Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ANTROPOLOGI PEMBANGUNAN (SOA381)

Perbandingan Keadaan Mentalitas Mahasiswa Antropologi dan Ilmu


Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga
Disusun untuk Memenuhi Tugas UTS pada Mata Kuliah Antropologi Pembangunan

Dosen Pengampu : Drs. Bambang Budiono M. S., M. Sosio.

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Hayuning Galih Larashati (071511733032)


2. Rachmananda Adisurya Pradana (071511733066)
3. Cindy Laorens Haryono (071611733001)
4. Ani Fathurohmah (071611733002)
5. Bella Berliana (071611733003)
6. Ni Nengah Dea Ayu Ferina (071611733005)
7. Bobby Wahyu Wicaksono (071611733008)
8. Nur Cholifa (071611733009)
9. Syaifuddin Alamsyah (071611733010)
10. Amalia Ananda (071611733011)

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Kata Pengantar

2
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................................2
Daftar Isi......................................................................................................................................3
Bab I.............................................................................................................................................5
Pendahuluan.................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................................5
1.4 Kerangka Teori...................................................................................................................5
1.5 Metode penelitian...............................................................................................................6
1.5.1 Lokasi Penelitian.............................................................................................................6
1.5.2 Teknik Penentuan Informan............................................................................................6
1.5.3 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................................6
1.5.4 Teknik Analisis Data.......................................................................................................6
Bab II...........................................................................................................................................7
Pembahasan..................................................................................................................................7
2.1 Sistem Nilai Budaya...........................................................................................................7
2.2 Mentalitas Pembangunan Menurut Koentjaraningrat.........................................................9
2.3Ciri-Ciri Manusia Indonesia Menurut Mochtar Lubis.......................................................10
2.4 Sikap Mental Bangsa Indonesia Menurut Koentjaraningrat.............................................10
2.5 Sikap Mahasiswa Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Airlangga................................................................................................................................10
2.6 Sikap Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Airlangga................................................................................................................................14
2.7 Persamaan Sikap Mahasiswa Antropologi dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Airlangga................................................................................................14
2.8 Perbedaan Sikap Mahasiswa Antropologi dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Airlangga................................................................................................14
2.9 Sikap Mahasiswa Antropologi dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Airlangga yang Berguna bagi Pembangunan Indonesia.......................................14

3
Bab III........................................................................................................................................15
Kesimpulan................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................................15
Daftar Pustaka............................................................................................................................16
Lampiran....................................................................................................................................17
Pedoman Wawancara Kelompok I (satu)...............................................................................17

4
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Kerangka Teori

Menurut Clyde Kluckhon dan Florence Kluckhon, setiap sistem budaya dari
kebudayaan yang berbeda, terdapat konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang
lingkupnya (Koentjaraningrat, 1990: 77). Konsep tersebut hidup dalam alam pikiran
dari sebagian besar masyarakat. Masyarakat menganggap penting dan bernilai dalam
hidup mereka. Sistem nilai budaya berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi
segala tindakan manusia dalam hidupnya. Suatu sistem nilai budaya merupakan sistem
tata tindakan yang berkedudukan lebih tinggi dari sistem tata tindakan lain, seperti
sistem norma, hukum, hukum adat, aturan etika, aturan moral, aturan sopan santun, dan
sebagainya. Sejak kecil seorang individu telah diinternalisasi dengan nilai-nilai
kebudayaannya. Konsep nilai budaya telah mengakar di dalam mentalitasnya, sehingga
konsep tersebut sulit untuk diganti dalam waktu yang singkat

Menurut Kluckhohn dan Strodbeck dalam Koentjaraningrat (1990: 78), soal-soal


yang paling tinggi nilainya dalam hidup manusia dan yang ada dalam tiap kebudayaan
di dunia menyangkut lima hal, yaitu: Human nature atau makna hidup manusia; Man
nature, soal makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya; Time, atau persepsi
manusia mengenai waktu; Activity, atau soal makna dari pekerjaan, karya, dan amal
perbuatan manusia; dan Relational, hubungan manusia dengan sesama manusia.

Kelima masalah tersebut sering disebut value orientations atau orientasi nilai
budaya. Akan tetapi dalam makalah ini, penulis membatasi hanya pada aspek activity
(aktivitas), time (persepsi manusia mengenai waktu), dan relational (hubungan manusia

5
dengan sesama manusia). Penulis akan membandingkan aktivitas mahasiswa
antropologi dan ilmu politik. Setiap mahasiswa memiliki latar belakang budaya yang
berbeda. Selama di kampus mereka berinteraksi dengan teman yang berbeda latar
belakang. Selain itu budaya dalam bentuk aturan pada dua program studi berbeda. Hal
tersebut memungkinkan mahasiswa memiliki persamaan dan perbedaan dalam
aktivitasnya.

Berkaitan dengan time (persepsi manusia mengenai waktu), penulis akan


membahas mengenai sikap mahasiswa terhadap waktu. Waktu mahasiswa datang
mengikuti kegiatan belajar mengajar, penggunaan toleransi ketidakhadiran mahasiswa,
dan lain sebagainya.

Selain itu penulis akan membahas mengenai relational (hubungan manusia


dengan sesama manusia). Penulis meminta pendapat informan mengenai hubungannya
dengan teman. kegiatan yang dapat dilakukan bisa dalam bentuk kerja kelompok,
aktivitas organisasi, dan lain sebagainya.

1.5 Metode penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

1.5.2 Teknik Penentuan Informan

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

1.5.4 Teknik Analisis Data

6
Bab II

Pembahasan

2.1 Sistem Nilai Budaya

Sistem nilai budaya, merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat. Suatu
sistem nilai budaya terdiri dari konsep-konsep, yang hidup dalam alam pikiran sebagian
besar warga masyarakat (Koentjaraningrat, 2015: 27). Konsep tersebut sangat bernilai
dalam hidup mereka. Suatu sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi
bagi tindakan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatannya
lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan norma-norma. Semuanya juga
berpedoman pada sistem nilai budaya.

Sikap Mental atau attitude banyak dipakai dalam ilmu psikologi yang berfokus
pada individu. Suatu sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan
diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya, baik lingkungan alam,
dan lingkungan sosial budaya (Koentjaranngrat, 2015: 28). Walaupun berada di dalam
diri seorang individu, sikap itu biasanya juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering
juga bersumber kepada sistem nilai budaya.

Mentalitas adalah keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran dan alam
jiwa manusia dalam hal menanggapi lingkungannya (Koentjaraningrat, 2015: 28-29).
Istilah tersebut mengenai istilah sistem nilai budaya maupun sikap mental. Mentalitas
dapat digunakan saat membicarakan dua hal tersebut, tanpa maksud mengkhususkan
terhadap salah satu.

Menurut kerangka Kluckhon, semua sistem nilai budaya di dunia, sebenarnya


mengenai lima masalah pokok dalam kehidupan manusia. Kelima masalah pokok
tersebut adalah:

1. Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia (MH);


2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia (MK);
3. Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW);
4. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
(MA); dan

7
5. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan semuanya (MM).

Mengenai masalah pertama (MH), ada kebudayaan yang memandang hidup


manusia itu pada hakikatnya buruk dan menyedihkan, oleh karena itu harus dihindari.
Ada kebudayaan lain yang memandang hidup manusia itu pada hakikatnya buruk, tetapi
manusia dapat mengusahakan untuk menjadikan hidup suatu hal yang baik dan
menggembirakan (Koentjaraningrat, 2015: 31).

Mengenai masalah kedua (MK), ada kebudayaan yang memandang bahwa karya
manusia pada hakikatnya bertujuan untuk memungkinkannya hidup. Kebudayaan lain
menganggap hakikat dan karya manusia itu untuk memberikannya suatu kedudukan
yang penuh kehormatan dalam masyarakat. Kebudayaan yang berbeda memiliki
anggapan hakikat karya manusia itu sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan
lebih banyak karya lagi (Koentjaraningrat, 2015: 31).

Mengenai masalah ketiga, ada kebudayaan yang memandang penting dalam


kehidupan manusia itu masa yang lampau. Dalam kebudayaan-kebudayaan serupa itu,
orang akan lebih sering mengambil pedoman dalam kelakuannya dari contoh-contoh
dan kejadian di masa lampau. Sebaliknya, banyak pula kebudayaan yang hanya
mempunyai suatu pandangan yang sempit. Warga dari suatu kebudayaan serupa tidak
akan memusingkan diri dengan memikirkan zaman yang lampau dan masa yang akan
datang. Mereka hidup menurut keadaan yang ada pada masa sekarang ini. Kebudayaan-
kebudayaan lain mementingkan pandangan yang berorientasi terhadap masa yang akan
datang. Dalam kebudayaan tersebut, perencanaan hidup menjadi suatu hal yang amat
penting (Koentjaraningrat, 2015: 31-32).

Masalah keempat (MM), ada kebudayaan yang memandang alam itu suatu hal
yang begitu dahsyat sehingga manusia pada hakikatnya hanya bisa bersifat menyerah
saja tanpa ada banyak yang diusahakan. Sebaliknya banyak pula kebudayaan lain yang
memandang alam itu sebagai sesuatu hal yang bisa dilawan oleh manusia dan
mewajibkan manusia untuk selalu berusahamenaklukkan alam. Kebudayaan lainnya
menganggap bahwa manusia itu hanya bisa berusaha mencari keselarasan dengan alam
(Koentjaraningrat, 2015: 32).

8
Mengenai masalah kelima (MM), ada kebudayaan yang amat mementingkan
hubungan vertikal antara manusia dengan semasanya. Dalam pola kelakuannya,
manusia yang hidup dalam kebudayaan tersebut akan berpedoman pada tokoh-tokoh
pemimpin, orang-orang senior, atau orang-orang atasan. Kebudayaan lain lebih
mementingkan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya. Orang dalam
hubungan tersebut akan merasa tergantung kepada sesamanya. Mereka akan berusaha
untuk memelihara hubungan baik dengan tetangga dan sesamanya. Hubungan yang
dimiliki dianggap sangat penting dalam hidup. Terdapat pula kebudayaan yang amat
mementingkan individualisme. Menganggap bahwa manusia harus berdiri sendiri dalam
hidupnya dan berusaha untuk mencapaia tujuan dengan meminimalisir bantuan dari
orang lain (Koentjaraningrat, 2015: 32-33).

2.2 Mentalitas Pembangunan Menurut Koentjaraningrat

Suatu nilai budaya yang perlu dimiliki manusia adalah nilai budaya yang
berorientasi ke masa depan (Koentjaraningrat, 2015: 37). Suatu nilai budaya semacam
itu akan mendorong manusia untuk melihat dan merencanakan masa depannya dengan
lebih seksama dan teliti. Oleh karena itu akan memaksa manusia untuk berhati-hati dan
berhemat. Sikap hemat perlu untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk
mengakumulasi modal.

Nilai budaya yang diperlukan adalah suatu nilai budaya yang berhasrat untuk
mengeksplorasi lingkungan alam dan kekuatan-kekuatan alam (Koentjaraningrat, 2015:
38). Suatu nilai semacam itu akan menambah kemungkinan inovasi dalam teknologi.
Pembangunan yang memerlukan usaha mengintensifikasifkan produksi tentu tidak
harus memanfaatkan teknologi yang makin lama makin disempurnakan. Teknologi
asing tidak bisa begitu saja digunakan, tetapi memerlukan adaptasi yang seksama.
Adapun usaha untuk melakukan adaptasi itu sering merupakan suatu proses yang sama
sulitnya dengan mengembangkan teknologi yang baru. Usaha mengadaptasi teknologi
juga memerlukan mentalitas yang menilai tinggi hasrat bereksplorasi, tetapi juga mutu
dan ketelitian.

Suatu mentalitas yang menilai tinggi mutu dan ketelitian itu sebenarnya
memerlukan suatu orientasi nilai budaya yang menilai tinggi hasil dari karya manusia

9
(Koentjaraningrat, 2015: 38). Sasaran orientasi dari karya seharusnya merupakan hasil
dari karya itu sendiri, dan bukan harta untuk dikonsumsi atau kedudukan sosial yang
menambah gengsi. Tujuan orientasi dari karya adalah hasil karya dan kepuasan atas
hasil karya.

Menurut Koentjaraningrat (2015: 39) nilai budaya yang perlu dikembangkan


oleh setiap bangsa adalah memperbesar tekanan intensitas berusahanya guna
mempertinggi produksi dan menjadi sedikit lebih makmur. Nilai budaya yang menilai
tinggi usaha orang yang dapat mencapai hasil atas usahanya sendiri. Selain itu perlu
dihindari nilai yang berorientasi vertikal ke atasan, orang yang senior, dan lain
sebagainya. Nilai yang terlalu berorientasi ke arah vertikal akan mematikan jiwa yang
ingin berdiri sendiri dan berusaha sendiri, dan akan menyebabkan sikap tidak percaya
diri. Nilai tersebut juga akan menghambat tumbuhnya rasa disiplin pribadi tetapi akan
merasa tidak terikat apabila pengawasan kendur atau pergi. Akhirnya, nilai yang
terlampau berorientasi keatasan akan mematikan rasa tanggung jawab pribadi dan
mengembangkan sikap yang saling melemparkan tanggung jawab.

2.3Ciri-Ciri Manusia Indonesia Menurut Mochtar Lubis

2.4 Sikap Mental Bangsa Indonesia Menurut Koentjaraningrat

2.5 Sikap Mahasiswa Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Airlangga

Nama pewawancara : Cindy Laorens Haryono


NIM : 071611733001

Nama Informan : Arinta Livya Nanda


NIM : 071611733004
Mahasiswa Program Studi : Antropologi

1. Informan menyatakan bahwa dia datang ke tempat perkuliahan (kelas) sebelum


dosen datang. Dia berangkat lima belas menit sebelum jam pembelajaran
dimulai. Ia jarang terlambat hadir. Waktu yang ia tempuh dari tempat kos
menuju kampus dengan berjalan kaki adalah lima belas menit. Estimasi waktu

10
tersebut didasarkan pengalaman dari semester satu sampai semester lima. Dia
melakukan hal tersebut agar tidak menunggu lama dimulainya proses
pembelajaran.
2. Informan menyatakan bahwa ia pernah meminta bantuan teman untuk
melakukan pemalsuan tanda tangan presensi kehadiran. Ia memiliki catatan
kehadirannya. Setiap mata kuliah ia menghitung telah berapa kali tidak hadir.
Apabila telah melebihi batas toleransi dan ia tidak dapat mengikuti kegiatan
belajar mengajar, ia meminta bantuan teman.
3. Informan menyatakan bahwa alasan ketidakhadirannya dalam kegiatan belajar
mengajar adalah sakit dan malas. Malas dikarenakan mood swing. Mood swing
adalah perubahan keadaan emosi (suasana hati) seseorang yang cenderung
mudah terlihat. Menurut pendapat informan, ketika pagi hari suasana hatinya
kacau (emosi, sedih, dan sebagainya) sampai sore ia akan mengalami hal yang
sama. Keadaan suasana hati tersebut mempengaruhinya dalam beraktivitas,
sehingga ia malas untuk melakukan kegiatan apapun. Salah satu kegiatan yang ia
dapat tinggalkan adalah kegiatan belajar mengajar. Selain itu informan pernah
menggunakan hak tidak hadir untuk kegiatan kampus, seperti JKAI pada
semester dua (dua tahun yang lalu). Ia mengatakan bahwa tidak mendapat surat
dispensasi. Akan tetapi, akhir-akhir ini toleransi ketidakhadiran mahasiswa
digunakan untuk urusan pribadi. Hal ini dikarenakan informan sudah tidak aktif
mengikuti kegiatan kampus.
4. Tugas yang diperoleh Mahasiswa
a. Tugas Individu
1) Informan menyatakan bahwa ia tidak dengan segera mengerjakan tugas
yang diberikan. Dalam kegiatan belajar mengajar saat dosen
menerangkan atau teman sedang mempresentasikan sebuah materi,
informan mencatatnya. Apabila ada tugas yang diberikan oleh dosen,
informan menggunakan sticky notes. Sticky notes ditempel pada catatan
perkuliahan hari yang sama. Sticky notes digunakan sebagai pengingat
bahwa terdapat tugas yang harus dikerjakan. Alasan informan menunda
pekerjaannya karena ia lebih senang mengerjakan tugas beberapa hari
sebelum pengumpulan. Ia lebih memilih untuk bersantai terlebih dahulu

11
dan mengerjakan saat mendekati batas pengumpulan. Pekerjaan ini juga
membuatnya panik. Selain itu informan terkadang mengerjakan tugas
hingga tengah malam. Ia pernah mengerjakan tugas sampai jam 01.00
WIB. Menurut informan begadang adalah cara terakhir apabila tidak bisa
mengerjakan pagi hari. Hal itu dilakukan karena informan tidak bisa
mengerjakan tugas dari pagi hari sampai dini hari. Pada beberapa
semester lalu informan mengikuti mata kuliah Kajian dan Penulisan
Etnografi, Metode Etnografi. Menurut dia mata kuliah tersebut banyak
tugas yang harus dikerjakan. Setelah pulang kuliah ia mengerjakan tugas.
Malam hari ia tidur pukul 20.00 WIB atau 21.00 WIB dan bangun pagi
hari pukul 03.00 WIB. Lalu ia mengerjakan tugas kembali. Beberapa hari
yang lalu ia mengerjakan tugas mata kuliah Antropologi Ekologi dan
Antropologi Perkotaan, ia mengerjakan sampai tengah malam. Hal
tersebut ia lakukan karena ada acara di rumah, dan ia tidak bisa
meninggalkan acara di rumah. Ia membawa tugasnya ke rumah tetapi
tidak bisa mengerjakan karena banyak pekerjaan yang harus dikerjakan.
2) Dalam penulisan tugas seperti makalah, essay, dan lain sebagainya
informan mengatakan bahwa ia berusaha menggunakan parafrase
daripada menyalin dan menempelkannya. Informan melakukan
penyalinan sama seperti sumber referensi karena terdapat beberapa
kalimat penting dan tidak bisa diparafrase. Akan tetapi informan
berusaha melakukan parafrase agar menjadi penulis yang menghindari
plagiarisme.
3) Informan menyantumkan sumber sitasi pada daftar referensi.
4) Informan menyatakan bahwa ia tidak mencontoh sama persis hasil
pekerjaan teman. Ia hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan teman.
Hasil perkerjaan tersebut dapat digunakan sebagai sumber refernsinya
untuk menulis tugas dengan cara yang berbeda.
b. Tugas Kelompok
1) Informan menyatakan bahwa ia adalah individual worker. Hal tersebut
karena sejak masa anak-anak ia dididik untuk mandiri. Ia adalah anak
tunggal dari orang tua yang bekerja. Ia lebih suka mengerjakan sendiri

12
apabila tugas tersebut bisa dikerjakan individual. Ia melakukannya
karena seluruh anggota kelompok belum tentu bisa diajak bekerja sama.
Informan lebih memilih untuk mengalah untuk mengerjakan tugas
kelompok secara individual. Mengerjakan tugas seorang diri ia lakukan
untuk menghindari tugas yang tidak selesai dan dapat berpengaruh buruk
terhadap nilai pribadi informan. Informan juga mengatakan bahwa ia
juga akan mengingatkan teman .
2) Informan berpendapat bahwa ia merasa berkontribusi dan bersifat
individualis. Ia lebih merasa individualis daripada berkontribusi pada
mengerjakan tugas secara kelompok. Hal tersebut ia lakukan karena ia
memiliki kesulitan untuk mengatur orang lain karena orang lain memiliki
kepribadian yang berbeda. Ia juga berpendapat bahwa saat ini status yang
dimiliki adalah mahasiswa. Mahasiswa harus sadar akan tugas yang
diberikan oleh dosen. Mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk
menyelesaikannya. Mahasiswa seharusnya memiliki kesadaran sendiri,
karena tugas kelompok bukan berarti tugas individu.
3) Ketika informan mendapatkan tugas berupa presentasi ia belajar. Apabila
materi presentasi dibuat oleh informan maka ia belajar semua materi
secara keseluruhan. Akan tetapi materi presentasi yang dibuat oleh
anggota kelompok lainnya, ia hanya belajar bagian materi yang harus ia
presentasikan. Saat melakukan presentasi, ia membaca kalimat yang ada
di slide power point. Setelah itu ia juga memberikan penjelasan.
5. Informan merasa bahwa dirinya tidak termasuk aktif berdiskusi atau bertanya di
kelas. Ia berpendapat lebih banyak teman yang aktif berdiskusi jika
dibandingkan dengan dirinya. Akan tetapi saat diskusi presentasi ia juga
memberikan jawaban atau tanggapan atas pertanyaan yang diberikan pada
kelompoknya.
6. Informan menyatakan bahwa ia tidak pernah mencontek saat ujian. Informan
pernah melakukan kecurangan satu kali saat semester empat. Ia ke kamar mandi
dan membawa hp. Setelah itu ia mencari jawaban di smartphonenya. Ia tidak
mencatat jawaban pada kertas kecil, ia hanya mengingat inti dari jawaban.
Informan menyatakan hal tersebut ia lakukan untuk mendapat jawaban yang

13
pasti daripada bertanya teman. Ia berpendapat bahwa pada saat kuliah memiliki
tanggung jawab yang besar, sehingga ia mengerjakan sesuai dengan
kemampuannya. Menurut informan keadaan saat kuliah itu berbeda dengan saat
SMA. Apalagi ia sebagai mahasiswa antropologi merasa tidak dituntut untuk
berpaku pada buku. Ia dapat mengerjakan pertanyaan selagi ia paham materi dan
teori. Ia bisa mengembangkan jawaban berdasarkan pemikiran sendiri yang tidak
harus sama dengan buku.
7. Informan menyatakan bahwa pada masa awal kuliah, ia aktif di beberapa
organisasi tetapi sekarang tidak. Ia merasakan cultural shock saat kuliah.
Informan berasal dari Kota Mojokerto. Sejak kecil sampai lulus SMA ia tinggal
bersama orang tuanya. Ia tidak pernah tinggal jauh dari rumah. Saat kuliah ia
pindah ke Kota Surabaya dan tinggal jauh dari orang tuanya. Ia mengaku bahwa
sebenarnya ia tipe anak yang tidak bisa jauh dari rumah. Ia merasa saat kuliah ia
menjadi anak rumahan. Setiap minggu ia selalu pulang ke rumah orang tuanya.
Menurut informan kebetulan kegiatan organisasi kampus dilaksanakan pada hari
sabtu dan minggu. Ia tidak ingin jadwal pulangnya terganggu.

2.6 Sikap Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Airlangga

2.7 Persamaan Sikap Mahasiswa Antropologi dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Airlangga

2.8 Perbedaan Sikap Mahasiswa Antropologi dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Airlangga

2.9 Sikap Mahasiswa Antropologi dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Airlangga yang Berguna bagi Pembangunan Indonesia

14
Bab III

Kesimpulan

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

15
Daftar Pustaka

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia (UI-Press).
Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

16
Lampiran

Pedoman Wawancara Kelompok I (satu)

1. Apakah mahasiswa datang sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai? Apa


alasan mahasiswa melakukan hal tersebut?
2. Setiap pertemuan kegiatan belajar mengajar terdapat presesnsi kehadiran
mahasiswa. Apakah mahasiswa pernah meminta bantuan ke teman untuk
melakukan pemalsuan tanda tangan presensi? Apa alasan mahasiswa melakukan
hal tersebut?
3. Mahasiswa memiliki batas toleransi ketidakhadiran 10% dari kegiatan belajar
mengajar. Apakah mahasiswa menggunakan hak tersebut? Mengapa mahasiswa
menggunakan hak tersebut?
4. Dalam kegiatan belajar mengajar, dosen memberikan tugas individu dan
kelompok.
a. Tugas individu
1) Setelah mahasiswa mendapat tugas dari dosen, apakah mahasiswa
dengan segera mengerjakan tugas? Apa alasan mahasiswa melakukan
hal tersebut?
2) Salah satu bentuk tugas individu adalah membuat artikel, makalah,
essay, dan lain sebagainya. Apakah mahasiswa menulis sama persis
seperti sumber referensi atau tidak? Apa alasan mahasiswa
melakukan hal tersebut?
3) Pada saat menggunakan referensi, apakah mahasiswa mencantumkan
sumber pada daftar referensi?
4) Ketika mendapat tugas individu, apakah mahasiswa mencontoh hasil
pekerjaan teman? Mengapa mahasiswa melakukan hal tersebut?
b. Tugas kelompok
1) Hal apa saja yang dilakukan mahasiswa dalam mengerjakan tugas
kelompok?
2) Apakah mahasiswa berkontribusi dalam pembuatan tugas kelompok?
Apa alasan mahasiswa melakukan hal tersebut?

17
3) Salah satu bentuk tugas yang diberikan oleh dosen adalah menjelaskan
kepada teman pada saat kegiatan belajar mengajar (presentasi). Apakah
mahasiswa belajar dan memahami materi yang akan disampaikan?
Bagaimana cara mahasiswa dalam melakukan presentasi?
5. Bagaimana peran mahasiswa dalam diskusi yang dilaksanakan saat kegiatan
belajar mengajar? Apa alasan mahasiswa melakukan hal tersebut?
6. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat evaluasi pendidikan seperti kuis,
Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester, dan sebagainya. Apakah
mahasiswa pernah melakukan kecurangan? Bentuk kecurangan apa yang pernah
dilakukan mahasiswa? Mengapa mahasiswa melakukan hal tersebut?
7. Apakah mahasiswa aktif dalam organisasi internal dan eksternal kampus?
Mengapa mahasiswa aktif dalam kegiatan organisasi? Apakah kegiatan
organisasi memberikan efek pada kegiatan belajar mengajar mahasiswa? Apa
strategi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengatur waktu?

18

Anda mungkin juga menyukai