1. Jelaskan dengan rinci tentang pengertian hukum secara leksikologis
(kamus) dan apa yang dimaksud dengan hukum Allah (Syari’at)? Jawaban: Hukum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan: 1) Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah 2) Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat 3) Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa(alam dan sebagainya) yang tertentu. 4) Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan) vonis Hukum Allah SWT adalah seperangkat aturan yang berasal dari pembuat syari’at (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau yang memberikan pilihan antaa mengerjakan atau meninggalkan. 2. Hukum Islam secara garis besar dibagi ke dalam beberapa bagian, sebutkan dan jelaskan dengan baik juga sertakan contoh-contohnya! Jawaban: Hukum Islam secara garis besar dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu: 1) Wajib Wajib adalah suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka orang yang mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan mendapat siksa. Contoh: Puasa dibulan ramadhan (Qs. Al Baqarah (2) ayat 183); Menaati Allah dan
1|Diskusi Agama Sesi IV/857081831
Rasulullah serta Ulum Amri (pemimpin) dan mengembalikan setiap permasalahan kepada Al Qur’an dan Hadist (Qs. An Nisaaa’ (4) ayat 59) Hukum wajib dibagi menjadi 2 (dua) yakni: a. Wajib ‘ain artinya kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada setiap orang yang sudah baligh (mukallaf). Artinya apabila dalam suatu masyarakat yang mengerjakan hanya sebagian sementara yang lain tidak mengerjakan maka yang tidak mengerjakan harus tetap mempertanggung-jawabkan perbuatannya yaitu menunggalkan kewajibannya. Misalnya kewajiban sholat dan membayar zakat b. Wajib Kifa’i (Kifayah) adalah kewajiban yang dibebankan dalam agama kepada kelompok yang sudah baligh (mukallaf) artinya apabila ada salah seorang dari sekelompok tersebut telah mengerjakan kewajiban yang dituntut itu maka orang lain dalam kelompok tersebut tidak mengerjakan, maka tidak dinilai berdosa. Akan tetapi apabila tidak ada seorangpun yang mengerjakan maka semua orang mukallaf dalam kelompok tersebut akan berdosa. Misalnya: mendirikan rumah sakit Islam, membangun sekolah yang mengajarkan agama Islam, mengurus jenazah sesuai dengan syari’at Islam 2) Sunah Yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan, maka orang yang meninggalkan tersebut tidak mendapatkan dosa. Contoh: melakukan sunnah mu’amallah (Qs. Al Baqarah (2) ayat 282 – 283). Sunnah dibagi menjadi 2 bagian yakni:
2|Diskusi Agama Sesi IV/857081831
a. Sunnah muakkad Sunnah muakkad yiatu perbuatan yang amat sering dilakukan oleh Rasullullah SAW bahkan jarang sekali beliau tinggalkan, kecuali hanya beberapa kali saja, meskipn demikian bagi yang tidak mengerjakan, tidak mendapatkan siksa. Contoh: berkumur dalam wudhu, adzan dan iqamah dalam sholat berjamaah, membaca ayat surat Al Qur’an setelah AL Fatihah dalam sholat b. Sunnah ghairu muakkad Sunnah ghoiru muakkad adalah suatu aktivitas atau perbuatan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW tetapi tuntutannya tidak sekuat sunnah muakkad, salah satu alasannya adalah Nabi Muhammad SAW pernah mengerjakan tetapi juga sering meninggalkannya, Contoh sholat sunnah qobliyah isya’ 3) Mubah Mubah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang mengerjakan tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa. Suatu perbuatan dikatakan mubah apabila melalui beberapa cara antara lain: a. Perbuatan itu ditetapkan secara tegas kebolehannya oleh agama (Qs. Al Baqarah (2) ayat 235) yang menegaskan tidak ada dosa bagi kamu .... b. Ada petunjuk dari ayat atau hadits berupa perintah untuk melakukan nya tetapi ada qarinah yang menunjukkan bahwa perintah tersebut hanya untuk mubah saja. Sebagaimana difirmankan pada (Qs. Al Maaidah (5) ayat 2 c. Ditetapkan kemubahannya karena adanya kaidah yang menyatakan bahwa pada asalnya segala sesuatu itu adalah
3|Diskusi Agama Sesi IV/857081831
mubah, selama tidak ada dalil yang memakruhkan atau mengharamkannya. 4) Makruh Makruh adalah apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka orang yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut tidak mendapatkan siksa. Perbuatan dikatakan makruh dilihat dari sudut pandang berikut: a. Ungkapan yang dipakai untuk melarang itu sudah menunjukkan kemakruhan seperti dengan menggunakan kata “karaha” dengan segala bentuk dan perubahannya. b. Dengan lafadz yang menalarang mengerjakan suatu perbuatan kemudian didapatkan di dalam ayat lain suatu kata yang menjadi petunjuk bahwa larangan yang terdapat pada ayat tersebut bukan menunjukkan keharamannya sebagaimana difirmankan dalam surat (Qs. Al Maai’dah (5) ayat 101). Larangan menunjukkan suatu masalah secara berlebihan itu adalah makruh berdasarkan adanya petunjuk pada ayat lain yang menganjurkan untuk bertanya kepada ahlinya apabila masalah tersebut belum dipahami (Qs. An Nahl (16) ayat 43). 5) Haram Haram adalah segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapatkan siksa. Contoh: Larangan menyembah berhala (Al Hajj (22) ayat 30), Larangan mempersekutukan Allah SWT (Qs. Al An’am (6) ayat 151) 3. Hukum Islam dibangun di atas beberapa prinsip, sebutkan prinsip- prinsip tersebut dan jelaskan!
4|Diskusi Agama Sesi IV/857081831
Jawaban: Dalam hukum Islam terdapat 7 (tujuh) prinsip yakni: 1) Prinsip tauhid Prinsip ini menjelaskan bahwa seluruh manusia ada di bawah ketetapan yang sama sebagai hamba Allah. Prinsip ini difirmankan pada (Qs. AL A’raaf (7) ayat 172) tentang ketuhanan, (Qs. Ali Imran (3) ayat 64) tentang keesaan Allah. Prinsip ketauhidan ini dapat ditarik beberapa prinsip: a. Prinsip berhubungan langsung dengan Allah SWT tanpa perantara sebagaimana difirmankan pada Qs. Al Baqarah (2) ayat 186 b. Beban hukum yang diciptakan oleh Allah bertujuan untuk kemaslahatan hidup manusia bukan untuk kepentingan Allah SWT. Sehingga Allah SWT tidak akan membebani hamba-Nya diluat kemampuannya sebagaimana difirmankan pada Qs. Al Isra (17) ayat 7) dan Qs Al Baqarah (2) ayat 185 2) Prinsip keadilan Prinsip keadilan megandung pengertian bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan manusia dari berbagai aspeknya harus dilandaskan kepada prinsip keadilan yang meliputi hubungan antara individu dengan manusia dan masyarakatnya serta hubungannya antara individu dengan lingkungannya. Prinsip ini didasarkan pada firman Allah Qs Al Maai’dah (5) ayat 8, Qs Al An’am (6) ayat 152 3) Prinsip amar makruf nahi munkar Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip tauhid dan keadilan. Amar ma’ruf berarti hukum Islam ditegakkan untuk menjadikan umat manusia dapat melaksanakan hal-hal yang baik dan benar
5|Diskusi Agama Sesi IV/857081831
sebagaimana dikehendaki oleh Allah SWT. Sedangkan Nahi Munkar diartikan sebagai hukum Islam tersebut ditegakkan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk yang dapat meruntuhkan kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana difirmankan Allah pada Qs. Ali Imran (3) ayat 110 dan 114) 4) Prinsip al Hurriyah (kebebasan dan kemerdekaan) Prinsip ini mengandung arti bahwa hukum Islam tidak diterapkan berdasarkan paksaan, akan tetapi berdasarkan penjelasan yang baik dan argumentatif yang dapat meyakinkan. Apabila manusia pada akhirnya menolak ataua menerima sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing individu. Prinsip ini tertuang dalam firman Allah Qs Al Kafirun (109) ayat 6 dan Qs. Al Baqarah (2) ayat 256. 5) Prinsip musawah (persamaan/egaliter) Prinsip ini mengandung arti bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama meskipun faktanya berbeda dalam lahiriyyah, baik warna kulit, bahasa suku bangsa dan lain-lain. Kesamaan tersebut terutama dalam hal nilai kemanusiaannya. Sebagaimana difirmankan Allah pada Qs. Al Hujuraat (49) ayat 13. Sedangkan persamaan derajat manusia, yang menyatakan bahwa manusia merupakan sama dan dimuliakan dibanding makhluk jenis lainnya sebagaimana difirmankan dalam Qs. Al Israa’(17) ayat 70 6) Prinsip ta’awun (tolong menolong) Prinsip ini mengajarkan bahwa sesama warga masyarakat harus saling tolong menolong demi tercapainya kemaslahatan bersama. Prinsip ini tertuang pada firman Allah Qs. Al Maai’dah (5) ayat 2. 7) Prinsip tasamuh (toleransi)
6|Diskusi Agama Sesi IV/857081831
Prinsip ini mengajarkan bahwa hukum Islam mengharuskan kepada umatnya untuk hidup penuh dengan suasana damai dan toleran. Toleransi ini harus menjamin tidak dilanggarnya hukum Islam dan hak umat Islam. Prinsip ini tertuang pada firman Allah SWT Qs. Al Mumtahanah (60) ayat 8 4. Jelaskan pengertian sunnah atau hadits baik secara etimologis maupun secara istilah dan ada berapa macam bentuk-bentuk sunnah? Jawaban: 1) Pengertian Sunnah: a. Secara etimologis sunah diartikan sebagai perjalanan, cara hidup atau tradisi yang baik maupun yang buruk. b. Secara istilah, sunah diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW selain Al Qur’an baik berupa perkataan , perbuatan maupun ketetapan yang layak menjadi sumber hukum syariat. 2) Bentuk bentuk sunnah: a. Sunnah berupa perkataan (qauliyah) adalah segala sesuatu yang memang berupa perkataan Nabi Muhammad SAW. Biasanya sunnah ini bentuknya sederhana. b. Sunnah berupa perbuatan (fi’liyah) merupakan sunnah yang berkaitan dengan perbuatan Nabi Muhammad SAW misalnya tata cara dalam menjalankan ibadah sholat. c. Sunnah ketetapan (taqrir) adalah segala bentik perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW tidak melarangnya justru membenarkannya. 5. Jelaskan urgensi sunnah Nabi Muhammad SAW dalam hukum Islam! Jawaban:
7|Diskusi Agama Sesi IV/857081831
Urgensi sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum disamping Al Qur’an dapat diklasifikasikan menjadi 5 hal yakni: 1) Iman Salah satu konsekuensi beriman kepada Allah SWT adalah menerima segala sesuatu yang bersumber dari para utusan Allah. Bagi umat Islam, beriman kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Allah SWT telah memilih rasul diantara hambanya untuk menyampaikan hukum syariat sebagaimana di jelaskan pada Qs Al An’aam (6) ayat 124, Qs An Nahl (16) ayat 35, Qs. An Nisaa’ (4) ayat 36, Qs. Al A’raaf (7) ayat 158 2) Al Qur’an Dalam Qs. An Nisaa’ (4) ayat 59 dinyatakan bahwa kembali kepada Allah dan Rasul merupakan mayoritas mufasseir adalah mengembalikan segala urusan kepada tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Selain itu, iman kepada penguasa merupakan salam satu bentuk ketaatan sepanjang penguasa tersebut taat kepada Allah dan Rasulullah. Selain itu Qs. An Nisaa’ (4) ayat 80 juga menjelaskan bahwa sesungguhnya menaati Nabi Muhammad SAW berarti menaati Allah SWT. Penjelasan ini dituangkan pula pada Qs. Al Fath (48) ayat 10 dan Qs Al Hasyr (59) ayat 7 serta Qs. An Nisaa’ (4) ayat 65 3) Hadits Nabi Muhammad SAW Sebagaimana diriwayatkan oleh Malik bin Anas tentang kitabullah dan sunnah yang dijadikan pedoman dalam hidup dan riwayat sahabat al Irbash bin Sariyah tentang memegang teguh sunnah Nabi dan Sunnah khulafa’urrasyidin maka dapat disimpulkan bahwa Rasulullah telah diberi AL Qur’an dan mengajarkan sunnah.
8|Diskusi Agama Sesi IV/857081831
Kewajiban kita adalah berpegang teguh kepada keduanya khususnya sebagai sumbuh hukum dalam kehidupan kita. Barang suapa yang mengingkari sunnah berarti orang tersebut ingkar kepada Al Qur’an 4) Konsensus (Ijma’) Ulama Umat Islam telah sepakat bahwa posisi sunnah sebagai sumber hukum dalam Islam. Umat Islam menerima sunnah seperti mereka menerima Al Qur’an karena berdasarkan petunjuk Allah, apa yang diucapkan Nabi SAW tidak lain hanyalah wahyu dari Allah SWT maka sudah sewajarnya kalau menjadi sumber hukum dalam syari’at Islam sebagaimana difirmankan pada Qs. Al An’aam (6) ayat 50 dan Qs Al Anfaal (8) ayat 24) 5) Dalil Aqli/Logika Al Qur’an yang berisi petunjuk dari Allah secara umum masih bersifat global khususnya yang berkaitan dengan perintah dan larangan sebagaiana diisyaratkan pada Qs An Nahl (16) ayat 44. Dengan alasan tersebut mutlak Al Qur’an membutuhkan penjelasan lebih lanjut dan itulah salah satu peran sunnah Nabi SAW. Seandainya sunnah Nabi SA bukan merupakan sumber hukum dalam Islam maka petunjuk Al Qur’an tersebut tidak dapat dilaksanakan.