Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

MK. POLITIK PERTANIAN


Anggota: Alifa Rus Kusumaningtyas (A14170032)
Lucy Dwiatik Nurcahyani (A14170033)
Siti Mairah (A24170031)
Faiqul Alwan Al Ashani (A24170046)
Cindy Rezeki Zain (A44170042)

No. Isu Utama Fakta-fakta Pendukung Pandangan Penutup

1. Diversifikasi pangan - Konsumsi beras per - Mengadakan


belum efektif terlaksana kapita cenderung program
meningkat setiap peningkatan
tahunnya. produksi pangan
- Keterbatasan lokal dan program
ekonomi, pengembalian
menyebabkan konsumsi pangan
masyarakat belum lokal, agar
mampu konsumsi beras
mengonsumsi dapat ditekan.
pangan yang - Pemerintah perlu
bervariasi. menetapkan
kebijakan
penetapan harga
dan pemberian
subsidi bahan
pangan lain, agar
masyarakat bisa
mengonsumsi
pangan yang
bervariasi

2. Belum terpenuhinya gizi - Selera masyarakat - Mengembangkan


masyarakat terhadap pangan dan mengintroduksi
berubah seiring bahan pangan
dengan semakin alternatif pengganti
maraknya jenis beras yang
pangan olahan yang berharga murah
siap saji dan dan memiliki
praktis. kandungan gizi
- Masyarakat yang tidak jauh
mengalihkan fungsi berbeda dengan
jagung dan ubikayu beras.
tidak lagi sebagai - Selain itu,
makanan pokok pemerintah juga
tetapi sebagai telah menerbitkan
makanan selingan Peraturan Presiden
atau snack, No. 22 tahun 2009
tentang Kebijakan
percepatan
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
berbasis
Sumberdaya Lokal,
di bawah
koordinasi Dewan
Ketahanan Pangan
untuk memfasilitasi
UMKM dalam
pengembangan
bisnis pangan
segar, industri
bahan baku,
industri pangan
olahan dan pangan
siap saji yang aman
berbasis
sumberdaya lokal

3. Kurangnya Kebijakan - Program revolusi - Pemerintah


produksi dan harga terkait hijau hanya sebaiknya mulai
komoditas non beras berfokus pada menggalakkan
peningkatan kebijakan produksi
produksi padi pangan lokal selain
- Program padi, jagung, dan
pemerintah hanya kedelai untuk
berfokus pada mendukung
peningkatan realisasi
tanaman padi, diversifikasi
jagung dan kedelai pangan.
sejak 2014 hingga - Pemerintah perlu
sekarang sesuai merumuskan
dengan permentan kebijakan harga
no 03 komoditas pangan
- Kebijakan harga non beras secara
pangan non beras komprehensif agar
hanya diterapkan harga komoditas
terhadap harga pangan non beras
dasar, tanpa ada lebih kompetitif.
batasan harga
maksimalnya. Hal
ini berbeda dengan
beras yang diatur
secara mendetail
dalam peraturan
menteri
perdagangan no 57
tahun 2017 dan
permentan no 31
tahun 2017.

4. Bergesernya pola pangan - Pemerintah hanya - Pemerintah lebih


masyarakat non beras memprioritaskan memperhatikan
menjadi beras produksi atau bahan pangan lain
kebijakan harga dalam hal
dalam mendorong peningkatan
peningkatan produksi.
produksi padi, - Pemerintah
padahal Indonesia melakukan
memiliki bahan pengembangan
pangan lain seperti pertanian yang
kacang-kacangan memanfaatkan
dan umbi-umbian kekayaan dan
- Di Maluku, yang keberagaman
semula sumber pangan
mengonsumsi sagu domestik.
sebagai bahan
pokok, saat ini
telah mengalami
peningkatan dalam
mengonsumsi beras

5. Produktivitas pangan - riset terkait varietas - Pemerintah harus


lokal masih rendah maupun teknologi berupaya dalam
masih kurang perluasan area
- Kinerja dan tanam untuk
realisasi dengan meningkatkan
yang dicapai jauh produktivitas
dari potensi pangan yang
produksinya rendah
- meningkat sarana
dan prasarana
- mengembangkan
program tumpang
sari untuk produksi
pangan yang lebih
variatif

6. Ketersediaan beras yang - harga beras yang - biaya sektor


melimpah dan harga yang lebih murah produksi
murah dibanding produk dibandingkan diminimalisirkan
pangan lainnya produk pangan seperti pupuk yang
lainnya menjadi dapat dibuat sendiri
salah satu alasan sehingga ramah
produk beras lebih lingkungan dan
menguntungkan menekan harga
dari pada produk produksi pangan
pangan lainnya - teknologi yang
- tingkat kemiskinan seragam serta hasil
indonesia yang pasar yang
tinggi menjadikan bersama-sama
masyarakat dapat menekan
terbelenggu depan harga pangan agar
harga pangan yang lebih stabil
jauh lebih murah - pendirian koperasi
yaitu beras untuk dapat dijadikan
dikonsumsi sehari- solusi dalam
hari menstabilisasikan
harga pangan.
karena kehadiran
koperasi dapat
menjembatani
antara petani dan
konsumen sehingga
tidak terjadi
disparitas harga

7. Ketidakseimbangan - Produksi berbagai - Pemerintah


antara pola konsumsi jenis pangan tidak memberikan
pangan dengan dapat dihasilkan di subsidi bagi petani
ketersediaan pangan di semua wilayah dan yang aktif
masyarakat (Handewi et tidak dapat melakukan
al 2008) dihasilkan di setiap penanaman
saat dibutuhkan tanaman pangan
non beras
- Daerah yang
menjadi sentra
tanaman non beras
untuk diversifikasi
harus aktif
menggalakkan
program
diversifikasi
pangan

8 Kebijakan diversifikasi - Terdapat daerah - Pelaksanaan


pangan yang ditetapkan yang aktif diversifikasi
tidak konsisten melaksanakan pangan harus
pelaksanaanya dan tidak diversifikasi dilakukan
menyeluruh (Handewi et pangan dan ada serempak dan
al 2008) daerah yang belum menyeluruh se
diadakan program Indonesia, dapat
diversifikasi dimulai di
pangan pedesaan dengan
memperhatikan
perilaku rumah
tangga termasuk
rumah tangga
petani sebagai
produsen dan
konsumen
sekaligus

9. Teknologi Pengolahan belum ada alat masak - Mempercepat


Pangan Nonberas untuk jagung dan ubikayu mewujudkan
dan Promosinya Masih seperti “rice cooker” diversifikasi
Terbatas konsumsi pangan.
Dengan sentuhan
teknologi
pengolahan
diharapkan dapat
menghasilkan
pangan yang lebih
bermutu, menarik,
disukai dan
terjangkau oleh
masyarakat.
- Melakukan
promosi produk
dan perlunya
pengembangan
produk non beras
agar hasilnya
beragam dan dapat
diolah dengan cara
yang beragam pula

10

Diversifikasi pangan merupakan upaya yang sangat erat kaitannya dengan


peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan
perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi, konsumsi,pemasaran dan
distribusi (Kasryno et al 1993). Diversifikasi konsumsi pangan pokok tidak dimaksudkan
untuk mengganti beras secara total tetapi mengubah pola konsumsi pangan masyarakat
sehingga masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan dan lebih baik gizinya.
Pangan yang dikonsumsi akan beragam, bergizi dan berimbang. Di Indonesia terdapat
pedoman untuk mengukur diversifikasi konsumsi pangan termasuk pangan pokok yang
dikenal dengan Pola Pangan Harapan (PPH). PPH yang diharapkan mencapai angka 100,
namun PPH penduduk Indonesia sampai saat ini masih belum mencapai angka tersebut.
Tujuan utama penganekaragaman Konsumsi Pangan (diversifikasi pangan) adalah
membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman untuk hidup
sehat, aktif, dan produktif. Dalam usaha perwujudan ketahanan pangan pada umumnya dan
diversifikasi konsumsi pangan pada khususnya juga dituangkan dalam Undang-undang
nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) melalui Program
Peningkatan Ketahanan Pangan. Program ini salah satunya bertujuan untuk menjamin
peningkatan produksi dan konsumsi yang lebih beragam. Dari tahun ke tahun pola konsumsi
masyarakat Indonesia terus mengalami perubahan. Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Presiden (Perpres) No. 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Tujuan kebijakan ini adalah untuk
memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan aman yang diindikasikan oleh skor PPH 95 pada tahun 2015. Kebijakan
tentang diversifikasi di Indonesia adalah program diversifikasi berbasis pangan lokal dengan
bekerja sama antara pemerintah, lembaga dan petani.
Upaya diversifikasi pangan ini telah dilakukan sejak lama, faktanya hingga saat ini
diversifikasi pangan di Indonesia belum berjalan secara optimal. Permasalahan utama
diversifikasi pangan adalah ketidakseimbangan antara pola konsumsi pangan dengan
penyediaan produksi/ketersediaan pangan di masyarakat. Produksi berbagai jenis pangan
tidak dapat dihasilkan di semua wilayah dan tidak dapat dihasilkan setiap saat dibutuhkan. Di
sisi lain, konsumsi pangan dilakukan oleh semua penduduk dan setiap saat dibutuhkan.
Ketergantungan terhadap beras yang semakin tinggi dan meningkatnya konsumsi
makanan cepat saji yang signifikan menjadi hambatan dalam upaya diversifikasi pangan ini
(Hardinsyah 1996). Pengurangan laju konsumsi melalui upaya diversifikasi pangan belum
signifikan karena konsumsi beras per kapita cenderung meningkat (Amang dan Sawit 2001).
Permasalahan rumit lainnya adalah bergesernya pola pangan masyarakat non beras menjadi
beras seperti yang terjadi di Madura, Maluku, NTT, Ambon, dan Kawasan Indonesia Timur
lainnya. Bahkan di Maluku yang semula mengkonsumsi sagu sebagai bahan pangan pokok,
misalnya, telah beralih (90-100%) menjadi beras, menyamai Sumatera Utara dan Sumatera
Barat.
Kendala lain yaitu kebijakan diversifikasi pangan yang ditetapkan tidak konsisten
pelaksanaanya dan tidak menyeluruh, masih terdapat daerah yang aktif melaksanakan
diversifikasi pangan dan ada daerah yang belum diadakan program diversifikasi pangan.
Terlebih tingkat kemiskinan indonesia yang tinggi menjadikan masyarakat terbelenggu
dengan harga pangan yang jauh lebih murah yaitu beras untuk dikonsumsi sehari-hari. Harga
beras yang lebih murah dibandingkan produk pangan lainnya menjadi salah satu alasan
produk beras lebih menguntungkan dari pada produk pangan lainnya.
Diversifikasi pangan di Indonesia akan sangat sulit diwujudkan, karena rendahnya
perhatian pemerintah terhadap bahan pangan lokal. Program-program yang selama ini
dijalankan umumnya hanya berfokus pada peningkatan konsumsi beras, seperti Program
Peningkatan Beras Nasional (P2BN) dan Revolusi Hijau. Selain itu, berdasarkan data BPS
tahun 2017, total konsumsi beras Indonesia selama 2011 - 2017 cenderung mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat terjadi, salah satunya karena daerah-daerah yang dahulunya
mengkonsumsi bahan pangan non beras telah beralih mengkonsumsi beras, seperti halnya
yang terjadi pada daerah timur Indonesia.. Menurut Azahari (2008), implementasi program
diversifikasi pangan tidak sesuai dengan tujuan awal diadakannya program, yaitu
memanfaatkan kekayaan dan keragaman sumber pangan domestik. Diversifikasi pangan yang
sudah berhasil diwujudkan adalah diversifikasi produk pangan berbasis terigu. Hal ini
tercermin dari berkembangnya industri roti dan mie berbahan dasar terigu, namun sayangnya
terigu adalah produk impor dan belum dikembangkan di Indonesia.
Pemerintah pada tahun 1991/1992 melalui Departemen Pertanian mulai menggarap
diversifikasi pangan melalui program Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG). DPG bertujuan
untuk mendorong meningkatnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan mendorong
meningkatnya kesadaran masyarakat terutama di pedesaan untuk mengkonsumsi pangan yang
beraneka ragam dan bermutu gizi seimbang. Selain itu, pemerintah juga telah menerbitkan
Peraturan Presiden No. 22 tahun 2009 tentang Kebijakan percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal, di bawah koordinasi Dewan Ketahanan
Pangan untuk memfasilitasi UMKM dalam pengembangan bisnis pangan segar, industri
bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap saji yang aman berbasis sumberdaya
lokal. Terdapat empat kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu : 1) Kampanye nasional
diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya pangan lokal baik untuk aparat
pemerintahan tingkat pusat daerah, individu, kelompok masyarakat maupun industri; 2)
Pendidikan diversifikasi konsumsi pangan secara sistematis sejak usia dini; 3) Peningkatan
kesadaran masyarakat untuk tidak memproduksi, menyediakan/ memperdagangkan, dan
mengkonsumsi pangan yang tidak aman dan 4) Fasilitasi pengembangan bisnis pangan
melalui fasilitasi pengembangan aneka pangan segar, industri pangan olahan dan pangan siap
saji berbasis sumberdaya lokal. Untuk kurun waktu 2010-2015, kegiatan difokuskan
penguatan kampanye nasional diversifikasi konsumsi dan pendidikan gizi seimbang di
sekolah dan masyarakat sejak usia dini. Selain itu juga dilakukan penguatan industri pangan
lokal berskala mikro, kecil dan menengah (UKM) terintegrasi dengan pembangunan ekonomi
perdesaan dan sosialisasi dan penerapan standar keamanan pangan pada UKM pangan lokal
(Handewi et al. 2008). Dalam upaya percepatan diversifikasi pangan, yang terutama dan
utama dilakukan adalah kesiapan daerah untuk melaksanakan hal tersebut. Terwujudnya
diversifikasi konsumsi pangan sangat tergantung dari peran pemerintah baik di pusat maupun
di daerah. Keragaman hayati Indonesia berupa tumbuhan, legume, kacang-kaçangan, buah-
buahan dan tumbuhan lalapan-sangat banyak dan kaya sumber karbohidrat, protein, vitamin,
dan mineral. Penggalian potensi tersebut dilaksanakan dengan pengembangan teknologi
pengolahan dan produk pangan, yang melibatkan swasta terutama para industriawan.
Program diversifikasi konsumsi pangan seyogyanya dijadikan gerakan bersama yang
melibatkan semua unsur, tidak hanya pemerintah, tetapi juga swasta, LSM dan masyarakat.

Daftar Pustaka
Amang, B. dan M.H. Sawit. 2001. Kebijakan Beras dan Pangan Nasional Pelajaran dari
Orde Baru dan Orde Reformasi. Bogor(ID): IPB Press. Cetakan kedua.
Azahari DH. 2008. Membangun kemandirian pangan dalam rangka meningkatkan ketahanan
pangan nasional. PESKP. 6 (2): 174 - 195.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Kajian Konsumsi Bahan Pokok. Jakarta (ID): BPS RI.
Handewi PS, Rachman, Ariani M. 2008. Penganekaragaman konsumsi pangan di Indonesia :
permasalahan dan implikasi untuk kebijakan dan program. Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian. 6(2): 140-154.
Hardinsyah. 1996. Measurement and Determinant of Food Diversity: Implications for
Indonesia’s Food and Nutrition Policy. Phd. Disertation. Medical School, University
of Queensland, Brisbane.
Kasryno F, Gunawan M, Rasahan C. 1993. Strategi Diversifikasi Produksi Pangan.
Jakarta(ID): LP3ES.

Nama_NIM_No bagian isu_Bagian essay


1. Alifa Rus Kusumaningtyas_(A14170032)_Isu no 3,9_Paragraf kendala Diversifikasi
pangan
2. Lucy Dwiatik Nurcahyani _(A14170033)_7,8_Pengertian diversifikasi pangan dan
kebijakan diversifikasi pangan
3. Siti Mairah _(A24170031)_Isu no. 1 dan 4_Paragraf apakah diversifikasi pangan
sudah terwujud? Apakah mungkin dilakukan di Indonesia?
4. Faiqul Alwan Al Ashani_(A24170046)_Isu no 2,3,_Paragraf pengertian, tujuan, dan
kebijakan diversifikasi pangan
5. Cindy Rezeki Zain_(A44170042)_ 5,6_Solusi dan peran pemerintah, masyarakat, dan
lembaga lainnya

Anda mungkin juga menyukai