Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia.
Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin
hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai
dengan potensi sumber daya lokal.
Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari
dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan
Nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Kemiskinan
Resilience adalah kemampuan
untuk bersiap, bertahan dan
pulih dari krisis atau gangguan; Kerawanan
Pangan
Resilient Food System adalah
Sistem pangan yang tangguh Ketahanan
mampu bertahan dan pulih dari Pangan > rendahnya ketersediaan
gangguan dengan cara kalori untuk konsumsi per
memastikan pasokan yang kapita.
cukup dari makanan yang dapat > wilayah sering kekerinagn
diterima dan dapat diakses oleh > pendapatan perkapita desa
semua orang rendah
Resilience Food System (RFS): Kerangka Konseptual
DRIVER (PENDORONG)
Framework ini
Penelitan dan pengembangan, teknologi, infrastruktur,
diadaptasi dari Kebijakan, tata kelola, perlindungan social, mitigasi risiko,
Kerangka kapasitas, Pendidikan, informasi dan konektivitas
Konseptual Food
Systems yang
dikembangkan pada
Konferensi Tingkat FOOD SYSTEM: PENAWARAN & PERMINTAAN
Tinggi Para Ahli Outcome
Resilience
Resilience
Nutrisi dan Tanah dan sumber air Daya Beli Pembangunan:
Produksi Harga perilaku - Pendapatan
Keamanan Pangan Promosi -
Pengolahan dan preferensi Kesehatan
(High Level Panel of - Nutrisi
pengemasan kerentanan
Experts on Food Perdagangan dan - Kesinambungan
Security and distribusi lingkungan
Nutrition/HLPE)
tahun 2017.
Sekarang ini
diadaptasi ke dalam
system ketahanan Penelitan dan pengembangan, teknologi, infrastruktur,
Kebijakan, tata kelola, perlindungan social, mitigasi risiko,
dan kemandirian
kapasitas, Pendidikan, informasi dan konektivitas
pangan di Indonesia
PENGGERAK INVESTASI
Tantangan dari sisi kebutuhan dan pemanfaatan pangan
1. Peningkatan
pendapatan
perkapita. Kluster Pengembangan Komoditi
2. Peningkatan pdd dan Strategis (Hulu Hilir)
dinamika karakteristik
demografi.
3. Perubahan selera krn
promosi pangan
global.
4. Persaingan.
5. Pengembangan
pangan fungsional.
Rekomendasi Pangan Berkelanjutan Indonesia
1. Adanya Regulasi Formal Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia (SPBI) kedalam
Kebijakan Pemerintah.
2. Optimalisasi pemanfaatan plasma nutfah pangan lokal serta pemastian ketersediaan lahan
dan perairan pangan.
3. Memastikan akses yang inklusif atas lahan dan perairan pangan, termasuk
hutan dan laut sebagai sumber bahan pangan.
4. Mendayagunakan konsep produksi yang berkelanjutan (sustainable production) pada
pengambilan, budidaya, pemrosesan dan pengolahan, penyimpanan dan pencadangan,
serta logistik dan distribusi pangan.
5. Memastikan keragaman jenis produksi budidaya pangan pokok, dan menjamin mutu dan
kesehatannya saat dikonsumsi.
6. Pengembangan jaringan lumbung pangan (nyata dan virtual) berkearifan lokal.
7. Memastikan terwujudnya harga pangan yang adil pada setiap rantai nilainya
(value chain).
8. Menjadikan konsumsi pangan yang bertanggung jawab (responsible consumption) dan
gaya hidup Bangsa Indonesia.
9. Penerapan hirarki pengelolaan kehilangan dan limbah pangan secara konsisten pada setiap
tahapan daur hidup pangan untuk mencegah dan meminimalkan jumlah kehilangan dan
limbah pangan (food loss and waste).
ACEH BESAR Halal Food Estate: SAPI & Padi Sumber Anggaran: APBN, APBA
Kec. Suka Makmur, Kuta Malaka, Simpang Tiga, Darul Kamal, dan Ingin Jaya Swasta, & Perbankan
Kawasan Halal Food Estate (HFE) SIEBREUH merupakan kawasan pertanian yang
bertujuan menjadikan Aceh Besar sebagai kawasan mandiri bahkan surplus pangan,
terutama Daging (Sie) dan Beras (Breuh). HFE SIEBREUH direncanakan akan
dibangun di 6 Kecamatan di Aceh Besar, di atas lahan yang mencapai 5000 ha yang
dilakukan/dikembangkan secara bertahap.
Master Plan
dan Qanun
Integrated Ranch Uber-Uber & Blang Paku
sudah
Kawasan Peruweren (Peternakan) Uber-uber dan Blang Paku merupakan satu lokasi pengembalaan hewan
tersedia ternak yang terletak di desa yang berdampingan, Uber-uber dan Blang Paku. Lokasi ini ditetapkan sebagai
kawasan pengembalaan dengan Qanun BM No.05 Tahun 2011 tentang Lokasi Peternakan (Peruweran) Uber-
Uber dan Blang Paku Kab. Bener Meriah. Kawasan ini memiliki total luas lahan mencapai 4.166 hektar.
RENCANA KAWASAN PETERNAKAN TERPADU
ALAFAN - SIMEULUE
Food Estate
Berbasis Perkebunan Kelapa
Sawit