Kel.3 Makalah Biaya Mutu Dan Produktivitas Pengukuran-Pelaporan Dan Pengendalian
Kel.3 Makalah Biaya Mutu Dan Produktivitas Pengukuran-Pelaporan Dan Pengendalian
Oleh :
1. Adriane Hapsari NIM. 200820101023
2. Dony Kristiawan NIM. 200820101024
3. Ratna Pratiwi Nugroho NIM. 200820101026
4. Talitha Rahma NIM. 200820101028
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
Matakuliah Akuntansi Pengambilan Keputusan dengan tepat waktu. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Konsep Dasar Biaya dan Perilaku Biaya
Aktivitas” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat agar pembaca mendapatkan ilmu dan wawasan
lebih mengenai konsep dasar biaya dan perilaku biaya aktivitas, baik secara teori
maupun contoh kasus yang ada.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca
demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................6
BAB II. LANDASAN TEORI...............................................................................7
2.1 Definisi Kualitas....................................................................................7
2.1.1 Definisi Kualitas...........................................................................7
2.1.2 Definisi Biaya Kualitas.................................................................8
2.1.3 Mengukur Biaya Kualitas...........................................................9
2.2 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas..................................................12
2.2.1 Laporan Biaya Kualitas.............................................................12
2.2.2 Fungsi Biaya Kualitas: Pandangan Kualitas yang Dapat
Diterima......................................................................................14
2.2.3 Fungsi Biaya Kualitas: Pandangan Cacat-Nol........................15
2.2.4 Manajemen Berbasis Kegiatan dan Biaya Kualitas Optimal.16
2.2.5 Analisis Tren...............................................................................17
2.3 Penggunaan Biaya Informasi Kualitas...............................................20
2.4 Produktivitas: Pengukuran dan Pengendalian..................................21
2.4.1 Pengukuran Produktivitas Parsial............................................22
2.4.2 Pengukuran Produktivitas Total...............................................23
2.4.3 Komponen Pemulihan Harga....................................................27
2.4.4 Kualitas dan Produktivitas........................................................28
2.4.5 Insentive Pembagian Keuntungan............................................29
BAB III. PEMBAHASAN...................................................................................30
3.1 Studi Kasus...........................................................................................30
3
BAB IV. PENUTUP.............................................................................................32
4.1 Kesimpulan......................................................................................32
4.2 Saran................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
LAMPIRAN..........................................................................................................34
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
3. Menjelaskan mengapa informasi biaya kualitas dibutuhkan dan
menunjukkan bagaimana informasi tersebut digunakan.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan produktivitas dan menghitung
dampak perubahan produktivitas atas laba
6
BAB II
LANDASAN TEORI
7
8. Kecocokan Penggunaan (fitness for use), kecocokan dari sebuah produk
menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan. Jika sebuah produk
mengandung cacat desain yang parah, maka produk tersebut dianggap gagal
meskipun tingkat kesesuaiannya sesuai dengan spesifikasinya.
Perbaikan kualitas berarti perbaikan pada satu atau lebih dari dimensi
tersebut di atas sambil tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya.
Meskipun kedelapan dimensi tersebut penting dan mampu mempengaruhi
kepuasan pelanggan, tetapi atribut kualitas yang dapat diukur cenderung lebih
mendapat perhatian. Terutama tingkat kesesuaian merupakan dimensi yang
mendapat perhatian paling besar. Kesesuaian adalah dasar mendefinisikan apa
yang disebut produk yang tidak sesuai (nonconformance) atau produk cacat
(defective)
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah
terdapat produk yang kualitasnya buruk. Biaya kualitas dibagi menjadi 4 kategori
antara lain:
1. Biaya Pencegahan (prevention costs), terjadi untuk mencegah kualitas yang
buruk pada produk atau jasa yang dihasilkan. Contohnya, biaya rekayasa
kualitas, program pelatiha kualitas, perencanaan kualitas, pelaporan kualitas,
dan sebaginya.
2. Biaya Penilaian (appraisal costs), terjadi untuk menentukan apakah produk dan
jasa telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan.contoh biaya ini
adalah pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan
produk, penerimaan proses, dam peralatan pengukuran.
3. Biaya Kegagalan Internal ,terjadi karena produk atau jasa yang dihasilkan tidak
sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini di
deteksi sebelum dikirim ke pihak luar. Contoh biaya ini adalah sisa bahan,
8
pengerjaan ulang, penghentian mesin, pemeriksaan ulang, pengujian ulang dan
sebagianya.
4. Biaya Kegagalan Eksternal, terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan
gagal memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan
setelah produk disampaikan kepada pelanggan. Dari semua biaya kualitas,
kategori ini dapat menjadi yang paling merugikan. Contohnya biaya
penarikan produk dari pasar sehingga perusahaan dapat mengalami kerugian
hingga ratusan juta dolar.
Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati
dan tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality cost)
adalah biaya–biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuuntansi
perusahaan. Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden cost) adalah biaya
kesempatanatau oportunitis yang tersedia karena kalitas yang buruk (biaya
oportunitas biasanya tidak disediakan dalam catatan akuntansi). Biaya – biaya
kualitas yang tersembunyi bisa sangat signifikan sehingga seharusnya di estimasi.
Meskipun mengestimasi biaya kualitas yang tersembnyi sangat sulit akan tetap
dapat dihitung dengan beberapa metode: metode pengal (multiplier method),
metode penelitian pasar (market research method)
1. Metode Pengali (multiplier method)
Metode ini mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil pengalian dari
biaya-biaya kegagalan yang terukur
Total Biaya Kegagalan = k (Biaya kegagalan eksternal yang terukur)
9
2. Metode Penelitian Pasar
Metode ini digunakan untuk menilai dampak kualitas yang buruk
terhadap penjualan dan pangsa pasar. Servey pelanggan dan wawancara
dengan anggota tim penjualan perusahaan dapat memberikan pemahaman
yang lebih baik terhadap besarnya biay tersembunyi perusahaan hasil
penelitian pasar dapat digunakan untuk memproyeksi hilangnya laba di
masa depan akibat kualitas yang buruk.
10
Gambar 1. Fungsi Kerugian Kualitas Taguci
Untuk menggunakan fungsi kerugian Taguchi, nilai k harus diestimasi.
Nilai k dihitung dengan membagi estimasi biaya pada salah satu batas spesifikasi
tertentu dengan deviasi kuadrat dari batas nilai target.
k = c / d2
dimana:
c = kerugian pada batas spesifikasi atas atau bawah
d = jarak batas dari nilai target Hal ini berarti kita masih harus mengestimasi
kerugian akibat deviasi dari nilai target.
Salah satu dari dua metode pertama, metode pengali atau metode
penelitian pasar, dapat digunakan untuk membantu estimasi ini (penilaian pada
satu titik waktu diperlukan). Jika k diketahui, maka biaya kualitas tersembunyi
bisa diestimasi untuk setiap tingkat penyimpangan dari nilai target.
11
Sebuah sistem pelaporan biaya kualitas memiliki arti penting bagi
perusahaan yang menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian
biaya kualitas. Langkah perhatian serius dan paling sederhana dalam menciptakan
system semacam itu adalah menilai biaya kualitas actual saat ini. Pencatatan biaya
kualitas actual secara terperinci berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua
masukan pandangan penting. Pertama, catatan tersebut mengungkapkan besarnya
biaya kualitas dalam setiap kategori yang memugkinkan para manajer menilai
dampak keuangannya. Kedua, catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya
kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan
relative dari setiap kategori
12
Ladd Lighting Corporation
Laporan Biaya Kualitas Untuk Tahun yang Berakhir 31Maret 2008
Biaya Kualitas Persentase
( %) dari
penjualan
Biaya pencegahan : $350.000
Pelatihan Kualitas 800.000 $1.150.000 5,18%
Rekayasa keandalan
Biaya penilaian :
Pemeriksaan bahan $200.000
Baku
Penerimaan produk 100.000
Penerimaan proses 380.000 680.000 3,06
Biaya kegagalan
internal :
Sisa bahan $500.000
Pengerjaan ulang 350.000 850.000 3,82
Biaya kegagalan
eksternal :
Keluhan pelanggan $250.000
Garansi 250.000
Perbaikan 150.000 650.000
Total Biaya Kualitas $3.330.000 14.99%
Penjualan actual $22.200.000
$3.333.000/$22.200.000=15%
13
2.2.2 Fungsi Biaya Kualitas: Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima
14
berada di luar batas toleransi suatu karakteristik kualitas. Menurut pandangan ini,
biaya kegagalan timbuh hanya jika produk tidak sesuai dengan spesifikasi dan
terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya
pengendalian. Pandangan AQL mendukung diproduksinya sejumlah barang cacat
tertentu. Model ini digunakan dalam dunia pengendalian kualitas hingga akhir
1970-an ketika model AQL ditantang oleh model cacat nol (zero-defects model).
Intinya, model cacat nol menyatakan keunggulan biaya akan diperoleh dengan
mengurangi unit cacat hingga nol. Pada pertengahan 1980-an, model cacat nol
lebih disempurnakan dengan model kualitas kokoh (robust quality model).
Menurut pandangan kokoh ini, kerugian terjadi karena diproduksinya produk yang
menyimpang dari nilai target; semakin jauh penyimpangannya, semakin besar
pula nilai kerugiannya. Selain itu, kerugian juga tetap terjadi meskipun dari
spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas toleransi spesifikasi tidak
menawarkan manfaat apapun, bahkan dapat menipu. Model cacat nol menekankan
pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari upaya yang lebih besar untuk
meningkatkan kualitas (ingat factor pengali pada Westinghouse Electric). Jadi,
model kualitas kokoh mempererat definisi dari unit cacat, menyempurnakan
pandangan kita terhadap biaya kualitas, dan mengintensifkan upaya perbaikan
kualitas.
15
persediaan tradisional (EOQ). Intinya, ketika perusahaan menambah biaya
pencegahan dan penilaian serta menurunkan biaya kegagalan, mereka
selanjutnya dapat mengurangi biaya pencegahan dan penilaiannya. Sesuatu yang
pada awalnya tampak berbanding terbalik berubah menjadi pengurangan biaya
permanen di semua kategori biaya kualitas.
Strategi untuk menekankan biaya kualitas cukup sederhana: (1) lakukan
serangan langsung terhadap biaya kegagalan untuk memaksanya menuju titik nol,
(2) lakukan investasi pada kegiatan pencegahan yang “tepat” untuk menghasilkan
perbaikan, (3) kurangi biaya penilaian sesuai dengan hasil yang dicapai, dan (4)
lakukan evaluasi secara berkelanjutan dan arahkan kembali upaya pencegahan
untuk mendapatkan perbaikan lebih lanjut. Strategi ini didasarkan pada premis
berikut.
Setiap kegagalan selalu ada akar penyebabnya.
Penyebab dapat dicegah.
Pencegahan selalu lebih murah
16
mengurangi biaya kualitas sampai ke tingkat tertentu sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 6. Hasilnya, manajemen berbasis kegiatan (ABM) mendukung
pandangan cacat nol robust mengenai biaya kualitas.
Tidak ada perbandingan terbalik optimal antara biaya pengendalian dan
biaya kegagalan; biaya kegagalan adalah biaya yang tidak menghasilkan nilai
tambah sehingga harus dikurangi sampai nol. Kegiatan pengendalian lainnya
menghasilkan nilai tambah, tetapi mungkin dijalankan dengan tidak efisien. Biaya
yang disebabkan oleh kegiatan yang tidak efisien adalah tak bernilai tambah. Jadi,
biaya untuk kategori-kategori tersebut juga dapat dikurangi ke tingkat yang lebih
rendah.
17
Tahun Biaya Kualitas Penjualan Aktual Penjualan
2004 $440,000 $2,200,000 20,0 %
2005 423,000 2,350,000 18,0 %
2006 412,500 2,750,000 15,0 %
2007 392,000 2,800,000 14,0 %
2008 280,000 2,800,000 10,0 %
Misalkan, tahun 2004 sebagai tahun 0, tahun 2005 sebagai tahun 1, dan
seterusnya, rafik trennya diperlihatkan pada Tampilan 15-7. Periode per tahun
dinyatakan oleh sumbu horizontal dan persentase dari penjualan dinyatakan
oleh sumbu vertical. Pencapaian biaya kualitas 3 persen, yaitu persentase
target, dinyatakan dengan garis horizontal pada grafik.
18
jangka panjang.Pengetahuan tambahan bias diperoleh dengan membuat tren
untuk setiap kategori kualitas.Anggaplah setiap kategori dinyatakan sebagai
persentase dari penjualan untuk periode waktu yang sama.
Kegagalan Kegagalan
19
Tampilan 15-8 Grafik Tren Multiperiode: Kategori Biaya Kualitas Secara
Individual
20
tersebut, setelah diimplementasikan, hanya merupakan salah satu potensi
penggunaan dari sistem biaya kualitas.Penggunaan-penggunaan penting lainnya
juga dapat diidentifikasi. Skenario berikut mengilustrasikan penggunaan informasi
biaya kualitas dalam keputusan penetapan harga strategis dan analisis
profitabilitas atas desain produk baru.
21
per pekerja. Pada tahun 1998, output meningkat menjidi 14 mesin per hari dengan
menggunakan 20 pekerja rata- rata 0,7 mesin per pekerja. Menurut standar
produktivitas pada tahun 1992, diperlukan sekitar 87,5 pekerja untuk
memproduksi 14 mesin. Jadi, output meningkat, dan lebih sedikit pekerja yang
diperlukan.
2.4.1 Pengukuran Produktivitas Parsial
Pengukuran Produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan
produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah menilai apakah efisiensi produktif
telah meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas untuk satu input pada
suatu waktu disebut pengukuran produktivitas parsial.
Definisi Pengukuran Produktivitas Parsial
Definisi Pengukuran produktivitas parsial merupakan produktivitas dari
satu input tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap
input.
Rasio Produktivitas = Output/Input
Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang diukur, ukuran itu
disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam
kuantitas fisik, maka kita memperoleh ukuran produktivitas operasional. Jika
output dan input dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran
produktivitas keuangan. Sebagai contoh, tahun 2005 Kankul company
memproduksi 120.000 AC window kecil dan menggunakan 40.000 jam tenaga
kerja. Rasio produktivitas tenaga kerja adalah 3 lampu hias/jam
(120.000/40.000).ini adalah ukuran operasional karena unit-unit dinyatakan dalam
bentuk fisik. Jika harga jual untuk setiap lampu hias adalah $50 dan biaya tenaga
kerja adalah $12 per jam, maka output dan input dapat dinyatakan dalam dolar.
Rasio produktivitas tenaga kerja yang dinyatakan dalam keuangan adalah $12,50
dari pendapatan per dolar biaya tenaga kerja ($6.000.000/$480.000).
22
Periode sebelumnya disebut periode dasar dan menjadi acuan bagi pengukuran
perubahan efisiensi produktif. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui atau
menilai apakah efisiensi produktif telah meningkat atau menurun. Sebagai
ilustrasi, anggap tahun 2005 adalah sebagai periode dasar dan standar
produktivitas tenaga kerja yaitu 3 mesin per jam. Setelah itu, anggaplah pada
akhir tahun 2005, Kankul memutuskan untuk mencoba prosedur baru untuk
memproduksi dan merakit mesin dengan harapan prosedur baru itu akan
menggunakan tenaga kerja lebih sedikit. pada tahun 2006, terdapat 150.000 mesin
yang diproduksi dengan menggunakan 37.500 jam tenaga kerja. Rasio
produktivitas tenaga kerja untuk tahun 2006 adalah 4 mesin per jam
(150.000/37.500). perubahan dalam produktivitas adalah kenaikan 1 unit per jam
(dari 3 unit pada tahun 2005 menjadi 4 unit pada tahun 2006). Perubahan yang
terjadi merupakan peningkatan yang signifikan dalam produktivitas tenaga kerja
dan menjadi bukti keefektifan prosedur tersebut.
23
mungkin tidak diperlukan. Perusahaan hanya mengukur produktivitas dari faktor-
faktor yang dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja
perusahaan. Jadi, pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan sebagai
pemfokusan perhatian pada beberapa input yang menunjukkan keberhasilan
perusahaan secara total. Terdapat 2 pendekatan dalam pengukuran ini:
Pengukuran Profil Produktivitas
Pengukuran profil menyediakan serangkaian atau sebuah vector ukuran
operasional parsial yang berbeda dan terpisah. Profil dapat dibandingkan dari
waktu ke waktu untuk memberikan informasi mengenai perubahan produktivitas.
Untuk mengilustrasikan pendekatan ini, lihat kembali contoh Kankul company.
Tampilan dtersebut menyajikan profil rasio produktivitas untuk setiap tahun.
Profil tahun 2005 adalah (3, 0,100) dan profil tahun 2006 adalah (4, 0,105).
Dengan membandingkan kedua tahun tersebut, dapat dilihat bahwa produktivitas
tenaga kerja dan bahan meningkat (dari 3 menjadi 4 untuk tenaga kerja dan dari
0,100 menjadi 0,105 untuk bahan). Perbandingan profil ini menyediakan cukup
banyak informasi sehingga manajer dapat menyimpulkan proses perakitan baru
secara nyata telah memperbaiki produktivitas secara keseluruhan.
Rasio Produktivitas Parsial
Profil 2005a Profil 2006b
24
2005 2006
Dapat dilihat, profil produktivitas pada tahun 2005 masih tetap (3, 0,100),
tetapi untuk tahun 2006 berubah menjadi (4,0,088). Produktivitas tenaga kerja
meningkat dari 3 menjadi 4 namun produktivitas bahan menurun dari 0,100
menjadi 0,088. Proses baru telah menciptakan trade-off dalam produktivitas dari
kedua ukuran namun analisis profil tidak mampu mengungkapkan apakah trade-
off tersebut baik atau buruk.
Pengukuran Produktivitas berkaitan dengan laba
Pengukuran jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan
produktivitas disebut pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba.
Dengan menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba periode berjalan,
manajer akan terbantu dalam mengetahui manfaat ekonomis dari perubahan
produktivitas. Aturan keterkaitan dengan Laba (Profit-Linkage Rule): untik
periode berjalan, hitunglah biaya input yang seharusnya digunakan dalam keadaan
tanpa adanya perubahan produktivitas dan bandingkan biaya tersebut dengan
biaya input actual yang digunakan. Selisih biayanya adalah sejumlah perubahan
laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas.
Untuk mengaplikasikan aturan ini, input yang seharusnya digunakan
selama periode berjalan dalam keadaan tanpa perubahan produktivitas harus
dihitung terlebih dahulu. Misalkan, PQ adalah jumlah input tanpa perubahan
produktivitas. Untuk mengetahui PQ pada suatu input tertentu, bagilah output
periode berjalan dengan rasio produktivitas input periode dasar.
PQ = Output periode berjalan / Rasio produktivitas periode dasar
Untuk mengilustrasikannya digunakan contoh Kankul dengan trade-off
input dan juga diperlukan tambahan informasi yaitu sebagai berikut:
2005 2006
25
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000
Bahan yang digunakan (dalam satuan pon) 1.700.000 1.200.000
26
Pengaruh terkait dengan laba = Total biaya PQ – Total biaya periode berjalan
= $5.100.000 - $5.550.000
= $450.000 penurunan laba
Laba turun sebesar $450.000 karena perubahan produktivitas. Perhatikan
juga bahwa setiap pengaruh produktivitas yang terkait dengan laba dapat dihitung
untuk satu jenis input. Peningkatan produktivitas tenaga kerja menghasilkan
kenaikan laba sebesar $ 150.000, namun penurunan produktivitas bahan
mengakibatkan penurunan laba sebesar $600.000. Sebagian besar penurunan
laba ini disebabkan oleh meningkatnya pemakaian bahan–ternyata limbah, sisa
bahan baku, dan unit cacat jauh lebih banyak pada proses yang baru.
(1) (2) (3) (4) (2) – (4)
Inptu (AQxP) PQ* PQ x P AQ AQ x P
(PQxP)
Tenaga kerja 150.000 50.000 $600.000 37.000 $450.000
27
Biaya Inputᵇ 5.550.000 2.840.000 2.710.000
Laba $ 1.650.000 $ 3.160.000 $ (1.510.000)
a $48x150.000; $50x 120.000
b ($12 x 37.500) + ($3 x 1.700.000); ($11 x 40.000) + ($2 x 1.200.000)
Pemulihan harga = Perubahan laba – Perubahan produktivitas terkait dengan laba
= ($ 1.510.000) – ($ 450.000)
= ($ 1.060.000)
28
pada proses 1, unit tersebut langsung dimasukkan ke proses 2. Dengan cara ini,
proses 1 dan 2 dapat berjalan secara bersamaan. Sehingga proses 2 tidak lagi
perlu menunggu sampai selesainya produksi 1.200unit ditambah dengan waktu
pengiriman sebelum ia mulai dapat beroperasi. Sekaramg, total waktu untuk
memproduksi 1.200 unit menjadi 6.000 menit ditambah waktu menunggu
pengiriman unit pertama (5 menit). Jadi, waktu produksi 1.200 unit telah
berkurang dari 200 jam 15 menit menjadi 100 jam 5 menit. Hasilnya adalah lebih
banyak output yang dapat di produksi dengan lebih sedikit input (dalam hal ini,
waktu).
BAB III
PEMBAHASAN
29
3.1 Studi Kasus
Kankul Company menerapkan proses produksi dan perakitan baru pada
tahun 2015. berikut data untuk tahun 2014 dan 2015:
2014 2015
Jumlah Produksi Mesin 120.000 150.000
Jam Tenaga Kerja 40.000 37.500
Penggunaan Bahan 1.200.000 1.700.000
Harga Jual Per Unit (Mesin) 50 48
Upah Tenaga Kerja Per Jam 11 12
Biaya Bahan Per Kg 2 3
Diketahui:
Output berjalan (tahun 2015) adalah 150.000 mesin
Rasio produktivitas periode dasar untuk tenaga kerja dan bahan masing-masing
(3 dan 0,10).
Ditanya:
Hitunglah pengukuran produktivitas
Hitunglah jumlah masing-masing input untuk keadaan tanpa perubahan
produktivitas
Jawab:
Pengukuran produktivitas
Rasio Produktivitas Operasional Parsial
2014 2015
Rasio produktivitas TK 3,000 4,000
Rasio produktivitas bahan 0,100 0,088
Jumlah masing-masing input untuk keadaan tanpa perubahan produktivitas
PQ (tenaga kerja) : 150.000/3 = 50.000 jam
PQ (bahan) : 150.000/0,10 = 1.500.000 kg
30
Biaya bahan: PQ x P = 1.500.000 x 3 = 4.500.000
Total biaya PQ = 5.100.000
BAB IV
PENUTUP
31
2.1 Kesimpulan
Biaya kualitas merupakan biaya yang bisa lebih besar dari estimasi karena
kurang pengetahuannya seorang menejer dalam menganalisis biaya kualitas.
Dengan mempelajari dan mengaplikasikan system informasi biaya kualitas,
diharapkan seorang manager nantinya mampu mengestimasi biaya kualits dengan
baik. Dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi akan lebih
efisien biaya jika seorang manager / akuntannya sudah mampu menelunsuri biaya
kualitas yang tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi.
Informasi biaya kualitas dapat berguna untuk seorang manajer dalam
pengambilan keputusan, mengevaluasi kinerja program peningkatan kualitas
secara menyeluruh dan membantu perbaikan berbagai keputusan manajerial.
Karena begitu pentingnya biaya kualitas wajib bagi sebuah perusahaan untuk
menelunsuri biaya kualitasnya.
Selain daripada pentingnya biaya kualitas persahaan juga harus
memperhatikan hubungan output maupun input dalam sebuah kegiatan
produktivitas. Karena akan mempengaruhi harga, laba usaha, dan insentif bagi
karyawan. Agar mencapai ketiga tersebut perusahaan harus memenuhi hubungan
efisiensi trade-off input. Apbila tercapai efisiensi trade-off input maka akan
tercapau pula Efisiensi produktif total.
Dengan adanya kombinasi antara biaya kualitas dan produktifitas maka
perusahaan akan mampu mengalokasikan biaya-biaya secara efektif dan efisien.
2.2 Saran
Berdasarkan isi secara keseluruhan dari makalah yang telah disampaikan
sebelumnya, maka makalah ini masih memerlukan penyempurnaan dimasa
mendatang. Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil makalah ini bagi
akademisi yaitu contoh kasus konsep biaya dasar dan perilaku biaya aktivitas
bahwa perlu adanya tambahan contoh kasus dari perusahaan lain.
DAFTAR PUSTAKA
32
Hansen, Don R& Mowen, Maryane M. 2009. Akuntansi Manajemen
Diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary. 2009.. Edisi Delapan. Jakarta:
Salemba Empat.
LAMPIRAN
33
Adriane Hapsari NIM. 200820101023
34