Keterampilan Memberikan Penguatan Dan Keterampilan Mengadakan
Keterampilan Memberikan Penguatan Dan Keterampilan Mengadakan
Keterampilan Mengadakan Variasi
19 Apr
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali perilaku itu. Secara psikologis setiap orang mengharapkan adanya
penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan
yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan
oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang
terbaik dalam hidupnya
Seorang guru harus mengetahui tujuan memberi penguatan supaya dalam pelaksanannya guru
tidak sekedar memberikan penguatan saja, akan tetapi mengetahui benar tujuan yang harus
dicapai. Secara garis besar pemberina penguatan sebagai respon positif bertujuan untuk
mempertahankan serta meningkatkan perbuatan positif yang siswa lakukan dalam kegiatan
belajarnya sehingga siswa akan termotivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah dicapainya.
Secara terperinci Saidimin (Hamzah, 2005: 168) menyatakan bahwa keterampian memberikan
penguatan bertujuan untuk:
Walaupun keterampilan memberi penguatan sifatnya sedeehana dan dapat berdampak baik pada
siswa, terkadang pemberian penguatan juga dapat membuat siswa enggan belajar karna
penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki dan prilaku siswa. Untuk itu
guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian penguatan agar tidak terjadi
kesalahan dalam penerapannya., adapun prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna sendiri di hati anak.
Melihat gurunya antusias, anak yang tadinya malas, mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas
lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran. Jadi bila sebelumnya hanya sebagian siswa
yang aktif di dalam pembelajaran, antusiasme yang ditampilkan guru dapat menarik yang belum
aktif menjadi aktif.
1. Kebermaknan
Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin tahu siswa terpenuhi,
akibatnya mereka merasakan bahwa belajar membuat mereka jadi tahu banyak hal. Apa yang
mereka ketahui tersebut membantu mereka menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang
mungkin sebelumnya membuat mereka penasaran atau bingung.
Contohnya saat ada seorang anak yang yang tidak memperhatikan guru dan saat diberikan
latihan anak itu tidak bisa menjawab. Guru tidak boleh mengatakan hal- hal seperti “makanya,
perhatikan saat saya menjelaskan. Jangan sok tau !”. Ucapan atau tanggapan negatif yang
diberikan guru dapat merusak kondisi kelas. Tidak hanya anak yang mendapat perlakuan tidak
enak saja yang terpengaruh, anak lain akan ikut terkena dampaknya.
Contohnya saat guru memberikan sebuah pertanyaan dan salah seorang anak menjawab dengan
benar, maka penguatan yang diberikan harus segera setelah anak itu menjawab supaya anak akan
lansung termotivasi
Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 2 x 35 menit. Agar tidak
membosankan dan suasana selalu hidup, guru harus pintar menvariasikan berbagai bentuk
penguatan. Kadang kala mengatakan bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol,
berikutnya tersenym sambil mengangukan kepala, lalau mendekati anak, begitu seterusnya.
Sehingga ucapan atau tanggapan yang sama tidak keluar brulang-ulang dalam waktu terbatas.
Penggunaan keterampilan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati- hati,
disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan dan
sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna bagi siswa. Beberapa komponen keterampilan
memberikn penguatan ialah sebagai berikut:
1. Penguatan Verbal
Salah satu penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi siswa agar berpartisipasi
pembelajaran adalah lewat ucapan. Penguatan verbal dapat diberikan dengan komentar guru
berupa kata- kata pujian, dukungan, dan pengakuan sebagai penguatan tingkah laku dan kinerja
siswa. Komentar tersebut merupakan balikan ( feed back) yang dapat dilakukan guru atas prilaku
siswa. Adapun bentuk komponen penguatan verbal yaitu melalui kata- kata dan kalimat.
Andi mengacungkan tangan dan menjawab “ jantung dan pembuluh darah, Bu!”
Andi menjawab “Jantung berfungsi memompa darah, sedangkan pembuluh darah berfungsi
sebagai saluran tempat mengalirnya darah dari jantung keseluruh tubuh maupun sebaliknnya”
Guru menanggapi, “ Hebat Andi, kita beri tepuk tangan untuk Andi.”
Pemberian penguatan oleh guru terhadap prilaku siswa akan mendorong siswa tersebut agar
berbuat lebih baik lagi. Penguatan non verbal adalah segala aktivitas guru, berupa gerak isyarat
yang dapat memberikan dorongan bagi aktivitas belajar siswa secara positif.
Menurut Hamzah B. Uno (2005: 169) beberapa komponen keterampilan pemberian penguatan
yang termasuk kedalam penguatan nonverbal yaitu:
1) Penguatan gestural, penguatan ini diberikan dalam bentuk mimic, gerakan wajah atau
anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya, tersenyum, tepuk tangan,
anggukan tanda setuju dn menaikkan ibu jari tanda “jempolan”.
2) Penguatan dengan cara mendekati, dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk
menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku atau penampilan siswa. Misalnya,
guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri disamping siswa.
3) Penguatan dengan sentuhan, guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan
menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa.
4) Penguatan berupa tanda atau benda, bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis
pada buku pekerjaan, pemberian permen, dll.
5) Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan, penguatan ini dapat berupa
meminta siswa membantu temannya apabila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu
dengan tepat, siswa diminta memimpin kegiatan.
Contoh pemberian penguatan nonverbal:
Guru memberi pertanyaan kepada siswa “Faktor- faktor apa saja yang dibutuhkan agar proses
fotosintesis dapat berlangsung?”
Setelah mendengar jawaban tina, guru menganggukkan kepala tanda setuju dan mengacungkan
jempolnya seraya mengatakan “Ya benar”
Variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam konteks
pembelajaran yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat
belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktiakn dengan ketekunan,
antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa
dipaksa teruus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajaran, apalagi guru saat
mengajar tidak menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian,
mengantuk dan mengalami kebosanan.
Faktor kebosanan yang dirasakan oleh siswa dalam proses pembelajaran disebabkan karena
proses pembelajaran yang monoton artinya guru dalam mengajar dari awal hingga akhir hanya
member ceramah. Dalam hal ini variasi dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk:
Dalam proses pembelajaran, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar
kegiatan pembelajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatifbelajar tentu saja
diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara
memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip- prinsip itu adalah:
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai
Contohnya saat guru melihat banyak siswa yang merasa bosan, maka guru harus mengadakan
variasi dalam pembelajaran untuk membangkitkan semangat siswa seperti melakukan kontak
pandang dengan siswa yang mulai bosan.
1. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan
merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu proses pembelajaran
2. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati
siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru, siswa selalu ingin dekat dengan
guru. Ketiadaan guru barang sehari disekolah tidak jarang dipertanyakan, siswa merasa rindu
untuk selalu dekat disisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan
pendekatannya yang sesuai dengan psikologi siswa. Variasi mengajar mempunyai relevansi
dengan gaya belajar siswa, disela-sela penjelasan selalu diselingi dengan humor pendekatan yang
edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga komponen yaitu: variasi gaya mengajar,
variasi penggunaan media dan variasi pola interaksi.Ketiga jenis komponen variasi tersebut
mempunyai prinsip dan tujuan masing-masing. Berikut ini di uraikan secara jelas ketiga jenis
komponen variasi tersebut.
Variasi ini meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan dan variasi perpindahan posisi
guru dalam kelas. Perilaku guru dalam mengadakan variasi tersebut dalam proses belajar
mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan peserta didik,
menarik perhatian peserta didik, menolong penerimaan bahan pengajaran dan memberikan
stimulasi (dorongan atau pemberi semangat).Variasi dalam gaya mengajar ini adalah:
Sebagian kegiatan yang berlangsung di kelas bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru
secara lisan, sehingga suara guru merupakan faktor yang sangat penting pada setiap proses
pembelajaran di kelas. Guru harus pandai memvariasikan intonasi suaranya dari besar ke kecil,
dari tinggi ke rendah, dari nada sedih ke gembira, memberi tekanan pada kalimat tertentu dan
sebagainya.
Contoh:
Saat menjelaskan mengenai fotosintesis: “Jadi Fotosintesis merupakan proses pembuatan
makanan pada tumbuhan hijau. Proses fotosintesis ini memerlukan bantuan sinar matahari” pada
saat mengatakan hal ini guru memberi penekanan, penekanan menggunakan nada tinggi pada
kalimat yang digaris bawahi dan menggunakan nada rendah pada kalimat yang dicetak miring.
Pemusatan perhatian dapat dilakukan guru dengan cara mengucapkan kata-kata tertentu secara
khusus diiringi isyarat/gerakan seperlunya.
Contoh:
Saat mengatakan “ magnet memiliki dua kutub” sambil memegang sebuah magnet guru
menunjukkan mana yang kutub utara dan selatan dari magnet tersebut.
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru
menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Cara ini dapat
dilakukan ketika guru sedang berbicara tetapi ada siswa yang asyik sendiri, tidak mendengarkan
atau bahkan ada yang ngantuk.
Contoh:
Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan
menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan adanya
hubungan yang akrab dengan mereka.
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa,
terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas, gerakan hendaknya bebas. Tidak
kaku dan hindarkan tingkah laku negative.
Contoh:
Dalam proses pembelajaran guru tidak harus hanya berdiri didepan kelas, sesekali guru perlu
berjalan kebelakanng kelas, berkeliling kelas, untuk memantau seluruh siswa.
Tiap peserta didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun
penglihatan, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang labih enak atau senang membaca,
ada yang lebih senang mendengar dulu baru membaca, dan ada yang sebaliknya. Dengan variasi
penggunaan media adalah Wahana menyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajar khusus
untuk komunikasi, seperti buku, majalah globe, peta, majalah dinding, film, film strip, TV, radio,
tape recorder, gambar grafik, model, dokumentasi, dan lain-lain.
Contohnya dalam proses pembelajaran guru menggunakan media pembelajaran yang variatif
seperti guru membawa peta provinsi Riau pada saat memberikan materi pelajaran IPS, dan lain
sebagainya.
Pada umumnya proses belajar mengajar dikelas, suara guru adalah alat utama dalam
berkomunikasi, variasi dalam penggunaan media sangat memerlukan saling bergantian atau
kombinasi dengan media pandang dan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media
dengar yang dapat dipakai untuk itu, diantaranya ialah pembicaraan peserta didik, rekaman bunyi
dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan rek suara ikan lumba-lumba,
yang semua itu dapat memiliki relevansi dengan pengajaran. Jadi siswa tidak semata- mata hanya
mendengar suara dari guru saja.
Contohnya, sesekali guru harus membuat suasana belajar yang berbeda dengan menampilkan
beberapa nenerapa variasi media dengar untuk siswa contohnya dalam pelajaran seni musik, guru
membawa rekaman musik yang sesuai dengan tema saat itu.
Yang dimaksud dengan variasi intraksi adalah frekuensi atau banyak sedikitnya pergantian aksi
antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa secara tepat. Mengajar bukanlah menuangkan
seperangkat pengetahuan kepada sesuatu yang mati. Siswa bukanlah kaleng yang kosong
melainkan sesuatu yang hidup dan dinamis serta penuh emosi. Siswa berintraksi terhadap
lingkunga tidak hanya secara intelektual tetapi secara fisik,emosional dan sosial.
Pola ini dalam kegiatan pembelajaran di dominasi oleh guru, sehingga bersifat”teacher centered”
gaya interksi ini misalnya guru berceramah untuk seluruh kelas bukan kepada individu tertentu.
Pola ini juga merupakan pendahuluan bahan pengajaran baru untuk merangsang perhatian murid.
Cara ini dimaksutkan agar murid menyadari betapa terbatasnya pengetahuan mereka tentang
suatu masalah tertentu.
Pembicaraan di kelas ini memberikan manfaat kapada pengajar karena itu dapat menjajaki sejauh
mana murid telah mengetahuai hal yang akan diajarka. Selanjutnya ia dapat menentukan, dari
mana serta sampai berapa dalam ia akan membahas bahan pengajaran yang bersangkutan.
Contohnya, pada saat guru memberikan penjelasan kepada seluruh siswa dikelas, pada saat itulah
terjadi interaksi antara guru dan kelompok siswa.
Contoohnya, guru memberikan pertanyaan kepada siswa “ bagaimana proses pembuatan magnet
secara induksi” Andi mengacungkan tangan dan menjawab “ pembuatan magnet secara induksi
dilakukan dengan cara menempelkan benda- benda yang terbuat dari logam (besi atau beja )
dengan magnet”. Pada saat ini terjadilah interaksi antara guru dengan siswa.
Pola ini bersifat “student centered” sesudah memberikan pengarahan, guru melontarkan masalah
keseluruh kelas agar terjadi diskusi antara siswa untuk memecahkan masalah. Bentuk diskusi
yang kecil atau secara berpasangan.
Contohnya, guru memberikan sebuah masalah kepada siswa “Mengapa sebuah es meleleh
setelah beberapa saat dikeluarkan dari kulkas?” guru memerintahkan siswa untuk berdiskusi
dengn teman sebangkunya. Saat itulah terjadi interaksi antara siswa dengan siswa.