KEBIJAKAN PRODUKSI.
Kebijakan produksi merupakan suatu kode, petunjuk, arahan, atau aturan
umum yang menetapkan prosedur yang disukai guna ditindak lanjuti didalam
menangani situasi yang berulang atau didalam menjalankan otoritas yang
didelegasikan dalam rangka menciptakan barang dan jasa agar mempunyai nilai
ekonomis atau nilai guna yang lebih baik. Kebijakan produksi menyediakan garis
petunjuk (arahan) didalam mengambil keputusan dibidang produksi sehingga
batas interval kuantitas produksi dapat dicapai yang kemudian dapat memberikan
kemampuan kepada manajemen puncak untuk mendelegasikan tugasnya kepada
bawahannya untuk melaksanakan aktivitas produksi. Sedangkan di sisi lain
pimpinan puncak dapat memantaunya melalui proses pengawasan. Secara
teoritis, tujuan yang mendasari seluruh kebijakan produksi adalah menjamin
bahwa semua keputusan yang diambil adalah untuk mendukung tujuan organisasi
secara keseluruhan serta mematuhi semua rencana yang telah dibuat dengan cara
yang konsisten dan terkoordinasi. Oleh karena itu, kebijakan produksi yang baik
harus memenuhi beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Kebijakan produksi harus merefleksikan dan menggambarkan serta mengarah
kepada tujuan dan perencanaan organisasi perusahaan yang telah digariskan oleh
pimpinan puncak.
2. Kebijakan produksi merupakan kumpulan berbagai pemikiran dan aturan
produksi yang sifatnya konsisten.
3. Kebijakan produksi seharusnya tidak terlalu berfluktuasi dan harus tanggap
dengan segala perubahan yang terjadi yang sangat berpengaruh terhadap masa
depan organisasi perusahaan.
4. Kebijakan produksi harus cukup flesibel terhadap berbagai situasi dan kondisi
yang tidak biasa dan yang sangat sulit diramalkan.
5. Kebijakan produksi sebaiknya dibuat secara seksama dan hati-hati serta dibuat
secara tertulis dengan lengkap dan terperinci.
6. Kebijakan produksi harus mudah dikomunikasikan dengan bagian lain dan
dengan mudah pula dapat dimengerti.
7. Kebijakan produksi juga harus bisa diawasi, direvisi, dianalisis, serta harus
senantiasa diperbandingkan dengan hasil yang dicapai kemudian ditentukan
tingkat (derajat) penyimpangannya.
8. Kebijakan produksi harus konsisten serta rasional dan terbuka. Oleh karena
itu, kebanyakan produksi haruslah dirumuskan oleh suatu tim gabungan dari
berbagai bagian yang ada dalam organisasi perusahaaan.
1. Kebijakan persediaan.
Lokasi penyimpanan persediaan, kuantitas persediaan, macam-macam
persediaan dan kualitas persediaan harus diperhitungkan secara hati-hati dan
harus diarahkan kepada kebutuhan dan kepuasan konsumen. Kegagalan dibidang
kebijakan persediaan (bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, bahan
penolong, dan bahan lainnya) akan berakibat sangat fatal yang dapat
melumpuhkan eksistensi organisasi perusahaan secara keseluruha. Didalam
kebijakan persediaan juga harus dipehatikan masalah fluktuasi harga, resiko
kerusakan, batas terrendah dan tertinggi, ukuran, administrasi persediaannya dan
bebagai faktor lainnya yang melekat secara langsung dan tak langsung dengan
karakteristik persediaan. Didalam kebijakan persediaan juga tercakup kebijakan
memperoleh persediaan yang efektif dan efisien serta dicantumkan pula berbagai
hal yang tidak boleh dikerjakan.
2. Kebijakan bangunan, peralatan dan mesin.
Penempatan dan posisi bangunan, peralatan dan mesin harus sedemikian
rupa sistematisnya sehingga mendukung kepada prinsip efektifitas dan efisiensi
organisasi perusahaan. Kesalahan pada kebijakan bangunan, peralatan dan mesin
akan dapat mengasilkan produk yang tidak akan menghasilkan laba optimal serta
tidak akan memberikan kepuasan optimal bagi para konsumen.
3. Kebijakan operasional.
Kebijakan ini meliputi berbagai petunjuk tehnis didalam melaksanakan
aktivitas produksi. Kebijakan operasional harus mencakup berbagai resiko yang
mungkin timbul didalam produksi.
Mekanisasi.
Sekarang ini, pekerjaan tangan dan tehnik yang menggunakan tangan
hanya dipakai untuk membuat produk yang sangat khusus. Mekanisasi atau
penggunaan mesin telah dapat menaikkan tingkat produktivias kerja karyawan
dan juga kuantitas produksi. Tanpa adanya mesin, tak akan ada perusahaan yang
mampu menghasilkan kuantitas produk dalam jumlah yang sangat besar dan
harga yang relatif murah. Mekanisasi telah memberikan banyak harapan dan
telah dapat melayani kebutuhan manusia dengan harga yang terjangkau. Tanpa
adanya mekanisasi, jumlah barang yang akan dihasilkan akan sedikit dan
harganya akan menjadi mahal. Dengan adanya mekanisasi, makan perusahaan
akan dapat bersaing di pasaran. Kemampuan bersaing akan terletak pada kualitas
mekanisasi. Mekanisasi yang lebih baik akan dapat memenangkan persaingan
pasar. Hal ini disebabkan karena mesin dapat mengerjakan pekerjaan produksi
dengan cepat dan lebih akurat dibandingkan pekerjaan tangan manusia.
Mekanisasi akan dapat mengarah kepada standar kualitas yang sempurna dan
menjamin adanya keseragaman produk.mekanisasi juga dapat digunakan untuk
menujuk mesin mana yang dapat digunakan secara langsung dan bagaimana
mengawasi kerja mesin lain. Selama ratusan tahun terakhir, mekanisasi telah
maju begitu pesat dan telah dapat mempercepat proses dalam kapasitas ratusan
kali bahkan ribuan kali dalam proses waktu yang sama. Sekarang ini, standar
kehidupan manusia sudah sangat bergantung pada fasilitas produksi modern,
yaitu mekanisasi. Manusia tidak akan pernah dapat lepas dari perkembangan
mekanisasi.
Produksi massa.
produksi massa (besar-besaran) merupakan karakteristik perusahaan
modern yang sangat penting dan dominan. Dengan menghasilkan jumlah produk
yang banyak maka harga pokok produk akan sangat rendah karena volume
produksi meningkat dengan cepat dibandingkan dengan beban yang dikeluarkan.
Dalam keadaan demikian makan harga pokok per unit akan semakin rendah dan
perusahaan akan dapat mejual dengan harga lebih murah. Murahnya harga akan
dapat menaikkan permintaan masyarakat (ingat hokum permintaan). Produksi
massa mempunyai kecenderungan kepada distribusi massa dan konsumsi massa
yang juga akan membuat harga produk di pasaran tidak akan mahal. Skala
ekonomi produksi akan membawa atau menciptakan daya beli masyarakat yang
juga besar.
Standarnisasi.
Didalam perusahaan modern, standarnisasi memberikan fasilitas yang
dapat menciptakan metode kerja yang seragam untuk melaksanakan setiap
pekerjaan. Standarnisasi merupakan hasil dari peralatan, mesin, prosedur serta
produk yang seragam. Meskipun seringkali muncul keluhan dengan pola
standarnisasi akan tetapi standarnisasi ini banyak memberikan manfaat yang
sangat besar. Tanpa standarnisasi, perusahaan tidak akan dapat menciptakan
spesialisasi dan juga tidak akan dapat menciptakan produksi massa. Standarnisasi
juga akan membuat setiap aktivitas dan hasil poduksi akan semakin efisien.
Tanpa standarnisasi yang baik maka perusahaan tidak akan dapat memenuhi
permintaan penduduk yang begitu besar akan produk. Didalam merumuskan
standarnisasi, peralatan, mesin, berbagai perlengkapan dan bahan-bahan
sebaiknya distandarkan terlebih dahulu sebelum membuat standar kerja.
Otomisasi.
Tehnologi telah mengalami perkembangan yang begitu pesat sehingga
dapat menghasilkan otomisasi, otomisasi pengelolaan bahan dan otomisasi
pengawasan. Didalam proses otomisasi yang sempurna, keterlibatan tenaga kerja
manusia hampir-hampir tidak diperlukan. Bahan dan onderdil akan bergerak atau
berpindah dari satu bagian ke bagian lain secara cepat dan teratur tanpa adanya
campur tangan manusia. Hal sperti ini dapat dijumpai pada perusahaan yang
menggunakan robot. Dalam keadaan demikian, akan sangat jelas sekali bahwa
otomisasi akan menghasilkan produk dengan beban tenaga kerja manusia yang
sangat kecil sekali. Seandainya tenaga kerja manusia diperlukan, jumlahnya
sangat sedikit sekali yang tugasnya hanya sekedar mengawasi jalannya
otomisasi. Otomisasi memerlukan modal investasi yang sangat besar pada
awalnya sebab umumnya otomisai ini sangat mahal. Otomisasi yang sering
dijumpai adalah otomisasi pengambilan uang di bank yang hanya menggunakan
kartu otomatis. Dengan memasukkan kartu ke mesin dan menekan kode rahasia
serta jumlah uang yang diinginkan makan uang akan dikeluarkan secara
otomatis. Pengambilan dapat dilakukan setiap saat tanpa da jam istirahat kecuali
jika mesin otomatisnya rusak. Hubungan otomisasi dan kemampuan daya saing
perusahaan merupakan hubungan positip. Hubungan kemampuan bersaing
dengan keberhasilan perusahaan juga positip sehingga hubungan antara otomisasi
dan keberhasilan perusahaan juga akan positip.
Profesionalisasi manajemen.
Dalam kehidupan modern, perusahaan biasanya tidak dipimpin oleh
pemilik individu atau bahkan tidak dipimpin oleh pemegang saham terbesar.
Kepemilikan dan manajemen seringkali merupakan dua hal yang terpisah dalam
kehidupan perusahaan modern. Para ahli yang mengemudikan perusahaan -
khususnya perusahaan besar – mempunyai kecenderungan menyewa para
manajer profesional. Para pemilik atau para pemegang saham akan memilih
dewan komisaris, dewan komisaris akan memilih direktur dan direktur akan
memilih pejabat pelaksana pada posisi yang lebih rendah. Kebanyakan para
pimpian puncak tingkat pertama dan tingkat kedua adalah para manajer
profesional yang dipilih.
Kesempatan untuk promosi pada posisi puncak masih tetap tersedia bagi
tenaga kerja yang ada sepanjang tenaga kerja yang ada tersebut mempunyai
pengalaman dan keahlian yang bisa diuji dan bisa dibanggakan. Perusahaan besar
lebih senang mencari para manajer profesional yang mempunyai pengalaman
yang banyak, mempunyai kemampuan administratif dan mempunyai sikap
percaya diri untuk berhasil yang besar.
Proses ekstraktif.
Proses ekstraktif adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengumpulkan bahan baku dari dalam tanah, dari permukaan tanah, dari udara
atau dari air. Contoh dari proses ekstraktif adalah prosedur pembuatan besi dari
biji besi, batu bara, emas, perak dan sejenisnya. Sedangkan membuat bahan
kimia seperti magnesium berasal dari laut atau dari pengaalian sumur minyak.
Umumnya perusahaan yang melakukan proses ekstraktif adalah perusahaan
raksasa yang bermodal sangat kuat. Proses ekstraktif memerlukan modal yang
sangat besar.
Proses analitik.
Proses analitik melibatkan pengambilan bahan baku dasar serta
memecahkannya kedalam bahan bentuk lain yang menjadi satu macam bahan
atau lebih. Misalnya, perusahaan industri daging, perusahaan penggergajian
kayu, perusahaan log, perusahaan industri minyak. Berbagai bahan baku dasar ini
dikonversikan menjadi berbagai produk yang berbeda melalui proses analitik.
1. Lokasi perusahaan.
Lokasi perusahaan berhubungan dengan lokasi yang dijadikan tempat
berdiri dan beroperasinya suatu perusahaan. Didalam perusahaan industrilokasi
perusahaan dibedakan menjadi lokasi pabrik yang menampung aktivitas proses
produksi dan lokasi yang bukan untuk menampung aktivitas proses produksi
akan tetapi digunakan untuk menampung aktivitas administrasi. Ada 2 (dua)
variabel yang harus diperhatikan didalam menentukan lokasi perusahaan, yaitu :
a. Persediaan bahan.
Dalam kalsifikasi bahan harus diperhatikan kuantitas dan kualitas bahan
yang tersedia yang akan digunakan manakala nantinya perusahaan selesai dan
perusahaan telah siap beroperasi. Yang terkait dengan bahan tersebut termasuk
harga bahan baku yang sedang berjalan dan harga bahan baku dimasa yang akan
datang.
d.Tenaga kerja.
Karena perusahaan akan beroperasi jika digerakan atau dijalankan oleh
manusia maka tersedianya tenaga kerja harus diperhatikan.
e.Fasilitas transportasi.
Aktivitas perusahaan agar dapat berjalan lancer maka fasilitas (sarana dan
prasarana) transportasi haruslah diperhatikan. Fasilitas transportasi dapat
disediakan oleh pemerintah atau diupayakan sendiri oleh perusahaan.
B. Variabel kedua (sekunder).
Adalah suatu variabel yang tidak bersifat mutlak akan tetapi diperlukan
sebagai pelengkap agar aktivitas perusahaan berjalan lebih baik dan lebih lancar.
Variabel kedua ini banyak sekali cakupannya seperti iklim dan keadaan tanah,
berbagai rencana masa depan, keberadaan perusahaan lain yang tidak sejenis
yang dapat mendukung keberadaan perusahaan manakala perusahaan telah
selesai (perusahaan).
Perlu diperhatikan bahwa klasifikasi diatas sifatnya tidak mutlak akan tetapi
sangat bergantung kepada kondisi dan situasi. Dan kondisi serta situasi selalu
mengalami perubahan, sehingga komponen dari setiap variabel tersebut juga
akan mengalami perubahan.
a. Metode intuisi.
Analisis didalam metode ini hanya didasarkan atas dugaan yang sangat
kuat atau atas dasar keyakinan yang kuat saja bahwa perusahaan akan berhasil.
Adakalanya metode analisis ini melibatkan paranormal atau para kyai atau
datang ke tempat-tempat yang dianggap keramat atau mungkin minta ilham
kepada Tuhan. Banyak orang yang tidak berpendidikan tinggi menggunakan
metode intuisi dan tidak sedikit yang berhasil.
b. Metode kuantitaif.
Didalam menganalisis perusahaan, para pemilik atau penanggung jawab
atau pimpinan puncak perusahaan membentuk suatu tim kemudian menganalisis
berbagai variabel yang dianggap penting dan menentukan kemudian memberikan
skor kepada variabel tersebut yang kemudian dianalisis lebih lanjut. Skor yang
ditetapkan adalah skor angka atau skor rasio dan oleh karena itu analisis ini
disebut dengan metode analisis kuantitatif.
Suatu missal, ada 3 (tiga) lokasi perusahaan yang akan dipilih sebagai
tempat pelaksanaan perusahaan dan dari 3 (tiga) tempat tersebut hanya akan
dipilih satu tempat saja. Adapun variabel yang akan diperhitungkan meliputi
variabel bahan mentah, variabel tenaga kerja, dan variabel transportasi.sedangkan
lokasi yang akan dipilih adalah Surabaya (S), Malang (M), Jember (J), dan
Lumajang (L). adapun hasil skor yang diberikan tim adalah tampak sebagai
berikut dibawah ini :
Tujuan pembelian.
Ujuan departemen pembelian meskipun tersembunyi akan tetapi tersirat
pada pernyataan berikut dibawah ini :
Menyediakan ahan dalam kuantitas yang tepat, dalam kualitas yang tepat, dalam
harga yang tepat, dalam waktu yang tepat dan dari sumber (pemasok) yang tepat.
Meskipun pengungkapan tujuan pembelian ini benar akan tetapi setiap
bagian mempunyai banyak cabang (ramifikasi) tujuan. Pimpinan atau eksekutif
pembelian yang berpengalaman lebih menyukai menetapkan tujuan mereka dan
tanggung jawab mereka terhadap :
1. Mempertahankan pemasukan bahan yang ajeg.
2. Menghindari adanya waktu yang terbuang (menganggur) serta menghindari
diri dari kekurangan bahan.
3. Memperkecil investasi dibidang bahan dalam kaitan yang rasional.
4. Menghindarkan diri dari kerusakan, keterlambatan, atau duplikasi.
5. Mendapat sumber alternative semua bahan dan menjamin kestabilan kualitas
dan ketersediaan.
6. Membeli bahan dengan harga termurah dengan kualitas standar perusahaan.
7. Mempertahankan posisi kompetitif dengan menjaga agar biaya tetap yang
terendah.
8. Menetapkan atas interval waktu atau menetapkan batas waktu giliran dari
pengiriman baru.
9. Menetapkan haga kesepakatan antara pembeli dan penjual. Banyak penjua
yang berharap laba tinggi dengan asumsi bahwa pembeli tidak tahu batas
kontribusi. Dalam harga kesepakatan sebetulnya antara penjual dan pembeli
sangat tahu persis berapa laba yang dipungut oleh penjual.
10. Menganalisis secara kuantitatif terhadap berbagai kondisi dan situasi yang
ada pada perusahaan.
1. Kebijakan perencanaan.
Perencanaan produksi merupakan bagian dari pengawasan produksi yang
akan menetapkan bahan dan pekerjaan apa yang diperlukan untuk menghasilkan
produk yang dipesan oleh para konsumen. Jika perusahaan yang didirikan hanya
melayani pesanan maka setiap order harus dipecah kedalam setiap rekening
bahan yang sesuai dengan spesifikasinya. Yang paling utama dalam perencaaan
prodksi adalah kebijakan tentang bahan yang diperlukan yang mencakup
kuantitas, kualitas, harga, waktu atau lama bahan datang dan pesanan serta
karakteristiknya. Didalam perencanaan produksi berbagai formulir juga
disiapkan termasuk formulir pemberitahuan persediaan bahan, formulir
permintaan pembelian bahan, formulir permintaan pemakaian bahan, forlmulir
order produksi, dan berbagai formulir terkait lainnya dan hal ini tergantung pada
karekteristik produksi. Didalam perencanaan produksi harus dicantumkan berapa
karyawan yang akan dilibatkan dan bagaimana kualitas karyawan yang
diperlukan. Disamping itu juga harus ditetapkan apakah peralatan dan mesin
yang diperlukan serta karawan yang terlatih dibidangnya telah disiapkan.
2. Rutinitas.
Didalam rutinitas harus dijelaskan jalur mana dari setiap bahan atau
pekerjaan yang harus dilalui. Para perencana atau pembuat kebijakan harus ahli
betul baik secara global atau secara terperinci setiap operasionalisasi peralatan
dan mesin atau urutan pekrjaan yang akan dilalui. Para pembuat kebijakan harus
menetapkan secara jelas dan tegas setiap langkah pekerjaan. Bilamana
kemingkinan harus diungkap setiap akibat dari penyimpangan dan jalan keluar
jika terjadi penyimpangan.
3. Penetapan skedul.
Penetapan skedul merupaka bagian dari pengawasan produksi yang
menetapkan waktu yang diperlukan untuk setiap langkah operasi.dari informasi
ini, para perncana atau pembuatkebijakan dapat menyusun daftar waktu untuk
setiap penyelesaian pekerjaan. Akan tetapi sebelum batas waktu terakhir untuk
menyelesaikan order kerja maka skedul harus ditinjau ulang dan para perencana
atau pembuat kebjiakan harus mengerti skedul serta beban kerja disetiap
bagianatau departemen yang terlibat. Para perencana atau pembuat kebijakan
yang andal biasanya membuat skedul induk yang menunjukan berapa unit
produkyang akan dibuat dan diharapakan selesai setiap waktu tertentu. Jika
pekrjaan dilakukan dengan tangan dan melibatkan beberapa bagian maka perlu
memetapkan skedul pada setiap akhir minggu atau setiap hari jika
memungkinkan yang akan menunjukan harapan tingkat penyelesaian pekerjaan
dari setiap bagian pada setiap akhir minggu atau setiap hari. Skedul akhir yang
harus dipersiapkan adalah skedul menunggu kerja yang akan digunakan untuk
menunjukan jumlah kerja yang disusulkan yang harus diproses oleh setiap bagian
setiap pekerjaan baru atau produk baru diproses juga. Alangkah baiknya
manakala sekdul juga berisi skala prioritas kerja yang tinggi dan juga
mencantumkan berbagai kemungkinan dan alternatif yang akan dilalui.
4. Pengiriman (dispatching).
Pengiriman merupakan bagian pengawasan produk yang memuat batas
akhir untuk bagian operasional didalam melakukan pekerjaannya dan merupakan
rambu bagi setiap bagian untuk bersiap diri bahwa batas wajtu yang diberikan
telah mendekati habis. Didalam order kerja yang baik akan mencantukmkan jenis
pekerjaan yang harus dilakukan dan jumlah waktu yang diestimasikan untuk
menyelesaikan setiap pekerjaan atau produk.
5. Pengawasan berjalan.
Untuk memperoleh pengawasan produksi yang baik, setiap bagian yang
terlibat dalam operasionalisasi sebaiknya menetapkan dan melaporkan catatan
yang berisi tentang tingkat penyelesaian yang dicapai. Banyak sekali para
perncana yang handal dan para pembuat kebijakan mengharuskan setiap bagian
operasionalisasi untuk melaporkan laporan kinerja. Laporan ini dapat dibuat oleh
bagian operasionalisasi dan ditandatangani oleh bagian pengawasan produksi
atau jika tidak cukup dibuat oleh bagian pengawasan produksi. Sebaiknya dibuat
minimal oleh 2 (bagian) agar tingkat akurasi dan validitasnya dapat
dipertanggungjawabkan. Didalam laporan kinerja harus juga menunjukan antara
tingkat yang dicapai dan penyimpangan yang terjadi serta harus terdapat
penjelasan singkat jika terjadi penyimpangan. Setiap penyimpangan apalagi yang
sangat serius harus dapat dianalisis dan diteliti ulang. Berbagai faktor penyebab
harus dapat diungkap secara jelas sehingga para karyawan yang terlibat tidak
akan mengulangi kesalahannya dikemudian hari.
Laporan kinerja produksi sangat penting bagi pengawasan produksi.
Laporan kinerja memudahkan para manajer didalam menetapkan apakah semua
bahan yang diperlukan dan dibeli, proses produksi yang ada dan kuantitas serta
kualitas karyawan sudah benar atau tidak. Bagi manajemen ouncak laporan
kinerja dapat mengukur tingkat efisiensi produksi dan efisiensi perusahaan secara
keseluruhan beserta kontribusi efisiensi bagian produksi kepada perusahaan.
Manakala perusahaan selesai atau produk yang dihasilkan telah dikirim ke
gudang atau ke bagian pengiriman maka pengawasan produksi sudah berakhir
dan akan dimasukkan kedalam arsip pengawasan produksi. Oleh karena itu,
laporan kinerja membantu manajer produksi merencanakan dan mengawasi
pekerjaan sejenis.