Anda di halaman 1dari 34

MARKET BRIEF

POTENSI EKSPOR BUNGKIL INTI


SAWIT DI THAILAND

Office of Commercial Attache


Embassy of Republic of Indonesia
BANGKOK 2014
Office of Commercial Attache
Embassy of Republic of Indonesia
600 – 602 Petchburi Road, Rajthevi Bangkok
10400 Thailand
Telp: +66 22 523135 – 40 ext. 123
Fax: +66 22 551264
atdag.bkk@gmail.com
Market Brief 2014
POTENSI EKSPOR PRODUK
BUNGKIL INTI SAWIT HS 2306
DI PASAR THAILAND

Office of Commercial Attache


Embassy of the Republic of Indonesia
600 – 602, Petchburi Road, Rajthevi, Bangkok
10400 Thailand
Telp. +66 22 523135 – 40 ext. 123

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ……………………………………………………………………… ii

Daftar Gambar ……………………………………………………………….. iii

Daftar Grafik ………………………………………………………………… iv

Daftar Tabel …………………………………………………………………... v

Kata Pengantar ……………………………………………………………….. vi

Abstrak ……………………………………………………………………… vii

I. Gambaran Umum Thailand …………………………………………. 1

II. Kondisi Ekonomi …………………………………………………….. 3

III. Profil Bungkil Inti Sawit (HS ) …………..…………........................ 7

IV. Potensi Ekspor Bungkil Inti Sawit di Thailand ……………………… 9

V. Kondisi Pasar Bungkil Inti Sawit di Thailand ……………………….. 13

VI. Strategi Pemasaran Bungkil Inti Sawit di Thailand ……….…………. 15

VII. Kebijakan dan Regulasi ……………………………………………… 17

VIII. Prosedur Impor Barang di Thailand …………………………………. 19

IX. Informasi Penting .……………………………………………………. 20

X. Daftar Pameran ..……………………………………………………... 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Negara Thailand ..………………………………….. 2

Gambar 2 Buah Inti Sawit …………………….…………………… 7

Gambar 3 Bungkil Inti Sawit …………………….………………… 8

Gambar 4 Pellet Makanan Ternak Terbuat dari Bungkil Inti Sawit … 13

Gambar 5 Prosedur Impor Barang di Thailand ………….………… 19

iii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Laju Pertumbuhan GDP Thailand 2012 – 2014 ………………….. 4

Grafik 2 Angka Impor Thailand 2013 – 2014 …..………………………… 5

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pertumbuhan GDP Thailand 2013 – 2014 .…………………………. 5

Tabel 2 Perkembangan Aktivitas Ekspor Impor Thailand ….………………. 6

Tabel 3 Peternakan Babi di Thailand ….………………………………........ 9

Tabel 4 Peternakan Sapi di Thailand ………………………….……..…..... 10

Tabel 5 Impor Produk HS 2306 dari Negara Thailand ……………………. 11

Tabel 6 Ekspor Produk HS 2306 Negara Thailand …………………………. 11

Table 7 Ekspor Produk HS 2306 Negara Indonesia …………………………. 12

Tabel 8 Standar Mutu Bungkil Inti Sawit ………………………….…………. 14

v
KATA PENGANTAR

Laporan market brief mengenai Potensi Ekspor Produk Bungkil Inti Sawit (BIS) di

Pasar Thailand disusun meliputi informasi impor, ekspor dan informasi pasar untuk

komoditi bungkil inti sawit di Thailand yang dapat dijadikan peluang bagi produsen

maupun eksportir Indonesia untuk memasuki pasar Thailand guna peningkatan ekspor

Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia juga

menjadi salah satu eksportir bungkil inti sawit sebagai makanan ternak yang dapat

diandalkan namun sampai saat ini ekspor bungkil inti sawit Indonesia ke Thailand masih

belum maksimal, padahal Thailand cukup dikenal dalam usaha peternakannya.

Dengan mengetahui kondisi pasar di Thailand diharapkan dapat memberikan

gambaran dan informasi mengenai pasar bungkil inti sawit di Thailand. Sehingga Market

Brief yang disajikan secara ringkas ini secara tidak langsung diharapkan dapat menjadi

informasi pendukung dalam meningkatkan keunggulan produk bungkil inti sawit Indonesia

untuk bisa bersaing di pasar Thailand.

Bangkok, 2014

Atase Perdagangan

vi
Abstrak

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas lahan
kelapa sawit 8.4 juta hektar dan kapasitas produksi mencapai 23.9 juta ton. Kelapa sawit
adalah industry hulu ke hilir dimana semua bagian dari kelapa sawit bisa dimanfaatkan,
salah satunya adalh bungkil inti sawit yang bisa digunakan selain sebagai bahan bakar
ketel, pupuk juga bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak. Dengan kapasitas produksi
kelapa sawit yang terus meningkat, jumlah ekspor yang juga terus meningkat tentunya juga
selaras dengan peningkatan ekspor bungkil inti sawit sebagai hasil sampingan dari
pengolahan kelapa sawit. Namun Indonesia masih belum bisa menduduki peringkat 1
dalam nilai ekspor bungkil inti sawit. Tingginya produksi kelapa sawit merupakan peluang
untuk terus meningkatkan nilai ekspor bungkil inti sawit ke negara-negara di kawasan Asia
terutama Thailand yang cukup dikenal sebagai basis peternakan untuk digunakan sebagai
bahan pakan ternak. Untuk pangsa pasar di kawasan Asia Tenggara khususnya Thailand,
Indonesia menduduki peringkat eksportir keempat setelah India, Arab Saudi dan Kanada.
Melihat perkembangan impor produk bungkil inti sawit di Thailand yang terus meningkat
dari tahun ke tahun, ini merupakan peluang yang bagus untuk meningkatkan nilai ekspor
dan market share ekspor bungkil inti sawit dari Indonesia ke Thailand.

vii
I. Gambaran Umum Thailand

Nama Negara Kerajaan Thailand yaitu Kingdom of Thailand, Ibukota Bangkok,

orang Thai biasa menyebutnya Krung Thep yang berarti Kota Bidadari. Kepala Negara

Raja Bhumibol Adulyadej (sejak 9 Juni 1946) sedangkan jalannya pemerintahan untuk

sementara diambil alih oleh Militer sejak 22 Mei 2014 sampai proses pemilihan umum

selesai.

Letak Letak Geografis Thailand terbentang di posisi 5' dan 21' lintang utara dan

garis bujur 97'-105' Bujur Timur, berbatasan dengan Laos dan Myanmar di sebelah utara,

Kamboja, Laos dan Teluk Thailand di sebelah timur, Myanmar dan lautan Hindia di

sebelah barat serta Malaysia di sebelah selatan.

Kondisi demografi Thailand terdiri dari beberapa etnis. Etnis yang mendiami

Thailand antara lain Suku Thai (75 %), Cina (14 %), dan lain-lain (Melayu, Mon, Khmer,

Laos, Vietnam, India dan lain-lain).

Panjang perbatasan darat: 4.863 Km (dengan Myanmar 1.800 km, Laos ±1754 km,

Kamboja 803 km dan Malaysia ±506 km). Iklim Thailand merupakan negara beriklim

tropis (hangat dan agak lembab) dengan suhu iklim musiman tertinggi dalam bulan Maret

dan April dengan suhu rata-rata 28-380C dan kelembaban rata-rata antara 82,80% sampai

73,00%. Musim kering/kemarau bulan Maret sampai Mei, musim hujan bulan Juni sampai

Oktober, sejuk bulan November sampai Februari.

1
Gambar 1. Peta Negara Thailand

2
II. Kondisi Ekonomi

Dari tahun 2000 hingga 2011, ekonomi Thailand tumbuh rata-rata 1,1 % per

kuartal, didorong oleh ekspor industri dan pertanian. Namun perkembangan ekspor

melemah sepanjang tahun 2012 dan 2013 karena beberapa guncangan ekonomi eksternal.

Pada kuartal keempat 2013, ekonomi Thailand naik 0,6% dibandingkan kuartal

sebelumnya, jauh di bawah tingkat pertumbuhan 2,7% yang tercatat di periode tiga bulan

sebelumnya, akibat adanya dampak protes terhadap perekonomian. Perlambatan itu karena

kerusuhan politik, yang menurunkan permintaan lokal, investasi dan pariwisata. Pada

bulan November 2013, beberapa protes anti-pemerintah dimulai di Bangkok, memaksa

banyak kementerian dan lembaga negara untuk tutup. Pemilihan umum yang

diselenggarakan pada tanggal 2 Februari 2014 terganggu, sehingga gagal untuk mengakhiri

krisis.

Angka terbaru yang dirilis oleh Bank of Thailand di Januari 2014 menunjukkan

bahwa tahun 2013, indeks investasi swasta ditetapkan sebesar 8,1% (yoy), mengingat

bahwa sebagian besar bisnis telah mempercepat investasi mereka sebelumnya, sementara

yang lain memutuskan untuk menunda investasi di tengah arus ekonomi dan politik

ketidakpastian. Perekonomian Thailand naik 0,9% pada kuartal periode April-Juni 2014

dibanding dengan kuartal sebelumnya yaitu -1,9%, setelah stabilitas politik kembali

menguat.

3
Grafik 1. Laju Pertumbuhan GDP Thailand 2012 – 2014

Sumber: NESBD

Setelah beberapa bulan terjadi protes anti-pemerintah yang merugikan investasi,

pariwisata dan konsumsi, militer merebut kekuasaan pada 22 Mei 2014 dan negara

dihindarkan dari resesi pada kuartal kedua 2014, sebagai akibat dari penurunan ketegangan

politik sehingga meningkatkan pertumbuhan ekspor dan belanja negara, serta peningkatan

kepercayaan konsumen. Namun, pada bulan Juni 2014, produksi manufaktur diperkirakan

stabil sampai 15 bulan kedepan dan jumlah kunjungan wisatawan turun ke posisi terendah

bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

NESBD mengatakan ekonomi turun 0,1% pada semester pertama 2014 karena

gangguan politik yang berkepanjangan dalam lima bulan pertama tahun 2014, lambatnya

pemulihan sektor ekspor, dan terus menurunnya produksi mobil dan penjualan. NESBD

juga mengatakan GDP kemungkinan akan tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat dari

proyeksi sebelumnya (1,5% - 2,0% dari 1,5% - 2,5% perkiraan sebelumnya).

Pada basis tahunan, GDP berkembang dengan cepat dari yang diperkirakan 0,4 %

pada kuartal kedua 2014, pulih dari revisi 0,5 % dalam kuartal pertama 2014.

4
Tabel 1. Pertumbuhan GDP Thailand 2013 – 2014

Sumber: NESBD

Impor di Thailand menurun menjadi 18.049,39 USD juta pada bulan Juni 2014 dari

20.210,38 USD juta pada bulan Mei 2014. Impor di Thailand rata-rata 9.105,62 USD juta

dari tahun 1991 hingga 2014, mencapai titik tertinggi 24.937,81 USD juta pada bulan

Maret 2012 dan titik terendah 2.760 USD juta pada bulan Februari 1992.

Grafik 2. Angka Impor Thailand 2013 – 2014

Sumber : NESBD

Thailand mengimpor bahan baku dan barang menengah (56 % dari total impor),

BBM sebesar 19%, elektronik 11%, logam 9%, dan bahan kimia 5%. Mesin, peralatan,

perlengkapan seperti komputer dan mekanik mencapai 25% dari total impor, dan barang

konsumsi mencapai 8%. Mitra impor utama adalah Jepang (20% dari total impor), Cina

(15%) dan Uni Eropa (8%). Lainnya termasuk Uni Emirat Arab, Malaysia dan Amerika.

5
Tabel 2. Perkembangan Aktivitas Ekspor Impor Thailand

Sumber: NESBD

6
III. Profil Bungkil Inti Sawit

Bungkil Inti Sawit atau sering disingkat BIS adalah salah satu hasil sampingan dari

olahan kelapa sawit (daging biji sawit plus batok) dalam pembuatan minyak kelapa sawit.

Kandungan pada Bungkil Inti Sawit (BIS) memiliki kandungan serat yang mirip dengan

kandungan pada rumput. Antara lain mengandung air kurang dari 10%, protein 14-17%,

lemak 9,5- 10,5%, dan serat kasar 12-18% sehingga bisa dimanfaatkan sebagai alternatif

pakan ternak baik untuk ternak ruminansia maupun nonruminansia.

Gambar 2. Buah Inti Sawit

Bungkil inti sawit mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dibanding limbah

lainnya dengan kandungan protein kasar 15% dan energi kasar 4.230 kkal/kg sehingga

dapat berperan sebagai pakan penguat (konsentrat). Hasil pemeriksaan laboratorium

menunjukkan bahwa bungkil inti sawit berpotensi sebagai sumber nutrisi baru untuk ternak

dengan kandungan bahan kering 81,56%, protein kasar 12,63%, serat kasar 9,98%, lemak

kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%, dan energi 154 kal/100 g.

7
Gambar 3. Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit selain bermnfaat untuk bahan bakar juga berpotensi sebagai

sumber nutrisi untuk ternak karena selain mengandung protein kasar 12,63%, serat kasar

9,98%, lemak kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%, dan energi 154 kal/100 g,

ketersediaannya cukup melimpah, berkelanjutan, dan tidak bersaing dengan kebutuhan

manusia. Pemanfaatan bungkil inti sawit sebagai pakan tambahan sangat menguntungkan

pada pemeliharaan dengan tujuan komersial (penggemukan).

Penggunaan bungkil inti sawit sebagai pakan ternak bisa diaplikasikan pada ternak

sapi perah, sapi potong, domba, kambing, babi, serta ayam baik jenis ayam petelur maupun

ayam potong. Pemanfaatan bungkil inti sawit sebagai pakan ternak dapat membantu

mengatasi masalah ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau, serta meningkatkan

produktivitas ternak.

8
IV. Potensi Ekspor Bungkil Inti Sawit di Thailand.

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar dunia yang menguasai 85%

pasar minyak sawit dunia. Indonesia mendominasi 47,6% dengan jumlah produksi

mencapai 23,9 juta ton, sedangkan Malaysia 37,7% dengan produksi 18,9 juta ton. Luas

areal kelapa sawit Indonesia mencapai 8,4 juta hektar.

Yang menjadi keunggulan dari minyak kelapa sawit dibandingkan dengan minyak

non-sawit adalah semua produk kelapa sawit tidak ada yang menjadi limbah, semuanya

habis terpakai. Dari produk Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah) saja bisa

diperoleh beberapa produk turunan yang dapat menghasilkan industri-industri hilir. Produk

turunan tersebut antara lain sabun, margarine, shortening, fatty acid, fatty alcohols,

dan stearic acid. Bahkan, cangkang hasil limbah pengolahan kelapa sawit bisa digunakan

sebagai pakan ternak dan pakan ikan.

Bidang perikanan maupun peternakan di Thailand cukup besar perkembangannya.

Di beberapa daerah di Thailand banyak terdapat peternakan sapi, ayam maupun babi

dengan jumlah peternak maupun hewan ternak yang cukup besar.

Tabel 3. Peternakan Babi di Thailand

Sumber: Department of Livestock Development

9
Tabel 4. Peternakan Sapi di Thailand

Sumber: Department of Livestock Development

Dengan jumlah peternakan yang cukup besar tersebut akan sangat potensial untuk

meningkatkan nilai ekspor bungkil inti sawit dari Indonesia sebagai pakan ternak di

Thailand. Bungkil inti sawit yang dihasilkan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di

Indonesia juga terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai ekspor komoditas yang

menjanjikan. Selama tahun 2012, ekspor bungkil inti sawit dari Kalteng mampu menembus

angka US$ 236.000. Nilai ekspor yang terus meningkat ini memberi gambaran bahwa

potensinya masih dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai penunjang salah satu

indikator ekonomi lokal.

Ekspor bungkil kelapa sawit Indonesia sejak Januari - Februari 2013 nilainya

menembus angka 860.000 dolar AS, atau sekitar Rp 7,74 miliar. Angka ini akan terus

melonjak mengikuti perkembangan nilai ekspor CPO yang terus mengalami peningkatan

cukup signifikan. Demikian juga dengan perkembangan impor Bungkil Inti Sawit negara

Thailand dari tahun ke tahun mengalami peningkatan nilai yang cukup signifikan.

Dominasi negara penyuplai Bungkil Inti Sawit ke Thailand untuk saat ini masih di

dominasi oleh India, Arab Saudi, Kanada dan Indonesia berada di posisi 4.

10
Tabel 5. Impor Produk HS 2306 dari Negara Thailand
Kontribusi
Rank Eksportir 2009 2010 2011 2012 2013
%
Dunia 98,363 92,351 113,012 131,850 138,908 100.00%
1 India 22,804 22,591 27,024 35,400 72,958 52.52%
2 Arab Saudi 32,783 45,593 45,895 43,486 38,992 28.07%
3 Kanada 10,600 3,206 10,759 14,647 9,584 6.90%
4 Indonesia 3,983 11,306 16,550 8,552 7,928 5.71%
5 Cina 22,332 8,988 11,018 28,349 7,526 5.42%
6 Uganda 0 0 0 217 1,427 1.03%
7 Amerika 855 370 1,655 0 316 0.23%
8 Vietnam 0 0 43 0 122 0.09%
9 Jepang 11 43 44 38 46 0.03%
10 Cina Taipei 0 0 0 0 6 0.00%
11 Malaysia 156 55 9 5 1 0.00%
12 Swedia 0 0 0 0 1 0.00%
13 Laos 0 0 2 0 0 0.00%
14 Argentina 4,303 0 0 0 0 0.00%
15 Australia 7 0 12 0 0 0.00%
Sumber : Intracen ( satuan unit: US Dollar thousand)

Selain mengimpor bungkil inti sawit, Thailand juga mengekspor bungkil inti sawit

ke luar negeri seperti ke Jepang, Swiss, Laos, Cina Taipei, Pakistan hingga Brunei

Darussalam.

Tabel 6. Ekspor Produk HS 2306 Negara Thailand


Kontribusi
Rank Importir 2009 2010 2011 2012 2013
%
Dunia 5,050 9,739 15,331 13,566 14,155 100.00%
1 Jepang 2,680 4,537 8,643 8,378 9,238 65.26%
2 Swiss 1,238 2,007 3,329 2,246 2,361 16.68%
3 Laos 475 2,289 1,705 1,540 1,502 10.61%
4 Cina Taipei 88 135 334 394 456 3.22%
5 Pakistan 0 0 499 414 227 1.60%
6 Oman 0 0 0 44 198 1.40%
7 Singapura 0 0 2 15 124 0.88%
8 Myanmar 46 425 207 27 13 0.09%
9 Brunei 3 4 11 19 11 0.08%
10 Filipina 0 0 0 0 9 0.06%
Sumber : Intracen ( satuan unit: US Dollar thousand)

11
Tabel 7. Ekspor Produk HS 2306 Negara Indonesia
Kontribusi
Rank Importir 2009 2010 2011 2012 2013
%
Dunia 170,993 244,733 414,128 502,900 576,605 100.00%
1 Belanda 65,778 88,415 183,223 222,709 205,765 35.69%
2 New Zealand 24,624 65,634 93,607 87,914 121,548 21.08%
3 Korea 24,942 33,726 60,448 90,224 97,630 16.93%
4 Cina 13,272 8,683 14,815 38,916 63,284 10.98%
5 Vietnam 10,902 11,044 19,320 18,234 24,922 4.32%
6 Inggris 54 2,747 8,983 6,616 13,382 2.32%
7 Spanyol 0 0 0 3,638 8,537 1.48%
8 Thailand 2,567 11,149 11,951 11,373 7,476 1.30%
9 Pakistan 850 1,575 367 771 6,300 1.09%
10 Afrika Selatan 1,553 3,626 1,078 1,521 4,394 0.76%
11 Polandia 0 1,592 855 1,026 3,067 0.53%
12 India 2,187 4,989 4,151 974 2,540 0.44%
13 Turki 0 0 4,239 1,912 2,482 0.43%
14 Saudi Arabia 4 1,969 1,385 8,192 2,480 0.43%
15 Filipina 1,837 935 5,070 1,624 2,317 0.40%
Sumber : Intracen ( satuan unit: US Dollar thousand)

Sementara itu produksi bungkil inti sawit dari Indonesia di ekspor ke negara-negara

seperti Belanda, New Zealand, Korea, Cina, Vietnam, Inggris, Spanyol dan Thailand

berada di peringkat 8 negara pengimpor bungkil inti sawit dari Indonesia. Dari tabel 5 bisa

diketahui untuk potensi market bungkil inti sawit di Thailand masih terbuka lebar untuk

ditingkatkan dan merebut market share lebih besar lagi sebagai negara penyuplai bungkil

inti sawit terbesar di Thailand dibandingkan dengan negara-negara lain seperti India, Arab

Saudi dan Kanada, karena produksi kelapa sawit Indonesia jauh lebih besar dibandingkan

dengan negara-negara tersebut.

12
V. Kondisi Pasar Bungkil Inti Sawit Di Thailand

Di Thailand cukup banyak industri perikanan maupun peternakan seperti ayam

petelur, ayam potong, sapi dan juga babi. Dengan kandungan bungkil inti sawit yang cukup

bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan ternak ataupun

sebagai pakan penguat ternak untuk meningkatkan produksi dan proses penggemukan,

maka saat ini cukup banyak importir yang mencari bungkil inti sawit untuk digunakan

sebagai bahan tambahan makanan ternak bagi para peternak-peternak di Thailand.

Gambar 4. Pellet makanan ternak terbuat dari bungkil inti sawit

Harga bungkil inti sawit di Thailand berkisar antara 150 – 200 US$ per metrik ton.

Harga bervariasi ini tergantung dari kualitas dan kandungan yang ada di bungkil inti sawit

yang diimpor. Oleh karena itu para importer bungkil inti sawit biasanya juga meminta

dilampirkan COA atau hasil pemeriksaan laboratorium untuk kandungan bungkil inti sawit

yang diimpor oleh mereka.

13
Tabel 8. Standar Mutu Bungkil Inti Sawit

Sumber: SNI 01-0008-1987

Seperti contoh pada tabel 8, adalah acuan untuk standar mutu bungkil inti sawit

sesuai dengan standar SNI. Untuk sistem pembayaran dalam prose pembelian, para

importir di Thailand rata-rata membeli dengan system pembayaran FOB (Free On Board).

Untuk kemasan bungkil inti sawit, kemasan bungkil inti sawit secara umum adalah di

kemas dalam karung yang baik, kuat, bersih dan kering. Ukuran yang sering diminta

adalah ukuran karung 70 kg, namun ada juga ukuran lain tergantung permintaan dari

pembeli.

14
VI. Strategi Pemasaran Bungkil Inti Sawit Di Thailand

Agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, selain kompetitivitas

harga, Indonesia harus dapat menyesuaikan produknya dengan standar yang berlaku di

negara tujuan. Pada umumnya pembeli atau konsumen di pasar luar negeri sangat

memperhatikan barang-barang yang mereka beli, baik itu menyangkut kualitas, harga dan

waktu penyerahan barang serta hubungan baik antar penjual/produsen dengan

pembeli/pemesan/konsumen di luar negeri adalah hal lain yang dapat meningkatkan

penjualan produk tersebut di pasar. Untuk menjaga produk tetap mampu berkompetisi,

produsen setidaknya harus mampu melakukan langkah-langkah strategi pemasaran

diantaranya yaitu:

 Aktif mengikuti berbagai pelatihan baik didalam maupun diluar negeri untuk

meningkatkan kualitas produk yang dipasarkan.

 Selalu mengikuti perkembangan dan mencari informasi terkini tentang trend pasar serta

regulasi impor di negara tujuan.

 Memenuhi persyaratan produk HS 2306 yang ditetapkan oleh negara tujuan (pihak

eksportir diminta melampirkan COA/hasil analisa pemeriksaan laboratorium)

 Menjaga harga untuk tetap kompetitif dengan tetap mengedepankan kualitas.

 Bekerjasama dengan jaringan distribusi di Thailand.

 Aktif berkomunikasi dengan perwakilan RI di luar negeri, khususnya perwakilan dari

Kementerian Perdagangan guna untuk memperoleh informasi terkini tentang berbagai

kegiatan promosi, regulasi, trend pasar dan lain-lain.

 Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan promosi dan pameran produk industri

internasional. Hal ini sangat efektif sebagai sarana promosi dan merupakan kesempatan

15
yang baik untuk dapat bertemu secara langsung dengan para importir di luar negeri.

Selain dapat mengamati secara langsung produk-produk yang ditawarkan para

kompetitor luar negeri, manfaat lain yang dapat diperoleh dengan mengikuti pameran

antara lain adalah menunjukkan kredibilitas perusahaan Indonesia di hadapan para

importir luar negeri, sehingga secara tidak langsung akan membangun kepercayaan

mereka terhadap produk yang ditawarkan.

 Menjalin kerjasama dengan asosiasi setempat. KADIN atau Gabungan Pengusaha

Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia

(APKASINDO) dapat menghubungi asosiasi terkait komoditi bungkil inti sawit di

Thailand untuk menjalin kerjasama yang nantinya dapat menjadi wadah untuk bertukar

informasi dan saling mempelajari lebih dalam mengenai standar atau mutu yang

ditetapkan pemerintah Thailand.

16
VII. KEBIJAKAN DAN REGULASI

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-

negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka

meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN

sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional.

AFTA diluncurkan pada tahun 1992 untuk menghapuskan tarif dan

mengintegrasikan negara anggota menjadi basis produksi tunggal dan pasar regional.

Skema Common Effective Preferensial Tariffs For ASEAN Free Trade Area (CEPT-

AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui penurunan tariff hingga

menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif

lainnya. Tarif dikurangi menjadi 0-5% pada tahun 2003 untuk ASEAN 6 (Indonesia,

Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei) dan akan dihilangkan pada tahun 2015

untuk semua anggota ASEAN (Kamboja, Myanmar, Laos dan Vietnam).

Selain itu, pengaturan saling pengakuan atau Mutual Recognition Arrangements

(MRAs) adalah perjanjian yang dibuat antara dua pihak atau lebih untuk saling mengakui

atau menerima beberapa atau seluruh aspek dari hasil penilaian yang dilakukan oleh satu

pihak. Di bidang penilaian kesesuaian, memiliki MRAs di ASEAN akan mengurangi

kebutuhan bagi sebuah produk untuk menjalani beberapa test atau pengujian untuk dapat

dijual atau digunakan di negara ASEAN yang berbeda.

Dengan demikian, MRAs dapat membantu mengurang biaya yang dikeluarkan

untuk laporan pengujian dan meningkatkan kepastian akses pasar. Konsumen juga

mendapatkan jaminan akan kualitas produk yang tersedia di pasar yang telah diuji sesuai

dengan persyaratan dari MRAs tersebut.

17
MRAs ASEAN disepakati pada tingkat antar pemerintah untuk sektor produk yang

diatur oleh pemerintah. Persetujuan kerangka kerja MRAs ASEAN ditandatangani pada

tahun 1998 dan persetujuan ini memberikan kerangka bagi negara-negara anggota ASEAN

untuk menyepakati MRAs di sektor-sektor yang berbeda.

Perbedaan dalam standar produk nasional sering menjadi hambatan dalam

perdagangan barang. Dalam rangka mendorong integrasi ekonomi yang lebih dalam antar

ekonomi negara ASEAN menuju perwujudan AEC pada tahun 2015, maka diperlukan

harmonisasi standar produk dan peraturan teknis, dan saling pengakuan atas hasil-hasil uji

dan sertifikasi.

Karena tarif lebih dari 99% dari barang yang diperdagangkan gratis atau dikenakan

bea maksimum hanya 5%, maka perdagangan di semua negara ASEAN sudah bisa dikatan

relatif bebas. Beberapa produk dikategorikan dalam general acception yaitu produk-produk

yang secara permanen tidak perlu dimasukkan ke dalam CEPT-AFTA, karena alasan

keamanan nasional, keselamatan, kesehatan bagi manusia, binatang dan tumbuhan, serta

untuk melestarikan obyek-obyek arkeologi dan budaya. Produk-produk dalam kelompok

tersebut antara lain senjata dan amunisi, obat terlarang dan benda purbakala.

18
VIII. PROSEDUR IMPOR BARANG DI THAILAND

Gambar 5. Prosedur Impor Barang di Thailand

Sumber : Thai Customs Department

Prosedur impor barang secara umum di Thailand adalah ketika barang tiba di

Thailand, importir diwajibkan umtuk mengajukan deklarasi barang dan dokumen

pendukung impor kepada petugas bea cukai di pelabuhan masuk. Kargo impor secara

hukum tidak diperbolehkan memasuki Thailand sampai setelah pengiriman barang masuk

dan telah disahkan oleh bea cukai, serta pajak yang berlaku dan bea telah dibayar.

Ini adalah tanggung jawab importir untuk mengatur pemeriksaan dan pelepasan

kargo impor. Selain itu tergantung sifat daripada impor, dan terlepas dari nilai, importir

mungkin perlu untuk mendapatkan ijin untuk memfasilitasi clearance import. Beberapa

barang memerlukan ijin, dari lembaga penerbitan yang relevan yang harus dihubungi

sebelum melakukan impor (prosedur impor barang di Thailand secara lengkap dan detil

dapat dilihat di website Customs Department).

19
IX. INFORMASI PENTING

1. Importir Bungkil Inti Sawit di Thailand

 Feed Link Co.,Ltd

Contact Person: Mr. Tony Wu

Address: 56 139 Moo.3 Thawornkunlapachai Bd., 3rd Fl., Klongsounpoo,

Thailand 13000

Telephone: 66-35-3468113

Fax: 66-35-346814

 K Much Feed Industrry Co., Ltd

Contac Person: Jun Kaneda

Address: 39/185 Vibhavadi-Rahgsit Rd.,84, Thailand

Telp: 66 2 9968727

Fax: 66 2 9968729

 Nuevotec Co., Ltd

Contact Person: Santi Saichamni

Address: 47/1 Moo 6 Puttamonton sai 4 Rd., Grathumlom, Sarmparn

Nakhonpathom 73220 Thailand

Telephone: 66-2-8404391

Fax: 66-2-8404380

20
 Siam Icc. Ltd. Partnership

Contact Person: Javad

Address: Bangkok

Telp: 66-8-11333957

Fax: 66-2-9553334

2. Kedutaan Besar Thailand di Jakarta

Jalan DR. Ide Anak Agung Gde Agung Kav. No. 3.3 (Lot 8.8)

Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Indonesia 12950.

Telp (62-21) 2932 8190-94

VoIP : 520500, 520501, 520502, 520503, 520504, 520505, 520506, 520507.

Fax. (62-21) 2932-8199, 2932-8201, 2932-8213

www.thaiembassy.org/jakarta/en/

Email: thaijkt@biz.net.id

3. Kamar Dagang Thailand

150 Rajbopit Road, Pranakhon District, Bangko 10200, Thailand

Telp. +66(0) 2622 1860-75

Fax. +66(0) 2622 1879, +66(0) 2225 3372

www.thaichamber.org

Email: tcc@thaichamber.org

4. Perwakilan Indonesia di Thailand

 KBRI Bangkok

600 – 602 Petchburi Road, Ratchatewi, Bangkok 10400, Thailand

21
Telp. +66(2) 252 3135

Fax. +66(2) 255 1267

www.kbri-bangkok.com

Email: kukbkk@ksc11.th.com

 Konsulat Jendral Songkhla

19, Sadao Road, Amphur Muang, Songkhla 90000, Thailand

Telp +66(74) 311 544, 312 219, 441 867

Fax. +66(74) 441 094

www.indonesiasongkhla.com

Email: song4kom@hatyai.loxinfo.co.th

5. Indonesia-Thailand Chamber of Comerce

Room 201/15 Zone D, Queen Sirikit National Convention Center

60 Ratchadapisek Road Klongtoey, Bangkok 10110, Thailand

Website: http://indothaicc.org/

Email: info@indothaicc.org

info.intcc@gmail.com

6. Pengaturan Tarif

Fiscal Policy Office (FPO) - Ministry of Finance

Alamat : The Fiscal Policy Office Ministry of Finance Rama VI Road,

Bangkok 10400

Telp: (662) 273 9020

Fax: (662) 273 9168

7. Bea Cukai

The Customs Department - Ministry of Finance

Alamat : Sunthornkosa Road, Klong Toey Bangkok 10110


22
Telp: (662) 249 4339, (662) 249 1122, (662) 249 0431

Fax: (662) 249 4097

8. Bank Sentral

Bank of Thailand

Alamat: 273 Samsen Road Bangkhunprom Bangkok 10200

Telp: (662) 283 5353

Fax: (662) 280 0449, 280 0626

9. Otoritas Pelabuhan

Port Authority of Thailand

Alamat : Sunthornkosa Road Khlong Toey, Bangkok 10111

Telp: (662) 249 0362, (662) 249 0399, (662) 249 0419

Fax: (662) 249 0885

10. Laem Chabang Port

Alamat : Sriracha, Chonburi 20230, Thailand

Telp: (6638) 351 761-80

Fax: (6638) 351 789

11. Otoritas Bandar Udara

Airports Authority of Thailand

Alamat: 89 Vibhavadi Rangsit Road Bangkok 10210

Telp: (662) 535 1111

Telex: TH 87424 AIRHOTL TH 87425 AIRHOTL

23
X. DAFTAR PAMERAN

1. VIV Asia 2015

Date: 11 – 13 Maret 2015

City/country: Bangkok, Thailand

Contact Person: Ms. Warisara Pongpattapan

Venue: Bangkok International Trade & Exhibition Centre (BITEC)

88 Bangna-Trad Road (Km.1), Bangna - Bangkok, Thailand

Telp: +662 670 0900 ext 107

Fax: +66 2 670 0908

2. Life Science Asia

Date: 09 – 11 September 2015

City/country: Bangkok, Thailand

Venue: Bangkok International Trade & Exhibition Centre (BITEC)

88 Bangna-Trad Road (Km.1), Bangna - Bangkok, Thailand

Organizer: VNU Exhibitions Asia Pacific Co.,Ltd.

195 Empire Tower, 23rd Floor, Room no. 2307,South

Sathorn Road, Yannawa, Bangkok , Thailand

3. Isrmax Agriculture A

Date: 20 – 22 Agustis 2015

Organizer: Pixie Consulting Solutions Limited

923, Sector 9, Urban Estate, Karnal, India

24
Venue: Impact Exhibition & Convention Center

99 Popular Road, T.Banmai, A.Pakkred, Nonthaburi

Bangkok, Thailand

25

Anda mungkin juga menyukai