Anda di halaman 1dari 5

art ike lke do kt e ran.co m http://www.artikelkedo kteran.co m/776/depresi-po stpartum.

html

DEPRESI POSTPARTUM | Artikel Kedokteran

DEPRESI POSTPARTUM

DEPRESI POST PART UM

1. I. PENDAHULUAN

Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional


setelah melahirkan. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi, mudah marah dan terutama mudah f rustasi serta emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu
gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun
multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasif ikasikan dalam
gangguan mood dan onset gejala adalah dalam 4 minggu
pascapersalinan.(1,2)

Sebagian perempuan menganggap bahwa masa–masa setelah melahirkan adalah masa–masa sulit yang
akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguan–gangguan psikologis yang
muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak
dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang
sangat berat selama berbulan–bulan atau bertahun – tahun lamanya.(1,2)

Ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan
postpartum psychosis.

Postpartum blues atau sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan
yang bersif at sementara. Postpartum depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung saat
masa nif as, dimana para wanita yang mengalami hal ini kadang tidak menyadari bahwa yang sedang
dialaminya merupakan penyakit. Postpartum psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang
sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu kambuh gangguan kejiwaannya
setiap pasca melahirkan.(3)

Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi postpartum adalah
depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan naf su
makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Tingkat
keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami
“kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan
the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum
atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat
keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.(1,4)

1. II. DEPRESI POST PART UM

Depresi postpartum terjadi dalam 10-15% wanita pada populasi umum. Depresi postpartum paling sering
terjadi dalam 4 bulan pertama setelah melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan pun pada tahun pertama.
Depresi postpartum tidak berbeda dari depresi yang dapat terjadi setiap saat lainnya dalam kehidupan
wanita. Masa pasca-melahirkan adalah waktu yang paling rentan bagi wanita untuk mengembangkan
penyakit kejiwaan. Wanita yang menderita 1 episode depresi mayor setelah melahirkan memiliki risiko
kekambuhan sekitar 25%.(4,5,7,8)

Perempuan resiko tertinggi adalah mereka dengan sejarah pribadi depresi, episode sebelumnya depresi
pasca melahirkan, atau depresi selama kehamilan. Selain memiliki riwayat depresi, kehidupan yang penuh
stress akhir-akhir ini, stres sehari-hari seperti perawatan anak, kurangnya dukungan sosial (terutama dari
pasangan), kehamilan yang tidak diinginkan, dan status asuransi telah divalidasi sebagai f aktor risiko.
(4,5,7,8)

Biasanya, depresi pasca melahirkan berkembang secara diam-diam selama 3 bulan pertama pasca
melahirkan, meskipun gangguan tersebut mungkin memiliki onset yang lebih akut. Depresi postpartum
lebih persistent dan melemahkan daripada postpartum blues.(4,5,7,8)

1. III. FAKT OR-FAKT OR YANG MENYEBABKAN DEPRESI POST PART UM

Depresi postpartum tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional.
Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus timbulnya
gangguan emosional. Penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah adanya
ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan ef ek sampingan kehamilan dan persalinan. Faktor lain
yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin
mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi
terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan. (2,5,7)

Perempuan yang memiliki riwayat masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan
variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan
dengan munculnya gejala depresi. Karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum
adalah : wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga
yang kurang harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang
terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter
selama masa kehamilannya misalnya kurang komunikasi dan inf ormasi, wanita yang mengalami komplikasi
selama kehamilan. (2,5,7)

Depresi pascasalin dipengaruhi oleh beberapa f aktor antara lain (2,5,6,9)

1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti
estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nif as atau
mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
3. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah
periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental
perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
4. Faktor pengalaman. Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara,
mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi
yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
5. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konf lik
peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan
aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari
anak–anak mereka.
6. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang
digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma f isik yang ditimbulkan pada
saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan
perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
7. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan
pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa f aktor penyebab depresi postpartum adalah f aktor
konstitusional, f aktor f isik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, f aktor psikologi,
f aktor sosial dan karakteristik ibu.

1. IV. GEJALA-GEJALA DEPRESI POST PART UM

Depresi merupakan gangguan yang betul–betul dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang paling sering
mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala depresi seringkali timbul
bersamaan dengan gejala kecemasan. Manif estasi dari kedua gangguan ini lebih lanjut sering timbul
sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa bersalah, kelelahan, sukar konsentrasi, hingga
pikiran mau bunuh diri. Keluhan dan gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada
kelainan depresi lainnya. Hal yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran – pikiran ingin bunuh diri,
waham–waham paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anak–anaknya. Tetapi dibandingkan dengan
gangguan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesif ik antara lain :
(4,5,7)

1. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi – mimpi yang menakutkan, individu
itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
2. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti
kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
3. Fobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang
melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang
dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacam–macam.
Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi.
Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk
kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan
jarum.
4. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.
5. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan
pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar
bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri
sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang
lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu.
6. Perubahan mood. Depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang naf su makan,
sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan f isik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri,
lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan
dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau
tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan
dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya.
Depresi postpartum sering disertai gangguan naf su makan dan gangguan tidur, rendahnya harga
diri dan kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian.

1. V. PENATALAKSANAAN

Singkirkan penyebab f isik untuk gangguan mood (misalnya, disf ungsi tiroid, anemia). Evaluasi awal
termasuk riwayat kesehatan menyeluruh, pemeriksaan f isik, dan tes laboratorium rutin. Tingkat keparahan
penyakit akan menentukan terapi yang tepat. (2,5,7,9)

Strategi pengobatan non-f armakologis berguna untuk wanita dengan gejala depresi ringan sampai
sedang. Psikoterapi individu atau kelompok (kognitif -perilaku dan terapi interpersonal) adalah sangat
ef ektif . (2,5,7,9)
Psychoeducational atau dukungan kelompok juga dapat membantu. Modalitas ini dapat sangat menarik
bagi ibu yang menyusui dan yang ingin menghindari minum obat.(2,5,7,9)

Strategi f armakologis yang diindikasikan untuk gejala depresi sedang sampai berat atau ketika seorang
wanita tidak merespon pengobatan non-f armakologis. Obat juga dapat digunakan dalam hubungannya
dengan terapi non-f armakologis. (2,5,7,9)

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah agen lini pertama dan ef ektif pada wanita dengan
depresi pasca-melahirkan. Gunakan dosis antidepresan standar, misalnya, f luoxetine (Prozac) 10-60
mg/hari, sertraline (Z olof t) 50-200 mg/hari, paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari, citalopram (Celexa) 20-60
mg/hari , atau escitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Ef ek samping obat kategori ini termasuk insomnia,
mual, penurunan naf su makan, sakit kepala, dan disf ungsi seksual. (2,5,7,9)

Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), seperti venlaf axine (Ef f exor) 75- 300 mg/hari atau
duloxetine (Cymbalta) 40-60 mg/hari, juga sangat ef ektif untuk depresi dan kecemasan. (2,5,7,9)

Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari) mungkin berguna bagi wanita dengan
gangguan tidur, walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan lebih merespon obat kategori
SSRI. Ef ek samping dari antidepresan trisiklik termasuk mengantuk, berat badan bertambah, mulut kering,
sembelit, dan disf ungsi seksual. (2,5,7,9)

Biasanya, gejala mulai berkurang dalam 2-4 minggu. Dan penyembuhan total dapat berlangsung beberapa
bulan. Pada sebagian responden, meningkatkan dosis dapat membantu. (2,5,7,9)

Obat anxiolytic seperti lorazepam dan clonazepam mungkin berguna sebagai pengobatan adjunctive pada
pasien dengan kecemasan dan gangguan tidur. Data awal menunjukkan bahwa estrogen, sendiri atau
kombinasi dengan antidepresan, mungkin bermanf aat, namun tetap antidepresan menjadi lini pertama
pengobatan. (2,5,7,9)

Jika ini adalah episode pertama dari depresi, pengobatan selama 6-12 bulan dianjurkan. Untuk wanita
dengan depresi mayor berulang, diindikasikan perawatan pengobatan jangka panjang dengan
antidepresan. (2,5,7,9)

Kegagalan untuk mengobati atau pengobatan yang tidak adekuat dapat mengakibatkan memburuknya
hubungan antara ibu dan bayi atau pasangan. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko morbiditas pada ibu
dan bayi, serta kompromi sosial dan pengembangan pendidikan sang bayi. Semakin cepat pengobatan
maka semakin baik prognosisnya. Rawat Inap mungkin diperlukan untuk depresi pascamelahirkan yang
parah. (2,5,7,9)

1. VI. PROGNOSIS

Identif ikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami depresi postpartum
adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan baik jika ef ek depresi post
partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang paling utama adalah inf ormasi tentang f aktor resiko
terjadinya depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi ini.
Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui saat ibu membawa bayinya pada tempat
pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum dan
depresi secara umum dapat dihindari.(3,5)

1. VII. KESIMPULAN
1. Deteksi dini depresi post partum dapat dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan ibu hamil
dan imunisasi.
2. Depresi post partum dapat dicegah dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat
khususnya ibu hamil tentang f aktor resiko terjadinya depresi.
3. Pengobatan f armakologis dan non-f armakologis sangat diperlukan bagi wanita atau ibu
dengan depresi post partum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Reece, EA. And Hobbins, JC. Clinical Obstetrics T he Fetus and Mother. 3 rd ed. Blackwell Publishing.
Massachussetts. USA. 2007. p. 1022 – 6
2. Cockburn J. and Pawson, ME. (eds). Psychological Challenges in Obstetrics and Gynecology T he
Clinical Management. Springer-Verlag. London. 2007. p. 141 – 56

3. Anonym. Postpartum Depression. Available http://www. Wikipedia.com accesed on Mar 4 th 2011.


4. Sadock, BJ and Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science Clinical
Chemistry 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins. New York. 2007. p. 864 – 7

5. Joy, S. Postpartum Depression. Available. http://www.eMedicine.com accesed on Sept 25th 2011.

6. Mulholland. C. Postnatal depression. Available http://www.netdoctor.com accesed on Sept 25th 2011.


7. Andri. Depresi Pasca Melahirkan. Available. http://www.kompas.com accesed on Sept 25th 2011.

8. Gill, D. Hughes’ outline of Modern Psychiatry 5 th ed. John Wiley and Sons, Ltd. England. 2007. p.
222 – 5
9. Hendrick, V.(ed). Psychiatric Disorders in Pregnancy and the Postpartum Principles and treatment.
Humana Press. Totowa. New Jersey. 2006. p . 41 – 67

10. Gelder,MG. Lopez, JL. Jr, Inol. Andreasen, N. New Oxf ord Textbook of Psychiatry. Oxf ord University
Press. USA. 2000.

BACA JUGA:

Kategori Ref erat Kedokteran :: Kata Kunci: depresi, depresi postpartum,medikamentosa adalah, imunisasi
menurut cara pemberiannya, depresi post partum, makalah penyakit rabies, makalah penyakit psikosis,
makalah imunisasi bcg pada bayi, makalah imunisasi ulang, contoh makalah imunisasi bcg, karakteristik
penderita hipersomnia, lp gadar abc stroke non hemoragik, macam-macam imunisasi dan cara
pemberiannya, kti imunisasi campak pdf , manajemen asuhan post partum psychosis, Makalah tentang
Imunisasi, macam-macam imunisasi serta usia pemberiannya, macam-macam syok pdf , makalah DEPRESI
PASCA PERSALINAN PDF, makalah diare akut di Timor Leste pada tahun 2008-2009, jurnal kecelaruan
keluarga, makalah penyakit post partum pdf

Anda mungkin juga menyukai