Anda di halaman 1dari 5

PAPER

TEORI ENDOSIMBION
ULANGAN TENGAH SEMESTER
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evolusi
Dosen Pengampu :
Muhammad Iqbal Filayani S.Si., M.Si.

Oleh:

Nailal Muna (12208183101)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TADRIS BIOLOGI 5B
November 2020
TEORI ENDOSIMBION

Selama lebih dari 100 tahun, teori endosimbiotik telah memikirkan tentang
perbedaan antara sel prokariotik dan eukariotik. Lebih dari 20 versi berbeda dari teori
endosimbiotik telah disajikan dalam literatur untuk menjelaskan asal mula eukariota dan
mitokondria mereka. Sangat sedikit dari model tersebut yang menjelaskan anaerob
eukariotik. Peran energi dan batasan energetik yang ditempatkan organisasi sel
prokariotik pada inovasi evolusioner dalam sejarah sel baru-baru ini ditopang oleh teori
endosimbiotik. Hanya sel yang memiliki mitokondria yang memiliki sarana bioenergi
untuk mencapai kompleksitas sel eukariotik, itulah sebabnya mengapa tidak ada
perantara sejati dalam transisi prokariota-ke-eukariota. Versi terbaru dari teori
endosimbiotik menyatakan bahwa inang adalah archaeon (archaebacterium), bukan
eukariota. Oleh karena itu, sejarah evolusi dan biologi archaea semakin berkaitan
dengan asal usul eukariotik, lebih dari sebelumnya. Di sini, kami telah mengumpulkan
survei teori endosimbiotik untuk asal eukariota dan mitokondria, dan untuk asal usul inti
eukariotik, meringkas esensi masing-masing dan membandingkan beberapa prediksi
mereka dengan pengamatan. Aspek baru endosimbiosis dalam evolusi eukariota
menjadi fokus dari pertimbangan ini: inang asal plastida adalah anaerob fakultatif.
meringkas hal-hal penting dari masing-masing dan membandingkan beberapa prediksi
mereka dengan observasi. Aspek baru endosimbiosis dalam evolusi eukariota menjadi
fokus dari pertimbangan ini: inang asal plastida adalah anaerob fakultatif. meringkas
hal-hal penting dari masing-masing dan membandingkan beberapa prediksi mereka
dengan observasi. Aspek baru endosimbiosis dalam evolusi eukariota menjadi fokus
dari pertimbangan ini: inang asal plastida adalah anaerob fakultatif.

Kejadian yang paling menonjol dalam sejarah evolusi organisme adalah transisi
dari prokariot (sel tanpa inti) menjadi eukariot (sel dengan inti). Tahun 1920-an, Ivan
Wallin telah menduga bahwa sel eukariot berasal dari koloni bakteri. Baru kemudian
tahun 1981 Margulis mengajukan Teori Endosimbiosis Serial (TES), yaitu evolusi sel
eukariot melibatkan simbiosis dari beberapa sel nenek moyang yang saling bebas dalam
urutan yang spesifik. Para nenek moyang ini terdiri atas sel inang (arkea metanogen
serupa Thermoplasma), nenek moyang mitokondria (serupa Daptobacter
dan Bdellovibrio), nenek moyang kloroplas (serupa Cyanobacter) dan nenek moyang
struktur pergerakan selular (serupa Spirochete). Para nenek moyang simbion masuk ke
sel inang sebagai makanan yang tidak dicerna atau sebagai parasit internal yang
kemudian antar mereka saling bekerjasama yang disebut endosimbiosis. Ketika mereka
menjadi saling tergantung maka simbiosis antar mereka menjadi saling tak terpisahkan.
"Life did not take over the globe by combat, but by networking".

BUKTI ILMIAH TEORI ENDOSIMBION

Bukti eksperimental terhadap TES dilakukan oleh Kwang W Jeon (1991)


dengan cara menginfeksikan bakteri ke amuba, dan berhasil. Bukti lainnya
adalah mitokondria dan kloroplas yang ditemukan dalam sel-sel eukariot
modern ternyata mempunyai genom tersendiri yang berbentuk sirkular
sebagaimana halnya pada prokariot, dan juga mempunyai mesin sintesis protein
yang terpisah dari inti. Yang sulit dibuktikan sampai sekarang adalah asal-usul struktur
pergerakan eukariot atau undulipodia. Ultrastruktur undulipodia jauh lebih besar dan
kompleks dibanding prokariot membuktikan berasal dari simbiosis (hipotesis eksogen)
atau undulipodia berkembang secara internal sebagai perpanjangan dari tubulus mikro
yang dikenal sebagai filiasi langsung dan kejadian mutasi (hipotesis endogen).

ANALISIS TEORI ENDOSIMBION

Kronologi TES: sel-sel arkea dan eubakteri bergabung dalam kondisi anaerob;
sel-sel arkea menyediakan sitoplasma sedangkan spiroket menyediakan pergerakan dan
mitosis; beberapa sel bergabung dengan eubakteria pengguna oksigen yang
memunculkan sel yang bersifat aerobik; beberapa sel bergabung dengan cyanobakter
fotosintetik yang memunculkan sel yang bisa berfotosintesis.

Kronologi diatas menghasilkan tiga domain kehidupan, yaitu arkea, eubakteri


dan eukarya, yang konsisten dengan sistem klasifikasi yang banyak diterima orang.

TES tidak bisa memastikan asal-usul inti sel. Pandangan tradisional terhadap
asal-usul inti menyatakan bahwa genom inti berkembang melalui evolusi langsung dari
nenek moyang arkea. Di lain pihak, Margulis cenderung berpendapat bahwa inti sel
pada eukariotik berasal dari filiasi langsung dan simbiosis. Bukti adanya filisasi
langsung ini didukung oleh kemampuan membran sel melipat kemudian mendesak
material pewarisan (DNA) ke arah tengah sel. Sedangkankejadian fusi (simbiosis)-nya
tidak berasalan karena kemampuan membungkus mangsa belum pernah ditemukan pada
bakteri modern.

Golding dan Gupta (1996) mengajukan pandangan alternatif yang disebutnya


sebagai model kimera, yaitu penggabungan antara eubakteri Gram negatif sebagai inang
dan arkea sebagai simbion. Pada kenyataannya sel-sel prokariotik adalah homogenomik,
sedangkan sel eukariot adalah heterogenomik (mempunyai material genetik dari lebih
dua induk). Salah satu buktinya adalah runutan protein eukariota lebih mirip ke arkea
dibanding ke eubakteria.

Martin dan Müller (1998) menambahkan bukti TES dengan mengajukan


hipotesis hidrogen, yaitu penyatuan antara sel inang arkea metanogen
(mengkonsumsi hidrogen dan karbondioksida) dan simbion mitokondria yang
menghasilkan hidrogen dan karbondioksida. Mengikuti prinsip seleksi, inang
menjadi tergantung ke hidrogen yang dihasilkan oleh simbion. Sayang sekali, pendapat
Martin dan Muller ini tidak memperhatikan waktu kemunculan sel-sel simbion, yaitu
eukariota berpisah dari arkea jauh sebelum arkea dikelompok-kelompokkan seperti
yang ada sekarang. Untuk mengkonfimasi hipotesis hidrogen ini, analisis terhadap
runutan lengkap genom eukariota dan arkea harus segera diselesaikan (Vogel 1998).
López-García dan Moreira (1998) berusaha menerangkan lebih ditil kejadian simbiosis
dalam TES, yaitu simbiosis terjadi antara arkea metanogen yang menyediakan material
inti dan nenek moyang sulfate-respiring delta-proteobakterium menyediakan hampir
semua mesin-mesin metabolisme. Pendapat ini dikenal dengan hipotesis sintropik.

Dalam 30 tahun terakhir ini terjadi akumulasi data runutan protein dan DNA
yang merevisi TES secara kontinyu. Setidaknya, landasan teori simbiosis sudah lebih
bisa diterima oleh komunitas ilmiah sebagai mekanisme evolusi eukariot. Namun
begitu, masih dibutuhkan tambahan data runutan DNA dan meninjau ulang catatan fosil
untuk mengungkapkan permasalahan yang paling menantang dan menarik dalam bidang
biologi evolusi, yaitu asal-usul eukariot.
DAFTAR PUSTAKA

Martin WF, Garg S, Zimorski V. 2015 Teori endosimbiotik untuk asal eukariota. Phil.
Trans. R. Soc. B 370: 20140330.

Davidov Y, Huchon D, Koval SF, Jurkevitch E. 2006 Klade alfa-proteobakteri baru dari
Bdellovibrioseperti predator: implikasi untuk teori endosimbiosis mitokondria.
Mengepung. Mikrobiol. 8, 2179– 2188. (doi: 10.1111 / j.1462-2920.2006.01101.x)

1977 Endosimbion dan asal mitokondria. J. Mol. Evol. 10, 93–96. (doi: 10.1007 / BF

Keeling PJ. 2013 Jumlah, kecepatan, dan dampak endosimbiosis plastid dalam evolusi
eukariotik. Annu. Rev. Plant. Biol. 64, 583–607. (doi: 10.1146 / annurev-arplant-
050312-120144)01751802)hperspect.a016097)

Gray MW. 2014 Hipotesis pra-endosimbion: perspektif baru tentang asal mula dan
evolusi mitokondria. Cold Spring Harb. Perspect. Biol. 6, a016097. (doi: 10.1101 /
cshperspect.a016097)

Wilson EB. 1928 Sel dalam perkembangan dan keturunan, Edisi revisi ke-3. New York,
NY: Macmillan. (Dicetak ulang 1987 oleh Garland Publishing, New York.) Buchner P.
1953 Endosimbiose

CD von Dohlen, Kohler S, Alsop ST, McManus WR. 2001 Mealybug b- proteobacterial
endosymbionts mengandung g- simbion proteobakteri. Alam 412, 433–436. (doi:
10.1038 / 35086563)

Anda mungkin juga menyukai