Anda di halaman 1dari 8

INAYATI DAN MARWOTO: ULAT JENGKAL DAN PENANGGULANGANNYA

ULAT JENGKAL PADA KEDELAI DAN CARA PENGENDALIANNYA

Alfi Inayati dan Marwoto 1)

ABSTRAK dan investasi kompleks hama. Di Indonesia,


Ulat jengkal (looper) pada tanaman kedelai (Gly- kelompok hama pemakan daun kedelai meru-
cine max L. Merrill) terdiri dari tiga jenis, yaitu Plusia pakan kelompok dengan jumlah spesies paling
chalcites (Esper) (=Chrysoideixis chalcites), banyak. Tercatat setidaknya sepuluh spesies seba-
Pseudoplusia includens (Walker), dan Thysanoplusia gai hama yang hanya memakan daun (foliage
oricachlea. Pada tanaman kedelai di Indonesia ulat feeder) yaitu Spodoptera litura F., Plusia (=Chry-
jengkal tergolong hama utama yang memakan daun. sodeixis) chalsites Esp. Lamprosema indicata F.,
Kerusakan daun yang disebabkan oleh ulat jengkal
Stomopterix subcesivella Zell., Epilachna sojae G.,
dapat menyebabkan kehilangan hasil sampai dengan
18%. Pengendalian ulat jengkal harus dilakukan
Tetranychus bimaculatus Harv., Herse convonvul
dengan cermat dengan memperhatikan ambang L., Empoasca sp., Valanga sp., Liriomyza sp.
kendali agar tindakan pengendalian yang diambil Tercatat pula lima spesies hama lain yang juga
tepat, hemat secara ekonomi dan aman bagi pemakan batang, polong, dan biji selain menye-
lingkungan, sesuai dengan konsep pengendalian hama rang daun yaitu Longitarsus suturellinus Csiki.,
terpadu (PHT). Komponen PHT ulat jengkal pada Phaedonia inclusa Stal., Aphis glycines Mats.,
kedelai terdiri dari pengaturan pola tanam, penggu- Bemisia tabaci Genn., dan Heliceoverpa armigera
naan varietas tahan, pemanfaatan musuh alami dan Hubner (Tengkano dan Soehardjan 1993).
penggunaan insektisida yang efektif.
Di Karnakata, India, Rai et al. (1973) dalam
Kata kunci: Ulat jengkal, kedelai, Glyicine max, Harish (2008) menyebutkan terdapat 24 jenis
pengendalian hama terpadu.
serangga hama yang menyerang daun, dan yang
ABSTRACT menyebabkan kerusakan tanaman paling parah
adalah L. indicata, S. subcivella, Diacrisia obli-
Soybean loopers on soybean and their con-
que dan Anarsia achrasella . Laporan lain menye-
trol. Looper on soybean (Glycine max L. Merrill)
consist of three species, namely Plusia chalcites butkan pemakan daun yang juga menyerang
(Esper) (=Chrysoideixis chalcites), Pseudoplusia kedelai di India antara lain S. litura, Tysanoplu-
includens (Walker), and Thysanoplusia oricachlea. In sia orichalcea, Spilarctia oblique dan H. armigera
Indonesia, soybean looper Plusia chalcites (=Chry- (Singh dan Singh 1987).
soideixis chalcites) is the main pest on soybean crop Hasil survei di Texas selama tahun 1981–1983
and can caused yield loss up to 18%. Looper control
menunjukkan bahwa hama utama pemakan daun
should be taken carefully based on monitoring to prop
up the accurate control methods decision, economi- kedelai adalah Anticarsia gemmatalis, Pseudo-
cally efficient and environmentally save through to plusia includens (Chrysodeixis includens),
the concept of integrated pest management (IPM). IPM Trichoplusia ni, Plathypena scabra dan Heli-
components to control looper on soybean integrated coverpa zea. Sedangkan hama minornya Loxoztege
the arrangement of planting time, the use of resistant sp., Colias eurytheme, Spodoptera ornithogalli,
variety, the use of natural enemy and the use of effec- S. exigua dan Elasmopaulus lignosellus (Dress
tive insecticides. dan Rice 1990). Di Amerika Serikat, Anticarsa
Keywords: Looper,soybean, Glycine max L. Merrill, gemmatalis, ulat jengkal (P. includens) dan Pla-
integrated pest management. thypena scabra (Fabricius) juga dikategorikan
sebagai hama penting pada kedelai (Cullen 2010;
PENDAHULUAN Temple at al. 2010).
Ancaman penurunan hasil biji kedelai di dae- Sebagian besar spesies hama pemakan daun
rah tropis disebabkan oleh ketidakpastian musim kehadirannya kurang membahayakan namun
karena ragamnya cukup banyak keberadaan
1
Balitkabi, PO Box 66 Malang e-mail:alfi_inayati@yahoo.com, hama ini di lapang perlu diwaspadai. Karakteristik
marwoto_kabi@yahoo.co.id
kerusakan yang ditimbulkan oleh hama pemakan
Diterbitkan di Bul. Palawija No. 22: 63–70 (2011). daun ini ditandai dengan berkurang atau

63
BULETIN PALAWIJA NO. 22, 2011

rusaknya sebagian atau seluruh daun (defolia- tanaman kentang di Jawa Barat, menyerang
tion) akibat aktivitas makan serangga hama. beberapa jenis gulma dan semak-semak di Deli,
Serangan hama pemakan daun (defoliator) pada menyerang tomat di Malaysia, dan buncis di
tanaman kedelai dibagi dalam dua tahap, yaitu Filipina.
pada masa vegetatif dan masa reproduktif Ulat P. chalcites Esp. (=C. chalcites) atau
(Hammod et al. 2009). Pada fase vegetatif, hama dikenal juga sebagai tobacco and vegetable (to-
muncul sejak tumbuhnya kotiledon sampai mato, cabbage) looper berwarna hijau dengan
memasuki masa pembungaan. Pada awal garis berwarna putih/cerah sepanjang bagian sisi
pertumbuhan kedelai serangga hama yang tubuhnya mulai dari kepala. Larva yang sudah
banyak muncul adalah lalat kacang (Ophiomyia besar panjangnya mencapai 3 cm, mempunyai
phaseoli Tr.) yang menyerang bibit kedelai dan dua pasang tungkai palsu pada abdomen bagian
memakan pucuk (Tengkano et al. 2006), kumbang depan (toraks) dan sepasang pada bagian bela-
daun kacang (Cerotoma trifurcate), kumbang kang. Tubuh ulat jengkal menyempit pada bagian
Meksiko (Epilachna varivestis Mulsant) dan siput ujungnya dengan kepala berukuran kecil (Knodel
(Hammod et al. 2009). Selanjutnya hama daun 2007). Penelitian Harnoto (1981) dalam Arifin
menyerang tanaman kedelai dengan cara me- (1992) mengatakan bahwa stadium ulat terdiri
makan daun terutama daun yang masih muda. atas lima instar dengan lama perkembangan ulat
Pada fase reproduktif (mulai R5) sampai peng- antara 14–19 hari dengan rerata 16,2 hari.
isian dan pemasakan polong serangan hama Kepompong mula-mula berwarna hijau muda,
pemakan daun juga cukup banyak, baik oleh satu secara berangsur-angsur berubah menjadi putih-
jenis hama maupun bersama-sama. Hama pema- kecoklatan. Kepompong dibentuk pada daun,
kan daun yang muncul pada fase ini antara lain ditutupi oleh rumah kepompong (kokon). Stadium
ulat jengkal kedelai (soybean looper= Tysano- kepompong berlangsung selama 6–11 hari dengan
plusia orichalcea), Anticarsa gemmatalis dan rerata 6,8 hari. Stadium ngengat berlangsung
belalang (Hammod et al. 2009), S. litura, Plusia selama 5–12 hari dengan rerata 8,5. Ngengat
chalcites, L. indicata, Stomopterix subcesivella, meletakkan telur pada umur 4–12 hari. Produksi
Aphis glycines, H. armigera, dan Empoasca sp. telur mencapai 1250 butir per ekor ngengat
(Tengkano dan Soehardjan 1993). betina. Telur diletakkan secara individual di per-
mukaan bawah helaian daun. Stadium telur ber-
BIOLOGI HAMA ULAT JENGKAL langsung selama 3–4 hari dengan rerata 3,2 hari.
PADA KEDELAI Daur hidup ulat jengkal dari telur hingga ngengat
Ulat jengkal (looper) yang menyerang tanaman bertelur berlangsung selama 30 hari.
kedelai berasal dari famili Noctuidae. Di Indone-
Pseudoplusia includens (Walker)
sia jenis ulat jengkal pada tanaman kedelai adalah
dari genus Plusia sp. (=Chrysodeixis sp.), yaitu Pseudoplusia includens (Walker) atau soy-
Plusia chalcites Esp. (=Chrysodeixis chalcites) bean looper. Jenis ini banyak menyerang
(Kalshoven 1981). Sedangkan ulat jengkal yang pertanaman kedelai di Amerika Tengah, bagian
menyerang kedelai di daerah sub-tropis lebih utara dan selatan dan jarang ditemukan di
banyak dari genus Pseudoplusia yaitu Pseudo- belahan bumi bagian barat (Hills 1983). Hama
plusia includens Walker (Grant et al. 1985, Smith ini juga dilaporkan menyerang 28 famili tanaman
dan Freeman 1994, Temple et al. 2010) dan ge- yang termasuk dalam famili Amaranthaceae,
nus Thysanoplusia yaitu T. orichalcea ditemukan Cruciferae, Conlvulaceae, Cucurbitaceae, Ephor-
di Afrika (Ethiopia), Asia (India, Israel) dan biaceae, Liliaceae, Solanaceae dan terutama
Australia (Hills 1983; Brier 2010). menyerang kedelai dan kacang-kacangan
(leguminosa) (Herzog 1980).
Plusia chalcites Esp. (=C. chalcites)
P. inludens mirip dengan P. chalcites. Jenis
Kalskoven (1981) menyebutnya green semi ini mempunyai tiga pasang tungkai palsu pada
looper. Jenis ini juga menyerang tanaman bagian toraks, dua di bagian perut dan satu di
kacang-kacangan di Eropa dan Asia. Selain bagian anal. Tungkai palsu pada bagian toraks
menyerang kedelai ulat ini juga menyerang seringkali berwarna hitam sedangkan P.chalcites

64
INAYATI DAN MARWOTO: ULAT JENGKAL DAN PENANGGULANGANNYA

berwarna hijau (Smith 1994). Perbedaan P. NILAI EKONOMI DAN AMBANG KENDALI
includens dengan P. chalcites juga tampak pada ULAT JENGKAL
fase dewasa (ngengat). P. includens dewasa Ulat jengkal pada tanaman kedelai termasuk
mempunyai sayap berwarna coklat dengan sayap hama utama (Kalshoven 1981; Tengkano et al.
bagian depan berwarna lebih cerah daripada 2004). Ulat jengkal sebagai hama kedelai dijumpai
sayap bagian belakang dan mempunyai bulatan di 14 provinsi di Indonesia dengan rerata luas
berwarna keemasan di bagian tengah sayap serangan 5.005 ha/tahun. Serangan ulat jengkal
belakang (Anonim 2011). terutama terjadi di Lampung, Jawa Tengah, Jawa
Fase larva/ulat P. includens berlangsung Timur, dan Sulawesi Utara (Arifin 1992).
selama 14 hari. Kepompongnya berwarna hijau Ulat jengkal menyerang kedelai sepanjang
dan berlangsung selama 7 hari kemudian berubah masa vegetatif sampai generatif. Fase larva
menjadi ngengat. Ngengat betina meletakkan merupakan fase yang paling berbahaya. Larva/
telur pada umur 3–5 hari dengan produksi telur ulat yang masih kecil hanya memakan jaringan
rata-rata 600 butir (Smith dan Freeman 1994). daun tidak sampai ke bagian tulang daun, karena
Thysanoplusia orichalcea (Fabricus) itu daun tampak transparan atau berlubang kecil
seperti jendela, sementara larva yang sudah besar
Sama halnya dengan P. includens, T. orichal- (instar 6) memakan seluruh bagian daun dan 90%
cea dikenal juga sebagai soybean looper. Larva lebih kerusakan oleh ulat jengkal disebabkan
Trichoplusia orichalcea terdiri dari enam instar larva pada fase ini (Tample et al. 2010). Jenis T.
dan berlangsung selama 14–21 hari sebelum orichalcea dilaporkan Brier (2010) menyerang
membentuk pupa (Brier 2010). Larva T. orichalcea tanaman kedelai di Australia pada setiap fase
sangat mirip dengan P. chalcites. Larva T. ori- tumbuh, hanya saja serangan yang mempunyai
chalcea berwarna hijau muda dengan garis lon- resiko terbesar terjadi selama pembungaan sampai
gitudinal yang lebih menonjol daripada P. chal- pengisian polong. Spesies ini juga dilaporkan
cites dan bintik kecil berwarna gelap pada sisi menimbulkan kerusakan yang lebih besar pada
tubuhnya (Anonim 2004). Pupa berada di dalam kacang hijau dan kacang merah bila dibanding-
kokon yang transparan. Pupa P. chal- kan dengan kedelai. Anonim (2004) melaporkan
cites berwarna hijau muda dan pada punggung- lebih dari 90% kedelai di bagian selatan Amerika
nya berwarna coklat hitam, sedangkan pupa diserang oleh P. includens dan P. chalcites. Hama
jenis Trichoplusia orichalcea berwarna coklat ini dilaporkan menyebabkan defoliasi yang sangat
(Lanya 2007). parah terutama terjadi setelah aplikasi insektisida
Ngengat T. orichalcea berwarna coklat dengan sebelum fase pembungaan karena matinya
bercak besar berwarna keemasan yang jelas pada musuh alami ulat jengkal.
bagian sayap belakangnya, sedangkan pada Hasil pengamatan dinamika populasi ulat
ngengat P.chalcites terdapat bintik berwarna jengkal pada tahun 1987 di Yogyakarta menun-
putih keperakan pada sayap belakang (Brier jukkan bahwa serangga ini mulai hadir pada
2010). Ngengat betina meletakkan telur yang pertanaman berumur 44 HST, dan puncak popu-
berwarna kuning-kehijauan dan akan menetas lasinya terjadi pada 51 HST pada fase pengisian
dalam 3–5 hari. Serangga ini membutuhkan 24– biji (Arifin 1992).
35 hari untuk menyelesaikan satu daur hidupnya.
Tingkat kerusakan daun yang berpengaruh
Selain menyerang tanaman kedelai juga me- terhadap hasil tanaman (kerusakan ekonomi)
nyerang kacang hijau, buncis, kacang merah, adalah apabila jumlah daun yang hilang sebelum
bunga matahari kentang, parsley, dan wortel. pembungaan sebesar 30% dan 15% sesudah fase
(Brier 2010). Serangga ini dikenal juga sebagai pembungaan (Chapin dan Sulivan 2011). Sampai
hama pada tanaman sayuran. Stringer et al. saat ini hasil penelitian tentang kehilangan hasil
(2008) menyebutkan Indonesia sebagai daerah biji akibat serangan ulat jengkal pada tanaman
asal serangga ini yang kemudian menyebar ke kedelai di Indonesia belum dilaporkan. Oleh kare-
Eropa, India, Afrika, Australia, dan Selandia na itu, ambang kendali ulat jengkal ditentukan
Baru. berdasarkan data empiris, hasil penelaahan
pustaka, dan tingkat kerusakan daun. Singh dan

65
BULETIN PALAWIJA NO. 22, 2011

Singh (1990) menyebutkan serangan ulat (Spila- Pada umumnya daun yang pertama diserang
rotia oblique) di India yang menyebabkan kehi- oleh ulat jengkal adalah pada bagian atas. Chapin
langan daun sebesar 40% dan 30% polong ab- dan Sulivan (2011) juga menjelaskan teknik
normal dan menyebabkan kehilangan hasil untuk menghitung kerusakan daun akibat hama
sampai 50%. Knodel (2007) menunjukkan akibat pemakan daun, yaitu dengan cara menghitung
hama pemakan daun akan merugikan secara kerusakan daun pada daun bagian atas, tengah
ekonomi apabila kerusakan daun pada fase vege- dan bawah. Sepuluh daun yang diambil dari
tatif sampai dengan 40%, sebelum pembungaan bagian atas, tengah dan bawah kemudian diskor
maksimal 30%, saat pembungaan maksimal 20%, tingkat kerusakannya menurut jumlah bagian
saat pengisian polong maksimal 15% dan daun yang rusak. Misalnya skor 1 apabila mini-
pemasakan biji sampai panen sampai dengan 30%. mal 10% bagian daun hilang atau rusak, skor 3
Lanya (2007) juga melaporkan bahwa kerusa- apabila 30% daun hilang, dan skor 10 apabila
kan daun sebesar 50% pada awal pembungaan semua bagian daun hilang (Gambar 1).
hingga pembungaan penuh dapat menurunkan Adisubroto et al. cit Arifin (1991) menentukan
hasil 9–18%, atau setara dengan 135 kg sampai ambang kendali berbagai jenis hama kedelai,
270 kg/ha. Kerusakan daun total pada fase peng- antara lain penggulung daun dan ulat jengkal
isian biji dapat menurunkan hasil sebesar 80%, secara empiris, masing-masing sebesar 6 ekor/10
yaitu setara dengan 1200 kg/ha. tanaman dan 3 ekor/30 tanaman. Boyd et al.
(1997) menyebutkan ambang kendali ulat jengkal
pada tanaman kedelai di Lousiana, Amerika
adalah 37,5 ekor tiap 25 kali sweeping, di Ar-
kansas 29 ekor tiap 25 kali sweeping atau 6 ulat
per tanaman (Lorentz et al. 2006). Lanya (2007)
menyebutkan ambang pengendalian ulat jengkal
tergantung dari fase pertumbuhan tanaman yang
diserang dan stadia larva. Diketahui bahwa
kemampuan ulat jengkal dalam memakan daun
adalah setengah daripada kemampuan ulat
grayak. Oleh karena itu penetapan ambang
pengendaliannya mengacu pada ulat grayak
seperti yang tercantum pada Tabel 1.

PENGENDALIAN ULAT JENGKAL


PADA KEDELAI
Gambar 1. Contoh skor kerusakan daun kedelai yang Pengendalian ulat jengkal yang banyak dila-
terserang hama daun
kukan saat ini adalah menggunakan insektisida.
(Sumber: Knodel 2007). Penggunaan insektisida untuk mengendalikan
serangga hama masih menjadi pilihan utama

Tabel 1. Ambang kendali ulat grayak menurut stadia pertumbuhan tanaman sebagai acuan penetapan ambang
kendali ulat jengkal.

Stadia/kerusakan Vegetatif Berbunga berpolong Pengisian polong


larva instar 1 200 ekor/10 rpn 200 ekor/10 rpn 200 ekor/10 rpn
larva instar 2 120 ekor/10 rpn 120 ekor/10 rpn 120 ekor/10 rpn
larva instar 3 20 ekor/10 rpn 30 ekor/10 rpn 50 ekor/10 rpn
larva instar 4-6 Mekanis Mekanis Mekanis
kerusakan daun 25% daun rusak 12,5% daun rusak 12,5% daun rusa
(ada populasi) (ada populasi) (ada populasi)
Sumber: Lanya (2007).

66
INAYATI DAN MARWOTO: ULAT JENGKAL DAN PENANGGULANGANNYA

petani karena insektisida dapat dengan cepat me- PENGENDALIAN HAMA TERPADU
nurunkan populasi hama dan dapat diperguna- ULAT JENGKAL PADA KEDELAI
kan setiap saat dan di mana saja. Namun peng- Konsep PHT adalah memadukan berbagai
gunaan insektisida yang berlebihan juga menim- komponen pengendalian untuk menurunkan
bulkan dampak yang tidak diinginkan antara status hama ke tingkat yang tidak merugikan
lain: hama berkembang menjadi resisten terhadap tanaman dengan memperhatikan kualitas ling-
insektisida, organisme bukan sasaran termasuk kungan (Alston 1996). Komponen pengendalian
predator dan parasitoid juga ikut mati, menim- yang dapat diintegrasikan untuk mengendalikan
bulkan ledakan hama sekunder, residu insektisida hama menurut Oka (2005) yaitu:
mencemari tanaman, tanah, air dan udara serta
menimbulkan fenomena resurjensi yaitu jumlah 1) mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat
populasi keturunan hama itu menjadi lebih dengan cara mengatur pola tanam, pergiliran
banyak bila tidak diperlakukan dengan insektisida tanam, sanitasi, pemupukan, pengelolaan
(Oka 2005). Temple et al. (2010) melaporkan ulat tanah dan pengairan serta menggunakan
jengkal di Lousiana, Amerika sudah resisten ter- tanaman perangkap,
hadap insektisida berbahan aktif organofosfat, 2) pengendalian hayati menggunakan predator,
karbamat dan dari kelompok piretroid. parasitoid, patogen serangga,
Mengingat kelemahan dan bahaya aplikasi 3) penggunaan varietas tahan,
insektisida yang berlebihan tersebut , maka untuk 4) pengendalian mekanis, menanam tanaman
mengendalikan hama ulat jengkal sebaiknya penghalang, menggunakan alat perangkap,
digunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu 5) pengendalian secara sifik (suhu panas, dingin,
(PHT). Dalam konsep tersebut, pengendalian suara, kelembaban, perangkap cahaya),
hama dengan insektisida merupakan salah satu
6) pengendalian secara genetik (teknik jantan
komponen yang digunakan jika perlu serta diinte-
mandul),
grasikan dengan komponen pengendalian lain.
7) penggunaan insektisida.
Praktik pengelolaan hama tanaman dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu pertama melalui Komponen PHT yang dapat diterapkan untuk
tindakan pereventif untuk mencegah hama me- mengendalikan ulat jengkal pada tanaman
nyerang tanaman dan kedua melalui tindakan kedelai yaitu:
kuratif untuk mengobati atau mengatasi masalah
pada tanaman akibat hama (Pedigo 1991). Kedua 1. Pengaturan Pola Tanam
cara tersebut kemudian digabungkan dalam suatu Pengaturan pola tanam dimaksudkan untuk
konsep PHT dengan memperhatikan agroeko- menciptakan lingkungan yang kurang mengun-
sistem tanaman dan ekologi hama. Program PHT tungkan bagi hama untuk bertahan hidup,
menurut Oka (2005) disusun dalam dua tahap tumbuh, dan bereproduksi. Pengendalian hama
yaitu pertama menentukan status hama, identi- dengan cara ini biasanya kurang memuaskan
fikasi dan informasi tentang bio-ekologinya dan karena sifatnya hanya mengurangi populasi
dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu menen- hama. Meskipun demikian, cara ini menguntung-
tukan tingkat kerusakan ekonomi, kerusakan kan karena menciptakan lingkungan yang relatif
ekonomi, ambang ekonomi dan posisi keseimbang- stabil dan hasilnya tidak beragam, seperti yang
an umum. Chapin and Sulivan (2011) memerinci dihasilkan bila menggunakan insektisida saja.
kunci pengelolaan hama kedelai menjadi lima hal Pengaturan pola tanam meliputi pergiliran tana-
penting yaitu : (1) pengamatan di lapang selama man untuk memutus rantai pakan hama, waktu
periode kritis, (2) indentifikasi serangga hama tanam untuk menghindarkan masa kritis tana-
yang akurat, (3) menentukan ambang kendali man dari serangan hama, dan tanam serentak
dari serangga hama untuk dasar pertimbangan agar tidak terjadi tumpang tindih generasi hama
penentuan aplikasi insektisida, (4) menggunakan (Arifin 1992).
bahan yang paling aman, murah dan ramah ling-
kungan, dan (5) penggunaan alat yang sudah 2. Pemanfaatan Musuh Alami
dikalibrasi dengan akurat dan aplikasi insektisida Musuh alami dapat berperan sebagai parasi-
yang tepat. toid yaitu memanfaatkan serangga hama sebagai

67
BULETIN PALAWIJA NO. 22, 2011

inang kemudian memakannya sehingga membuat melaporkan kedelai PI 417061 (Kosa Mame) hasil
inangnya lemah lalu mati, sebagai predator atau introduksi dari Jepang tahan terhadap Pseudo-
pemangsa serangga hama dan sebagai pathogen plusia chalcites. Kedelai kurstaki transgenik yang
serangga yang menyebabkan serangga hama disisipi gen cry1Ac dari Bacillus thuringiensis
terserang penyakit lalu mati (Pedigo 1991). (Jack-Bt) juga dilaporkan tahan terhadap ulat
Parasitoid bagi ulat jengkal pada tanaman jengkal kedelai dan juga tahan terhadap hama
kedelai yaitu Copidosoma floridanum (Arifin dari famili Lepidoptera (Walker et al. 2000).
1992, Ruberson 2005), Apanteles sp., Micro- 5. Penggunaan Insektisida
plitis sp., Tachinidae dan Braconidae (Lanya
2007), Meteorus autographae, Copidosoma Insektisida yang dapat digunakan untuk me-
truncatellum (Daigle et al. 1990). Telur dan larva ngendalikan ulat jengkal pada tanaman kedelai
ulat jengkal pada kedelai di bagian selatan Ame- antara lain insektisida yang berbahan aktif
rika Serikat dimangsa oleh predator dari genus methoxyfenozide, thiodicarb, indoxacarb, dan
Lebia analis, Geocoris spp., Reduviolus dan spinosad (Temple et al. 2010). Harish et al. (2009)
Tropiconabis (Grant et al. 1984). Predator lain melaporkan penggunaan insektisida mamectin
yang juga memangsa ulat jengkal yaitu Coleome- benzoate dan Spinosad untuk mengendalikan ulat
gilla maculate dan Calosoma spp (Anonim 2011). jengkal T. orichalcea pada kedelai mempunyai
Selain parasitoid dan predator, ulat jengkal juga pengaruh yang signifikan terhadap hasil.
dapat diserang oleh jamur patogen Entomoph- Kelima komponen PHT tersebut di atas dapat
thora gammae, Massospora sp dan Nomuraea rileyi digunakan sekaligus secara terpadu atau hanya
(Daigle 1990; Anonim 2011). Pemanfaatan menggunakan beberapa komponen saja menye-
nuclear polyhedrosis virus (NPV) untuk mengen- suaikan dengan kondisi hama di lapang berda-
dalikan Pseudoplusia includens dilaporkan sarkan pemantauan hama yang cermat, pertim-
Young dan Yearian (2004) mampu mematikan bangan ekonomi, dan keamanan lingkungan di
larva ulat jengkal tersebut pada semua stadium. sekitar pertanaman kedelai.
3. Pengendalian Fisik dan Mekanik PENUTUP
Pengendalian fisik dan mekanis merupakan Ulat jengkal pada tanaman kedelai perlu
cara yang langsung mematikan serangga, meng- mendapat perhatian karena meskipun bukan
ganggu fisiologi serangga dengan cara yang ber- termasuk hama penting namun keberadaannya
beda dengan insektisida, atau merubah lingkung- bersama dengan hama pemakan daun lainnya
an menjadi tidak menguntungkan bagi serangga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
hama. Cara ini kurang populer karena informasi produksi kedelai.
tentang bioekologi serangga tidak cukup tersedia.
Penelitian bioekologi, pemanfaatan musuh
Oleh karena itu, peranannya di dalam PHT relatif
alami, kerusakan ekonomi, ambang kendali dan
kecil dan harus dipadukan dengan cara lain. Cara
komponen pendukung PHT lainnya perlu terus
fisik dan mekanis dianjurkan untuk mengendali-
dilakukan mengingat perkembangan populasi
kan hama pemakan daun pada stadium yang
hama yang bersifat dinamis dan terjadinya peru-
relatif tahan terhadap insektisida dan pada
bahan iklim global. Demikian juga dengan paket
populasi yang belum memencar dengan cara
teknologi PHT untuk hama-hama kedelai ter-
memungut dan memusnahkannya (Arifin 1992).
masuk ulat jengkal perlu terus dikembangkan agar
4. Penggunaan Varietas Tahan lebih tepat sasaran, lebih hemat secara ekonomi
dan tidak merusak ekosistem pertanian dan
Penggunaan varietas tahan merupakan cara
mencemari lingkungan.
yang paling efektif, ekonomis, dan aman bagi
lingkungan (Pedigo 1991). Akan tetapi, cara ter-
DAFTAR PUSTAKA
sebut belum dapat diterapkan secara mutlak
untuk mengendalikan ulat jengkal karena belum Alston, D.G. 1996. The integrated pest management
banyak keterangan tentang varietas tahan ter- (IPM) concept. www.extension.usu.edu/files/publi-
hadap ulat jengkal. Kilen and Lambert (1998) cations/publication/ipm-concept’96.pdf

68
INAYATI DAN MARWOTO: ULAT JENGKAL DAN PENANGGULANGANNYA

Anonim. 2004. Caterpillar pests of soybean. www.2.dpl. Hammond, R.B., A. Michel and J.B. Eisley. 2009.
gov.au/fieldcrops/8748html Defoliators on soybean. www.ohioline.osu.edu/
ent_fact/pdf/0039.pdf
Anonim. 2011. Soybean looper. www.ipm.ncsu.edu/
AG271/soybean/soybean_looper_html Harish. G., R.H. Patil, and R.S. Giraddi. 2009. Evalu-
ation of biorational pesticides against lepidopteran
Arifin, M. 1992. Bioekologi, serangan, dan pengen-
defoliators in soybean. Karnataka J. Agric. Sci.,
dalian hama pemakan daun kedelai. hlm 81–116
22(4): 914–917.
dalam Marwoto, N. Saleh, Sunardi, dan A. Wi-
narto. (Eds.). Risalah Lokakarya Pengendalian Herzog, D.C. 1980. Sampling soybean looper on soy-
Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Balittan Ma- bean. Sampling methods. p 140–168. in Kogan M.,
lang, 8–10 Agustus 1991. and D.C. Herzog (Eds). Sampling methods in soy-
bean entomology. Spinger. Verlag. NY. Hiedelberg.
Boyd, M. L., D. J. Boethel, B. R. Leonard, R. J. Habetz,
Berlin.
L. P. Brown and W.B. Hallmark. 1997. Seasonal
Abundance of Arthropod Populations on Selected Hills, D.S. 1983. Agricultural insect pests of the tro-
Soybean Varieties Grown in Early Season Produc- pics and their control. 2nd ed. Cambrigde Univ
tion Systems in Louisiana. Bulletin No. 860. Press. 746 p.
www.lsuagcenter.com/NR/rdonlyres/F5349474.../
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia.
B860.pdf - United States.
Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. 701 p.
Brier, H. 2010. Soybean looper. http://www.dpi.
Kilen, T.C.,and Lambert, L. 1998. Genetic control of
qld.gov.au/26_9672.htm.
insect resistance in soybean germplasm PI 417061.
Chapin, J.W.,and M.J, Sullivan. 2011. Soybean insect Crop Sci.Abstract. http://www.highbeam.com/doc/
management. http://www.scsoybeans.org/research/ 1G1-20951923.html.
soybean_insect_mngmt.pdf
Knodel, J. 2007. Continue monitoring for sunflower
Cullen, E. 2010. Green Cloverworm in Soybean. http:/ moths and other head insects in late blooming sun-
/ipcm.wisc.edu/WCMNews/tabid/53/EntryId/981/ flower fields. http://www.ag.ndsu.nodak.edu/aginfo/
Green-Cloverworm-in-Soybean.aspx entomology/ndsucpr/Years/2007/august/16/
ent_16aug07.htm.
Daigle,. C.J., D.J. Boethel. J.R. Fuxa. 1990. Parasi-
toids and pathogens of soybean looper and velvet- Lanya, H. 2007. Peramalan OPT utama kedelai. http:/
bean caterpillar (Lepidoptera: Noctuidae) in soy- /agribisnis.web.id/web/diperta-ntb/artikel/
beans in Louisiana. Environmental Entomology. opt_kedelai.htm.
9(3).746–752a. http://www.cabdirect.org/abstracts/
Lorentz, G., D.R. Johnson, G. Sudebaker, C. Allen, S.
19901147774.html.
Young. 2006. Insect Management Soybean Insect
Dress B.M., and M.E. Rice. 1990. Population dynam- Management. http://www.aragriculture.org/in-
ics and seasonal occurrence of soybean insect pests sects/soybean/default.htm.
in southeastern Texas. Southwestern Entomologist.
Oka, I N. 2005. Pengendalian hama terpadu dan imple-
http://www.cabdirect.org/abstracts/19911154214.
mentasinya di Indonesia. Gadjah Mada Univ Press.
html;jsessionid=F9297A7581E5513A189CD67-
255 hlm.
50263A3B0.
Pedigo, L.P. 1991. Entomology and Pest Management.
Duke, J.A. 1983. Glycine max (L.) Merr. Hanbook of
McMillan Publ Co. New York. 646 p.
energy crops. Unpublished. www.hort.purdue.edu/
newcorp/duke_energy/Glycine_max.html. Ruberson. J.R. Parasitism of soybean looper Pseudo-
plusia includens, in Bollgard and non Bt cotton.
Grant, J.F., R.E. Mc Whorter, and M. Shepard. 1985.
Beltwide Cotton Conferences, New Orleans, Loui-
Influence of soybean looper density on predation by
siana. 1539–1543. http://commodities.caes.uga.edu/
adult Lebia analis. J. Agric. Entomol. 2(2):167–174.
fieldcrops/cotton/rerpubs/2004/p137.pdf.
Guantano, F.D. 2011. Comodity oils and fats soybean
Singh, O.P. and Singh, K.T., 1987, Green semilooper
oil. Soybean oil in the market place. The AOCS
chrysodeixis acuta as a pest of flower and pods and
Lipid Library. www.lipidlibrary.aocs.org/market/
its effect on the grain yield of soybean in Madhya
soybean.htm.
Pradesh. Indian J. Agric. Sci., 57: 861–863.

69
BULETIN PALAWIJA NO. 22, 2011

Smith, R. H. and Freeman. 1994. Soybean looper: Late Tengkano, W., Supriyatin, Suharsono, Bedjo. Y. Pra-
season foliage feeder on cotton. www.aces.edu/pubs/ yogo, dan Purwantoro. 2006. Status hama kedelai
docs/A/ANR_0843_united states. dan musuh alami di lahan kering masam Lam-
pung. hlm 511–526 dalam Suharsono, A.K. Maka-
Sumarno dan Manshuri. 2007. Persyaratan tumbuh
rim, A.A. Rahmiana, M.M. Adie, A. Taufiq, F. Rozi,
dan wilayah produksi kedelai di Indonesia. hlm 74–
I K. Tastra, dan D. Harnowo. Peningkatan Pro-
103 dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Her-
duksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Men-
manto, dan H. Kasim., (Eds). Kedelai, Teknik Pro-
dukung Kemandirian Pangan. Puslitbangtan.
duksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan
Bogor.
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. USDA. 2011. World agricultural supply and demand
estimates. www.usda.gov/oce/commodity/wasde/
Stringer L.D., El-Sayed A.M., Cole, L.M., Manning
latest.pdf.
L.A., Suckling D.M. 2008. Floral attractants for
the female soybean looper, Thysanoplusia orichalcea Walker , D., J.N. All. R.M. Mc Pherson. H.R. Boerma,
(Lepidoptera: Noctuidae). Pest Manag Sci. 64(12): and W.A. Parrott. 2000. Field Evaluation of Soy-
1218–21. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ bean Engineered with a Synthetic cry1Ac Trans-
18615789. gene for Resistance to orn Earworm, Soybean
Looper,Velvetbean Caterpillar (Lepidoptera:
Tample, J., S. Brown., J.A. Davis, and B.R. Leonard.
Noctuidae), and Lesser Cornstalk Borer (Lepi-
2010. Soybean looper in Lousiana soybean.
doptera: Pyralidae). J of Econ Entomol 93(3): 613–
www.agfax.com/Librepository/soybean_looper_whi-
622.
te_paper_08122010.pdf.
Young, S.Y. and W.C. Yearian. 2004. Secondary trans-
Tengkano, W. dan Soehardjan. 1993. Jenis hama
mission of nuclear polyhedrosis virus
utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman
by Pseudoplusia includens and Anticarsia gemma-
kedelai, hlm 295–318 dalam Somaatmadja, S.M.
talis larvae on semisynthetic diet. J of Invertebrate
Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung,
Pathol 51(2). http://www.sciencedirect.com/
dan Yuswadi (Eds). Kedelai. Pusat Penelitian dan
science?ob=ArticleURL&udi=B6WJV-4F2083H-
Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.

70

Anda mungkin juga menyukai