Anda di halaman 1dari 30

BAHAN E LEARNING

BIDANG KERAWANAN PANGAN

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan


Pangan Badan Ketahanan Pangan
2020

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan


Pangan
PENGERTIAN DAN TAHAPAN
PENANGANAN KERAWANAN
PANGAN

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 2


Pangan
 Penduduk yang mengkonsumsi kalori per hari < 70 persen AKG atau
setara 1.400 kkal.
 Proporsi populasi yang mengalami ketidakcukupan konsumsi pangan di
bawah kebutuhan minimum energi/Minimum Dietary Energy
Requirement (MDER) untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif sesuai
dengan tinggi badan menurut umur, jenis kelamin serta konsumsi kalori
(BPS)

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 3


Pangan
PENGERTIAN KERAWANAN PANGAN

Suatu kondisi ketidakmampuan individu atau sekumpulan individu di suatu


wilayah untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat
dan aktif. Kerawanan pangan dapat diartikan juga sebagai kondisi suatu daerah,
masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan
pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi
pertumbuhan dan kesehatan sebagian masyarakat (Permentan No 43/2010).

Kerawanan pangan terjadi ketika


sementara
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuha ada
TRANSI biasanya dikaitkan dengan goncangannatau tekananmakanan
khusus seperti
EN kekeringan, banjir atau kerusuhan sipil. yang

Kerawanan pangan kronis terjadi ketika rumah tangga tidak mampu


memenuhi kebutuhan pangan pada waktu normal karena mereka
KRONI tidak memiliki cukup tanah pendapatan atau aset produktif atau
mengalami rasio ketergantungan yang tinggi, sakit kronis atau
S hambatan sosial.

Kerawanan Pangan berdasar Individu yang mengkonsumsi kalori per hari < 70 persen AKG atau
konsumsi kalori setara
1.400 kkal. (Balitbangkes, 2010)

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 4


Pangan
INSTRUMEN PENANGANAN KERAWANAN PANGAN

FSV
A

RENTAN RAWAN AR
PANGAN P

SKP
G

• FSVA disusun pada tingkat wilayah dengan periode pengambilan data setiap 2-3 tahun.
•SKPG untuk melakukan deteksi dini kemungkinan terjadinya masalah pangan dan gizi di suatu
wilayah
• ARP untuk mengetahui persentase penduduk rawan pangan di suatu wilayah

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 5


Pangan
TAHAPAN PENANGANAN KERAWANAN PANGAN
serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk
mengurangi risiko
kerentanan dan/atau
kerawanan pangan melaui
Pencegahan kerawanan sistem peringatan dini
(early warning system).
pangan
01 serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk
mengantisipasi kerentanan
Kesiapsiagaa dan/atau kerawanan pangan
n melalui pengorganisasian
02 serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya
Tanggap guna.
darurat serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan
03 segera pada saat
kejadian kerawanan
pangan untuk menangani
dampak buruk yang
ditimbulkan.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 6


Pangan
…..lanjuta
n
serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan
hidup yang terkena
kerawanan pangan dengan
Pemulihan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana,
dan sarana dengan
04 melakukan upaya
rehabilitasi.

Mitigasi serangkaian upaya untuk


mengurangi risiko
(pengurangan kerawanan pangan, baik
dampak) melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan
05 peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman
kerawanan pangan.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 7


Pangan
UPAYA PENCEGAHAN KERAWANAN PANGAN DAN GIZI

• Penguatan kemampuan daerah dalam


implementasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG)
• Pengaturan mobilisasi cadangan pangan
pemerintah daerah secara internal dan antar
daerah
• Peningkatan produksi pangan sumber karbohidrat
non beras sesuai dengan kaerifan lokal dan potensi
wilayah
• Pemanfaatan lahan pekarangan sebagi
sumbergizi keluarga

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 8


Pangan
SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN
GIZI

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 9


Pangan
DASAR
HUKUM
MENGAMANATKAN
UU NO.18 Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai
TAHUN
2012
dengan kewenangannya berkewajiban
Pasal 114 membangun, menyusun, dan
mengembangkan Sistem Informasi Pangan
dan Gizi yang terintegrasi
PP NO.17
TAHUN
2015
Pasal
SISTEM
SKP
75

INFORMA
SI G
PANGAN

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 10


Pangan
Dasar Hukum ………….

•           
  
     
      
      
        
        

            

     
•         

     
       
        
        
Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 
11
Pangan
      
    
A. SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI
(SKPG) • Salah satu instrumen/alat deteksi dini untuk
DEFINISI mengantisipasi kejadian kerawanan pangan dan gizi
(Permentan 43/2010, Pasal
1)
DASAR HUKUM
melalui pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis,
dan penyebaran informai situasi pangan dan gizi.
• Memberikan informasi situasi pangan dan gizi
TUJUAN • Menyusun rekomendasi kebijakan ketahanan pangan
UU No
dan gizi
18/2012
Tentang Pangan
PP No 17/2015 • Seluruh Provinsi, Kabupaten/Kota,
Pasal 114 ayat 1 dan 2d
SASARA
Tentang Ketahanan kecamatan, dan desa di Indonesia
Pangan dan Gizi
N 43/2010 PERMENTAN
Pasal 75 ayat 1 dan 2d • Tersedianya informasi situasi pangan dan gizi
Tentang Pedoman SKPG
OUTPU • Tersedianya rekomendasi kebijakan ketahanan
pangan dan gizi
T
• Meningkatnya kewaspadaan pangan dan gizi untuk
OUTCOME mendukung ketahanan pangan

INSTANSI YANG •BPS, Pusdatin Kementan, BKP, Kemenkes, BKKBN,


TERLIBAT BNPB, BMKG

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 12


Pangan
Manfaat SKPG

• Early warning system (EWS)


• Salah satu instrumen monitoring pangan dan
gizi
• sebagai dasar melakukan intervensi pangan
• Pemantauan situasi pangan dan gizi

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 13


Pangan
HUBUNGAN KERAWANAN PANGAN DENGAN SISTEM
KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (SKPG)

Perdesaan (D)
Sangat
KEGAGALAN
dini
PRODUKSI
Ketersediaan Cukup
Pangan di dini
KRISIS Masy kurang
Ketersediaan Kurang
EKONOMI Pangan RT dini
Pendapatan kurang Asupan
menurun Zat
Daya beli gizi
Perkotaan (K) kurang
menurun
PREVENTIF
KURATIF KURANG
KONSEP KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (Sumber: Basuni)
GIZI
Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 14
Pangan
INDIKATOR SKPG
A. Pemilihan Komoditi dalam Indikator
SKPG
 Merupakan hasil kesepakatan
Hasil Kajian WFP, Tim/Pokja SKPG dengan
2015 memperhatikan pola konsumsi
pangan masyarakat di wilayah
setempat (berdasarkan data
Seluruh Wilayah NTT, Wilay h BPS), dan dilakukan secara
Kab/Kot Gorontalo, a Papua konsisten untuk suatu periode
kecuali wilayah Papua Barat,
yang Maluku
Maluku, Pa tertentu.
Utara di
dikecualikan  Perubahan hanya dapat
Jagun Ubi dilakukan jika terjadi
g Kayu perubahan pola produksi dan
Pa
di Ubi
Pa Ubi Jalar
pola konsumsi pangan
di Kayu masyarakat di wilayah
setempat.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 15


Pangan
KRITERIA
SKPG
3 ASPEK SKPG
KETERSEDIAAN
PANGAN

AKSES PANGAN
PEMANFAATAN PANGAN
3 KATEGORI
SKPG
AMA WASPADA RENTA
N N
jika total bobot 3 – 4 jika total bobot 5 – 6 jika total bobot 5– 9 dan
dan tidak ada skor 3 ada skor 3

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 16


Pangan
B. Jenis Data
1. SKPG BULANAN

ASPEK DATA SUMBER DATA KETERANGAN


A. Ketersediaan a. Luas tanam Dinas Pertanian SP Padi
Pangan b. Luas puso Dinas Pertanian SP Palawija (jagung,
c. Luas panen Dinas Pertanian ubi kayu, ubi jalar)
d. Cadangan Pangan Dinas KP/BULOG Petugas Pengamat
Hama dan Penyakit
(PHP)

B. Akses Terhadap Harga Komoditas Pangan (Beras, Jagung, Ubi Kayu, Dinas
Pangan Ubi Jalar, Gula, Minyak Goreng, Daging Ayam, Telur) Perindag/Dinas Survei Harga
KP

a. Angka Balita Ditimbang (D)


b. Angka Balita Naik Berat Badan (N)
C. Pemanfaatan c. Balita yang tidak naik berat badannya dalam 2 kali Laporan
Pangan penimbangan berturut-turut (2T) Dinas Kesehatan Penimbangan dan
d. Angka Balita dengan Berat Badan Dibawah Garis
Merah (BGM) KLB
e. Kasus gizi buruk yang ditemukan

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 17


Pangan
Lanjutan.
ASPEK DATA SUMBER DATA .. KETERANGAN

Jumlah tindak kejahatan, jumlah KK dengan Dinas Sosial,


angota keluarga yang menjadi tenaga kerja ke Kepolisian, Dinas
luar daerah, penjualan aset, penjarahan Tenaga Kerja, Dinas Apabila
D. Spesifik Lokal hutan, perubahan pola konsumsi pangan, Kehutanan, Dinas Diperlukan
cuaca, dll Kesehatan, BMKG, dll

a. Luas tanam bulanan 5 tahun terakhir Dinas Pertanian dan Digunakan untuk
E. Data Pendukung b. Luas puso bulanan 5 tahun terakhir analisis bulanan
BPS

Catatan:
D’ = jumlah balita yang ditimbang – jumlah balita yang pertama kali
ditimbang – jumlah balita yang tidak datang pada penimbangan bulan sebelumya.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 18


Pangan
2. SKPG TAHUNAN

Aspek Data Sumber Data Keterangan


A. Ketersediaan a. Produksi setara beras  Dinas Pertanian - ATAP yang keluar pada bulan
Pangan b. Jumlah penduduk tengah BPS Juli tahun berjalan dan
tahunan BPS menggunakan data ARAM II
c. Cadangan pangan tahun berjalan
pemerintah Dinas KP/BULOG - Data proyeksi penduduk
tengah tahun

B. Akses Terhadap a. Keluarga Prasejahtera SKPD KB Kab/Kota - Analisis deskriptif


Pangan dan Keluarga Sejahtera I
b. Harga BPS/Dinas
c. IPM Perindag
d. NTP BPS
BPS
C. Pemanfaatan a. Jumlah balita Dinas Kesehatan Berat Badan/Umur
Pangan b. Balita gizi buruk (hasil Pemantauan Berat Badan/Tinggi
c. Balita gizi kurang Status Gizi)

19
1. Perkotaan adalah
1. Perkotaan adalah wilayah
wilayah yang
yang
mempunyai kegiatanutama
mempunyai kegiatan utama bukan
bukan
pertanian, dengansusunan
pertanian, dengan susunan fungsi
fungsi
kawasan sebagai tempat
kawasan sebagai tempatpermukiman
permukiman
perkotaan, pemusatandan
perkotaan, pemusatan dandistribusi,
distribusi,
pelayanan
pelayanan jasajasa pemerintahan,
pemerintahan,
pelayanan sosial dan
pelayanan sosial dankegiatan
kegiatanekonomi
ekonomi
(Undang-Undang
(Undang-Undang nomornomor 26 26 tahun
tahun 2007
tentang Penataan
2007 tentang Ruang).
Penataan Ruang).
  2. Berdasarkanhasil
2. Berdasarkan hasil kajian
kajian WFPWFP padapada
tahun 2015 bahwa
bahwauntukuntukwilayah
wilayah yang
 tahun 2015
mempunyai kegiatan utama
yang mempunyai kegiatan utamabukan

 pertanian, harga pangan
bukan pertanian, pokok pokok
harga pangan (beras)
merupakan indikatorindikator
yang kuatyanguntuk
 (beras) merupakan
memprediksi kemungkinan terjadinya
kuat untuk memprediksi
 kerawanan
kemungkinan pangan.
terjadinya kerawanan
pangan.
 Sehingga untuk analisis SKPG wilayah perkotaan/non pertanian hanya
menggunakan aspek akses pangan dan pemanfaatan pangan.
 Namun apabila diketahui rasio ketersedian pangan/Food Consumptoin-Availability Ratio
(IAV) kota lebih dari 1, artinya kota tersebut surplus kebutuhan pangan pokok, maka
menggunakan indikator sebagaimana pemilihan indikator di wilayah kabupaten lainnya.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 20


Pangan
KEGIATAN INTERVENSI PENANGANAN
KERAWANAN PANGAN TA. 2019

ANALISIS

1. Analisis Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA)


2. Analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
3. Analisis Angka Rawan Pangan (ARP)

UPAYA PENGENTASAN WILAYAH RENTAN RAWAN PANGAN

1. Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU)


2. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
3. Intervensi Rawan Pangan Pasca Bencana

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 20


Pangan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mitigasi
•bencana
Koordinasi penanganan resiko
• melakukan kajian resiko
• menyusun rencana program dan penanganan
• Evaluasi resiko
 Kondisi kemiskinan dapat memberikan pengaruh terhadap situasi
kerawanan pangan di daerah dan berdampak kepada wilayah
rentan rawan pangan.
 Secara konsep, kategori penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan
 Garis kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar
minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan
maupun non-makanan

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 22


Pangan
Strategi pemberdayaan masyarakat dalam
kawasan mandiri pangan (KMP)
dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu

1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan


perdesaan untuk menyediakan lapangan
kerja dan pendapatan
2) memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin
di daerah yang rentan terhadap rawan pangan

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 23


Pangan
Pengertian Krisis pangan dalam PP 17
tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan
dan Gizi

Kondisi kelangkaan Pangan yang dialami sebagian besar


masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh, antara
lain, kesulitan Distribusi Pangan, dampak perubahan
iklim, bencana alam dan lingkungan, dan konflik sosial,
termasuk akibat perang

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 24


Pangan
KESIAPSIAGAAN KRISIS PANGAN
DAN PENANGGULANGAN KRISIS PANGAN

Dasar : PP no 17 tahun 2015 pasal 41 - 58


Kesiapsiagaan Krisis Pangan dan penanggulangan Krisis Pangan
meliputi:
a. kriteria Krisis Pangan;
b. kesiapsiagaan Krisis Pangan;
c. kedaruratan Krisis Pangan; dan
d. penanggulangan Krisis Pangan.
Kriteria krisis pangan
 penurunan ketersediaan Pangan Pokok bagi sebagian besar masyarakat
dalam jangka waktu tertentu;
 lonjakan harga Pangan Pokok dalam jangka waktu tertentu; dan/atau
 penurunan konsumsi Pangan Pokok sebagian besar masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan Pangan sesuai norma Gizi.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 25


Pangan
Status kedaruratan Krisis Pangan tingkat nasional
Siaga 1 (satu)
1. jika jumlah penduduk yang mengalami Krisis Pangan lebih besar dari atau
sama dengan 70% (tujuh puluh persen) dari total jumlah penduduk nasional;
atau
2. jika jumlah penduduk yang mengalami Krisis Pangan lebih besar dari atau
sama dengan 70% (tujuh puluh persen) dari total jumlah penduduk provinsi
yang mengalami Krisis Pangan;
Siaga 2 (dua)
1. jika jumlah penduduk yang mengalami Krisis Pangan lebih besar dari 50% (lima
puluh persen) sampai dengan 70% (tujuh puluh persen) dari total jumlah penduduk
nasional; atau
2. jika jumlah penduduk yang mengalami Krisis Pangan lebih besar dari 50% (lima
puluh persen) sampai dengan 70% (tujuh puluh persen) dari total jumlah penduduk
provinsi yang mengalami Krisis Pangan;

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 26


Pangan
Lanjutan
……………….

Siaga 3 (tiga)
1. jika jumlah penduduk yang mengalami Krisis Pangan lebih besar dari 40% (empat
puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) dari total jumlah
penduduk nasional; atau
2. jika jumlah penduduk yang mengalami Krisis Pangan lebih besar dari 40% (empat
puluh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) dari total jumlah
penduduk provinsi yang mengalami Krisis Pangan.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 27


Pangan
Penanggulangan Krisis Pangan

 Pengadaan, pengelolaan, dan penyaluran Cadangan Pangan


Pemerintah, Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi,
dan/atau Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota;
 Mobilisasi cadangan Pangan masyarakat di dalam
dan antardaerah;
 Menggerakkan partisipasi masyarakat; dan/atau
 Menerapkan teknologi untuk mengatasi Krisis Pangan
dan pencemaran lingkungan.

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 28


Pangan
REFERENSI BACAAN PERATURAN PERUNDANGAN

1. Undang-undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan


2. Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah
3. Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2015
tentang Ketahanan Pangan dan Gizi
4. Permentan 43 tahun 2010 tentang Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi

Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 29


Pangan
Pusat Ketersediaan dan Kerawanan 29

Pangan

Anda mungkin juga menyukai