Anda di halaman 1dari 9

HUKUM ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Penulis :
1. Muhamad Al Happsi
2. Kusumawati S.I.P.,MA

Pendahuluan
Kata hukum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan denga nempat
pengertian. Pertama, peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Kedua, undang-undang, peraturan dan
sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. Ketiga,patokan (kaidah, ketentuan)
mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu. Keempat, keputusan
(pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (di pengadilan) vonis. Dari keempat pengertian
tersebut, hukum yang dimaksud adalah seperti yang diartikan dalam pengertian yang kedua,
undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup manusia. Jika
kata hukum tersebut diikuti dengan kata Allah SWT maka dapat diartikan sebagai undang-
undang atau peraturan yang bersumber dari Allah untuk mengatur kehidupan makhluknya
khususnya manusia.

Pengertian Hukum Syariat


Yang dimaksud dengan hukum syari‟at menurut para ulama adalah seperangkat aturan
yang berasal dari pembuat syari‟at (Allah SWT) yang berhubungan dengan perbuatan
manusia, yang menuntut agar dilakukan suatu perintah atau ditinggalkan suatu larangan atau
yang memberikan pilihanantara mengerjakan atau meninggalkan.
Contoh: Q.S. Al-‘Ankabut/29: 45

‫الَّص ٰل وَۗة ِاَّن الَّص ٰل وَة َتْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء‬ ‫ُاْتُل َم ٓا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم َن اْلِكٰت ِب َو َاِقِم‬
‫َم ا َتْص َنُعْو َن‬ ‫َو اْلُم ْنَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ِهّٰللا َاْك َبُرۗ َو ُهّٰللا َيْع َلُم‬
Artinya: Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.
Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari pada ibadah yang lain).
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al-‘Ankabūt [29]:45)

Ayat tersebut berisi tuntutan dari Allah agar shalat itu dikerjakan, makahal tersebut
kemudian disebut dengan hukum syariat. Dan masih banyakcontoh yang lain.

Macam-macam Hukum Syariat


Secara garis besar hukum syariat ada lima
1. Wajib
Wajib adalah suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, makaorang yang
mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu ditinggalkan maka akan
mendapat siksa. Suatu pernyataan dalam ayat al-Qur‟an atau hadits dapat dikatakan
mengandung hukum wajib apabila dalam pernyataan tersebut mengandung beberapa
petunjuk, antara lain:
a. Secara tegas mengandung kata-kata yang menunjukkan keharusan untukdikerjakan.
Misalnya Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah/2: 183

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah [2]:183)
Kata yang menunjukkan perintah tegas dalam ayat tersebut adalah kata“kutiba”
(diwajibkan), maka puasa di bulan Ramadhan itu hukumnya wajib.

Ditinjau dari segi kepada siapa kewajiban tersebut dibebankan hukum wajib ada dua macam:
 Wajib ’ain yaitu kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT kepada setiap orang
yang sudah baligh (mukallaf). Artinya apabila dalam suatu masyarakat yang
mengerjakan hanya sebagian sementara yang lain tida kmengerjakan, maka yang tidak
mengerjakan harus tetap mempertanggung jawabkan perbuatannya yaitu
meninggalkan kewajiban. Misalnya kewajiban shalat, membayar zakat.
 Wajib Kifa’i (kifayah): Kewajiban yang dibebankan dalam agama kepada kelompok
orang yang sudah baligh (mukallaf). Artinya: apabila ada salah seorang dari
sekelompok tersebut telah mengerjakan kewajiban yang dituntut itu, maka orang lain
dalam kelompok tersebut yang tidak mengerjakan tidak dinilai berdosa. Akan tetapi,
apabila tidak ada seorang pun yang mengerjakan maka semua orang mukallaf dalam
kelompok masyarakat tersebut berdosa, karena terabaikannya kewajiban
tersebut.Misalnya: mendirikan rumah sakit Islam, membangun sekolah-sekolah yang
mengajarkan agama Islam, mengurus jenazah sesuai dengansyari‟at Islam.

2. Sunnah
Yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akanmendapat pahala dan
apabila ditinggalkan, maka orang yang meninggalkantersebut tidak mendapat siksa.

Secara garis besar hukum sunnah dapat dibagi menjadi dua bagian:
a.Sunnah muakkad yaitu perbuatan yang amat sering dilakukan oleh Rasulullah SAW,
bahkan jarang sekali beliau tinggalkan, kecuali hanya beberapa kali saja. Meskipun demikian
tetap dinamai sunnah karena bagi yang tidak mengerjakan tidak mendapat siksa. Sebagai
contoh hukum sunnah dalam ibadah antara lain; berkumur dalam wudhu, adzan dan iqamah
dalam shalat berjamaah, membaca ayat al-Qur‟an setelah al-Fatihah dalam shalat.
b. Sunnah ghoiru muakkad adalah suatu aktivitas atau perbuatan yang dianjurkan oleh
Rasulullah SAW tetapi tuntutannya tidak sekuat sunnah muakkad. Salah satu alasannya
adalah Nabi SAW pernah mengerjakan tetapi juga sering meninggalkannya. Termasuk dalam
hal ini adalah segala perbuatan Nabi SAW yang berkaitan dengan beliau sebagai manusia,
seperti jenis makanannya, warna pakaiannya, meskipun tidak termasuk kewajiban tetapi
apabila diniatkan untuk mengikuti sunnahmaka termasuk kelompok sunnah ghairu muakkad.
Artinya bagi yang tidak mengikuti tidak dapat dikatakan buruk karena hal tersebut bukanlah
bagian dari hukum syariat. Contoh lainnya shalat sunnah qobliyah isya.

3. Haram
Haram adalah segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan akan mendapat
pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut akan mendapat siksa.Satu
perbuatan dinilai haram berdasarkan teks ayat atau hadits yang biasanya dinyatakan dengan
beberapa ungkapan, antara lain:
a. Kalimat larangan tersebut dinyatakan dengan jelas dan tegas, misalnya dengan kata
harrama dengan segala bentuk perubahannya. Misalnya pernyataan Allah dalam surat Al-
An‟aam/6: 151

۞ ‫ُقْل َتَع اَلْو ا َاْتُل َم ا َح َّر َم َر ُّبُك ْم َع َلْيُك ْم َااَّل ُتْش ِرُك ْو ا ِبٖه َش ْئًـا َّو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح َس اًنۚا َو اَل‬
‫َتْقُتُلْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم ِّم ْن ِاْم اَل ٍۗق َنْح ُن َنْر ُز ُقُك ْم َو ِاَّياُهْم ۚ َو اَل َتْقَر ُبوا اْلَفَو اِح َش َم ا َظَهَر ِم ْنَها‬
‫َو َم ا َبَطَۚن َو اَل َتْقُتُلوا الَّنْفَس اَّلِتْي َح َّر َم ُهّٰللا ِااَّل ِباْلَح ِّۗق ٰذ ِلُك ْم َو ّٰص ىُك ْم ِبٖه َلَع َّلُك ْم َتْع ِقُلْو َن‬
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kemarilah! Aku akan membacakan apa yang
diharamkan Tuhan kepadamu, (yaitu) janganlah mempersekutukan-Nya dengan apa pun,
berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, dan janganlah membunuh anak-anakmu karena
kemiskinan. (Tuhanmu berfirman,) ‘Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka.’ Janganlah pula kamu mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun yang
tersembunyi. Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan
alasan yang benar. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu mengerti (Al-An‘ām
[6]:151)

b. Kalimat yang melarang itu menggunakan kata kerja yang melarang dan dibarengi dengan
petunjuk (qarinah) yang menunjukkan bahwa perbuatan tersebut benar-benar dilarang.
Misalnya firman Allah dalamsurat Al-Israa‟/17: 32

‫َو اَل َتْقَر ُبوا الِّز ٰن ٓى ِاَّنٗه َك اَن َفاِح َش ًةۗ َو َس ۤا َء َس ِبْياًل‬

Artinya: Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan
jalan terburuk. (Al-Isrā' [17]:32)

4. Makruh
Satu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut ditinggalkan maka orang yang
meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka orang tersebut tidak mendapat
siksa.Suatu perbuatan diketahui makruh dilihat dari beberapa hal berikut ini.
a. Ungkapan yang dipakai untuk melarang itu sudah menunjukkan kemakruhannya, seperti
dengan menggunakan perkataan karaha (memakruhkan) dengan segala bentuk dan
perubahannya.
b. Dengan lafadz yang melarang mengerjakan suatu perbuatan kemudian didapatkan di dalam
ayat lain suatu kata yang menjadi petunjuk bahwa larangan yang terdapat pada ayat tersebut
bukan menunjukkan keharamannya. Misalnya firman Allah dalam surat Al-Maai‟dah/5: 101

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْس َٔـُلْو ا َع ْن َاْش َيۤا َء ِاْن ُتْبَد َلُك ْم َتُس ْؤ ُك ْم ۚ َو ِاْن َتْس َٔـُلْو ا َع ْنَها ِح ْيَن ُيَنَّز ُل‬
‫اْلُقْر ٰا ُن ُتْبَد َلُك ْم ۗ َع َفا ُهّٰللا َع ْنَهاۗ َو ُهّٰللا َغ ُفْو ٌر َح ِلْيٌم‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu)
hal-hal yang jika diterangkan kepadamu (niscaya) menyusahkan kamu. Jika kamu
menanyakannya ketika Al-Qur’an sedang diturunkan, (niscaya) akan diterangkan kepadamu.
Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
(Al-Mā'idah [5]:101)
Larangan menanyakan suatu masalah secara berlebihan itu adalahmakruh berdasarkan adanya
petunjuk pada ayat lain yang menganjurkanuntuk bertanya kepada ahlinya apabila masalah
tersebut belum dipahaminya

5. Mubah
Mubah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yangmengerjakan tidak
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.Suatu perbuatan dikatakan makruh
dapat diketahui melalui beberapacara, antara lain:
a. Perbuatan tersebut ditetapkan secara tegas kebolehannya oleh agama,misalnya dengan
ungkapan ayat atau hadits: ”tidak mengapa, tidak adahalangan, tidak berdosa ....” Misalnya
firman Allah dalam surat Al-Baqarah/2: 235.

‫َو اَل ُج َناَح َع َلْيُك ْم ِفْيَم ا َع َّرْض ُتْم ِبٖه ِم ْن ِخ ْطَبِة الِّنَس ۤا ِء َاْو َاْك َنْنُتْم ِفْٓي َاْنُفِس ُك ْم ۗ َع ِلَم ُهّٰللا‬
‫َاَّنُك ْم َس َتْذ ُك ُرْو َنُهَّن َو ٰل ِكْن اَّل ُتَو اِع ُد ْو ُهَّن ِس ًّر ا ِآاَّل َاْن َتُقْو ُلْو ا َقْو اًل َّم ْع ُرْو ًفا ۗە َو اَل َتْع ِزُم ْو ا‬
‫ُع ْقَد َة الِّنَك اِح َح ّٰت ى َيْبُلَغ اْلِكٰت ُب َاَج َلٗه ۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َيْع َلُم َم ا ِفْٓي َاْنُفِس ُك ْم َفاْح َذ ُرْو ُه‬
‫ۚࣖ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َغ ُفْو ٌر َح ِلْيٌم‬

Tidak ada dosa bagimu atas kata sindiran untuk meminang perempuan-perempuan72) atau
(keinginan menikah) yang kamu sembunyikan dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu
akan menyebut-nyebut mereka. Akan tetapi, janganlah kamu berjanji secara diam-diam untuk
(menikahi) mereka, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang patut (sindiran). Jangan
pulalah kamu menetapkan akad nikah sebelum berakhirnya masa idah. Ketahuilah bahwa
Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Maka, takutlah kepada-Nya. Ketahuilah
bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (Al-Baqarah [2]:235)

Prinsip-Prinsip Hukum Islam


Yang dimaksud dengan prinsip hukum Islam dalam tulisan ini adalah: kebenaran universal
yang inheren di dalam hukum Islam dan menjadi titiktolak pelaksanaan dan pembinaannya.
Para ulama, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Juhaya S Praja dalam bukunya Filsafat Hukum
Islam, telah menetapkan beberapa prinsip dalam hukum Islam yang secara umum dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Yangdimaksud dengan
prinsip umum adalah prinsip keseluruhan hukum Islamyang bersifat universal. Sedangkan
prinsip khusus adalah prinsip-prinsip setiap cabang hukum Islam.Secara garis besar prinsip
umum hukum Islam ada tujuh macam.
1. Prinsip tauhid.
2. Prinsip keadilan.
3. Prinsipamar makruf nahi munkar .
4. Prinsip al- Hurriyah (kebebasan dan kemerdekaan)
1. .5. Prinsipmusawah (persamaan/egaliter).
5. Prinsipta’awun (tolong-menolong).
6. Prinsiptasamuh (toleransi)

Ilmu Pengetahuan

Islam sebagai landasan Ilmu Pengetahuan. Menurut konsep umum (Barat) ilmu (knowledge)
adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu yang dapat di indera oleh potensi
manusia (penglihatan, pendengaran, pengertian, perasaan, dan keyakinan) melalui akal atau
proses berpikir(logika). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis
merupakanformula yang disebut ilmu pengetahuan (science). Dalam Al-quran keduanya
disebut ''ilmu''.

Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidakhanya terbatas pada
pengetahuan (knowledge) dan ilmu ( science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan
dalam ''lauhil mahfudz'' yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah.
Perhatikan penjelasan Alquran surat Al-Buruuj (85): 21-22;

Artinya: ''Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia.''(21). Yang
(tersimpan) dalam Lauhil Mahfudz.'' (22)

Keterangan Alquran di atas mengisyaratkan, bahwa ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia
tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah
kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan
manusia (knowledge and science). Dengan membaca dan memahami Alquran, manusia pada
hakikatnya akan memahami ilmu Allah serta logika atau proses berpikir yang terkandung
dalam kalam Allah. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memikul amanah sebagai
khalifah Allah di bumi yang pada dasarnya ditugaskan untuk mengurus, memelihara,
mengembangkan, mengambil manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.

Q.S. Al-Ahzab (33): 73


‫ِّلُيَع ِّذ َب ُهّٰللا اْلُم ٰن ِفِقْيَن َو اْلُم ٰن ِفٰق ِت َو اْلُم ْش ِرِكْيَن َو اْلُم ْش ِرٰك ِت َو َيُتْو َب ُهّٰللا َع َلى اْلُم ْؤ ِمِنْيَن‬
‫ࣖ َو اْلُم ْؤ ِم ٰنِۗت َو َك اَن ُهّٰللا َغ ُفْو ًرا َّر ِح ْيًم ا‬
Artinya: Dengan demikian, Allah akan mengazab orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan serta orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan. Allah akan menerima tobat
orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Al-Aḥzāb [33]:73)

Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia dengan potensi-potensi
seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu), pengertian (akal), keyakinan (iman), dan
keinginan

Q.S. Ali Imran (3): 14;

‫ُز ِّيَن ِللَّناِس ُحُّب الَّش َهٰو ِت ِم َن الِّنَس ۤا ِء َو اْلَبِنْيَن َو اْلَقَناِط ْيِر اْلُم َقْنَطَر ِة ِم َن الَّذ َهِب َو اْلِفَّض ِة‬
‫َو اْلَخ ْيِل اْلُمَس َّو َم ِة َو اَاْلْنَع اِم َو اْلَح ْر ِثۗ ٰذ ِلَك َم َتاُع اْلَح ٰي وِة الُّد ْنَياۗ َو ُهّٰللا ِع ْنَد ٗه ُح ْسُن اْلَم ٰا ِب‬
Artinya: Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa
perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda
pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi
Allahlah tempat kembali yang baik. (Āli ‘Imrān [3]:14)

Untuk memenuhi keinginan fitrah manusia dalam hidupnya maka manusia mencari jalan
keluar mengatasi permasalahannya atau memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
menggunakan segala potensi yang dimilikinya. Dengan akal (logika) manusia menumbuhkan
ide dan tata-cara pencapaiannya sehingga berkembanglah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada hakikatnya perkembangan ini didorong oleh Allah melalui keinginan. Di samping itu
Allah sendiri mendorong dengan perintah dan rahmat-Nya yang difirmankan dalam Alquran
dan melalui As-Sunnah.Q.S. Faathir (35): 27-28.

Artinya: ''Tidaklah kamu melihat bahwa Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami
hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada
(pula) yang hitam pekat (27). Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama''(28)

Dengan demikian, Islam mendorong para pemeluknya untuk mencari,menggali,


mengembangkan, menggunakan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Jelas sudah bahwa
Alquran dan As-Sunnah adalah sumbernilai-nilai kaum muslim untuk berpikir, merasa, dan
bertindak
DARTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/embeds/539480455/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

http://repository.lppm.unila.ac.id/9155/1/1.%20BUKU%20ILMU%20HUKUM
%20ISLAM%20FIX.pdf

Anda mungkin juga menyukai