Anda di halaman 1dari 7

STATUS Helopeltis antonii SEBAGAI HAMA PADA

BEBERAPA TANAMAN PERKEBUNAN


DAN PENGENDALIANNYA

Warsi Rahmat Atmadja

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

ABSTRAK
Helopeltis antonii merupakan hama utama pada tanaman perkebunan (jambu mete, kakao, dan teh), sehingga
keberadaannya di lapang perlu mendapat perhatian yang serius. Siklus hidupnya lebih kurang 24 hari, dan selama
hidupnya mengalami lima kali pergantian kulit. H. antonii merusak tanaman sejak di pembibitan. Bagian tanaman
yang diserang adalah pucuk, daun muda, tunas, tangkai muda, ranting muda, bunga, buah, dan biji. Pengendalian H.
antonii dengan insektisida sintetis telah terbukti efektif, tetapi berpotensi menimbulkan dampak negatif sehingga
umumnya digunakan sebagai alternatif terakhir. Alternatif pengendalian lainnya seperti pengendalian secara mekanis,
fisik, kultur teknis, dan hayati belum dilakukan secara optimal. Pengendalian dengan musuh alami mempunyai
prospek yang cukup baik untuk dikembangkan karena aman bagi lingkungan dan musuh alami tersedia di alam.
Kata kunci: Helopeltis antonii, tanaman perkebunan, pengendalian

ABSTRACT
Status of Helopeltis antonii as a pest of some estate crops and its control

Helopeltis antonii is a main pest of estate crops (cashew, cacao, and tea), therefore its existence needs a serious
attention. The lifecycle of H. antonii is about 24 days and during its life it molted five times. The pest destroys
plant since the cultivation of seedling. The parts of the plant destroyed are the tip of the leaf, young leaf, bud,
young stem and branch as well as flower, fruit and seed. The control of H. antonii using synthetic insecticide was
proved effectively, however, it caused negative impact so that, generally, it is applied as the last alternative. The
other controls such as mechanically, physically, technical culture and biocontrol have not been applied optimally.
The control using natural enemies has a good prospect to be developed since it is safe to the environment and
naturally provided.
Keywords: Helopeltis antonii, estate crops, control

H ama pengisap buah Helopeltis an-


tonii (Hemiptera; Miridae) merupa-
kan salah satu kendala utama pada budi
pucuk. Serangan berat dan berulang-
ulang pada pucuk dapat menekan pro-
duksi kakao sekitar 36−75% (Sulistyowati
kan kerugian di beberapa kebun teh.
Populasi hama lebih dari 8 ekor/m 2
(terdiri atas 2 ekor dewasa dan 6 ekor
daya kakao di Indonesia. Hama ini dan Sardjono 1988). Usaha untuk nimfa) atau intensitas serangan 65,50%
menimbulkan kerusakan dengan cara melindungi buah kakao dari serangan H. dapat menurunkan produksi pucuk teh
menusuk dan mengisap cairan buah antonii dapat dilakukan dengan me- klon Kiara-8 sebesar 87,60% selama 8
maupun tunas-tunas muda. Serangan ngembangkan populasi semut pada buah minggu (Dharmadi 1989). Menurut
pada buah muda menyebabkan matinya kakao (Wardoyo 1988). Namun, menurut Widayat et al. (1996), H. antonii hampir
buah tersebut, sedangkan serangan pada Sulistyowati dan Sardjono (1988), selalu menjadi masalah di berbagai
buah berumur sedang mengakibatkan penanggulangan serangan H. antonii perkebunan teh di Indonesia. Kehilangan
terbentuknya buah abnormal. Akibatnya, pada tanaman kakao masih mengguna- hasil yang diakibatkan oleh H. antonii
daya hasil dan mutu kakao menurun. kan insektisida sebagai pilihan utama. dapat mencapai 40% bahkan lebih.
Serangan berat H. antonii dalam satu Di beberapa kebun di Sumatera, penang- Menurut Sukasman (1996), serangan
musim dapat menurunkan daya hasil rata- gulangan hama tersebut dilakukan yang berat dapat menimbulkan kerugian
rata 42% selama tiga tahun berturut-turut dengan insektisida yang dikombinasikan sekitar 50−100%. Untuk menanggulangi
(Wardoyo 1988). dengan semut hitam. serangan H. antonii pada tanaman teh
Selain menyerang buah, H. antonii H. antonii Signoret juga merupakan dan menekan populasinya dapat di-
juga menyerang tunas-tunas muda atau salah satu hama yang sering menimbul- lakukan dengan pemangkasan tanaman,

Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 57


pengaturan daur petik pucuk teh, daun, tangkai buah, dan buah yang masih sampai menjadi dewasa adalah 11−15
penggunaan klon unggul, penggunaan muda. Setiap ekor serangga betina hari. Selama itu, nimfa mengalami lima
insektisida sintetis, tanaman inang, dan meletakkan telur rata-rata 18 butir. kali ganti kulit. Pergantian kulit pertama,
musuh alami (Dharmadi 1990). Menurut Wardoyo (1983), jumlah kedua, ketiga, keempat, dan kelima
Selain pada kakao dan teh, H. antonii telur yang dihasilkan oleh seekor berturut-turut adalah 2; 3; 2,5; 2,5; dan 3
merupakan hama penting pada tanaman serangga betina selama hidupnya pada hari (Kilin dan Atmadja 2000).
jambu mete. Menurut Nair et al. (1979) tanaman kakao rata-rata mencapai 121,90 Pada tanaman kakao, periode nimfa
dan Ohler (1979), hama ini menyerang butir (67−229 butir) dan banyaknya telur berkisar antara 11−13 hari. Lama per-
pucuk, tangkai bunga, dan buah muda. yang menetas rata-rata 71,70 butir (23− gantian kulit pertama, kedua, ketiga, dan
Daun yang terserang H. antonii terhambat 134 butir), atau fertilisasi telur 58,80% keempat adalah 2−3 hari, sedangkan lama
pertumbuhannya dan menjadi kering. (34,20−85,50%). Keberadaan telur pada instar kelima 3−4 hari (Wardoyo 1983).
Serangan pada bunga menyebabkan jaringan bagian tanaman ditandai dengan Pada tanaman jambu mete, lama perganti-
kegagalan pembuahan. Buah yang munculnya benang seperti lilin agak an kulit instar pertama, kedua, ketiga,
terserang menunjukkan gejala bercak- bengkok dan tidak sama panjangnya di- keempat, dan kelima berturut-turut adalah
bercak cokelat atau hitam yang akhirnya permukaan jaringan tanaman. Dalam 4, 2, 2, 2, dan 4 hari. Periode stadia nimfa
mengering dan gugur. waktu 6−8 hari, telur-telur tersebut mulai berkisar antara 10−14 hari (Wiratno et al.
Pada tanaman jambu mete, serangan menetas menjadi nimfa (Bagian Ilmu Hama 1996).
sudah dianggap membahayakan bila dan Penyakit Tanaman 1971; Sudarmadji Instar pertama berwarna cokelat
daun-daun muda sudah banyak yang 1979; Sudarsono 1980). (Gambar 1). bening, yang kemudian berubah menjadi
terserang. Untuk mengendalikannya cokelat. Untuk nimfa instar kedua, tubuh
dapat digunakan insektisida nabati, berwarna cokelat muda, antena cokelat
semut hitam, semut rangrang, dan Stadium Nimfa tua, tonjolan pada toraks mulai terlihat.
Beauveria bassiana (Wikardi et al. 1996). Nimfa instar ketiga tubuhnya berwarna
Menurut Karmawati et al. (2001), peng- Pada pucuk tanaman jambu mete, waktu cokelat muda, antena cokelat tua, tonjol-
gunaan B. bassiana merupakan cara yang diperlukan mulai saat menetas an pada toraks terlihat jelas dan bakal
yang paling efektif untuk mengendalikan sayap mulai terlihat. Nimfa instar keempat
H. antonii dan mempertahankan pro- dan kelima ciri morfologinya sama (Gambar
duksi gelondong jambu mete. 2).
Tulisan ini mengungkapkan hasil
penelitian maupun studi literatur tentang
hama H. antonii yang menyerang tanaman Stadium Dewasa
kakao, jambu mete, dan teh serta ke-
mungkinan pengendaliannya. Pada tanaman jambu mete, nimfa instar
pertama sampai serangga dewasa
memerlukan waktu 24 hari. Rata-rata
BIOLOGI Helopeltis antonii lamanya hidup serangga betina dewasa
adalah 18,90 hari (7−16 hari), dan serangga
Helopeltis spp. termasuk ke dalam ordo dewasa jantan 19,80 hari (6−37 hari) (Kilin
Hemiptera, famili Miridae. Serangga ini dan Atmadja 2000). Menurut Wiratno et
bertubuh kecil ramping dengan tanda al. (1996), rata-rata lamanya hidup
yang spesifik yaitu adanya tonjolan yang Gambar 1. Telur Helopeltis antonii. serangga dewasa jantan dan betina
berbentuk jarum pada mesoskutelum.
Helopeltis merupakan genus yang
mempunyai banyak spesies. Di Indonesia,
spesies yang banyak merusak tanaman
jambu mete, kakao, dan teh adalah
H. antonii dan H. theivora Waterh
(Nanopriatno 1978; Soenaryo dan
Situmorang 1978; Djamin 1980).

Stadium Telur
Menurut Kilin dan Atmadja (2000), telur
mulai diletakkan serangga betina pada
pucuk jambu mete pada hari kelima
sampai ketujuh dari saat serangga men-
jadi dewasa. Telur diletakkan secara ber-
kelompok 2−3 butir dalam jaringan
tanaman yang lunak seperti bakal buah,
ranting muda, bagian sisi bawah tulang Gambar 2. Nimfa Helopeltis antonii.

58 Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003


pada tanaman jambu mete berkisar 24 potensi menimbulkan kerusakan di- Tanaman Kakao dan Teh
hari. banding nimfa instar pertama, kedua,
Hasil penelitian Wardoyo (1983) ketiga, keempat, dan serangga jantan H. antonii merupakan hama penting pada
menunjukkan bahwa pada buah kakao, (Atmadja 1999). Menurut Karmawati et al. tanaman kakao di Jawa dan Sumatera
dari setiap 30 ekor nimfa yang menetas (1999), nimfa H. antonii terutama Utara. Bagian tanaman yang diserang
dapat diperoleh 24−29 ekor (rata-rata 26,70 menyerang bagian tengah dan bawah adalah daun muda, tangkai daun, pucuk,
ekor) serangga dewasa, dengan per- tajuk tanaman. dan buah. Pucuk yang terserang terutama
bandingan 1,30 betina dan 1 jantan. Lama Serangga dewasa mula-mula me- yang masih lunak dengan daun belum
hidup serangga betina berkisar antara 10− nyerang daun muda, kemudian berlanjut membuka. Buah yang disenangi adalah
42 hari, sedangkan serangga jantan 8−52 ke bagian batang yang muda. Gejala yang masih muda dan yang mendekati
hari (Gambar 3). serangan ditandai dengan timbulnya matang. Buah yang terserang menunjuk-
bercak cokelat tua berukuran 8−10 mm. kan bekas tusukan berupa bercak-
Serangan berat pada pucuk menyebabkan bercak hitam pada permukaan buah.
pucuk mati sehingga mempengaruhi Pada serangan berat, seluruh permukaan
KERUSAKAN YANG pembungaan. Bila serangan terjadi pada buah dipenuhi oleh bekas tusukan
saat pertumbuhan tanaman memasuki berwarna hitam dan kering, kulitnya
DITIMBULKAN
fase generatif, pucuk tidak dapat meng- mengeras serta retak-retak (Djamin 1980).
hasilkan tangkai bunga. Serangan berat pada buah muda yang
Tanaman Jambu Mete Selain menyerang pucuk, daun muda berukuran kurang dari 5 cm menyebabkan
dan bunga, H. antonii juga menyerang buah kering dan rontok Soenaryo dan
Di pembibitan, nimfa instar pertama dan buah semu. Serangan pada buah semu Situmorang (1978). Serangan berat juga
kedua pertama-tama menyerang daun yang berumur lebih dari 5 minggu menyebabkan kesehatan tanaman ter-
muda kemudian pucuk. Gejala serangan menyebabkan pertumbuhan buah tidak ganggu dan menurunkan produksi
ditandai dengan adanya bercak-bercak normal. Bila serangan terjadi pada buah hingga 60% (Nanopriatno 1978) atau
transparan berbentuk elips di sepanjang yang berumur kurang dari 4 minggu, buah rata-rata 42% selama tiga tahun berturut-
tepi tulang daun dan bentuk segi empat akan mengering, berwarna hitam kemudi- turut (Wardoyo 1988).
pada helai daun. Bercak tersebut pada hari an gugur (Wiratno et al. 1996). Dharmadi dan Abdurachman (1985)
berikutnya berubah warna menjadi cokelat. Menurut Nair et al. (1979) dan Ohler menyatakan bahwa pada tanaman teh,
Serangan yang berat dapat menyebabkan (1979), H. antonii menyerang daun, daur petik 6 hari menurunkan intensitas
kematian tanaman. Nimfa instar ketiga cabang bunga, gelondong, dan buah serangan sebanyak 45,12% setelah me-
menyerang tunas kemudian ke bagian semu jambu mete. Daun yang terserang ngalami 11 kali petik, dan daur petik 7
batang. Gejala serangan ditandai dengan terhambat pertumbuhannya dan menjadi hari menurunkan intensitas serangan
adanya bercak cokelat tua berbentuk elips. kering. Serangan pada bunga me- 49,90% setelah mengalami 10 kali petik.
Serangan nimfa pada bibit yang berumur nyebabkan kegagalan pembuahan. Buah Daur petik yang lebih pendek dengan
2−3 bulan menyebabkan pertumbuhan semu yang terserang berwarna cokelat standar petikan medium meningkatkan
bibit terhambat (Wiratno et al. 1996). tua (hitam) akhirnya mengering dan produksi pucuk secara kumulatif dalam
Nimfa instar keempat dan kelima gugur. Berdasarkan hasil penelitian satuan waktu tertentu dibanding daur
mengisap cairan pucuk lebih banyak Karmawati et al. (1999), imago H. antonii petik yang lebih panjang. Hal ini karena
dibanding serangga dewasa. Nimfa instar memberikan kontribusi terhadap kerusak- daur petik yang lebih panjang akan
kelima dan serangga betina lebih ber- an pada bagian atas tajuk tanaman. memberikan kesempatan pada telur yang
diletakkan pada internodus pucuk teh
untuk menetas, karena masa inkubasi
telur berkisar 8−15 hari.

STRATEGI PENGENDALIAN
Pengendalian H. antonii dapat meng-
gunakan beberapa komponen pengendali-
an yang dikenal dengan pengendalian
hama terpadu (PHT). Pada tanaman jambu
mete, pengendalian meliputi: pengen-
dalian secara mekanis, kultur teknis,
hayati (penggunaan musuh alami), dan
dengan pestisida.

Pengendalian Secara Mekanis


Pengendalian secara mekanis meliputi
Gambar 3. Helopeltis antonii betina. menangkap H. antonii dan penyelubung-

Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 59


an buah dengan kantong plastik. Pada Penyakit Tanaman 1971; Wikardi et al. antonii. Pemangkasan perdu teh sering
tanaman jambu mete, pengendalian secara 1996). dilakukan untuk menghindari dari
mekanis sudah dilakukan, tetapi masih Pada kakao, pemberian pupuk secara gangguan H. antonii. Akibat pemangkas-
bersifat konvensional. Namun, informasi tepat dan teratur juga dapat mengen- an, H. antonii tidak ditemukan pada
tentang itu masih terbatas (Wikardi et al. dalikan H. antonii (Gunther dan Jeppson perdu teh mulai dari saat perdu tersebut
1996). 1960), karena akan meningkatkan per- dipangkas sampai 16 minggu.
Pada kakao pengendalian H. antonii tumbuhan serta ketahanan tanaman
secara mekanis dapat dilakukan dengan terhadap serangan hama. Tanaman yang Sanitasi tanaman inang. H. antonii juga
menangkap serangga dengan tangan atau kekurangan unsur P dan K akan menjadi dapat hidup pada tanaman inang lain
dengan menggunakan alat bantu berupa peka terhadap serangan H. antonii seperti kapok (Ceiba petandra), rambutan
bambu yang diberi perekat (getah) pada (Sundjaya 1970; Balai Penelitian Tanaman (Nephelium lappasicium), dadap (Eryth-
ujungnya (Koningberger dalam Nara dan Rempah dan Obat 1999). rina vaginata), albasia (Albizia chinensis)
Benyamin 1972; Direktorat Jenderal Pada tanaman teh, pemberian pupuk dan berbagai famili Leguminoceae
Perkebunan 1976). Namun, pengendalian yang tepat dan teratur diperlukan untuk (Direktorat Jenderal Perkebunan 1976;
tersebut kurang efektif karena mem- mendapatkan keseimbangan dan keter- Nanopriatno 1978). Menurut Dharmadi et
butuhkan tenaga kerja yang relatif ba- sediaan unsur hara bagi tanaman. al. (1987), gulma pada perkebunan teh
nyak dan hasilnya kurang memuaskan. Tanaman yang sehat relatif tahan ter- yang merupakan inang alternatif dari H.
Penyelubungan buah dengan kan- hadap gangguan hama. Ketersediaan antonii adalah harendong (Clidemia
tong plastik dapat dilakukan pada buah unsur hara yang cukup, menjadikan hirta), kecubung (Datura alba), jalantri
yang berukuran 8−12 cm. Salah satu ujung tanaman lebih tahan terhadap serangan (Erigeron sumatreusis), babadotan
dari kantong tersebut diikat dengan tali, hama dan penyakit, karena pertumbuhan- (Ageratum mexicatum), sintrong (Erech-
dan ujung lainnya dibiarkan terbuka nya lebih baik dan lebih cepat pulih dari tites valerianifolia), antanan (Centella
(Wardoyo 1981). Buah yang diselubungi kerusakan. Pemupukan nitrogen yang asiatica), jukut haseum (Polygonum
dengan kantong plastik akan terhindar berlebihan menyebabkan tanaman men- nepalense), kirinyuh (Eupa-torium
dari serangan H. antonii. jadi peka terhadap serangan hama, karena pallescens), calincing (Oxalis latifolia),
kualitas pucuk teh bertambah baik dan teklan (Eupatorium riparium). Untuk
sehingga disenangi oleh hama tersebut menghindari serangan H. antonii maka
Pengendalian Secara Kultur (Dharmadi 1990). tanaman inang tersebut harus dimusnah-
Teknis kan dari areal perkebunan.
Pemangkasan. Pengendalian H. antonii
Pemupukan yang tepat dan teratur. Pada dengan pemangkasan bisa dilakukan pada Pohon pelindung. Pada budi daya jambu
jambu mete, pemberian pupuk secara tepat tanaman jambu mete. Namun, informasi mete, pohon pelindung diperlukan waktu
dan teratur akan menjadikan tanaman hasil penelitian tentang hal ini belum tanaman masih bibit dan pada awal
tumbuh dengan baik serta memiliki daya banyak diperkenalkan kepada petani penanaman di lapang. Namun, informasi
tahan yang tinggi terhadap gangguan (Wikardi et al. 1996). tentang hal ini masih terbatas (Wikardi et
hama. Pemberian unsur hara yang tidak Pada tanaman kakao, pemangkasan al. 1996).
seimbang akan mempengaruhi kondisi dilakukan dengan cara membuang tunas Pada tanaman kakao, pohon pe-
tanaman. Pemupukan N yang berlebihan air (siwilan) yang tumbuh di sekitar lindung sangat diperlukan, baik pohon
mengakibatkan jaringan tanaman menjadi prapatan dan cabang-cabang utama pelindung sementara maupun tetap.
lunak dan mengandung asam amino (Sudarsono 1980). Tunas air akan meng- Pelindung sementara diperlukan waktu
yang tinggi sehingga disenangi oleh H. ganggu pertumbuhan tanaman karena bibit ditanam di lapang. Menurut
antonii. dapat menjadi pesaing tanaman dalam (Direktorat Jenderal Perkebunan 1976),
Tanaman yang memperoleh unsur P pengambilan zat hara dan air. Karena H. pohon pelindung tetap diperlukan agar
dalam jumlah cukup lebih tahan terhadap antonii meletakkan telur pada jaringan pertumbuhan dan perkembangan tanam-
serangan hama dan penyakit, karena tanaman yang lunak termasuk tunas air, an cukup ideal. Pohon pelindung yang
unsur P akan mempertinggi daya re- maka pembuangan tunas ini secara terlalu lebat akan meningkatkan ke-
generasi tanaman dari kerusakan. Unsur teratur setiap 2 minggu, akan mengurangi lembapan udara di sekitar tanaman
K berperan penting pada proses asimilasi populasi H. antonii karena telur yang sehingga merangsang perkembangan
dan bertindak sebagai katalisator. Fungsi terdapat pada tunas air akan terbuang. hama dan penyakit. Untuk mengurangi
lain dari unsur K yaitu untuk memperkuat Menurut Dharmadi (1990), tanaman serangan H. antonii maka pohon
jaringan tanaman serta mempertinggi teh umumnya dipangkas secara periodik pelindung sebaiknya tidak terlalu lebat,
unsur hara K dalam tanah. Kondisi 2−4 tahun sekali, tergantung kecepatan sehingga sirkulasi udara berlangsung
tanaman yang lemah karena lahan pertumbuhan tanaman dan ketinggian lancar terutama pada tempat yang sering
yang tidak subur atau kekurangan air tempat. Pemangkasan akan mempe- diserang oleh H. antonii. Serangga H.
akan mempercepat perkembangan po- ngaruhi iklim mikro, diikuti pertumbuhan antonii tidak tahan terhadap angin dan
pulasi H. antonii. Pemupukan dengan tunas dan pucuk muda, yang berarti sinar matahari secara langsung.
amonium sulfat akan meningkatkan terjadi perubahan kualitas makanan H. Menurut Sukasman (1996), pena-
serangan hama ini, demikian juga pada antonii. Pemangkasan sebagai salah satu naman pohon pelindung pada pertanam-
tanaman yang kekurangan fosfat dan cara dalam teknik budi daya tanaman teh an teh dimaksudkan untuk memperbaiki
potasium (Bagian Ilmu Hama dan dan dapat mempengaruhi populasi H. iklim mikro. Penanaman pohon pelindung

60 Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003


juga dapat menambah keragaman tanaman, dilakukan. Menurut Wikardi et al. (1996), tanaman kakao secara hayati (Bakri et al.
sehingga secara teoritis, baik hama, pengendalian H. antonii dengan me- 1986).
parasitoid, predator, dan entomopatogen manfaatkan musuh alami khususnya B. Menurut Nanopriatno (1978), semut
berada pada kondisi yang seimbang. bassiana telah dilaksanakan di Propinsi hitam jenis D. bituberculatus mempunyai
Dengan demikian peningkatan populasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tetapi kemampuan untuk mengusir H. antonii
H. antonii mampu ditekan oleh organisme belum memberi hasil yang memuaskan. dari tanaman kakao. Predator tersebut
lainnya. Hal tersebut disebabkan aplikasi B. pernah diteliti pada tahun 1904 di
bassiana dilakukan pada siang hari, perkebunan Silowuk Sawangan dan pada
Pemilihan klon unggul. Dalam rangka padahal cendawan tersebut tidak tahan tahun 1938 di Kediri. Hasil penelitian
menunjang program pengembangan terhadap sinar matahari. Selain itu, menunjukkan bahwa tingkat serangan H.
perkebunan perlu dilakukan pemilihan serangga sasaran (H. antonii) juga aktif antonii pada buah kakao yang sering
klon-klon unggul yang cocok untuk pada siang hari. Untuk meningkatkan dikunjungi semut hitam lebih rendah
daerah tertentu. Beberapa keuntungan efektivitas B. bassiana sebaiknya aplikasi daripada yang tidak dikunjungi semut.
penggunaan tanaman teh klonal di- dilakukan pada pagi atau sore hari. Selain Namun, jenis semut ini tidak dapat
banding tanaman asal biji adalah tanam- menggunakan B. bassiana, pengendalian bersaing dengan jenis lainnya pada
an lebih seragam, cepat menghasilkan, hayati juga dapat dilakukan dengan habitat baru. Oleh karena itu, sebelum
dan produksi pucuk lebih tinggi (Astika semut hitam dan semut rangrang, namun diintroduksikan lokasi baru perlu di-
et al. 1978). Namun, penggunaan tanaman hasilnya belum diketahui. bebaskan dari jenis semut lain.
teh klonal memiliki kelemahan, yaitu Penelitian Karmawati et al. (1999) di Pengendalian H. antonii pada
mempunyai ketahanan yang berbeda- Wonogiri telah menemukan beberapa tanaman teh secara hayati dapat dilaku-
beda terhadap serangan hama dan jenis predator H. antonii, yaitu Coccinella kan dengan melindungi dan merangsang
penyakit, serta daya adaptasinya terhadap sp., semut hitam, dan semut rangrang. kehidupan musuh alami serta introduksi,
lingkungan cukup beragam. Namun, populasi semut hitam dan semut pengembangbiakan dan pelepasan pa-
Hasil pengamatan tentang jumlah rangrang lebih dominan. Keefektifan rasitoid serta predator yang spesifik.
individu H. antonii dan produksi pucuk predator dalam mengendalikan H. antonii Berdasarkan hasil inventarisasi, predator
beberapa klon teh disajikan pada Tabel 1. membutuhkan waktu sekitar dua tahun. H. antonii adalah dari kelompok Mantidae,
Dari tabel tersebut diketahui terdapat klon Peran predator dalam mengendalikan H. Reduviidae, Arachnidae, dan semut.
teh yang menunjukkan tingkat populasi antonii telah pula diteliti di beberapa Selain predator tersebut, terdapat juga
hama yang tinggi, yaitu Cin-143 dan SA- negara. Di Malaysia, jenis semut yang cacing parasit pada nimfa H. antonii yaitu
40, yang berarti klon tersebut lebih peka dominan adalah Dolichoderus thoracicus Agumarata paradacamadata. Parasitoid
daripada klon teh lainnya. Untuk (Khoo dan Ho 1992), di Australia jenis Eupharus helopeltianus merupakan
mencegah peningkatan populasi hama semut rangrang yang dominan adalah musuh alami yang cukup potensial.
disarankan untuk menanam klon yang Occophyla smaragdina. Di India, selain Patogen yang menyerang H. antonii yaitu
tahan dan berproduksi tinggi seperti TRI- jenis semut, musuh alami yang banyak jamur Metarhizium yang dapat berperan
2024, TRI-2025, PS-I, SA-35, Kiara-8, PS- ditemukan di lapang adalah parasitoid sebagai biota pengendali secara hayati
125, dan RB-I. Telenomus sp. dan Chaetostricha (Sunda- di kebun teh (Dharmadi 1990). Burung
raraju 1992). kapinis (Collocalia esculenta), selain
Pengendalian Secara Hayati Pengendalian H. antonii pada merupakan predator kutu loncat, juga se-
tanaman kakao dengan menggunakan bagai predator H. antonii (Sukasman 1996).
Pada jambu mete, pengendalian H. antonii semut hitam cukup prospektif (Hutauruk
secara hayati masih belum banyak 1988), terutama jenis D. thoracicus pada
Pengendalian Secara Kimiawi

Pada tanaman jambu mete, pengendalian


Tabel 1. Rata-rata jumlah individu H. antonii dan produksi pucuk beberapa secara kimiawi harus dilakukan dengan
klon teh. hati-hati, karena pengendalian yang tidak
tepat justru akan meningkatkan populasi
Jumlah individu H. antonii Produksi pucuk H. antonii. Tanaman yang disemprot
Klon
(ekor/perdu) (g/perdu) insektisida akan tumbuh lebih cepat
Cin-143 0,40 40,72
dengan tunas-tunas baru yang lebih
SA-35 0,05 27,88 sukulen dan disukai hama tersebut.
SA-40 0,46 24,10 Selain itu, pengendalian kimiawi yang
Kiara-8 0,03 25,11 tidak tepat akan membunuh predator
TRI-2025 0,05 47,25 dan parasitoid hama tersebut. Pengen-
TRI-2024 0,06 55,53
RB-3 0,26 23,93
dalian kimiawi dilakukan bila diperlukan,
PS-125 0,02 36,65 dengan menggunakan beberapa jenis
PS-I 0,05 44,10 insektisida secara bergantian (Ohler
RB-I 0 28,37 1979).
Sumber: Dharmadi (1990). Menurut Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri (1996),

Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 61


penggunaan insektisida hendaknya turun dan mulai tahun 1994 tidak semut hitam dan semut rangrang.
menjadi alternatif terakhir dan dilakukan digunakan sama sekali. Penunasan dan sanitasi tanaman inang
bila ambang kendali telah dilampaui. Penggunaan insektisida pada ta- mudah dilakukan oleh petani. Pengen-
Insektisida yang dianjurkan untuk naman teh sangat selektif, dan diutamakan dalian dengan B. bassiana, predator
mengendalikan H. antonii adalah dari pada pertanaman dengan kepadatan semut hitam dan semut rangrang memiliki
golongan karbamat, terutama untuk hama cukup tinggi. Penurunan peng- potensi cukup baik karena B. bassiana
pembibitan dan kebun-kebun produksi gunaan insektisida juga dipengaruhi mudah dikembangbiakkan di laboratorium
yang belum pernah diaplikasi insektisida oleh harga insektisida yang semakin dan di lapang. Pengendalian H. antonii
lain, serta dari golongan monokrotofos mahal dan meningkatnya kesadaran akan dengan cara pemupukan yang tepat dan
dan siodosulfan. efek samping yang ditimbulkan (Koch teratur serta penanaman pohon pelin-
Pada pembibitan dan pertanaman 1986). Penggunaan insektisida pada dung kurang efektif karena banyak meng-
muda, aplikasi insektisida diarahkan pada konsentrasi sublethal mempengaruhi gunakan tenaga dan biaya yang cukup
daun muda dan pucuk tanaman. Pada sistem reproduksi H. antonii dan mahal. Pengendalian dengan insektisida
tanaman produktif dilakukan pada bunga menghasilkan telur lebih banyak daripada sintetis dapat menimbulkan pencemaran
dan buah muda. tanpa insektisida. Semakin sering hama lingkungan, biayanya mahal, dan me-
Menurut Betrem dalam Nara dan tersebut menerima rangsangan insektisida nimbulkan resistensi hama.
Benyamin (1972), pendebutan serbuk dalam konsentrasi sublethal, populasi Pengendalian H. antonii pada
belerang yang mengandung 0,72% hama semakin meningkat. Oleh karena tanaman teh yang prospektif yaitu dengan
retenon dengan interval pendekatan 10 itu, penggunaan insektisida perlu di- penanaman klon unggul, serta pe-
hari sangat baik menekan populasi H. lakukan secara tepat, baik jenis, dosis, alat ngendalian hayati baik menggunakan
antonii. Namun demikian, penggunaan semprot, dan waktu penyemprotannya predator maupun patogen. Klon-klon
serbuk retenon berbahaya bagi manusia (Dharmadi 1990). unggul tahan H. antonii kini telah banyak
karena mengakibatkan iritasi pada selaput tersedia. Predator dan patogen juga
lendir hidung. mudah dikembangbiakkan di laboratori-
Jenis insektisida yang dapat di- um. Pengendalian dengan insektisida
gunakan untuk mengendalikan H. antonii PROSPEK ALTERNATIF kurang prospektif karena mencemari
adalah insektisida yang mengandung PENGENDALIAN lingkungan dan menimbulkan resistensi
bahan aktif siflutrin, tiodikarb, asefat, hama.
sipermetrin, dekametrin, klorpirifos, Untuk mengendalikan H. antonii pada
fention, karbamat, metomil, dan formation tanaman jambu mete, pengendalian yang
(Sulistyowati dan Sardjono 1988). mempunyai prospek di masa yang akan
Insektisida yang mengandung bahan aktif datang adalah dengan patogen B. KESIMPULAN
siflutrin dengan konsentrasi 0,04% efektif bassiana dan M. anisopleae, karena kedua
menekan serangan H. antonii sampai jenis jamur tersebut mudah dibiakkan di H. antonii merupakan hama utama pada
5,67%. Penggunaan insektisida tiodikarb, laboratorium dan digunakan oleh petani. tanaman jambu mete, kakao, dan teh. Siklus
asefat, sipermentrin I, dekametrin, Aplikasi dilakukan pagi atau sore hari hidup H. antonii lebih kurang 24 hari,
sipermentrin II, klorpirifos, fention, BPMC, untuk menghindari sinar matahari. dan selama hidupnya mengalami lima kali
metomil, dan formation dapat menekan Pengendalian dengan semut hitam dan pergantian kulit. H. antonii merusak
populasi H. antonii berturut-turut 5; 6,44; semut rangrang kurang efektif karena tanaman perkebunan dengan menyerang
6,44; 6,55; 6,55; 8; 8,11; 8,67; 8,89; dan 11%, sifatnya bukan sebagai predator tetapi pucuk, daun muda, tunas, tangkai muda,
sedangkan insektisida dengan bahan hanya pengganggu saja. Pengendalian ranting muda, bunga, buah, dan biji.
aktif metamidofas dapat menekan po- dengan insektisida, kultur teknis, mekanis Pengendalian H. antonii dapat
pulasi H. antonii 23,66%. dan fisik tersebut kurang efisien dan dilakukan dengan cara mekanis, fisik,
Sukasman (1996) menyatakan bahwa mencemari lingkungan. kultur teknis, dan pengendalian hayati.
pengendalian H. antonii dengan insek- Pada tanaman kakao, pengendalian Pengendalian hayati mempunyai prospek
tisida juga dilakukan pada pertanaman H. antonii yang prospektif yaitu dengan yang cukup baik karena aman bagi
teh. Namun mulai tahun 1987 penggunaan cara penunasan, sanitasi tanaman inang, lingkungan dan potensinya cukup tersedia
insektisida pada tanaman teh berangsur B. bassiana, dan penggunaan predator di alam.

DAFTAR PUSTAKA
Astika, W., D. Muchtar, dan Sutrisno. 1978. Bagian Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman. dan bahan kimia pada tanaman coklat di
Penyandraan klon-klon teh. Warta Balai 1971. Beberapa Hama Pertanian Penting di Sumatera Utara. Temu Ilmiah Entomologi
Penelitian Teh dan Kina 4(3/4): 10 hlm. Indonesia. Bagian Ilmu Hama dan Penyakit Perkebunan Indonesia di Medan. hlm. 53−
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut 60.
Atmadja, W.R. 1999. Potensi Helopeltis antonii Pertanian Bogor. 129 hlm.
Sign. dalam merusak pucuk tanaman jambu Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
mete. Seminar Nasional Biologi Menuju Bakri, A.H., P. Sembiring, dan M.J. Redshow. 1999. Program Penelitian Tanaman Jambu
Millenium III, Yogyakarta, 20 November 1986. Pengendalian Helopeltis spp. secara Mete. Penyusunan Prioritas dan Design
1999. 8 hlm. terpadu dengan menggunakan semut hitam Program Penelitian Tanaman Industri, 10−

62 Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003


11 Maret 1999. Balai Penelitian Tanaman Jurnal Penelitian Tanaman Industri VII(I): ngendalian hayati Helopeltis antonii pada
Rempah dan Obat, Bogor. 11 hlm. 1−5. teh sekaligus meningkatkan keuntungan
40% atau lebih bagi perkebunan. Prosiding
Dharmadi, A. dan Abdurachman. 1985. Pengaruh Khoo, K.C. and C.T. Ho. 1992. The influence
Seminar Sehari Alternatif Pengendalian
daur petik terhadap serangan Helopeltis of Dolichoderus thoracicus (Hymenoptera;
Hama Teh Secara Hayati. Pusat Penelitian
antonii pada tanaman teh. Lokakarya Teh, Formicidae) on lesses due to Helopeltis
Teh dan Kina, Gambung, Bandung, 5
Bandung. 15 hlm. antonii (Heteroptera; Miridae) blackpod
Desember 1996. hlm. 22−27.
diseases and mamalian pests in cocoa in
Dharmadi, A., M. Yeni, dan A. Kusman. 1987.
Malaysia. Bull. Entomol. Res. 28(4): 485− Sulistyowati, E. dan Sardjono. 1988. Pe-
Studi tentang pemilihan gulma perkebunan
491. ngendalian kimiawi hama pengisap buah
teh sebagai tumbuhan inang bagi Helopeltis
(Helopeltis antonii Signoret) dan ulat kilan
antonii. Warta Balai Penelitian Teh dan Kina Kilin, D. dan W.R. Atmadja. 2000. Perbanyakan
(Hyposidra talaca Walk.) pada kakao.
13(2). 8 hlm. serangga Helopeltis antonii Signoret pada
Prosiding Komunikasi Teknis Kakao 1988.
buah ketimun dan pucuk jambu mete. Jurnal
Dharmadi, A. 1989. Status Serangga Hama hlm. 212−222.
Penelitian Tanaman Industri V(4): 199−122.
Helopeltis antonii Signoret (Hemiptera;
Sundararaju, D. 1992. Biological control of tea
Miridae) dan Evaluasi Cara Pengelolaan pada Koch. 1986. Control of Insect in Tea. Mimco-
mosquito bug and other sucking pest of
Tanaman Teh di Daerah Endemik. Disertasi graph. Balai Penelitian Teh dan Kina,
cashew. Annual Report, National Research
Doktor Institut Teknologi Bandung. hlm. Gambung. 20 hlm.
Centre for Cashew, India. p. 40−44.
1−10.
Nair, M.K., E.V.V.B. Rao, K.K.N. Nambiar, and
Sundjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Ekologi
Dharmadi, A. 1990. Faktor penyebab pe- M.C. Nambiar. 1979. Cashew. Central
Serangga. Bagian Ilmu Hama Tumbuhan,
ningkatan populasi serangga hama Helopeltis Plantation Crops Research, Amsterdam.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
antonii Signoret di perkebunan teh. Pro- 260 pp.
Bogor. 129 hlm.
siding Simposium Teh V, Bandung, 27
Nanopriatno. 1978. Hama-Hama Penting Ta-
Februari − 1 Maret 1990. hlm. 173−188. Wardoyo, S. 1981. Metode pengamatan
naman Coklat. Balai Penelitian Perkebunan
penggerek buah coklat. Prosiding Lokakarya
Direktorat Jenderal Perkebunan. 1976. Pedoman Besar Bogor. Sub Balai Penelitian Budi Daya
Hama Penggerek Buah Coklat. 76 hlm.
Bercocok Tanam Coklat. Direktorat Jen- Jember. 32 hlm.
deral Perkebunan, Jakarta. 95 hlm. Wardoyo, S. 1983. Pembiakan Helopeltis antonii
Nara, J. dan Benyamin. 1972. Helopeltis antonii
Signoret di laboratorium pada buah kakao.
Djamin. 1980. Strategi pengendalian hama Signoret pada tanaman teh ditinjau dari segi
Menara Perkebunan 51(2): 33−38.
coklat. Kumpulan Makalah Konferensi biologi dan pengaruh lingkungan. Menara
Coklat Nasional, Medan, 16−18 September Perkebunan 40(4): 167−174. Wardoyo, S. 1988. Strategi penanggulangan hama
1980. hlm. 44−45. kakao. Prosiding Komunikasi Teknis Kakao,
Ohler, J.G. 1979. Cashew. Communication 71,
1988. hlm. 176−187.
Gunther, F.A. and L.R. Jeppson. 1960. Modern Department of Agricultural Research,
Insecticide and Work Production. University Kolningljk Institute, V.D. Tropen, Amster- Widayat, W., D.J. Rayati, dan M. Martosupomo.
of California Chapman & Hall Ltd. 296 p. dam. 25 p. 1996. Penggunaan jamur Paecilomycetes
fumoso roseus (PFR) sebagai teknologi
Hutauruk, C.H. 1988. Penggunaan semut hitam Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
alternatif pengendalian hama nonkimiawi
Dolichoderus bituberculatus Mays (Hyme- Industri. 1996. Pengenalan dan Pengamatan
pada tanaman teh. Prosiding Seminar Sehari
noptera; Formicidae) untuk mengendalikan Hama Helopeltis spp. Pusat Penelitian dan
Alternatif Pengendalian Hama Teh Secara
hama pengisap buah Helopeltis antonii Pengembangan Tanaman Industri, Bogor. 6
Hayati. Pusat Penelitian Teh dan Kina,
Signoret (Hemiptera; Miridae) pada kakao hlm.
Gambung, 5 Desember 1996. hlm. 1−13.
Linduk (Theobroma cacao L.). Prosiding
Soenaryo dan Situmorang. 1978. Budi Daya
Komunikasi Teknis Kakao 1988. Balai Wikardi, E.A., Wiratno, dan Siswanto.1996.
Coklat dan Pengelolaannya. Balai Penelitian
Penelitian Perkebunan Jember. hlm. 188− Beberapa hama utama tanaman jambu mete
Perkebunan Bogor. 32 hlm.
211. dan usaha pengendaliannya. Seminar Forum
Sudarmadji, D. 1979. Pembiakan Helopeltis Komunikasi Ilmiah Komoditas Jambu Mete,
Karmawati, E., T.E. Wahyono, T.H. Savitri, dan
antonii di laboratorium. Kongres Biologi 5−6 Maret 1996. Balai Penelitian Tanaman
IW. Laba. 1999. Dinamika populasi Helopel-
Nasional IV, Bandung, 10−12 Juli 1979. 6 Rempah dan Obat, Bogor. 9 hlm.
tis antonii Signoret pada jambu mete. Jurnal
hlm.
Penelitian Tanaman Industri IV(6): 163− Wiratno, E.A. Wikardi, I.M. Trisawa, dan
167. Sudarsono. 1980. Budi Daya Coklat. Lembaga Siswanto. 1996. Biologi Helopeltis antonii
Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta. 49 (Hemiptera; Miridae) pada tanaman jambu
Karmawati, E., T.H. Savitri, R.A. Warsi, dan T.E.
hlm. mete. Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Wahyono. 2001. Pengendalian hama terpadu
II(I): 36−42.
Helopeltis antonii pada tanaman jambu mete. Sukasman. 1996. Pengujian pohon lamtoro
tahan kutu (Hantu) sebagai sarana pe-

Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 63

Anda mungkin juga menyukai