Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KONSEP RECOVERY DAN

SUPPORTIVE ENVIRONMENT DALAM PERAWATAN KLIEN


GANGGUAN JIWA SERTA MANAJEMEN PELAYANAN
KEPERAWATAN JIWA

Di Susun Oleh Kelompok 4


Kelas 3C/S1 Keperawatan
Nama Kelompok
1. Afiati Defita
2. Ahmad Saputra
3. Alfiyani Meilasari
4. Alief Azizah
5. Kholifah Noor Aini
6. Miftachul Rudiyanto
7. Nafi’un Ni’am
8. Nur Cholifah
9. Nurfaiz Najunda Sari
10. Paquita Chandra Nur R
11. Vina Wulandari

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2019


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “KONSEP RECOVERY DAN
SUPPORTIVE ENVIRONMENT DALAM PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA SERTA
MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA”. Penyusunan makalah ini merupakan
salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan,
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, Kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya dalam memajukan pendidikan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita. Amiin
Wassalamualaikum wr. wb

Kudus, 20 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................................

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A.Konsep Recovery...............................................................................................

B.Mental Health Recovery Model in Psychiatric Nursing....................................

C.Manfaat Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan.....................................

D.Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa.............................................

E.Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat....................................................................

F.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada CMHN............................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan
perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan
masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti
keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan
jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada
tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa
(Videbeck, 2008).
Beberapa kondisi lain akan memperburuk klien dengan gangguan mental.
Diantaranya adalah adanya stigma dalam masyarakat. Stigma ini berlangsung turun
menurun dalam bentuk anggapan bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa tidak bisa
apa-apa, serta sikap penolakan dari masyarakat (denial or rejection) (Eleanor Longden,
2010). Adanya anggapan bahwa gangguan jiwa terutama Skizofrenia merupakan
penyakit seumur hidup dan perlu makan obat seumur hidup.
Kondisi ini diperburuk dengan lingkungan yang tidak memberikan kepercayaan dan
tidak mendukung mereka. Lingkungan tersebut telah membuat klien semakin tidak
percaya diri dan semakin merasa tidak berdaya (Coffey & Hewitt, 2007). Bila
berlangsung terusmenerus dampaknya mengakibatkan klien tidak mandiri, tidak mampu
mengendalikan kehidupannya, serta selalu tergantung pada orang lain (Coffey & Hewitt,
2007). Salah satu cirinya adalah klien dengan gangguan jiwa sering kambuh, sehingga
menjadi beban, tidak hanya bagi keluarga, tapi juga masyarakat dan negara. Menurut
WHO (2010), gangguan jiwa sudah menjadi the global burden of disease karena mereka
tdk bisa hidup produktif. Karena itu pelayanan kepada orang yang mengalami gangguan
jiwa harus berobah. The services are no longer focus only on treatment. But rather on
recovery after treatment to better quality of life
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari recovery?

2. Apa yang dimaksud dengan Mental Health Recovery Model in Psychiatric Nursing?

3. Apa Manfaat Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan?

4. Apa saja konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa?

5. Apa upaya kesehatan jiwa masyarakat?

6. Bagaimana proses keperawatan kesehatan jiwa pada CMHN?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dari recovery

2. Mengetahi apa itu Mental Health Recovery Model in Psychiatric Nursing

3. Mengetahui Manfaat Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan

4. Mengetahui Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa

5. Mengetahui upaya kesehatan jiwa masyarakat

6. Mengetahui proses keperawatan kesehatan jiwa pada CMHN


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Recovery
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta
produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna
di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006
dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup,
bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al,
2008 dalam Stuart 2013).

Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat
pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh
setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-orang
yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan
pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan
proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai.
Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi,
perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan
kecukupan diri (Stuart, 2013)

Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi:


tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan
penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan
penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan
pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen
multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi,
pakar konsumen dan teman sejawat, manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil
kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen
yaitu: individu, keluarga dan komunitas (Stuart, 2013)

B. Mental Health Recovery Model in Psychiatric Nursing


Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau
sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa
recovery memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus
pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi
dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada
hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup.

Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa pentingnya hubungan
interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-patient menjadi
nurse-partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013)
menyatakan pentingnya meningkatkan peran individu dan keluarga dalam proses
recovery. Caldwell et al (2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus
mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan menyarankan cara
memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery.

Models, Theories, and Therapies in Current Practice

No Theorist Model/Theory Focus of Nursing

1 Dorothy Johnson Behavioral system Membantu pasien kembali pada keadaan


seimbang ketika mengalami stess melalui
pengurangan atau menghilangkan sumber
stress dan mendukung proses adaptif
(Johnson, 1980)

2 Imogene King Goal attainment Membangun hubungan interpersonal dan


membantu pasien untuk mencapai tujuan
nya berdasakan peran nya dalam konteks
sosial (King, 1981)

3 Betty Neuman System Model Membangun hubungan perawat-pasien


untuk membantu menghadapi respon stres
(1982)

4 Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi defisit perawatan diri dan


mendorong pasien untuk terlibat secara
aktif pada perawatan diri mereka (Orem,
2001)
5 Hildegard Peplau Interpersonal Menggunakan hubungan interpersonal
Relations sebagai alat terapeutik untuk
menyembuhkan dan mengurangi
kecemasan (Peplau, 1992)

6 Jean Watson Transpersonal Caring merupakan prosedur dan tugas


Caring penting; membangun hubungan perawat-
pasien sehingga menghasilkan Therapeutic
Outcome (Watson, 2007)

C. Manfaat Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan


Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa yang
bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan
dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis.
Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada
kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau
penyembuhan.
Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan oleh
klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu terapi
tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting
dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan
bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa.
Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan
menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien
dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat
memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan
(Stuart, 2013).

D. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa


Menurut Yosep, Iyus, dkk, (2014) dalam bukunya yang berjudul Keperawatan Jiwa,
menjelaskan bahwa konseptual model keperawatan kesehatan jiwa dikelompokkan 6
model sebagai berikut:
1. Psychoanalitycal
Menurut konsep keperawatan kesehatan jiwa model ini menjelaskan bahwa
gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego atau akal tidak berfungsi
dalam mengkontrol kehendak nafsu atau insting. Ketidakmampuan seseorang
dalam menggunakan akalnya untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,agama,
akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku. Faktor penyebab lain
gangguan jiwa dalam medol ini adalah konflik intrapsikis terutama pada masa
anak-anak. Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi
bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu.
Misal pasien dibuat dalam keadaan mengantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak
berdaya pengalam bawah alam sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan
untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic
yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Peran perawat dalam metode
ini adalah berupaya melakukan assesment atau pengkajian mengenai keadaan-
keadaan traumatik atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu, dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2. Interpersonal
Menurut konsep model ini kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety), ansietas timbul
dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain
(interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya
ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi menurut
konsep ini adalah Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman bagi
klien), Trusting Relationship and Interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan
yang saling percaya) dan membina kepuasaan dalam bergaul dengan orang lain
sehingga pasien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam model
konsep ini adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa
yang dirasakan pasien, apa yang dicemaskan oleh pasien saat berhubungan dengan
orang lain), theraspist use empathyand relationship (perawat berupaya bersikap
empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh pasien). Perawat
memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman pasien dalam berhubungan
dengan orang lain seperti: “Saya senang berbicara dengan anda, saya siap
membantu anda, anda sangat menyenangkan bagi saya”.
3. Social
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan
perilaku apabila banyak faktor sosial dan faktor lingkungan yang akan memicu
munculnya stress pada seseorang. Akumulasi stressor yang ada pada lingkungan
seperti; bising, macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga barang yang mahal
akan mencetuskan stress pada individu. Prinsip proses terapi pada konsep model
ini adalah Environment Maniulation and Social Support (pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh di rumah harus bersih,
harus, tidak bising, ventilasi yamg cukup. Peran perawat dalam memberikan terapi
menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan
sumber yang ada di masyarakat dengan melibatkan teman sejawat, atasan,
keluarga. Sedangkan perawat berupaya untuk menggali sistem sosial pasien
seperti suasana di rumah, di kantor, dan di masyarakat.
4. Exitensial
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau ganggua jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Body image-nya. Prinsip dalam proses terapinya adalah
mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap
sebagai panutan, memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi, bergaul
dengan kelompok sosial dan kemanusiaan, mendorong untuk menerima jati
dirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang
lain.Prinsip keperawatannya adalah pasien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang bearti untuk mempelajari dirinya dan mendapat
feedback dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Perawat
berupaya untuk memperluas kesadaran diri pasien melaui feedback, kritik saran
atau reward and punishment.
5. Supportive Therapy
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah faktor biopsikososial dan
respon maladaptif saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti sering sakit
maag, migrain, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan
seperti mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah.
Aspek sosialnya memiliki masalah seperti susah bergaul, menarik diri, tidak
disukai, bermusuhan. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam
beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya
dengan masa lalu. Prinspi proses terapinya adalah menguatkan respon coping
adaptif, individu diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa
yang ada pada dirinya, kekuatan mana yang dapat dipakai alternatif pemecah
masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi
coping yang dimiliki dan yang bisa digunakan pasien dan juga berupaya menjalin
hubungan yang hangat dan empatik dengan pasien untuk menyiapkan coping
pasien yang adaptif.
6. Medical
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan faktor sosial. Sehingga
fokus piñata laksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi
somatik, farmakologi dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam
berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostik dan terapi
jangka panjang.

E. Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat


Upaya kesehatan jiwa masyarakat meliputi seluruh level dan tindakan
keperawatan kesehatan jiwa. Merupakan pelayanan paripurna, mulai dari pelayanan
kesehatan jiwa spesialistik, integratif, dan pelayanan yang berfokus masyarakat.
Selain itu, memberdayakan seluruh potensi dan sumber daya di masyarakat sehingga
terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya. Pelayanan
kesehatan jiwa spesialistik dilaksanakan di rumah sakit jiwa dengan berbagai
penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP) yang telah dikembangkan.
Pelayanan kesehatan jiwa integratif merupakan pelayanan kesehatan jiwa yang
dilaksanakan di rumah sakit umum. Pelayanan ini berbentuk unit perawatan intensif
kejiwaan (psychiatric intensive care unit - PICU) dan konsultan penghubung
keperawatan kesehatan mental (consultant liaison mental health nursing - CLMHN).
Unit psikiatri di rumah sakit umum merupakan sarana pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa jangka pendek (short term hospitalization), sedangkan CLMHN
merupakan sarana merawat pasien gangguan fisik umum yang mengalami masalah
psikososial. Pelayanan kesehatan jiwa berfokus pada masyarakat dimulai dari
pelayanan tingkat kabupaten/kota, puskesmas, kelompok khusus sampai keluarga.
Pelayanan ini dikenal dengan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat (community
mental health nursing - CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa di CMHN ini dimulai dari
level lanjut (advance), menengah (intermediate), dan dasar (basic). Pemberdayaan
seluruh potensi dan sumber daya masyarakat dilaksanakan dalam bentuk
pengembangan desa siaga sehat jiwa (DSSJ), serta melakukan revitalisasi kader
dengan membentuk kader kesehatan jiwa (KKJ) sebagai fasilitator masyarakat dalam
mengembangkan kesehatan jiwa masyarakat. Pada kelompok khusus dapat dibentuk
kelompok swadaya (selfhelp group - SHG) dan usaha kesehatan sekolah tentang
kesehatan jiwa (UKSJ).

F. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada CMHN


Pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien adalah sebagai berikut. Pengkajian Pengkajian awal dilakukan dengan
menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan
tanda-tanda menonjol yang mendukung adanya gangguan jiwa, maka pengkajian
dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang
dikumpulkan mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian
psikososial, dan pengkajian status mental (format dilampirkan pada modul
pencatatan dan pelaporan). Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi
pasien, serta melalui pemeriksaan Diagnosis Keperawatan. Diagnosis keperawatan
dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik masalah yang bersifat aktual
(gangguan kesehatan jiwa) maupun yang berisiko mengalami gangguan jiwa. Jika
perawat menemukan anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, maka
perawat harus berhati-hati dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar
tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam
masyarakat. Adapun diagnosis keperawatan yang diidentifikasi penting untuk
pascabencana adalah sebagai berikut:
1. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja.
a. Depresi
b. Perilaku kekerasan
2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa.
a. Harga diri rendah
b. Perilaku kekerasan
c. Risiko bunuh diri
d. Isolasi social
e. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
f. Gangguan proses pikir: waham
g. Defisit perawatan diri
3. Masalah kesehatan jiwa pada lansia.
a. Demensia
b. Depresi
Perencanaan Keperawatan Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan

standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik

yaitu:

1. penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan

dengan pasien

2. pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan gangguan

jiwa

3. perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi kebersihan diri

(misal, mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum), makan dan minum, buang

air besar dan buang air kecil

4. terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan

terapi keluarga

5. tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek samping).


Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa untuk

mengatasi satu diagnosis keperawatan diperlukan beberapa kali pertemuan hingga

tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien maupun keluarga. Rencana

tindakan keperawatan ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.

1. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam

kegiatan seharihari dan keterampilan koping adaptif dalam mengatasi

masalah.

2. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam

merawat pasien dan menyosialisasikan pasien dengan lingkungan.

3. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka

sosialisasi agar pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan.

4. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat

tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta menggerakkan sumber-

sumber yang ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan

keluarga.

Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana

yang telah dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi pasien saat ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga, dan tim

kesehatan lain dalam melakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien

dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan

keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien

dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi

pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.


Evaluasi asuhan Keperawatan Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan

pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.

1. Evaluasi pasien

a. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya.

b. Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara bertahap.

c. Melakukan cara-cara meyelesaikan masalah yang dialami.

2. Evaluasi keluarga

a. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien

mandiri.

b. Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa.

c. Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa atau kekambuhan.

d. Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera.

e. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti

tetangga, teman dekat, pelayanan kesehatan terdekat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja,


belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi
terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008
dalam Stuart 2013). Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem
recovery yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari
recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan
kesehatan jiwa dan orang-orang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart,
2010).

Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa


yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan jiwa
dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai
terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun
Spesialis.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.

Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.

Notosoedirjo, M. Latipun. 2001. Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan. Malang: UMM
Press.

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th Edition. St.
Louis: Mosby

Anda mungkin juga menyukai