PENGAKUAN PENDAPATAN
KELOMPOK X
1. PUTU ANDY SUARNA DWIPA ( 1807531078 )
2. FLORENSIA DEVIANA PURBA ( 1807531086 )
3. I GUSTI AGUNG BAGUS DHIMAS K. ( 1807531091 )
B. Penjualan jasa
Berbeda dengan penjualan barang yang bisa diukur dengan jelas,
jika dalam perusahaan dagang maka kita dapat tahu apakah barang sudah
dibeli dan dikirim ke penjual, apakah kita masih memiliki kewajiban
terkait barang dengan konsumen, atau bahkan barang belum dibeli dan
belum juga dikirim ke konsumen. Sementara pada jasa, bila pengerjaannya
memakan waktu melebihi satu periode (bulan atau tahun) bagaimana
mengakui pendapatannya? Apakah harus diakui setelah satu pekerjaan
selesai atau harus diakui setelah pekerjaan selesai semua? PSAK 23
mensyaratkan pengakuan pendapatan jasa dengan cara sebagai berikut:
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat
diestimasi secara andal (dapat dipertanggungjawabkan), maka pendapatan
yang berhubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan.
Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal (dapat
dipertanggungjawabkan) jika seluruh kondisi berikut terpenuhi:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal (dapat
dipertanggungjawabkan)
b. Kemungkinan besar manfaat ekonomis sehubungan dengan
transaksi tersebut akan mengalir ke entitas
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode
pelaporan dapat diukur secara andal
d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur secara andal (dapat
dipertanggungjawabkan)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa cara pengakuan penjualan jasa
adalah menggunakan penghitungan tingkat penyelesaian pekerjaan..
Biasanya dalam kontrak sudah menyebutkan nilai kontraknya dan
perusahaan sudah memiliki estimasi mengenai berapa biaya yang akan
keluar terkait pekerjaan tersebut. Sehingga ketika perusahaan ikut tender,
atau ketika perusahaan ditawarkan proyek tertentu perusahaan sudah
memiliki estimasi berapa besarnya profit yang akan didapat.
Bagaimana cara mengukur tingkat penyelesaian? Ada 3 indikator yang
dapat dipakai untuk mengukur tingkat penyelesesaian yaitu;
a. Survei langsung terhadap pekerjaan dan melihat secara fisik sudah
sampai tahap mana pekerjaan dilakukan
b. Jasa yang sudah dilakukan hingga tanggal tertentu
c. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi total
biaya transaksi yang bersangkutan
Jumlah penerimaan atas kontrak tidak bisa dijadikan patokan
persentase Penyelesaian karena kurang menggambarkan keadaan
sebenarnya. Disisi lain, karena penerimaan bisa saja sangat tergantung dari
klausul kontrak. Bisa 100% diawal dan lunas, bisa 100% diakhir masa
kontrak, bisa juga 50% awal dan 50% akhir, atau dibagi selama masa
kontrak.
Dari ketiga indikator ini, bila indikator pertama bisa digunakan maka
indikator survei langsung berdasarkan fisik pekerjaan yang harus dipakai.
Bila indikator pertama ini tidak dapat dijalankan, maka baru bisa beralih
ke indikator kedua (jasa yang sudah diberikan) dan ketiga (biaya terkait
pekerjaan). Mengapa demikian? Karena pada praktiknya ada beberapa
pekerjaan yang tidak signifikan, signifikan, atau menjadi inti dari
pekerjaan tersebut dan dapat dilakukan segera di awal kontrak.
Sebagai contoh, PT MSI menerima pekerjaan untuk mendesain
sepatu militer dari pemerintah. Pekerjaan tersebut mencakup:
a. Mencari bahan terbaik untuk sepatu tersebut
b. Mencari bentuk terbaik dari sepatu agar sesuai dengan kebutuhan
militer
c. Mencari motif terbaik agar sepatu tidak mencolok
Nilai kontrak adalah sebesar Rp 2 Miliar dan dikerjakan selama 3
bulan, yaitu November 2015, Desember 2015, dan Januari 2017 .
Pemerintah membayar sebesar 30% dari nilai kontrak di awal penugasan
dan 70% bila pekerjaan sudah selesai. Maka, PT MSI menjurnal sebagai
berikut
Kas Rp 600.000.000
Utang Usaha Rp 600.000.000
Kondisi 1: pekerjaan selesai di bulan pertama masih dibawah 30%
(tingkat penyelesaian masih dibawah DP). Saat bulan november, pekerjaan
ternyata baru selesai 25% saja. Maka perusahaan menjurnal sebagai
berikut:
C. Bunga,royalty,dan dividen
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh
pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen harus
diakui atas dasar :
1. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang
memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut
2. Royalty harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi
perjanjian yang relevan
3. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai diakui bila hak
pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Pengakuan atas dasar tersebut dilakukan bila besar
kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh perusahaan dan jumlah pendapatan
dapat diukur secara andal.
3.2 Saran
Sebaiknya kita memahami dengan betul mengenai pengakuan pendapatan.
Mengingat pendapatan salah satu hal yang penting dalam mengetahui bagaimana
keadaan dari suatu perusahaan. Bila terjadi kesalahan dalam mengakui
pendapatan, tentunya akan mengurangi keakuratan laporan keuangan dan berakhir
pada pengambilan keputusan yang salah untuk tindakan di masa mendatang dan
berimbas pada keberlangsungan perusahaan tersebut.
Daftar Pustaka
Anonim. Sistem Akuntansi. http://sistem-
akuntansi1000.blogspot.com/2012/09/prinsip-pengakuan-pendapatan.html.
Diakses pada 18 April 2019.
Prayudiawan,Hepi. PSAK 23 (revisi2010): Pendapatan.
https://hepiprayudi.wordpress.com/2010/12/12/psak-23-revisi2010-pendapatan/.
Diakses pada 18 April 2019.
Munandar,Asdar. Akuntansi Pendapatan.
https://asdarmunandar.blogspot.com/2012/01/pendapatan-dan-beban.html.
Diakses pada 19 April 2019.