksi akan membawa atau menciptakan daya beli masyarakat yang
juga besar.

Spesialisasi tenaga kerja.


Pembagian pekerjaan karyawan ke berbagai bidang tertentu secara khusus
akan menciptakan produksi yang meningkat sebab para karyawan hanya
bertanggung jawab kepada unit kerja yang hanya ada dibidangnya saja.
Spesialisasi karyawan menjadi karakteristik yang sangat penting dalam
perusahaan produksi massa. Sekarang ini, hampir semua perusahaan besar di
dunia merupakan para tenaga kerja spesialis. Pekerjaan yang dilakukan oleh para
spesialis akan cepat selesai dan akan memberikan hasil yang sangat memuaskan
daripada yang dikerjakan oleh tenaga kerja yang hanya sekedar tahu. Disamping
itu, berbagai perusahaan sekarang ini menspesialisasikan diri hanya pada bidang
tertentu saja sehingga dari mereka banyak yang menjadi raksasa.

Standarnisasi.
Didalam perusahaan modern, standarnisasi memberikan fasilitas yang
dapat menciptakan metode kerja yang seragam untuk melaksanakan setiap
pekerjaan. Standarnisasi merupakan hasil dari peralatan, mesin, prosedur serta
produk yang seragam. Meskipun seringkali muncul keluhan dengan pola
standarnisasi akan tetapi standarnisasi ini banyak memberikan manfaat yang
sangat besar. Tanpa standarnisasi, perusahaan tidak akan dapat menciptakan
spesialisasi dan juga tidak akan dapat menciptakan produksi massa. Standarnisasi
juga akan membuat setiap aktivitas dan hasil poduksi akan semakin efisien.
Tanpa standarnisasi yang baik maka perusahaan tidak akan dapat memenuhi
permintaan penduduk yang begitu besar akan produk. Didalam merumuskan
standarnisasi, peralatan, mesin, berbagai perlengkapan dan bahan-bahan
sebaiknya distandarkan terlebih dahulu sebelum membuat standar kerja.

Otomisasi.
Tehnologi telah mengalami perkembangan yang begitu pesat sehingga
dapat menghasilkan otomisasi, otomisasi pengelolaan bahan dan otomisasi
pengawasan. Didalam proses otomisasi yang sempurna, keterlibatan tenaga kerja
manusia hampir-hampir tidak diperlukan. Bahan dan onderdil akan bergerak atau
berpindah dari satu bagian ke bagian lain secara cepat dan teratur tanpa adanya
campur tangan manusia. Hal sperti ini dapat dijumpai pada perusahaan yang
menggunakan robot. Dalam keadaan demikian, akan sangat jelas sekali bahwa
otomisasi akan menghasilkan produk dengan beban tenaga kerja manusia yang
sangat kecil sekali. Seandainya tenaga kerja manusia diperlukan, jumlahnya
sangat sedikit sekali yang tugasnya hanya sekedar mengawasi jalannya
otomisasi. Otomisasi memerlukan modal investasi yang sangat besar pada
awalnya sebab umumnya otomisai ini sangat mahal. Otomisasi yang sering
dijumpai adalah otomisasi pengambilan uang di bank yang hanya menggunakan
kartu otomatis. Dengan memasukkan kartu ke mesin dan menekan kode rahasia
serta jumlah uang yang diinginkan makan uang akan dikeluarkan secara
otomatis. Pengambilan dapat dilakukan setiap saat tanpa da jam istirahat kecuali
jika mesin otomatisnya rusak. Hubungan otomisasi dan kemampuan daya saing
perusahaan merupakan hubungan positip. Hubungan kemampuan bersaing
dengan keberhasilan perusahaan juga positip sehingga hubungan antara otomisasi
dan keberhasilan perusahaan juga akan positip.

Penelitian dan pengembangan.


Dengan kemajuan tehnologi yang cepat dan dengan adanya hubungan
yang positip antara mekanisasi, produksi massa, spesialisasi, otomisasi, dan
keberhasilan perusahaan maka penelitian dan pengembangan mutlak diperlukan.
Penelitian dan pengembangan akan dipusatkan kepada penemuan peralatan dan
mesin baru yang lebih baik dan lebih canggih dari sebelumnya dan juga kepada
produk baru yang akan memberikan kualitas yang lebih baik dan kepuasan yang
lebih besar. Jika penelitian dan pengembangan tidak dilakukan maka hasil
produksi perusahaan tidak akan berubah dan penguasaan pasar semakin lama
semakin melemah sebab akan pengambangannya. Jika perusahaan tidak
mempunyai laboratorium sendiri biasanya bekerja sama dengan perguruan tinggi.
Di perguruan tinggi berbagai keahlian sudah tersedia berikut fasilitas
laboratorium yang diperlukan. Banyak sekali produk baru yang sekarang beredar
di pasaran beberapa tahun sebelumnya tidak pernah didengar. Masyarakat
seringkali dikagetkan dengan kehadiran produk baru yang semakin baik dan
memberikan kepuasan yang lebih besar dari sebelumnya dan kadangkala ada
yang dijual dengan harga yang lebih murah. Penelitian dan pengembangan bagai
berupa antrian dan juga merupakan faktor konstan dan dominan dalam kehidupan
perusahaan modern. Meninggalkan aspek penelitian dan pengembangan sama
saja dengan membiarkan perusahaan menuju kematian.

Profesionalisasi manajemen.
Dalam kehidupan modern, perusahaan biasanya tidak dipimpin oleh
pemilik individu atau bahkan tidak dipimpin oleh pemegang saham terbesar.
Kepemilikan dan manajemen seringkali merupakan dua hal yang terpisah dalam
kehidupan perusahaan modern. Para ahli yang mengemudikan perusahaan -
khususnya perusahaan besar – mempunyai kecenderungan menyewa para
manajer profesional. Para pemilik atau para pemegang saham akan memilih
dewan komisaris, dewan komisaris akan memilih direktur dan direktur akan
memilih pejabat pelaksana pada posisi yang lebih rendah. Kebanyakan para
pimpian puncak tingkat pertama dan tingkat kedua adalah para manajer
profesional yang dipilih.
Kesempatan untuk promosi pada posisi puncak masih tetap tersedia bagi
tenaga kerja yang ada sepanjang tenaga kerja yang ada tersebut mempunyai
pengalaman dan keahlian yang bisa diuji dan bisa dibanggakan. Perusahaan besar
lebih senang mencari para manajer profesional yang mempunyai pengalaman
yang banyak, mempunyai kemampuan administratif dan mempunyai sikap
percaya diri untuk berhasil yang besar.

TIPE PROSES PRODUKSI.


Setelah memperhatikan karakteristik umum produksi modern diatas,
maka langkah selanjutnya para pimpinan puncak (penilai) organisasi proyek
harus menyelidiki proses dasar yang akan digunakan didalam produksi barang
yang diperlukan oleh masyarakat. Umumnya banyak sekali barang atau jasa yang
akan diproses yang kesemuanya itu memerlukan pekerjaan yang berbeda,
peralatan berbeda, keahlian berbeda dan pengaturan manajemen yang berbeda.
Meskipun demikian, langkah pertama yang harus dilakukan paling sedikit
mengenal 4 (empat) macam tipe dasar proses produksi. Ke 4 (empat) macam tipe
dasar proses tersebut meliputi : Proses ekstraktif, proses analitik, proses
fabrikase, dan proses sintetik.

Proses ekstraktif.
Proses ekstraktif adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengumpulkan bahan baku dari dalam tanah, dari permukaan tanah, dari udara
atau dari air. Contoh dari proses ekstraktif adalah prosedur pembuatan besi dari
biji besi, batu bara, emas, perak dan sejenisnya. Sedangkan membuat bahan
kimia seperti magnesium berasal dari laut atau dari pengaalian sumur minyak.
Umumnya perusahaan yang melakukan proses ekstraktif adalah perusahaan
raksasa yang bermodal sangat kuat. Proses ekstraktif memerlukan modal yang
sangat besar.

Proses analitik.
Proses analitik melibatkan pengambilan bahan baku dasar serta
memecahkannya kedalam bahan bentuk lain yang menjadi satu macam bahan
atau lebih. Misalnya, perusahaan industri daging, perusahaan penggergajian
kayu, perusahaan log, perusahaan industri minyak. Berbagai bahan baku dasar ini
dikonversikan menjadi berbagai produk yang berbeda melalui proses analitik.

Proses fabrikase (konversi).


Proses fabrikase atau konversi merupakan proses yang merubah bentuk
dasar dari bahan baku menjadi barang jadi guna meningkatkan nilai guna atau
nilai ekonomis suatu bahan serta memberikan konsumen kepuasan yang lebih
besar. Contohnya, perusahaan industri kain yang mengolah bahan baku benang
menjadi barang jadi kain.

Proses sintetik (penggabungan).


Ada beberapa proses produksi yang memadukan atau menggabungkan 2
(dua) bahan atau lebih menjadi satu produk. Proses sintetik sering dipakai untuk
menggabungkan berbagai bahan yang diperlukan untuk membuat produk lain.
Suatu misal, plastik diproduksi dengan cara menggabungkan berbagai
hidrokarbon yang rumit yang berasal dari minyak yang telah diolah atau kaca
yang diproduksi dengan menggabungkan berbagai bahan silikon dan pemanasan
yang tinggi dan besi yang diproduksi dengan menggabungkan biji besi dengan
bahan lainnya dengan panas yang sangat tinggi pula.
Manakala produksi melibatkan penggabungan berbagai barang jadi menjadi satu
produk baru maka istilah ini juga dapat digunakan. Manakala suatu perusahaan
membuat suatu produk melalui penggabungan ulang maka proses yang demikian
disebut dengan prosesn sub sintetik (sub penggabungan).

ASPEK KUNCI MEMPERSIAPKAN PRODUKSI.


Para pihak yang terlibat dengan penyusunan dan pengerjaan suatu
perusahaan maka harus mempertimbangkan didalam usulan perusahaannya
berbagai aspek kunci didalam mempersiapkan produksi. Pada dasarnya ada 4
(empat) aspek kunci yang harus diperhatikan yaitu, (1) memilih produk, (2)
memilih lokasi, (3) memperoleh bahan baku dan (4) menetapkan tata ruang
pabrik (perusahaan). Ke 4 (empat) aktivitas diatas harus diterapkan secara hati-
hati sesuai dengan prinsip manajemen yang sehat. Cara menguji secara
mendalam setiap bagian produksi dapat dilakukan dengan mengajukan berbagai
pertanyaan sebagai berikut dibawah ini :
1. Produk apa yang akan dihasilkan oleh perusahaan?.
2. Bagaimana cara perusahaan memilih produk?.
3. Bagaimana mengkomunikasikan sikap dan tindakan para karyawan terhadap
penetapan tata ruang pabrik (perusahaan).
4. Mengapa divisi pembelian dianggap sebagai dimensi ketiga didalam
penciptaan laba?
5. Apa tujuan dan misi departemen (divisi) pembelian?
6. Bagaimana cara mengukur kinerja departemen (divisi) pembelian?
7. Pertimbangan apa saja yang diperlukan didalam menetapkan tata ruang pabrik
dan alternative apa saja yang tersedia?
8. Bagaimana caranya menentukan standar pabrik (perusahaan) yang berbeda
dengan yang lain?
Aspek kunci diatas jika dirangkum akan berwujut 4 (empat) macam sebagai
berikut dibawah ini :

1. Menetapkan produksi yang akan diproduksi.


Justifikasi ekonomi bagi setiap perusahaan terletak pada kenyataan bahwa
perusahaan akan membuat produk dan akan memasarkan produk yang sesuai
dengan kebutuhan dan selera konsumen. Memilih produk yang akan dihasilkan
merupakan bagian dasar perencanaan total persahaan. Jika konsumen tidak puas
dan tidak membutuhkan produk perusahaan, perusahaan tidak akan dapat laba
dan perusahaan akan mati serta keluar dari area bisnis. Oleh karena itu maka
perusahaan mutlak harus bertindak dari membuat produk sesuai dengan
keinginan konsumen. Jika keputusan tentang hal ini belum dibuat maka berarti
tidak ada gunanya membuat perencanaan. Keputusan tentang lokasi pabrik,
mesin dan tata letak mesin, pembelian, penetapan harga dan berbagai metode
distribusi dan alokasi harus ditangguhkan dahulu jika belum diputuskan dengan
produk apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen dan apakah biaya etrasi
perusahaan telah sesuai dengan hal tersebut.
Para perencana perusahaan baru (bukan pengembangan) harus
mendasarkan diri pada survey pasar didalam membuat keputusan tentang produk
dan sebaliknya bagi perencana perusahaan yang sudah jalan (perusahaan yang
berpengalaman) dapat mengikuti perubahan selera dan kepuasan konsumen dan
berdasarkan kebiasaan konsumen perusahaan dapat menawarkan berbagai
macam produk. Meskipun demikian, perusahaan (baik yang masih baru atau
yang berpengalaman) harus mempelajari perkembangan pasar secara hati-hati
dan tujuan mempelajari perkembangan pasar adalah untuk menghasilkan produk
yang betul-betul dibutuhkan dan diinginkan konsumen sehingga perusahaandapat
menghasilkan laba.
Bagi perusahaan raksasa yang tidak mempunyai kendala dana, pemilihan
produk akan melalui pemberian kepada masyarakat luas sampel produk yang
akan diproduksi kemudian diminta untuk mengomentarinya kemudian mengukur
tingkat penerimaan masyarakat terhadap produk tersebut. Pasar uji coba ini
dipilih agar tindakan perusahaan tidak melesat yang nantinya menyebabkan
kerugian. Ada pula pasar uji coba dipilih daerah tertentu yang dianggap mewakili
artinya jika produk didaerah tersebut diterima maka bisa dipastikan bahwa
produk tersebut akan diterima secara meluas. Kadangkala survey pasar membuka
kesempatan berbagai permintaan produk dari berbagai masyarakat terhadap
berbagai macam produk yang diinginkannya. Disamping itu, ada juga cara lain,
yaitu memperoleh informasi dari para lembaga penelitian tentang berbagai
produk yang digemari dan didambakan masyarakat. Seringkali tanggung jawab
perencanaan produk baru dipikul oleh departemen pemasaran dan departemen
produksi. Kedua departemen ini sering melakukan pertemuan guna membahas
kecenderungan pasar dan berbagai kesempatan yang dapat dimasuki. Departemen
pemasaran seringkali memberikan informasi tentang berbagai aspek yang
berkaitan dengan penelitian pasar, melakukan pengetesan terhadap pasar dan
membuat estimasi penjualan. Sedangkan departemen produksi memberikan
informasi mengenai beban produksi yang diperlukan dan berbagai skedul
produksi yang bisa dilakukan. Kemudian pimpinan puncak membuat keputusan
final mengenai produk yang akan diproduksi. Setelah para perencana
memutuskan produk yang akan diproduksi maka perhatian mereka selanjutnya
adalah menanyakan dimana lokasi membuatnya.

2. Menetapkan lokasi perusahaan.


Aspek ini berhubungan dengan proses pembangunan pisik perusahaan.
Dalam aspek ini ada 2 (dua) pokok bahasan yang sangat mendasar, yaitu :

1. Lokasi perusahaan.
Lokasi perusahaan berhubungan dengan lokasi yang dijadikan tempat
berdiri dan beroperasinya suatu perusahaan. Didalam perusahaan industrilokasi
perusahaan dibedakan menjadi lokasi pabrik yang menampung aktivitas proses
produksi dan lokasi yang bukan untuk menampung aktivitas proses produksi
akan tetapi digunakan untuk menampung aktivitas administrasi. Ada 2 (dua)
variabel yang harus diperhatikan didalam menentukan lokasi perusahaan, yaitu :

A. Variabel utama (primer).


Adalah satu variabel yang harus diperhatikan paling awal sebelum
memperhatikan yang lainnya. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut.

a. Persediaan bahan.
Dalam kalsifikasi bahan harus diperhatikan kuantitas dan kualitas bahan
yang tersedia yang akan digunakan manakala nantinya perusahaan selesai dan
perusahaan telah siap beroperasi. Yang terkait dengan bahan tersebut termasuk
harga bahan baku yang sedang berjalan dan harga bahan baku dimasa yang akan
datang.

b.Letak pasar atau letak layanan.


Untuk perusahaan, maka letak pasar harus diperhatikan terlebih dahulu
sebab jika perusahaan berada dekat dengan pasar maka beban yang dikeluarkan
untuk memasarkan barang dan waktu yang diperlukan untuk mengantar barang
ke konsumen akan semakin singkat. Manakala perusahaan bukan perusahaan
maka jarak perusahaan harus dapat dijangkau dengan penduduk yang diberikan
layanan.

c.Tenaga listrik dan air.


Biasanya, maupun perusahaan maupun non bisnis pasti memerlukan
listrik atau air. Oleh karena itu, diusahakan dekatnya perusahaan dengan fasilitas
listrik dan air. Hal ini tidak perlu masuk pertimbangan manakala perusahaan
memang tidak memerlukan listrik dan air.

d.Tenaga kerja.
Karena perusahaan akan beroperasi jika digerakan atau dijalankan oleh
manusia maka tersedianya tenaga kerja harus diperhatikan.
e.Fasilitas transportasi.
Aktivitas perusahaan agar dapat berjalan lancer maka fasilitas (sarana dan
prasarana) transportasi haruslah diperhatikan. Fasilitas transportasi dapat
disediakan oleh pemerintah atau diupayakan sendiri oleh perusahaan.
B. Variabel kedua (sekunder).
Adalah suatu variabel yang tidak bersifat mutlak akan tetapi diperlukan
sebagai pelengkap agar aktivitas perusahaan berjalan lebih baik dan lebih lancar.
Variabel kedua ini banyak sekali cakupannya seperti iklim dan keadaan tanah,
berbagai rencana masa depan, keberadaan perusahaan lain yang tidak sejenis
yang dapat mendukung keberadaan perusahaan manakala perusahaan telah
selesai (perusahaan).
Perlu diperhatikan bahwa klasifikasi diatas sifatnya tidak mutlak akan tetapi
sangat bergantung kepada kondisi dan situasi. Dan kondisi serta situasi selalu
mengalami perubahan, sehingga komponen dari setiap variabel tersebut juga
akan mengalami perubahan.

2. Metode analisis memilih lokasi perusahaan.


Didalam memilih lokasi perusahaan sebenarnya banyak sekali metode
analisis yang dapat digunakan akan tetapi dalam buku ini hanya akan dibahas 2
(dua) metode saja. Ke 2 (dua) metode tersebut adalah sebagai berikut dibawah ini
:

a. Metode intuisi.
Analisis didalam metode ini hanya didasarkan atas dugaan yang sangat
kuat atau atas dasar keyakinan yang kuat saja bahwa perusahaan akan berhasil.
Adakalanya metode analisis ini melibatkan paranormal atau para kyai atau
datang ke tempat-tempat yang dianggap keramat atau mungkin minta ilham
kepada Tuhan. Banyak orang yang tidak berpendidikan tinggi menggunakan
metode intuisi dan tidak sedikit yang berhasil.

b. Metode kuantitaif.
Didalam menganalisis perusahaan, para pemilik atau penanggung jawab
atau pimpinan puncak perusahaan membentuk suatu tim kemudian menganalisis
berbagai variabel yang dianggap penting dan menentukan kemudian memberikan
skor kepada variabel tersebut yang kemudian dianalisis lebih lanjut. Skor yang
ditetapkan adalah skor angka atau skor rasio dan oleh karena itu analisis ini
disebut dengan metode analisis kuantitatif.
Suatu missal, ada 3 (tiga) lokasi perusahaan yang akan dipilih sebagai
tempat pelaksanaan perusahaan dan dari 3 (tiga) tempat tersebut hanya akan
dipilih satu tempat saja. Adapun variabel yang akan diperhitungkan meliputi
variabel bahan mentah, variabel tenaga kerja, dan variabel transportasi.sedangkan
lokasi yang akan dipilih adalah Surabaya (S), Malang (M), Jember (J), dan
Lumajang (L). adapun hasil skor yang diberikan tim adalah tampak sebagai
berikut dibawah ini :

No. Alternatif Alternative Jumlah skor


BM TK T
1. Surabaya 50 40 60 150
2. Malang 80 30 20 120
3. Jember 30 50 50 130
4. Lumajang 50 50 50 150
5. Probolinggo 40 50 60 150
Dari data diatas dapat disimpulkan maka darah lokasi yang tidak dapat dipilih
adalah Malang dan Jember sebab meskipun Malang dan Jember kotanya lebih
ramai dan maju dari pada Lumajang dan Probolinggo akan tetapi jumlah skornya
rendah berarti tingkat potensi yang diharapkan rendah. Pilihan kemudian
dilanjtkan ke daerah Surabaya, Lumajang dan Probolinggo. Dari jumlah skor
ketiganya mempunyai angka yang sama dank arena masing-masing unsur (bahan
mentah, tenaga kerja dan transportasi) tidak menunjukan suatu trend maka
diantara ketiga daerah tersebut dapat dipilih.kelemahan satu variabel ditututp
oleh kekuatan variabel yang lain dan keputusan ke salah satu tempat atas
Surabaya, Lumajang dan Probolinggo tidak dapat disalahkan. Pemilihan atau
keputusan tersebut diatas tidak dapat disalahkan manakala bobot dari masing-
masing variabel adalah sama akan tetapi manakala bobot dari setiap variabel
tidak sama maka skor bersih harus dicari terlebih dahulu. Suatu misal dari data
diatas diperoleh keterangan bahwa bobot bahan mentah 90 %, bobot tenaga kerja
60 % dan bobot transportasi adalah 40 %. Dalam keadaan demikian maka
keadaan diatas harus disaring terlebih dahulu untuk disesuaikan dengan bobot
yang ada. Dari data diatas, maka skor setelah dihitung kembali dengan
memperhatikan bobot akan Nampak sebagaimana tercantum dibawah ini :

No. Alternatif Alternative Jumlah


BM TK T skor
1. Surabaya 45 24 24 93
2. Malang 72 18 8 98
3. Jember 27 30 20 77
4. Lumajang 45 30 20 95
5. Probolinggo 36 30 24 90

Dari data diatas setelah memperhatikan bobot variabel ternyata yang


dapat dipilih adalah Malang dan daerah lain harus ditolak. Jika pada analisis
sebelumnya Malamng harus ditolak ternyata setelah memperhatikan bobot dari
masing-masing variabel ternyata Malanglah yang harus dipilih.

Hubungan kebijakan produksi


dengan kebijakan keuangan.
Manajemen keuangan selalu menekankan pada efektifitas dan efisiensi
pemakaian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Oleh karena itu, semua
aktivitas di bagian lain selalu ditinjau ulang dampak yang ditimbulkannya. Untuk
memperkecil dampak buruk, manajemen keuangan akan menyiapkan suatu
anggaran organisasi. Dengan anggaran yang ada, maka bagian lain harus
mematuhinya atau akan mendapat hukuman bilamana melanggarnya. Anggaran
yang dipersiapkan oleh manajemen keuangan biasanya anggaran induk fleksibel
yang menyangkut kebutuhan dan batas dana yang diinjinkan untuk setiap
tingkatan aktivitas, baik aktivitas produksi, aktivitas pemasaran, dan aktivitas
lainnya. Pertentangan yang sering muncul antara manajemen keuangan dan
manajemen produksi adalah beberapa dana yang ada yang akan dipersiapkan
untuk manajemen produksi didalam melaksanakan fungsinya untuk
mengkonversi bahan kepada bentuk yang mempunyai nila guna lebih atau nilai
ekonomis. Kebijakan finansial seringkali terjebak pada pengeluaran sehemat
mungkin tidak pada pengeluaran seefisien mungkin. Pengeluaran serendah-
rendahnya belum berarti akan memberikan profitabilitas yang tinggi pada
perusahaan malahan mungkin pengeluaran serendah-rendahnya malah
menimbulkan ketidak efektifan bekerja serta menimbulkan pula dampak negatif
lainnya.

Hubungan kebijakan produksi


dengan kebijakan pemasaran (pelayanan)
Bagian pemasaran menafsirkan berbagai permintaan masyarakat untuk
kebutuhan periode yang akan datang. Permintaan masyarakat dibedakan menjadi
permintaan efektif dan permintaan yang tidak efektif. Permintaan efektif adalah
permintaan yang didukung oleh daya beli yang sangat kuat. Sedangkan
permintaan yang tidak efektif adalah permintaan yang tidak didukung oleh daya
beli. Kemudian menerjemahkan kebutuhan ini kedalam output (keluaran)
produksi serta menetapkan tanggal pesanan 150 unit pesawat dengan puluhan
ribu onderdil maka bisa dibayangkan kerumitan aktivitas pembelian yang harus
dilakukan. Dalam perusahaan yang masih kecil dimana produk yang dibuat
hanya beberapa maka fungsi pembelian dirangkap oleh pemilik.

Pembelian merupakan dimensi ketiga


didalam menciptakan laba.
Telah begitu lama dalam dunia bisnis yang melihat bahwa pembelian
hanya semata-mata sebagai pelaksana tata tulis pembelian dan pengeluaran beban
bilamana diperlukan. Akan tetapi belakangan ini, para ahli pembelian menyadari
bahwa pembelian merupakan kunci utama keberhasilan suatu bisnis. Perusahaan
raksasa seringkali merekayasa bahwa pembelian difungsikan sebagai fungsi
penciptaan laba dan bukan hanya penjualan saja yang berfingsimenciptakan laba.
Didalam perjuangan menciptakan laba, perusahaan pertama kali menekankan
mencari laba dan oleh karena itu penjualan merupakan dimensi pertama didalam
menciptakan laba. Kemudian perusahaan mengarahkan perhatiannya pada
pengawasan beban internal dan oleh karena itu pengawasan beban internal
merupakan atau dinamakan sebagai dimensi kedua. Baru kemudian perusahaan
sekarang memperhatikan pada aspek pembelian sebagai bagian untuk mencari
atau menciptakan laba sehingga pembelian disebut sebagai dimensi ketiga
didalam mencari atau menciptakan laba perusahaan.
Tambahan laba 5 % sebagai akibat karena pembelian lebih efisien dan efektif dan
adanya kerugian 5 % sebagai akibat karena pembelian tidak efisien dan efektif.

Laporan laba rugi tahun Hasil 5 %


Rugi 5 % (Rp.)
berjalan (Rp.) (Rp.)
Penjualan 200.000.000 200.000.000 200.000.000
Harga pokok penjualan 100.000.000 97.000.000 105.000.000
Laba kotor 100.000.000 103.000.000 95.000.000
Bahan operasi 90.000.000 90.000.000 90.000.000
Laba bersih sebelum pajak 10.000.000 13.000.000 5.000.000
Pajak 1.500.000 1.950.000 750.000
Laba untuk deviden 8.500.000 11.050.000 4.250.000

Tabel diatas menunjukan akibat tindakan fungsi pembelian didalam


menciptakan laba perusahaan yang banyak dijumpai pada perusahaan besar. Pos
pertama adalah pos penjualan merupakan dimensi pertama didalam menciptakan
laba, pos beban operasi merupakan pos kedua yang merupakan dimensi kedua
didalam meciptakan laba. Sedangkan pos harga pokok penjualan merupakan pos
ketiga dan merupakan dimensi ketiga didalam menciptakan laba. Dari tabel
diatas dapat dirumuskan 3 (tiga) kesimpulan, yaitu :
1. Pengeluaran untuk bahan, perlengkapan dan bahan bakar menanggung lebih
dari 60 % dari pendapatan total penjualan.
2. Ada 5 % kenaikan efisiensi pembelian karena biaya yang lebih rendah
sehingga laba yang dicapai ekuivalen dengan 36 % ekspansi penjualan.
3. Ada 5 % penurunan efisiensi pembelian karena harga naik sehngga menghapus
dua pertiga laba yang tersedia untuk deviden.
4. Biaya pembelian melebihi total biaya upah dan kesejahteraan karyawan.
Dari sini Nampak mengapa perusahaan sering memperhatikan efisiensi
pembelian karena efisiensi pembelian dapat menciptakan laba.
Tetapi dalam konsep akuntansi, laba hanya akan menjadi manakala terjadi
transaksi sehingga jika perusahaan memperoleh barang dengan harga perolehan
yang lebih rendah maka tidak dianggap sebagai laba perusahaan. Dalam konsep
akuntansi, tidak ada laba jika tidak ada penjualan. Dalam table diatas Nampak
jelas sekali bagaimana pengaruh efisiensi pembelian terhadap perolehan laba
perusahaan.
Belakangan banyak sekolah bisnis atau kursus bisnis menekankan pada
manajemen pembelian sebagai upaya untuk penciptaan laba. Tidak akan ada
perusahaan yang dapat merencanakan produksi dimasa yang akan datang tanpa
melibatkan aspek pembelian didalam perencanaannya. Pengetahuan tentang
harga, tentang kulaitas dan tentang tersedianya bahan merupakan masalah inti
atau masalah utama bagi perncanaan yang efisien dan pengawasan terhadap
harga pokok penjualan maupun terhadap harga pokok produksi.

Tujuan pembelian.
Ujuan departemen pembelian meskipun tersembunyi akan tetapi tersirat
pada pernyataan berikut dibawah ini :
Menyediakan ahan dalam kuantitas yang tepat, dalam kualitas yang tepat, dalam
harga yang tepat, dalam waktu yang tepat dan dari sumber (pemasok) yang tepat.
Meskipun pengungkapan tujuan pembelian ini benar akan tetapi setiap
bagian mempunyai banyak cabang (ramifikasi) tujuan. Pimpinan atau eksekutif
pembelian yang berpengalaman lebih menyukai menetapkan tujuan mereka dan
tanggung jawab mereka terhadap :
1. Mempertahankan pemasukan bahan yang ajeg.
2. Menghindari adanya waktu yang terbuang (menganggur) serta menghindari
diri dari kekurangan bahan.
3. Memperkecil investasi dibidang bahan dalam kaitan yang rasional.
4. Menghindarkan diri dari kerusakan, keterlambatan, atau duplikasi.
5. Mendapat sumber alternative semua bahan dan menjamin kestabilan kualitas
dan ketersediaan.
6. Membeli bahan dengan harga termurah dengan kualitas standar perusahaan.
7. Mempertahankan posisi kompetitif dengan menjaga agar biaya tetap yang
terendah.
8. Menetapkan atas interval waktu atau menetapkan batas waktu giliran dari
pengiriman baru.
9. Menetapkan haga kesepakatan antara pembeli dan penjual. Banyak penjua
yang berharap laba tinggi dengan asumsi bahwa pembeli tidak tahu batas
kontribusi. Dalam harga kesepakatan sebetulnya antara penjual dan pembeli
sangat tahu persis berapa laba yang dipungut oleh penjual.
10. Menganalisis secara kuantitatif terhadap berbagai kondisi dan situasi yang
ada pada perusahaan.

Mengevaluasi kinerja pembelian.


Kinerja pembelian dapat diukur dan dianalisis dengan berbagai cara yang
berbeda. Meskipun demikian, tidak ada formula yang dapat dipakai untuk
memperbandingkan departemen pembelian diberbagai perusahaan yang berbeda
atau didalam industri yang berbeda, hal ini disebabkan kewajiban yang melekat
kepada departemen pembelian sangat luas sekali.
Suatu misal ada perusahaan yang mengasuransikan semua bahan yang dibeli dan
ada yang tidak mengasuransikannya. Tetappi meskipun demikian ada suatu
ukuran umum tentang efisiensi pembelian yang banyak dipakai diberbagai
perusahaan, yaitu tingkat perputaran persediaan. Tingkat perputaran persediaan
ini diukurdengan cara membagi jumlah rupiah persediaan yang digunakan selama
satu periode dengan nilai rata-rata persediaan tersebut. Formula tersebut dapat
diungkapkan sebagai berikut :

Pemakaian bahan dalam rupiah


Rata-rata persediaan

Karena macam persediaan banyak maka kata persediaan dapat


dikembangkan menjadi persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses,
persediaan barang jadi, persediaan bahan penolong dan persediaan perlengkapan.
Umumnya persediaan perlengkapan tidak dimasukan dalam analisis dikarenakan
umumnya nilainya sangat kecil. Seuatu misal, jika perusahaan menggunakan Rp.
100.000.00.- bahan selama satu tahun dan mempunyai rata-rata persediaan
(persediaan awal + persediaan akhir dibagi dua) sebesar Rp. 25.000.000.- maka
tingkat perputarannya adalah 4 (empat) kali. Untuk memperbaiki tingkat
perputaran, maka semua kebutuhan produksi harus disesuaikan dengan
persediaan yang ada. Jika pengurangan persediaan yang dapat dicapai sebesar
Rp. 5.000.000.-maka biaya persediaan akan menjadi 8 % yang akan
mengahasilkan tabungan sebesar Rp. 400.000.- (8 % X Rp. 5.000.000.-).
Persediaan yang terlalu banyak akan mengikat atau membebani modal kerja
terlalu berat. Akan tetapi manakala persediaan terlalu kecil maka akan
menimbulkan mesin akan menganggur. Sedangkan mesin telah didepresiasi dan
ini akan berakibat akan semakin tingginya harga pokok penjualan suatu produk.
Biaya persediaan umumnya jauh lebih tinggi dari pada bunga yang disebabkan
persediaan.
Secara tradisional ada 2 (dua) ukuran didalam menghitung efisiensi
pembelian, yaitu (1), biaya per order pembelian dan (2), biaya depatermen
sebagai prosentase terhadap nilai pembelian. Metode biaya per order pembelian
menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh departemen pembelian
(termasuk biaya yang melekat pada ruangan bangunan) dan membaginya dengan
banyaknya order yang dikeluarkan selama setahun bagi perusahaan yang sudah
berjalan, pengalaman masa lampau sangat berpengaruh sekali. Sedangkan bagi
organisasi perusahaan, formula ini dapat memberikan arahan apa yang harus
dilakukan dan ditetapkan manakala perusahaan telah selesai dan aktivitas
produksi sudah berjalan. Formula ini adalah sebagai berikut :

Pemakaian bahan dalam rupiah


Rata-rata persediaan

Sedangkan metode biaya departemen sebagai prosentase terhadap nilai


pembelian mengambil total biaya operasi departemen dan membaginya dengan
total pembelian selama satu periode. Formula ini Nampak sebagai beriku
dibawah ini :

Total biaya departemen


Total pembelian

Meskipun ke 2 (dua) metode diatas mempunyai kelemahan akan tetapi


lebih banyak manfaat menggunakannya dari pada tidak menggunakannya sama
sekali. Oleh karena itu banyak manajer produksi yang masih tetap
menggunakannya. Disamping ke 2 (dua) metode diatas ada metode lainnya yaitu
metode fungsional atau disebut juga dengan analisis fungsional atau pendekatan
fungdsional. Pendekatan ini diperoleh dengan cara membandingkan harga yang
dibayarkan dengan biaya standar yang telah disetujui, dan dengan menggunakan
plus atau minus untuk setiap item seperti tingkat perputaran persediaan maka
tabungan biaya akan diperoleh dan analisis nilai dapat dilakukan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi pembelian sangat
mempengaruhi keberhasilan perusahaan dan bahwa perencanaan fungsi produksi
yang baik merupakan bagian yang sangat penting didalam mempersiapkan
produksi.

4. Menetapkan tata letak operasi


Pada dasarnnya tata letak operasi perusahaan atau operasi perusahaan
akan meliputi 4 (empat) macam tata letak yang banyak dikenal dan dipakai oleh
perusahaan, yang meliputi tata letak pabrik, tata letak produk, tata letak proses,
dan tata letak posisi tetap.

1. Tata letak perusahaan (pabrik).


Tata letak ini dipisahkan kedalam tata letak fungsional dan tata letak lini.
Yang pertama adalah menyususn berbagai aktiva tetap (letak tanah, letak
bangunan, letak peralatan, letak mesin) berdasarkan fungsinya dalam satu
kelompok. Sedangkan yang kemudian menyusun berbagai aktiva tetap tersebut
(letak tanah, letak bangunan, letak peralatan, letak mesin) berdasarkan urutan
proses pembuatan produk. Oleh karena itu, dalam arti yang lebih luas, tata letak
perusahaan (pabrik) melibatkan penyusunan bangunan, departemen, divisi,
peralatan, mesin dan berbagai aktiva tetap lainnnya dalam satu posisi sehingga
memungkinkan tercapainya efektifitas kerja efisiensi yang memuaskan. Adapun
tujuan utamanya adalah efisiensi yang nantinya akan menghasilkan harga
perolehan produk yang terrendah sehingga mempunyai kemampuan kompetitif di
pasaran. Lokasi yang layak (tepat), pembelian bahan yang ekonomis, dan tata
letak perusahaan yang efisien dapat menciptakan harga pokok produk terrendah.

2. Tata letak produk.


Tata letak produk menetapkan setiap operasi mengikuti jalur produkyang
sama disetiap bagian seluruh pabrik. Pabrik (perusahaan) yang hanya
menghasilkan satu macam produk paling mudah mengetrapkan metode ini.
Karena ata letak ini sangat jelas alur produknya maka tata letak ini disebut juga
dengan nama tata letak proses berlanjut. Dikatakan demikian karena produk
mengalir dari awal ke akhir tanpa adanya tindakan intervensi ditengah jalan
(ditengah proses produksi).

3. Tata letak posisi tetap.


Suatu tata letak dimana operasi fabrikase secara keseluruhan perlu
ditetapkan melalui posisi tetap dari suatu produk final (produk akhir). Untuk
menetapkan posisi tata letak yang tetap maka kebijakan yang diambil harus
melalui suatu proses analisis yang sangat mendalam dan hati-hati sehingga
keputusan yang diambil dalam hal penetapan tata letak yang tetap ini sudah tidak
diragukan lagi kebenarannya dan betul-betul akurat dan valid.
Misalnya pembuatan kapal laut yang besar, dimana ketika awal
membuatnya dirancang dalam posisi terbalik sehingga peralatan yang diperlukan
harus menopang posisi terbalik. Proses pembuatan dalam posisi terbalik akan
lebih memudahkan dari pada posisi biasa. Baru setelah final, maka posisi prodk
akhir (kapal laut yang telah jadi tersebut) dibalik. Suatu misal lagi, pembuatan
bangunan pencakar langit, juga mengambil tata letak dalam posisi tetap. Bagian
komponen yang diperlukan dari produk akhir (bangunan pencakar langit) dibuat
oleh perusahaan yang berbeda dimana perusahaan berbeda tersebut mungkin
menggunakan tata letak proses, artinya pengerjaannya berdasarkan urutan proses.
Akan tetapi produk akhir tetap mengambil dalam posisi yang tetap.
Tata letak produk seringkali juga didefinisikan dalam arti waktu yang
diperlukan untuk menyetel mesin dan peralatan yang digunakan untuk
menghasilkan produk final. Sehingga, perusahaan yang membuat suatu produk
yang menjalankan beberapa shift setiap hari tidak perlu merubah proses atau
merubah tata letak mesin yang terlibat. Setiap unit produk mengikuti arus yang
sama dalam tata letak produksi. Hal ini bisa juga dijumpai pada produksi mobil
yang hanya membuat satu macam mobil dalam satu tahun dapat menggunakan
penggabungan lini (penggabungan searah) untuk semua periode produksi mobil
tersebut.
Manakala proses produksi hanya berkaitan dengan produk tunggal atau
satu produk untuk satu waktu maka dimungkinkan memperkecil gerakan ang
tidak produktif dari bahan dan produk yang dihasilkannya. Semua operasi
disusun saling mendekati satu sama lain. Bahan baku yang diterima pada tahap
pekerjaan yang pertama dan produk jadi akan nampak pada akhir lini
pengiriman atau lini penyimpanan.
Tata letak proses memerlukan waktu yang lebih pendek didalam merubah
posisi mesin dan peralatan. Posisi demikian diperlukan oleh perusahaan yang
menghasilkan produk yang berbeda pada saat bersamaan. Perusahaan yang
secara teratur membuat suatu produk dan kemudian memindahkan posisi mesin
dan posisi peralatannya untuk mengerjakan produk lain maka hal ini juga dapat
dinamakan sebagai pengetrapan konsep tata letak proses. Tata letak produk dan
proses seringkali dapat dijumpai pada perusahaan industri raksasa yang
melibatkan banyak bagian didalam membuat produk final. Suatu misal, pabrik
pembuatan mesin berat biasanya setiap bagian mempunyai bengkel sendiri
dimana tata letak proses diperlukan. Akan tetapi penggabungan antar komponen
dapat menggunakan penggabungan searah (penggabungan lini). Manajemen
perusahaan harus betul-betul memperhatikan hal tersebut diatas.

PENGAWASAN OPERASI PRODUKSI.


Jika seluruh fungsi perencanaan dan pengorganisasian perusahaan telah
diselesaikan dengan baik dan persiapan da penetapan pemilihan produk yang
baik telah selesai dibuat kemudian departemen pembelian telah menjamin
pasokan bahan dari pemasok maka kebijakan produksi yang dibuat telah efisien.
Meskipun demikian tidak akan ada perencanaan yang baik dan tidak akan ada
produksi yang efisien yang akan berjalan secara otomatis. Oleh karena itu
manajemen harus membuat kebijakan pengawasan produksi agar efisiensi
produksi dapat dicapai. Antara kebijakan perencanaan, pengorganisasian,
pengerjaan dan pengawasan produksi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan sebab hal tersebut merupakan satu kesatuan yang terpadu.
Para manajer produksi harus bertanggung jawab untuk produksi
sesungguhnya dan juga harus mempunyai keahlian didalam merencanakn,
mengorganisir, melaksanakan dan mengawasi produksi sehingga proses produksi
yang efisien dapat diperoleh. Kerumitan dalam proses produksi pasti ada dan
akan bervariasi di setiap organisai perusahaan atau perusahaan. Setiap
perusahaan mempunyai karakteristik permasalahan tersendiri yang berbeda satu
sama lain meskipun telah diketahui setiap keberbedaan tersebut ada kesamaannya
yang tertuang dalam prinsip umum. Oleh karena itu, manajer produksi harus
betul-betul memperhatikan organisasi produksi, proses produksi, tata letak,
pengawasan proses produksi dan pengawasan produk, memperhatikan metode
perbaikan kerja dan memperhatikan karakteristik dan perkembangan mesin dan
peralatan. Dalam keadaan demikian maka manajer produksi di tuntut untuk
mengawasi produksi.
Pengawasan produksi melibatkan koordinasi semua unsur produksi yang
melipui bahan, tenaga kerja, peralatan dan mesin. Setiap perusahaan, baik yang
kecil maupun yang besar membutuhkan pengawasan produksinya.dalam
organisasi perusahaan, harus dibuat kebijakan pengawasan produksi yang efektif
dan efisien. Beda perusahaan dan perusahaan yang sudah berjalan adalah jika
perrusahaan perusahaannya masih belum ada akan tetapi nantinya manakala
terwujut pasti ada. Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang dibuat dalam
organisasi perusahaan akan bersifat mendahului. Pengawasan produksi akan
baik, efektif dan efisien manakala telah dipersiapkan jauh sebelumnya dala
bentuk kebijakan. Dan kebijakan yang baik manakala semua kebutuhan
penanganan produksi telah terangkum seluruhnya. Manakala perusahaan
membuat satu macam produk sedangkan penjualan produk bersifat rutin dan
kontinyu maka pengawasan produksi akan sederhana. Pengawasan produksi
sangat penting karena menyediakan pengawasan persediaan yang dapat
diperbaiki dan dikembangkan, dapat mempersiapkan tanggal pengiriman barang
yang tepat dan dapat menyediakan skedul jam kerja yang lebih baik dan hal ini
akan menghasilkan kinerja produksi yang efektif dan efisien.

Langkah-langkah dalam pengawasan produksi.


Pengawasan prodiksu terdiri dari 5 (lima) langkah dasar dan kebijakan
pengawasan produksi juga terdiri dari 5 (lima) kebijakan pengawasan produksi.
Kelima kebijakan dasar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan perencanaan.
Perencanaan produksi merupakan bagian dari pengawasan produksi yang
akan menetapkan bahan dan pekerjaan apa yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang dipesan oleh para konsumen. Jika perusahaan yang didirikan hanya
melayani pesanan maka setiap order harus dipecah kedalam setiap rekening
bahan yang sesuai dengan spesifikasinya. Yang paling utama dalam perencaaan
prodksi adalah kebijakan tentang bahan yang diperlukan yang mencakup
kuantitas, kualitas, harga, waktu atau lama bahan datang dan pesanan serta
karakteristiknya. Didalam perencanaan produksi berbagai formulir juga
disiapkan termasuk formulir pemberitahuan persediaan bahan, formulir
permintaan pembelian bahan, formulir permintaan pemakaian bahan, forlmulir
order produksi, dan berbagai formulir terkait lainnya dan hal ini tergantung pada
karekteristik produksi. Didalam perencanaan produksi harus dicantumkan berapa
karyawan yang akan dilibatkan dan bagaimana kualitas karyawan yang
diperlukan. Disamping itu juga harus ditetapkan apakah peralatan dan mesin
yang diperlukan serta karawan yang terlatih dibidangnya telah disiapkan.

2. Rutinitas.
Didalam rutinitas harus dijelaskan jalur mana dari setiap bahan atau
pekerjaan yang harus dilalui. Para perencana atau pembuat kebijakan harus ahli
betul baik secara global atau secara terperinci setiap operasionalisasi peralatan
dan mesin atau urutan pekrjaan yang akan dilalui. Para pembuat kebijakan harus
menetapkan secara jelas dan tegas setiap langkah pekerjaan. Bilamana
kemingkinan harus diungkap setiap akibat dari penyimpangan dan jalan keluar
jika terjadi penyimpangan.

3. Penetapan skedul.
Penetapan skedul merupaka bagian dari pengawasan produksi yang
menetapkan waktu yang diperlukan untuk setiap langkah operasi.dari informasi
ini, para perncana atau pembuatkebijakan dapat menyusun daftar waktu untuk
setiap penyelesaian pekerjaan. Akan tetapi sebelum batas waktu terakhir untuk
menyelesaikan order kerja maka skedul harus ditinjau ulang dan para perencana
atau pembuat kebjiakan harus mengerti skedul serta beban kerja disetiap
bagianatau departemen yang terlibat. Para perencana atau pembuat kebijakan
yang andal biasanya membuat skedul induk yang menunjukan berapa unit
produkyang akan dibuat dan diharapakan selesai setiap waktu tertentu. Jika
pekrjaan dilakukan dengan tangan dan melibatkan beberapa bagian maka perlu
memetapkan skedul pada setiap akhir minggu atau setiap hari jika
memungkinkan yang akan menunjukan harapan tingkat penyelesaian pekerjaan
dari setiap bagian pada setiap akhir minggu atau setiap hari. Skedul akhir yang
harus dipersiapkan adalah skedul menunggu kerja yang akan digunakan untuk
menunjukan jumlah kerja yang disusulkan yang harus diproses oleh setiap bagian
setiap pekerjaan baru atau produk baru diproses juga. Alangkah baiknya
manakala sekdul juga berisi skala prioritas kerja yang tinggi dan juga
mencantumkan berbagai kemungkinan dan alternatif yang akan dilalui.

4. Pengiriman (dispatching).
Pengiriman merupakan bagian pengawasan produk yang memuat batas
akhir untuk bagian operasional didalam melakukan pekerjaannya dan merupakan
rambu bagi setiap bagian untuk bersiap diri bahwa batas wajtu yang diberikan
telah mendekati habis. Didalam order kerja yang baik akan mencantukmkan jenis
pekerjaan yang harus dilakukan dan jumlah waktu yang diestimasikan untuk
menyelesaikan setiap pekerjaan atau produk.

5. Pengawasan berjalan.
Untuk memperoleh pengawasan produksi yang baik, setiap bagian yang
terlibat dalam operasionalisasi sebaiknya menetapkan dan melaporkan catatan
yang berisi tentang tingkat penyelesaian yang dicapai. Banyak sekali para
perncana yang handal dan para pembuat kebijakan mengharuskan setiap bagian
operasionalisasi untuk melaporkan laporan kinerja. Laporan ini dapat dibuat oleh
bagian operasionalisasi dan ditandatangani oleh bagian pengawasan produksi
atau jika tidak cukup dibuat oleh bagian pengawasan produksi. Sebaiknya dibuat
minimal oleh 2 (bagian) agar tingkat akurasi dan validitasnya dapat
dipertanggungjawabkan. Didalam laporan kinerja harus juga menunjukan antara
tingkat yang dicapai dan penyimpangan yang terjadi serta harus terdapat
penjelasan singkat jika terjadi penyimpangan. Setiap penyimpangan apalagi yang
sangat serius harus dapat dianalisis dan diteliti ulang. Berbagai faktor penyebab
harus dapat diungkap secara jelas sehingga para karyawan yang terlibat tidak
akan mengulangi kesalahannya dikemudian hari.
Laporan kinerja produksi sangat penting bagi pengawasan produksi.
Laporan kinerja memudahkan para manajer didalam menetapkan apakah semua
bahan yang diperlukan dan dibeli, proses produksi yang ada dan kuantitas serta
kualitas karyawan sudah benar atau tidak. Bagi manajemen ouncak laporan
kinerja dapat mengukur tingkat efisiensi produksi dan efisiensi perusahaan secara
keseluruhan beserta kontribusi efisiensi bagian produksi kepada perusahaan.
Manakala perusahaan selesai atau produk yang dihasilkan telah dikirim ke
gudang atau ke bagian pengiriman maka pengawasan produksi sudah berakhir
dan akan dimasukkan kedalam arsip pengawasan produksi. Oleh karena itu,
laporan kinerja membantu manajer produksi merencanakan dan mengawasi
pekerjaan sejenis.

Menjamin kualitas produk atau layanan.


Untuk menjamin agar produk atau layanan sesuai dengan keinginan,
selera dan spesifikasi konsumen maka perusahaan harus terus memantau atau
menginspeksi bahan baku dan barang jadi yang dihasilkan. Kata inpeksi
digunakan disini untuk mengacu kepada pengawasan dan pengendalian secara
rinci dan mendalam terhadap berbagai bahan, perlengkapan, peralatan, mesin dan
onderdil yang diperoleh perusahaan dari pihak luar (pemasok). Kebijakan
pembelian yang terpenting adalah bahan yang dibeli harus sesuai dengan
keinginan, selera dan spesifikasi konsumen yang tertuang dalam order pembelian
yang dikirim konsumen. Tipe inspeksi sangat tergantung pada spesifikasi produk.
Yang paling sering dilakukan adalah menetapkan jumlah kuantitas dan kualitas
bahan ang dibeli karena ini merupakan sumber utama keberhasilan perusahaan
secara keseluruhan. Sedangkan pengawasan kualitas biasanya mengacu kepada
inspeksi produk yang sedang diproduksi. Dan ini merupakan
pertanggungjawaban departemen pengawasan kualitas.
Sekarang ini diakui bahwa pengawasan kualitas harus dikaitkan dengan
terbaiknya produk final pada akhir lini produksi. Produk yang prosesnya sangat
rumit sebaiknya diinspeksi mulai proses produksi dilakukan sehingga jika terjadi
penyimpangan setiap tahapan sudah dapat dikenali dan diambil langkah
perbaikannya. Perngawasan kualitas yang baik tidak dapat semata-mata hanya
melalui tindakan inspeksi terhadap bahan produk jadi. Setiap karyawan dari
setiap tingkatan sebaiknya dilatih secara melakukan inspeksi sehingga akan
mempermudah pengerjaan produksi dan akan menciptakan semangat berlomba
untuk mencapai yang lebih baik.
METODE PERBAIKAN KINERJA.
Semua perusahaan sudah pasti harus selalu berhubungan dengan cara
menemukan metode yang efektif dan efisien guna memperkecil waktu, usaha dan
biaya produksi. Tujuannya adalah harga per unit murah dan mampu
memenangkan persaingan pasar. Penelitian atau penyelidikan untuk mendapat
cara atau metode terbaik dikenal dengan nama metode perbaikan kerja. Konsep
manajemen dinamis mengakui bahwa metode kerja hari ini dapat diganti dengan
metode yang lebih baik dikemudian hari. Tidak ada konsep statis dalam
manajemen. Selera, keinginan dan kebutuhan manusia selalu berubah dan
perubahan ini akan menyebabkan perubahan lingkungan dan perubahan
lingkungan akan mempengaruhi organisasi dan oleh karena itu konsep yang ada
didalam organisasi juga akan mengalami perubahan dan oleh karena itu segala
sesuatu yang ada didalam organisasi akan juga berubah. Manakala organisasi
tidak melakukan perubahan maka organisasi (baik bisnis maupun non bisnis)
akan menjadi asing dengan lingkungan yang mengitari. Akibat yang lebih serius,
manakala organisasi tidak mengikuti perkembangan maka organisasi akan mati.
Oleh karena itu penelitian untuk memperoleh metode kerja yang lebih baik dan
efisien merupakan kebutuhan konstan organisasi. Biasanya perusahaan besar dan
perusahaan raksasa akan mempunyai staf ahli yang senantiasa mempelajari setiap
rincian dari metode yang ada dengan mengajukan berbagai pertanyaan sebagai
berikut dibawah ini :
1. Adakah saat ini mesin yang lebih efisien yang tersedia ?
2. Dapatkah investasi mesin baru dijastifikasi ?.
3. Apakah metode kerja yang ada saat ini sudah cukup efisien atau sudah
ketinggalan?
4. Dapatkah berbagai peralatan, mesin dan suku cadang yang ada disederhanakan
?.
5. Dapatkah perubahan yang akan diambil meningkatkan efisiensi perusahaan ?.
6. Berapakah beban yang diperlukan untuk melakukan perubahan tersebut?

TEHNIK PERBAIKAN KERJA.


Bagi para ahli efisiensi adalah selalu bekerja dengan menggunakan arloji
penghenti waktu (stopwatch) dan papan jepitan yang ditempel didinding
(clipboard). Penggunaan gambar dimasa lalu sekarang ini sudah banyak
ditinggalkan. Para pekerja yang baik dan terampil senantiasa menguji kinerja
mereka sendiri dan selalu menganalisis setiap terjadi penyimpangan. Dahulu
analisis kerja masih banyak yang hanya mengandalkan kepada analisis tugas.
Sedangkan sekarang ini bagaimana menemukan cara kerja dan metode kerja
yang lebih baik serta meningkatkan efisiensi. Didalam melakukan perbaikan
kerja diperlukan dua studi yang sangat penting yaitu studi gerakan dan studi
waktu. Studi gerakan (studi gerak) merupakan suatu studi yang mendalam dan
seksama terhadap gerakan pisik pekerja atau gerakan mesin yang melaksanakan
tugasnya. Tujuan dari studi gerakan adalah menemukan studi yang paling efisien
dari berbagai kombinasi gerak yang diperlukan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Studi gerak juga berkaitan dengan studi tata letak sebab tidak menutup
kemungkinan gerak yang memerlukan waktu banyak (lambat) disebabkan karena
tata letak perusahaan, tata letak peralatan, tata letak mesin dan tata letak gudang
yang salah. Untuk memperpendek gerakan didalam melaksanakan suatu tugas
maka diperlukan gerakan dasar. Gerakan dasar akan berbed manakala suatu
pekerjaan ditangani oleh pekerja yang ahli dan pekerja yang tidak ahli. Antara
pekerja yang ahli dan pekerja yang tidak ahli terdapat gerakan standar. Biasanya,
pimpinan yang bijak akan menetapkan standar gerak berdasarkan batas antara
tadi. Setelah studi gerak dilakukan maka langkah selanjutnya melakuka studi
waktu. Setiap gerak atau gerakan sudah pasti memerlukanwaktu. Waktu
merupakan pengukur gerak dan gerakan. Didalam studi waktu akan dikaitkan
dengan total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau
suatu tugas atau suatu siklus kerja. Sangat dianjurkan membuat standar waktu
kerja berdasarkan batas antara penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kerja tidak ahli dan tenaga kerja ahli. Dengan cara ini maka waktu standar
dapat ditetapkan untuk setiap siklus kerja atau untuk setiap pekerjaan. Standar
waktu juga sangat berguna didalam menetapkan upah atau gajih yang akan
dterima para pekerja. Tenaga kerja ahli akan memperoleh tarif yang tinggi
terhadap waktu yang dikorbankan untuk melakukan pekrjaan dibandingkan
tenaga kerja yang kurang ahli. Agar pekerja ahli dapat mempunyai keahlian dan
keterampilan yang lebih baik maka proses pendidikan pekerja (karyawan) perlu
diselenggarakan.

TEHNIK MENGUKUR KEMAJUAN KERJA.


Setiap departemen produksi harus menjaga dan memperhatikan catatan
pekerjaan barang dalam proses dan catatan menunggu pekerjaan. Catatan akan
menunjukkan dari tingkatan yang paling sukar pada tingkatan yang sederhana
serta menunjukkan tanggal akhir penyelesaian dan dari sini dapat dipersiapkan
pekerjaan baru yang akan memasuki proses awal. Dalam catatan ini harus
ditunjukkan tanggal penyelesaian yang diharapkan dan kemajuan yang telah
dicapai.

Anda mungkin juga menyukai