Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PALEONTOLOGI
ACARA I
PENGENALAN PALEONTOLOGI DAN FOSIL

Nama Asisten Praktikum : Luh Ayu Gita P (H1C018005)


Tanggal Praktikum : Minggu, 8 November 2020
Tanggal Penyerahan : Jum’at , 13 November 2020

Oleh:
Faizal Warih Wijaya
H1C019041

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..i
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………….ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
I.1. Pengertian Paleontologi .............................................................................. 2
I.2. Hubungan Paleontologi Dengan Bidang Ilmu Biologi dan Stratigrafi ........... 2
I.3. Fosil(Pengertian,Jenis,Syarat agar menjadi fosil,Kegunaan) ......................... 4
I.4. Fosilisasi(Jelaskan Termineralisasi dan Tidak Termineralisasi Serta Sebutkan
Contoh) ....................................................................................................... 5
BAB II TUJUAN PRAKTIKUM ............................................................................ 11
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 13
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 22

i
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ii

ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ii
Gambar 1.1 ........................................................................................................ 2
Gambar 1.2. ....................................................................................................... 2
Gambar 1.3 ........................................................................................................ 3
Gambar 1.4 ........................................................................................................ 4
Gambar 1.5 ........................................................................................................ 4
Gambar 1.6 ........................................................................................................ 5
Gambar 1.7 ........................................................................................................ 5
Gambar 1.8 ........................................................................................................ 7
Gambar 1.9 ........................................................................................................ 8
Gambar 1.10 ...................................................................................................... 8
Gambar 1.11 ...................................................................................................... 8
Gambar 1.12 ...................................................................................................... 8
Gambar 1.13 ...................................................................................................... 9
Gambar 1.14 ...................................................................................................... 9
Gambar 1.15 .................................................................................................... 10
Gambar 1.16 .................................................................................................... 10
Gambar 1.17 .................................................................................................... 14
Gambar 1.18 .................................................................................................... 15
Gambar 1.19 .................................................................................................... 16
Gambar 1.20 .................................................................................................... 16
Gambar 1.21 .................................................................................................... 19
Gambar 1.22 .................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Pengertian Paleontologi

Gambar 1.1
· Beates dan Jackson (1987)
Paleontologi adalah studi mengenai kehidupan pada waktu lampau geologi,
berdasarkan fosil tumbuhan dan binatang dan termasuk fitogeni (ilmu yang
mempelajari jaringan/hubungan diantara kelompok-kelompok organisme),
hubungannya dengan tetumbuhan, binatang dan lingkungan yang ada, serta
kronologi sejarah bumi.
· Shirock dan Twen Hofel (1952)
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa lampau
dalam skala umur geologi. Studi paleontolgi dibatasi oleh skala waktu geologi
yaitu umur termuda adalah Kala Holosen (0,01 juta tahun yang lalu).
I.2.Hubungan Paleontologi Dengan Bidang Ilmu Biologi dan Stratigrafi

Gambar 1.2
Hubungan antara paleontologi , biologi, dan stratigrafi adalah yang pertama
yaitu adanya hubungan antara ilmu paleontologi dan biologi yang mana
paleontologi itu belajar tentang kehidupan pada waktu lampau geologi,
berdasarkan fosil tumbuhan dan binatang dan termasuk hubungan antar mahluk
hidup yang satu dengan yang lainnya dalam kronologi sejarah bumi terbentuk.
Oleh karena itu, ilmu ini akan sangat berhubungan dengan bidang ilmu Biologi
yang mana ilmu ini belajar tentang segala hal kehidupan di bumi, mulai dari
manusia, tumbuhan, hewan serta lingkungan tempat hidupnya. Dengan hal itu,
terdapat keterkaitan antara kedua aspek bidang pembelajaran tersebut yang
sama sama mempelajari tentang mahluk hidup yang ada di bumi. Kedua ilmu
tersebut juga akan sangat berhubungan dengan ilmu stratigrafi yang mana
ketika awal mulanya terdapat kehidupan tersebut, terjadilah kesinambungan

2
antara mahluk hidup dengan lingkungan batuan yang digunakan sebagai tempat
tinggal mahluk hidup. Dan seiring berjalannya waktu, mahluk hidup yang telah
melampaui batas hidupnya akan mati dan kemudian bisa terawetkan oleh
lapisan lapisan batuan yang tertransportasi menutupi mahluk hidup yang telah
mati tadi sehingga disini mulailah terjadi hubungan antara lapisan batuan itu
dengan lapisan batuan yang lainnya yang didalamnya terdapat sisipan cerita
sejarah kehidupan mahluk hidup di masa lampau yang bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.
1. Imu Biostratigrafi
Bidang studi biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur pada batuan dengan
menggunakan fosil yang terkandung di dalam batuan terebut. Biasanya
bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukan bahwa garis tertentu di dalam suatu
bagaian dari masa waktu geologi mewakili periode waktu yang sama dengan
garis lain pada waktu yang sama. Fosil-fosil yang diteliti dalam paleontologi ini
sangat berguna dalam mengumpulka informasi masa lalu, sebagai contohnya
yaitu fosil yang terkandung di dalam sedimen yang berumur sama biasanya
terlihat berbeda dikarenakan variasi lokal dari lingkungan sedimentasinya.
Contohnya pada fosil sedimen yang ditemukan, bagian depannya bisa tersusun
dari napal serta lempung, sementara batuan fosil kedua memiliki sifat batu
gamping, akan tetapi jika fosil yang terkandung dalam batuan sedimen tersebut
serupa, maka ada kemungkinan kedua fosil pada batuan tersebut di endapkan
pada masa waktu yang bersamaan.

Gambar I.3 Biostratografi trilobita(academia.edu)


Ada beberapa fosil indeks yang digunakan dalam studi biostratigrafi ini,
diantaranya trilobit, graptolit dan amonit. Selain itu, bentuk mikrofosil seperti
foriminifera, serbuk sari, kista dinoflagelata, conodonts, chitinozoa, dan acritarchs
juga sering digunakan dalam ilmu ini. Jenis fosil yang berbeda dapat berfungsi
dengan sangat baik pada sedimen yang berumur berbeda juga, sebagai contoh
yaitu trilobit yang sangat berguna untuk sedimen yang berumur kambrium. Agar
dapat berfungsi dengan baik, fosil yang digunakan harus tersebar luas secara
geografis, sehingga dapat berada pada berbagai tempat berbeda. Spesie yang
menjadi fosil juga harus berumur pendek sehingga periode waktu dimana mereka
dapat tergabung dalam sedimen relatif sempit. Semakin lama masa hidup spesies
maka akan semakin tidak akurat korelasinya sehingga fosil akan berevolusi

3
dengan cepat. Sebagai contoh yaitu amonit lebih banyak dipiih daripada nautoloid
dikarenakan masa evolusi yang jauh lebih lambat
2. Kronostratigrafi

Gambar I.4. Krono stratigrafi(academia.edu)


studi kronostratigrafi sendiri merupakan salah satu cabang dari ilmu stratigrafi
dimana pada bidang ini mempelajari umur dari strata batuan dalam hubungannya
dengan waktu. Tujuan utama dari kronostratigrafi ini adalah untuk menyusun
urutan pengendapan batuan dan juga waktu dari pengendapan seluruh batuan pada
suatu wilayah geologi, hingga akan menjadi rekaman data seluruh geologi pada
bumi ini. Tata nama dari stratigrafi standar adalah sebuah system kronostratigrafi
yang berdasarkan interval waktu paleontologi yang di definisikan oleh kumpulan
fosil yang dikenali (biostratigrafi). Tujuan kronostratigrafi adalah untuk
memberikan suatu penentuan umur yang berarti untuk interval kumpulan fosil ini.
I.3.Fosil(Pengertian,Jenis,Syarat Agar Menjadi Fosil,Kegunaan)
· Pengertian Fosil

Gambar1.5
i) Leonardo da Vinci (1452-1519)
Merupakan seorang pelukis kenamaan yang berasal dari Italia berpendapat
bahwa fosil itu merupakan suatu bukti adanya makhluk hidup serta juga
kehidupan di masa lalu.

4
· Jenis Fosil
i) Fosil Tubuh

Gambar 1.6
Pengertian fosil tubuh merupakan fosil yang terdiri dari sisa-sisa tubuh
organisme atau juga makhluk hidup itu sendiri. Seperti misalnya, gading gajah
purba mamooth, maupun juga pada tulang-tulang binatang purba lainnya.

ii) Fosil Jejak

Gambar 1.7
Pengertian untuk fosil ini ialah fosil yang terbentuk dari aktivitas atau juga
perilaku-perilaku organisme di waktu lampau. Organisme atau juga makhluk
hidup jaman purba pasti menyisakan jejak-jejak aktivitas mereka ketika masih
hidup. Fosil-fosil jejak contohnya seperti, sarang dari makhluk hidup tersebut,
kotorannya, bekas-bekas cakarannya, atau juga sisa-sisa aktivitas yang lainnya
· Syarat Fosil
i) Memiliki bagian badan yang dapat bertahan, kerangka tubuhnya
bermineral atau berzat tanduk.
ii) Setelah mati segera terkubur oleh sedimen.
iii) Terhindar dari proses perubahan fisika dan atau kimia.
iv) Binatang/tumbuhan harus mempunyai bagian yang keras.
v) Segera terhindar dari proses proses kimia (oksidasi dan reduksi).
vi) Tidak menjadi mangsa binatang lain.
vii) Terendapkan pada batuan yang berbutir halus agar tidak mudah larut.

5
viii) Terawetkan dalam batuan sedimen (setelah mati segera terselimuti oleh
sedimen yang membebaskannya dari bakteri pembusuk).
ix) Terawetkan dalam waktu geologi (minimal 500.000 tahun)
· Kegunaan Fosil
Fosil ini sendiri memiliki kegunaan didalam aplikasi geologi , diantaranya
sebagai berikut :
i) Dapat mementukan umur relatif batuan
Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan yang
terdapat atau terkandung dalam fosil. Batuan yang berasal dari suatu
jaman tertentu mengandung kumpulan fosil tertentu. Syarat – syarat
fosil indeks (penunjuk) adalah sebagai berikut :
§ Mempunyai penyebaran yang luas.
§ Mempunyai penyebaran vertikal yang pendek atau interval masa
hidupnya singkat.
§ Mudah dikenali atau diidentifikasi.
ii) Dapat menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan
tempat lain. Diketahui dengan adanya fosil yang ditemukan, maka dapat
disimpulkan pula bahwa di beberapa daerah pun ditemukan fosil yang
sama dengan ditandai lapisan batuan pada daerah tersebut terbentuk
pada masa yang sama.
iii) Mengetahui evolusi makhluk hidup atau perkembangan kehidupan.
Setelah meneliti isi fosil dari lapisan batuan batuan yang berbeda beda
umurnya, ahli paleontology berkesimpulan bahwa batuan yang lebih tua
mengandung fosil yang lebih sedikit dan bentuknya lebih primitip.
Semakin muda umur batuannya, isi fosilnya semakin banyak dan
strukturnya semakin canggih. Dari sini kemudian para ahli tersebut
berkesimpulan bahwa organisme yang pernah ada di bumi, mengalami
perkembangan mulai dari sederhana menunju ke bentuk yang lebih
kompleks dalam waktu yang sangat lama. Hal ini yang kemudian
dikembangkan oleh ahli biologi sebagai teori evolusi organisme.
iv) Menentukan keadaan lingkungan pengendapan dan ekologi yang ada
ketika batuan yang mengandung fosil terbentuk. Macam - macam
lingkungan pengendapan, khususnya di daerah laut adalah sebagai
berikut :
§ Zona Litoral atau Zona Pesisir, merupakan daerah pantai yang
terletak di antara garis pasang naik dan pasang surut.
§ Zona Neritik, merupakan zona laut dengan tingkat kedalaman
sampai 200m. Sebuah laut dapat dikategorikan kedalam zona
neritik apabila memenuhi syarat berikut ini :
a. Bagian dasar laut mencapai kedalaman 200 m.

6
b. Sinar matahari masih dapat tembus hingga ke dasar laut.
§ Zona Mesopelagik, merupakan zona laut dengan kedalaman 200 -
1000 m.
§ Zona Batial, merupakan zona laut dengan kedalaman 1000 – 2000
m dan memiliki lereng yang curam. Pada zona ini, matahari tidak
mampu tembus kedasar laut.
§ Zona Abyssal, merupakan zona laut yang memiliki kedalaman
antara 2000 – 6000 m. Di zona ini tekanan airnya sangat besar dan
suhunya sangat rendah. Selain itu tumbuhan dan binatang laut yang
hidup sangatlah terbatas.
§ Zona Hadal, merupakan zona laut yang memiliki kedalaman lebih
dari 6000 m dan biasanya dijumpai dalam bentuk palung laut atau
lubuk laut.
v) Membantu menentukan struktur geologi.
vi) Mengetahui iklim masa lampau (paleoklimatologi). Kehidupan akan
berkembang baik apabila kondisi itu sesuai dengan yang diperlukan
kehidupan tersebut. Faktor ekologi yang paling mempengaruhi adalah
iklim. Dengan demikian fosil pada batuan yang diendapkan adalah fosil
pada kondisi iklim yang diperlukan oleh kehidupan tersebut.
I.4.Fosilisasi(Jelaskan Termineralisasi dan Tidak Termineralisasi Serta
Sebutkan Contoh Contohnya)
vii) Fosil-fosil yang termineralisasi

Gambar 1.8
Proses proses fosilisasi pemfosilan meliputi beberapa cara diantaranya sebagai
berikut:
i) Histometabasis: merupakan suatu istilah yang khusu dipakai untuk
tumbuhan terutama fosil kayu yang mengalami penggantian total.
Molekul demi molekul dari jaringan tumbuhan itu diganti oleh berbagai
mineral lain yang meresap ke dalam jasad tumbuhan tersebut setelah
terpendam dalam tanah. Struktur mikro dari tumbuhan tersebut masih
terpelihara dan tampak jelas. Mineral yang menggantikannya pada
umumnya adalah rijang, opal ataupun kalsedon.
ii) Penggantian (replacement): Proses proses ini mencakup suatu
penggantian total dari bahan-bahan yang menyusun cangkang
organisme dengan mineral-mineral lain.

7
iii) Permineralisasi: adalah suatu proses proses pengisian dari tiap-tiap
lubang (pori) oleh mineral-mineral lain yang terdapat dalam tulang
ataupun dalam cangkang kerang. Hanya lubangnya saja yang terisikan,
sedangkan bahan semula yang menyusun tulang ataupun cangkang.
iv) Koprolit: adalah kotoran hewan yang berubah menjadi fosil.

Gambar 1.9
· Gastrolit: kadang-kadang ditemukan batu membulat yang halus
dipermukaannya di dalam badan hewan yang telah menjadi fosil.

Gambar 1.10
2. Tidak Termineralisasi
Ditandai dengan kondisi pemfosilan yang tidak ada campur tangan mineral
yang masuk dalam fosil (sangat mirip dengan kondisi awal saat hidup) (rongga
– rongga dalam cangkangnya tidak terisi oleh berbagai mineral)
Contohnya :
a. Fosil - fosil yang tidak berubah Fosil ini sering dijumpai pada batu -
batuan berumur mesozoikum dan kenozoikum. Contoh : gigi ikan hiu,
berbagai tulang dan cangkang molluska. b. Fosil yang terubah sebagian
Fosil yang ditemukan dengan bentuk tidak utuh dan hanya tertinggal
dalam bentuk bagian - bagian tubuh yang keras. Contoh : taring, tulang,
kuku, cangkang dll.

Gambar I.11 : Cangkang


b. Distilasi atau hasil karbonisasi Hilangnya zat – zat kimia di dalam tubuh
mahkluk hidup yang terfosilkan dan meninggalkan sisa atau
residukarbon (C) yang kemudian terkumpul dan terakumulasi. Contoh :
Batu bara.

8
Gambar I.12. : Batubara
d. Amber
Suatu kondisi dimana suatu makhluk hidup atau organisme terfosilkan
karena terperangkap atau mengalami kejatuhan getah tumbuhan dan
mati karena terbungkus olehnya yang kemudian dapat menjadi fosil.
Ciri ciri dari amber adalah fosil yang terjadi apabila dikelurkan dari
amber akan terasa lunak dan kondisinya masih bagus seperti aslinya.
Contoh : serangga yang terjebak di dalam getah pohon pinus.

Gambar I.13. : Amber


e. Tumbuhan atau bahan organik lainnya Setelah mati selanjutnya
dengan cepat tertutup oleh lapisan tanah. Karena panas di dalam bumi
maka gas dalam tumbuhan atau bahan organik tersebut menguap dan
yang tertinggal hanyalah zat organiknya dalam bentuk suatu gambaran
atau tapak dari fosil bersangkutan yang dapat terlihat dengan jelas di
dalam batuan.

Gambar I.14. : Fosil Tumbuhan


f. Pemfosilan dalam aspal. Di beberapa daerah di dunia terdapat berbagai
tempat dengan aspal keluar dari dalam tanah. Hal ini disebabkan
karena suatu lapisan tanah yang mengandung minyak bumi serta aspal
terbuka oleh kikisan dan akibatnya minyak bumi tersebut mengalir
keluar dari permukaan tanah sehingga lama kelamaan menutupi suatu
daerah yang luas. Seiring terjadinya peristiwa minyak bumi yang
mengalir hilang dan yang tersisa hanyalah aspalnya yang kemudian
menjadi danau aspal. Di dalam danau tersebut, sering terperangkap
hewan yang kemudian tidak dapat keluar lagi dan mati di tempat itu.

9
g. Pemfosilan dengan cara pembekuan. Dalam hal ini hewan yang mati
tertutup serta terlindung oleh lapisan es yang membeku dengan cepat.
Oleh karena diginnya es tersebut, maka tidak ada bakteri pembusuk
yang dapat hidup dalam bangkai itu untuk membusukkannya dan
udaranya tertahan oleh lapisan es itu. Sebagai contoh paling terkenal
dari proses fosilisasi pemfosilan ini adalah penemuan fosil Mammot.

Gambar I.15. : Fosil mammot


Bentuk-bentuk pemfosilan yang lain
i) Impresi
“Imprint” adalah jejak dimana suatu organisme terjebak di dalam sedimen
halus tapi kemudian organisme tersebut dapat meloloskan diri. Impresi ini
dapat dibagi menjadi:
(2) Tapak atau eksternal mold: proses impresi yang gambaran bagian luar
fosil yang ditinggalkan olehnya dalam batuan.
(3) Tuangan atau internal “Mold” adalah bekas organisme yang berupa
cetakan dari fosil, kalau yang tercetak adalah bagian luar disebut
Eksternal Mold sedangkan kalau yang tercetak adalah bagian dalam
disebut Internal Mold.
(4) Cetak atau “Cast” adalah Mold yang terisi mineral sekunder membentuk
jiplakan fosil aslinya secara kasar, bagian luar disebut Eksternal Cast
sedangkan bagian dalam disebut Internal Cast.

Gambar 1.16 (Diagram tipe pemfosilan)

10
ii) Liang dalam tanah yang dibuat untuk tempat kediaman hewan,
misalnya cacing, tikus, kerang, dan lain-lain bila terisi oleh
batuan juga dapat menjadi fosil.Kenapa fosil di laut lebih awet
daripada di darat. Karena di darat untuk merusak fosil sangat
berpengaruh dari butirannya karena di darat butirannya lebih
kasar. Jadi waktu tersedimen lebih sempurna di laut.

BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM

11
BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum sedimentologi acara I tentang Pengenalan Paleontologi
Dan Fosil yaitu:
1. Praktikan dapat mengetahui perbedan antara mold dan cast.
2. Praktikan dapat mengetahui kenapa kualitas fosil di darat lebih cepat rusak
daripada kualitas fosil yang ada di laut.
3. Praktikan dapat mengetahui kegunaan dari fosil.

12
BAB III
PEMBAHASAN

13
BAB III
PEMBAHASAN
Adapun hasil praktikum dari acara I tentang Pengenalan Paleontologi Dan
Fosil adalah :
A. Pengertian Paleontologi.
Paleontologi adalah studi ilmiah tentang kehidupan masa lalu geologis yang
melibatkan analisis fosil tumbuhan dan hewan, termasuk yang berukuran
mikroskopis. Ini berkaitan dengan semua aspek biologi dari bentuk kehidupan
purba, termasuk bentuk dan strukturnya, pola evolusi, hubungan taksonomi satu
sama lain dan hubungannya dengan spesies hidup modern, distribusi geografis,
dan hubungan timbal balik dengan lingkungan.
Beates dan Jackson (1987):Paleontologi ialah studi yang berkaitan dengan
kehidupan pada waktu lampau geologi, berdasarkan fosil tumbuhan dan
binatang dan termasuk fitogeni (ilmu yang mempelajari jaringan/hubungan
diantara kelompok-kelompok organisme), hubungannya dengan tetumbuhan,
binatang dan lingkungan yang ada, serta makna kronologi sejarah bumi.
Shirock dan Twen Hofel (1952):Paleontologi ialah ilmu yang mengkaji
tentang kehidupan masa lampau dalam skala umur geologi. Studi paleontolgi
dibatasi oleh skala waktu geologi yaitu umur termuda adalah Kala Holosen
(0,01 juta tahun yang lalu).
B. Hubungan Paleontologi dengan Biologi

Gambar 1.17
Paleontologi erat kaitannya dengan biologi dikarenakan dengan ilmu
paleontologi kita akan mengetahui bukti-bukti evolusi yang berupa fosil.
Ilmu paleontologi ini mengajarkan tentang masa lampau dan jejak-jejak
zaman purba yang dibuktikan dengan adanya temuan fosil di berbagai
daerah.

14
Hubungan antara ilmu paleontologi dan biologi yang mana paleontologi
itu belajar tentang kehidupan pada waktu lampau geologi, berdasarkan fosil
tumbuhan dan binatang dan termasuk hubungan antar mahluk hidup yang
satu dengan yang lainnya dalam kronologi sejarah bumi terbentuk. Oleh
karena itu, ilmu ini akan sangat berhubungan dengan bidang ilmu Biologi
yang mana ilmu ini belajar tentang segala hal kehidupan di bumi, mulai
dari manusia, tumbuhan, hewan serta lingkungan tempat hidupnya. Dengan
hal itu, terdapat keterkaitan antara kedua aspek bidang pembelajaran
tersebut yang sama sama mempelajari tentang mahluk hidup yang ada di
bumi.
C. Hubungan Paleontologi dengan Stratigrafi

Gambar 1.18
Biostratigrafi merupakan pembagian dari stratigrafi dimana
pengelompokanstrata kedalam satuan didasarkan atas kandungan fosil-
fosilnya. Merurut Sandi Stratigrafi Indonesia (1996), satuan biostratigrafi
adalah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan berdasarkan kandungan fosil
atau ciri-ciri paleontology sebagai sendi pembeda terhadap tubuh batuan
sekitarnya. Sedangkan penyusunan biostratigrafi dapat dimaksudkan unruk
menggolongkan lapisan-lapisan batuan dibumi secara bersistem menjadi
satuan-satuan yang bernama berdasarkan kandungan dan penyebaran fosil.
Biostratigrafi terdiri atas satuan dasar yang berupa zona atau yang biasa
disebut sebagai zona biostratigrafi (biozona). Biozona merupakan suatu lapisan
batuan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu taxon fosil atau lebih, yang
dapat dibagi lagi menjadi Sub-Zona. Sub-Zona merupakan bagian dari biozona
yang berguna untuk menunjukan biostratigrafi yang lebih detil. Sub-Zona dapat
dibagi lagi menjadi satuan yang lebih kecil yaitu Zonula, secara umum Zonula
dapat digunakan untuk subdivisi dari biozona atau sub-biozona. Beberapa zona
yang mempunyai kesamaan biostratigrafi dapat dikelompokan menjadi Super-
Zona. Sehingga urutan-urutan satuan biostratigrafi dari tingkat yang besar
sampai yang kecl adalah: Super-Zona, Zona, Sub-Zona, dan Zonula (Sandi
Stratigrafi Indonesi, 1996). Sedangkan biostratigrafi Hoizon (Biohorizon) 25
merupakan batasan stratigrafi dimana terdapat perbedaan yang signifikan
dalam karakter biostratigrafi (International Stratigraphic Guide, 1994).
Paleontologi sangat berhubungan dengan ilmu stratigrafi yang mana
ketika awal mulanya terdapat kehidupan tersebut, terjadilah kesinambungan

15
antara mahluk hidup dengan lingkungan batuan yang digunakan sebagai tempat
tinggal mahluk hidup. Dan seiring berjalannya waktu, mahluk hidup yang telah
melampaui batas hidupnya akan mati dan kemudian bisa terawetkan oleh
lapisan lapisan batuan yang tertransportasi menutupi mahluk hidup yang telah
mati tadi sehingga disini mulailah terjadi hubungan antara lapisan batuan itu
dengan lapisan batuan yang lainnya yang didalamnya terdapat sisipan cerita
sejarah kehidupan mahluk hidup di masa lampau yang bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.
D. Pengertian Fosil
Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas binatang maupun tumbuhan masa lalu
yang terawetkan di dalam Bumi. Fosil merupakan sumber informasi primer
tentang sejarah kehidupan di Bumi. Bagian organisma yang terfosilkan
biasanya adalah bagian tubuh yang memiliki jaringan keras, seperti tulang, gigi,
dan cangkang. Fosil biasanya ditemukan di dalam batuan sedimen (batuan
endapan). Melalui berbagai proses kimiawi dan fisika di dalam bumi, bagian
tubuh organisma tersebut berubah menjadi semakin keras hingga akhirnya
membatu.
Dengan adanya fosil, kita tahu bahwa ada berbagai bentuk kehidupan telah
menduduki planet ini. Fosil menggambarkan kita bahwa kehidupan telah
berkembang dari waktu ke waktu. Fosil telah berkontribusi dalam penyusunan
skala waktu geologi.
Fosil dalam “Paleontologi” terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Macrofossil

Gambar1.19
Dapat dilihat secara megaskopis yaitu dengan mata biasa
2. Microfossil

16
Gambar 1.20
Merupakan fosil yang hanya bisa diamati menggunakan mikroskop,
Sebuah mikrofosil ialah salah satu yang bisa dipelajari dengan mikroskop
karena ukurannya yang sangat kecil.
Ada 2 macam assemblages atau kumpulan fosil yaitu
1. Thanatocoenose, terdapat fosil yang bukan pada lingkungan hidupnya
2. Biocoenose, terdapat fosil yang masih pada lingkungan hidupnya.
E. Fosilisasi
Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan
yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami
pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat
beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:
§ Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras
§ Mengalami pengawetan
§ Terbebas dari bakteri pembusuk
§ Terjadi secara alamiah
§ Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
§ Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.Syarat menjadi Fosil
F. Adapun syarat-syarat yang harus dilewati organisme agar dapat dikatakan
sebagai fosil:
Fosilisasi merupakan proses akumulasi sisa-sisa tanaman atau hewan yang
menumpuk di sedimen atau endapan, baik menjalani konservasi menyeluruh,
atau sebagian jejaknya saja. Ada beberapa kriteria yang dapat di anggap
pemfosilan diantaranya yakni:
§ Umur lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
§ Organisme memiliki bagian tubuh yang sulit.
§ Mengalami pelestarian.
§ Terjadi secara alami.
§ Mengandung kadar oksigen dalam jumlah kecil.
§ Bebas dari bakteri pembusuk.
Media pelindung yang baik pada umumnya adalah sedimen yang
berbutir halus, tidak porous/sukar dilalui air tanah, dan bersifat reduktif/ tidak
oksidatif.
Contoh media yang baik :
1. Lumpur yang lunak

17
2. Debu vulkanik
3. Suhu yang rendah (Es)
4. Udara yang sangat kering (padang pasir)
5. Getah pohon (resin)
G. Kegunaan Fosil
Secara umum fosil dapat dipakai untuk :
1. Penentuan umur relative
2. Korelasi
3. Menentukan lingkungan pengendapan purba (Paleoenvironment)
4. Menentukan iklim masa lalu
5. Menentukan geografi masa lalu
6. Bukti evolusi.
Dalam geologi, fosil digunakan untuk:
§ Tentukan usia relatif batu: lapisan sedimen yang mengandung fosil
tertentu harus terbentuk ketika hewan yang menyusun fosil hidup.
§ Tentang korelasinya: Korelasi menghubungkan dua atau lebih satuan
batuan yang berada di lokasi yang berbeda dan memiliki usia yang
sama. Batuan yang mengandung fosil yang sama dikatakan seusia.
Dengan cara ini, batuan yang mengandung fosil pada usia yang sama
dan berasal dari lokasi yang berbeda dapat dikorelasikan.
§ Susunan skala waktu geologis: Pembagian utama pada skala waktu
geologis didasarkan pada perubahan flora dan fauna di planet ini, yang
dilestarikan sebagai fosil.
§ Untuk menentukan lingkungan sedimen batuan sedimen: d. H. Dengan
memperhatikan jenis-jenis fosil yang ada di batuan sedimen, seperti
fosil yang umumnya hidup di lingkungan laut, lingkungan
pengendapan batuan sedimen adalah lingkungan laut.
H. Fosil Indeks
Merupakan fosil yang penyebarannya secara lateral luas tetapi
penyebaran vertikalnya pendek (mempunyai kisaran umur yang singkat )
sehingga sangat baik dijadikan penentu umur tertentu pada batuan.
I. Syarat syarat terjadinya Fosil
Syarat terbentuknya fosil :
1. Mempunyai bagian yang keras.
2. Segera terhindar dari proses-proses kimia (oksidasi & reduksi).
3. Tidak menjadi mangsa binatang lain.
4. Terendapkan pada batuan yang berbutir halus >>> agar tidak larut.
5. Terawetkan dalam batuan sedimen.
6. Terawetkan dalam waktu geologi (minimal 500.000 tahun)

18
Media yang baik umumnya sedimen yang memiliki ciri berbutir halus,
tidak berporos, bersifat reduktif/tidak oksidatif. Contonya yaitu lumpur yang
lunak, debu vulkanik, suhu yang rendah, padang pasir, getah pohon.
Kualitas fosil di darat lebih cepat rusak daripada kualitas fosil yang ada
di laut karena ketika fosil berada di darat, maka factor factor dari luar akan
sangat banyak sehingga memungkinkan terjadinya perusakan fosil. Ada juga
factor lain yang menyebabkan fosil di laut lebih awet dibanding di darat,
karena fosil di laut biasanya akan terendapkan dan terawetkan oleh
lingkungan pengendapan dengan butir yang sangat halus sehingga hal ini
akan mempersempit factor lain untuk masuk ke tubuh fosil dan sulit untuk
merusaknya, hal ini berbalik dengan fosil yang ada di darat yang mana
butiran yang mengawetkan dan mengendapkannya merupakan butiran yang
kasar. Sehingga hal ini akan berpengaruh juga terhadap perbedaan
banyaknynya fosil yang ada dil laut dan darat.
J. Pemfosilan
1. Tidak Termineralisasi
Merupakan tipe pengawetan dimana setelah organisme terekubur, maka
bagian tubuhnya akan digantikan oleh mineral melalui ruang-ruang dalam
organisme tersebut. Sementara rekristalisasi merupakan pengawetan
dimana bagian tubuhnya digantikan oleh kristal seperti hydroxy
apatite, aragonite, dan calcite.

Gambar 1.21
2. Termineralisasi

Gambar 1.22

19
Merupakan proses pemfosilan dimana fosil sudah berubah karena
material
penyusun fosil tersebut sudah tidak asli lagi.
Macam fosil termineralisasi :
1. Histometabasis
2. Permineralisasi
3. Molds dan cast
4. Tracks dan trail
5. Boring dan burrows
6. Destilasi
7. Replacement
8. Impression
9. Pseudofosil/ Dendritis

BAB IV
KESIMPULAN

20
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum Sedimentologi acara I tentang Pengenalan Paleontologi
Dan Fosil yaitu:
1. Perbedan antara mold dan cast “Mold” yaitu bekas cetakan fosil organisme yang
apabila tercetak bagian luar, maka bisa disebut Eksternal Mold sedangkan kalau
yang tercetak adalah bagian dalam disebut Internal Mold. Sedangkan “Cast” yaitu
hasil cetakan Mold yang terisi mineral sehingga terbentuk fosil aslinya secara
kasar, jika yang terbentuk merupakan bagian luar, maka bisa disebut Eksternal
Cast sedangkan bagian dalam disebut Internal Cast
2. Mengetahui kenapa kualitas fosil di darat lebih cepat rusak daripada kualitas fosil
yang ada di laut karena ketika fosil berada di darat, maka factor factor dari luar
akan sangat banyak sehingga memungkinkan terjadinya perusakan fosil. Ada juga
factor lain yang menyebabkan fosil di laut lebih awet dibanding di darat, karena
fosil di laut biasanya akan terendapkan dan terawetkan oleh lingkungan
pengendapan dengan butir yang sangat halus sehingga hal ini akan mempersempit
factor lain untuk masuk ke tubuh fosil dan sulit untuk merusaknya, hal ini berbalik
dengan fosil yang ada di darat yang mana butiran yang mengawetkan dan
mengendapkannya merupakan butiran yang kasar. Sehingga hal ini akan
berpengaruh juga terhadap perbedaan banyaknynya fosil yang ada dil laut dan
darat.
3. Mengetahui kegunaan dari fosil yaitu memiliki fungsi untuk mementukan umur
relatif suatu batuan,Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan
tempat lain,Dapat mengetahui evolusi makhluk hidup,Menentukan keadaan
lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan yang mengandung fosil terbentuk
dan dapat merekonstruksi lingkungan masa lampau.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku :
Sukandarrumidi.2018.”PALEONTOLOGI APLIKASI PENUNTUN PRAKTIS
UNTUK GEOLOGIST MUDA”. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sumber lain :
Lengkap,Sejarah.2020.Pengertian Paleontologi.[online] https://dosensejarah.com/
pengertian-paleontologi/ (diakses pada 6 November 2020 pukul 09.30 WIB).
Saputra,Irmawan Hadi.2015.Macam Proses Pemfosilan.[Online]. https://www.
plengdut.com/2015/10/macam-prosespemfosilan.html#:~:text=Fosil%2Dfosil%
20yang%20termineralisasi&text=Histometabasis%3A%20merupakan%20suatu
%20istilah%20yang,tersebut%20setelah%20terpendam%20dalam%20tanah.
(diakses pada 6 November 2020 pukul 11.00)
Ibeng,Parta.2020.Fosil.[Online].https://pendidikan.co.id/pengertian-fosil/(diakses
pada 7 November 2020 pukul 08.00 WIB)

22

Anda mungkin juga menyukai