Rahmania, 1904051 (Trauma Abdomen)
Rahmania, 1904051 (Trauma Abdomen)
ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA ABDOMEN
Disusun Oleh:
RAHMANIA
19. 04. 051
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
3. PatofisiologiTrauma Abdomen
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia
(akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari
interaksi antara faktor-faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan
tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek
statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena
terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan
menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan
yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada
elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi tergantung
kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan
jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya
trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :
a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
c. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
5. KomplikasiTrauma Abdomen
a. Trombosis Vena
b. Emboli Pulmonar
c. Stress ulserasi dan perdarahan
d. Pneumonia
e. Tekanan ulserasi
f. Atelektasis
g. Sepsis
7. PenatalaksanaanTrauma Abdomen
a. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di
lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan
jalan napas.
1) Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah
atau benda asing lainnya.
2) Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan
adekuat tidaknya pernapasan).
3) Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi
jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam
RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan
napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila
ada verban steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
g. Kirim ke rumah sakit.
b. Hospital
1) Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara
lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat
berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a) Skrinning pemeriksaan rontgen
b) Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retroperitoneum.
c) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
d) Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada :
- fraktur pelvis
- trauma non-penetrasi
2) Penanganan pada trauma benda tumpul:
a) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks
anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di
lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna
untuk mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau
udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan
laparotomi segera.
c) Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah
duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur (Hudak
& Gallo, 2001).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Primary Survey
a. Airway:
Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau
obstruksi
b. Breathing:
Memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur, tidak
ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung, dan suara napas vesikuler
c. Circulation:
d. Nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah dibawah
normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis, kaji
jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill >2 detik apabila ada
perdarahan. Penurunan kesadaran.
e. Disability:
Kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor apabila
adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla spinalis.
f. Exposure/Environment:
fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah dan tangan,
memar pada abdomen, perut semakin menegang.
2. Secondary Survey
a. Fokus Asesment
1) Kepala:
Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga, dan mulut.
Temuan yang dianggap kritis:
Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap
cahaya ?
Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi,
terbuka/tertutup)?
Robekan/laserasi pada kulit kepala?
Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut?
Cairan serebrospinal di telinga atau di hidung?
Battle sign dan racoon eyes?
2) Leher:
Lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher bagian
belakang.. Temuan yang dianggap kritis: Distensi vena jugularis,
deviasi trakea atau tugging, emfisema kulit
3) Dada:
Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot asesoris,
pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap kritis: Luka
terbuka, sucking chest wound, Flail chest dengan gerakan dada
paradoksikal, suara paru hilang atau melemah, gerakan dada sangat
lemah dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai dengan
penggunaaan otot-otot asesoris).
4) Abdomen:
Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang, lakukan
auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan yang
dianggap kritis ditekuannya penurunan bising usus, nyeri tekan
pada abdomen bunyi dullness.
5) Pelvis:
Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri tekan. Temuan
yang dianggap kritis: Pelvis yang lunak, nyeri tekan dan tidak
stabil serta pembengkakan di daerah pubik
6) Extremitas:
Ditemukan fraktur terbuka di femur dextra da luka laserasi pada
tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut nadi, fungsi
motorik, fungsi sensorik.
Temuan yang dianggap kritis:
Nyeri
Melemah atau menghilangnya denyut nadi
Menurun atau menghilangnya fungsi sensorik dan motorik.
7) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi : Suhu, nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
8) Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow
Coma Scale): terjadi penurunan kesadaran pada pasien.
3. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
NO Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Seorang perempuan Ny. “A” berumur 25 tahun datang ke UGD RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar Klien mengalami kecelakaan sepeda motor
setelah ditabrak oleh mobil angkot yang ada di belakangnya saat pulang kerja.Saat
kejadian klien menggunakan pengaman kepala (helm). Saat kecelakaan Klien
terjatuh dan membentur aspal, saat kejadia Klien sempat tidak sadarkan
diri.Setelah Klien sadar Klien menghubungi keluarganya dan langsung dibawa ke
rumah sakit.
I. Data Pasien
Nama Inisial : Ny. “A”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/Umur : 05/09/1995/ 25 Tahun
Alamat : Perintis Kemerdekaan Makassar
Rujukan : -
Diagnosa : Trauma Abdomen
Nama keluarga yang bisa dihubungi : Ny. “ R ”
Alamat : Perintis Kemerdekaan Makassar
Transportasi waktu datang : Kendaraan Pribadi
A. Airway
1. Pengkajian jalan napas
Bebas Tersumbat
Trachea di tengah : Ya Tidak
2. Resusitasi : Tidak dilakukan
3. Re-evaluasi : Tidak dilakukan
4. MasalahKeperawatan :-
5. Intervensi/implementasi : -
6. Evaluasi: -
B. Breathing
1. Fungsi pernapasan
Dada simetris : Ya Tidak
Sesak nafas : Ya Tidak
Respirasi : 26 x / mnt
Krepitasi : Ya Tidak
Suara nafas :
Kanan : Ada Jelas Menurun Ronchi
Wheezing TidakAda
Kiri : Ada Jelas Menurun Ronchi Wheezing
TidakAda
Saturasi O2 : 99%
Pada : Suhu ruangan Nasal canule
NRB Lainnya:
2. Assesment : Perut klien terasa sakit pada saat bernapas , Klien
menggunakan Oksigen 2 liter/menit
3. Resusitasi : -
4. Re-evaluasi : -
5. Masalah Keperawatan: Pola nafas tidak efektif
6. Intervensi/implementasi:
Hasil :
Kepatenan jalan napas
dipertahankan
4. Memberikan posisi
semi fowler
Hasil :
Memberikan posisi
semi fowler kepada
klien
7. Evaluasi:
Selasa, 6 Oktober 2020
S: Klien mengatakan sesak
O:
Pembesaran hati
RR : 26 x/menit
Klien nampak menggunakan nasal canul
A : Pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi Manajemen jalan nafas :
1. Monitor pola napas
C. Circulation
1. Keadaan sirkulasi
Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Suhu Axilla : 36,2oC Suhu Rectal : -oC
Temperatur Kulit : Hangat Panas Dingin
Gambaran Kulit : Normal Kering Lembah/basah
2. Assesment :Pada pemeriksaan penunjang USG Abdomen di dapatkan
ruptur dan perdarahan pada limfa anterior.
3. Resusitasi :
4. Re-evaluasi :
5. MasalahKeperawatan:
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif (perdarahan)
Resiko syok faktor resiko Hipotensi dam kekurangan volume
cairan (perdarahan)
6. Intervensi/implementasi:
3. Periksa perdarahan
dari selaput lendir,
memar setelah
trauma, mengalir dari
tempat tusukan
Hasil:
terjadi perdarahan
pada hati akibat ruptur
4. Pertahankan
kepatenan IV
Hasil:
berikan cairan Infus RL
Evaluasi
Selasa, 6 Oktober 2020
S :Klien mengatakanmual
1. Kolaborasi Hasil :
pemberian IV haluaran urin dalam
rentan normal, turgor
kulit elastis, CRT
kurang 2 detik
4. Memberikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Hasil :
Diberikan oksigen
dengan menggunakan
nasal canul
5. Kolaborasi pemberian
IV
Hasil :
kolabor
Evaluasi
Selasa, 6 Oktober 2020
A :Resiko syok
D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
Kesadaran compos mentis GCS : 15 E4V5M6.
Verbal response : Klien mengatakan nyeri perut sebelah kiri bawah
Unresponsive : -
2. MasalahKeperawatan : Nyeri Akut
3. Intervensi/implementasi :
1. Kolaborasi timbul.
Hasil :
Skala nyeri 5 (sedang)
3. Kolaborasi pemberian
analgetik
Hasil :
4. Evaluasi:
Selasa, 6 Oktober 2020
S :Klien mengatakan perutnya sakit bila bergerak dan bernafas.
P : Trauma Abdomen
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Perut sebelah kiri
S : Skala 5 (Sedang)
T : Nyeri hilang timbul
O :Hasil USGabdomen terdapat ruptur dan perdarahan pada limfa
anterior.
E. Exposure
1. Penilaian Hipothermia/Hiperthermia
Hipothermia : -
Hiperthermia : -
Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu, dengan suhu : 36.2oC
2. MasalahKeperawatan :-
3. Intervensi/implementasi : -
5. Evaluasi : -
TRAUMA SCORE
A. Frekuensi Pernafasan
10 – 25 4
25 – 35 3
> 35 2
< 10 1
0 0
B. Usaha bernafas
Normal 1
Dangkal 0
C. Tekanan darah
> 89 mmHg 4
70 – 89 mmHg 3
50 – 69 mmHg 2
1 – 49 mmHg 1
0 0
D. Pengisian kapiler
< 2 dtk 2
> 2 dtk 1
Tidak ada 0
E. Glasgow Coma Score (GCS)
14 – 15 5
11 – 13 4
8 – 10 3
5 – 7 2
3 – 4 1
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat kesehatan
a. S: (sign and symptom)
Klien mengatakan perut sebelah kirinya sakit, Klien mengatakan perutnya
sakit bila bergerak, nyeri dirasakan sepertitertusuk-tusuk, nyeri di rasakan
hilang timbul, bila diberi skala Klien memberikan skala nyeri 5. Klien juga
merasa mual. Terdapat tanda jejas pada adomen.
b. A (allergies)
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat alergi pada makanan maupun
obat –obatan.
c. M: (medications)
Klien mengataka tidak memiliki riwayat meminum obat
d. P: (past medical history)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
e. L(last meal)
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengonsumsi air mineral
f. E: (event)
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas.
2. Riwayat mekanisme trauma
Klien mengatakan perut sebelah kirinya sakit, Klien mengatakan perutnya
sakit bila bergerak, nyeri dirasakan sepertitertusuk-tusuk, nyeri di rasakan
hilang timbul, bila diberi skala Klien memberikan skala nyeri 5.
P : Trauma Abdomen
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Perut sebelah kiri
S : Skala 5 (Sedang)
T : Nyeri hilang timbul
3. Tanda-tanda Vital
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis / GCS = 15 E4V5M6.
c. Vital Sign
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 110 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,2 0C
SpO2 : 99%
4. Pemeriksaan head to to
a. Kepala :
Kulit kepala klien bersih tidak terdapat ketombe, tidak terdapat luka dan
memar di kepala, tidak terdapat nyeri tekan.
b. Mata :
Alis dan kedua mata nampak simetris kiri dan kanan, kulit disekitar mata
nampak bersih dan lembab, kedua alis nampak simetris kiri dan kanan
saat diangkat, sclera mata nampak pucat, kongjungtiva nampak anemis.
c. Telinga :
Telinga simetris kiri dan kanan, Tidak ada nyeri tekan ataupun saat daun
telinga ditarik
d. Hidung :
Pernafasan cuping hidung tidak ada, epistaksis tidak ada, septum deviasi
tidak ada
e. Mulut : Bibir sianosis tidak ada, jumlah gigi lengkap
f. Leher : Simetris kiri dan kanan, pembesaran Kelenjar Getah
Bening tidak ada, tiroid (normal).
g. Dada/thoraks :
Inspeksi : bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kirisama
Palpasi : fremitus vokal kanan dan kirisama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
h. Abdomen
Inspeksi : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen
sebelah
Auskultasi : peristaltik usus5x/menit
Palpasi : ada pembesaranhati
Perkusi :pekak
i. Ekstremitas :
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan
otot ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.
5. Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium tanggal 05-09-2020 pukul 20.00 WIB :
Hemoglobin : 10,5 g/dl (n : 14-17,5 g/dl) 2)
Eritrosit : 5,00 105/ul (n : 4,5-5,9 106/ul)
Leukosit : 12,5 104/ul (n : 4,0-11,3 103/ul)
Hematokrit : 41,8% (n : 40-52%)
Trombosit : 208
Gol darah : A
DS DO
1. Klien mengatakan perutnya sakit 1. Terdapat pembesaran hati
bila bergerak dan bernafas 2. Hasil USGterdapat ruptur dan
P : Trauma Abdomen perdarahan pada limfa anterior.
Q : Seperti tertusuk-tusuk 3. terdapat jejas dan hematoma pada
R : Perut sebelah kiri abdomen sebelahkiri bawah
S : Skala 5 (Sedang) 6. sclera mata nampak pucat,
T : Nyeri hilang timbul kongjungtiva nampak anemis.
2. Klien mengatakan terdapat luka 7. Klien tampak meringis
lecet pada perutnya 4. Vital Sign
3. Klien mengatakan sesak nafas TD : 90/60 mmHg
4. Klien mengatakan sesak sejak Nadi : 110 x/menit
mengalami kecelakaan RR : 26 x/menit
5. Klien merasa mual Suhu : 36,2 0C
SpO2 : 94%
No Data Diagnosa
1 DS:
1. Klienmengatakan sesak nafas
Diagnosa Keperawatan
5. hematokrit tidak
terganggu
3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri:
berhubungan keperawatan 1x6 jam Observasi
dengan agen diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi
pencedera fisik berkurang.
karakteristik, durasi,
(trauma abdomen) 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis menurun dan intensitas nyeri
3. Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi skala nyeri
(dalam batasnormal Kolaborasi
yaitu 80-100 kali 3. Kolaborasi pemberian
permenit) analgetik
4. Tekanan darah membaik
(dalam batas normal
120/80 mmHg)
4 Resiko syok faktor Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syokterapeutik
resiko kekurangan keperawatan 1x6 jam :
volume cairan diharapkanresikosyok 1. Monitor status
(perdarahan) membaik. kardiopulmonal
1. Kekuatan nadi ( frekuensi dan
meningkat kekuatan nadi,
2. Ekanan darah sistolik frekuensi napas, TD)
membaik 2. Monitor status
3. Tekanan darah diastolik oksigenasi (oksimetri
membaik nasi, AGD)
4. Frekuensi nadi membaik 3. Monitor status cairan (
masukan dan
haluaran, turgor kulit,
CRT)
Terapeutik
4. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
IV
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Tanggal/Bulan/Tahu
No. Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Keperawatan n
1. Pola napas tidak efektif Selasa Manajemen jalan napas: S : Klien mengatakan sesak
berhubungan dengan 6 Oktober 2020 1. Memonitor pola napas O:
pembesaran hati Pembesaran hati
Hasil :
Pernafasan 26 x/menit RR : 26 x/menit
Hasil : canul
dipertahankan tambahan
4. Memberikan posisi semi fowler 3. Pertahankan kepatenan
Hasil:
berikan cairan Infus RL
3. Kolaborasi pemberian
analgetik
4. Resiko syok faktor Selasa Pencegahan syokterapeutik : S:
6 Oktober 2020
resiko kekurangan 1. Memonitor status O :Hasil USG abdomen
volume cairan kardiopulmonal ( frekuensi dan terdapat ruptur dan
(perdarahan) perdarahan pada limfa
kekuatan nadi, frekuensi napas,
anterior
TD
A :Resiko syok
Hasil :
P :Lanjutkan
Nadi 110 x/menit, frekuensi
intervensiPencegahan syok
nafas 26 x/menit.
1. Monitor status
2. Memonitor status cairan kardiopulmonal ( frekuensi
( masukan dan haluaran, turgor dan kekuatan nadi,
kulit, CRT) frekuensi napas, TD
Hasil :
pemberian cairan RL
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Ed. 8. EGC:
Jakarta.
Herdman, T Heather, dkk. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NIC NOC
Jilid 3. Jogjakarta: MediAction
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta., E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4, Jilid
1. Jakarta: Media Aesculapius