Bab 4 PDF
Bab 4 PDF
Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur yang dipergunakan untuk mengukur
apa yang diukur. Adapun caranya adalah dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh
pada masing-masing item pertanyaan dengan skor total individu.
Tabel 4.1
1
Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variabel
metode pelatihan memiliki status valid, karena nilai rhitung (Corrected Item-Total
Correlation) > rtabel sebesar 0,378.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel Materi Pelatihan (X2)
Berdasarkan Tabel 4.2. maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variabel
materi pelatihan memiliki status valid, karena nilai rhitung (Corrected Item-Total
Correlation) > rtabel sebesar 0,378.
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Variabel Trainer Pelatihan (X3)
Tabel 4.4
Berdasarkan Tabel 4.4. uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang
dinyatakan valid. Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal jika jawaban terhadap
pertanyaan selalu konsisten. Jadi hasil koefisien reliabilitas instrument metode
pelatihan adalah sebesar rll = 0,929, instrument materi pelatihan adalah sebesar rll =
0,947, trainer pelatihan adalah sebesar rll = 0,907, ternyata memiliki nilai “Alpha
Cronbach” lebih besar dari 0,600, yang berarti ketiga instrumen dinyatakan reliable
atau memenuhi persyaratan.
3
4.3. Penyajian Data
4.3.1. Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan pada UPT-BLK Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, sampel dalam penelitian ini
yaitu 82 responden. Adapun karakteristik, pendidikan terakhir, dan masa kerja
responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Keterangan Responden %
SMP/Sederajat 33 40,2%
SMA/Sederajat 49 59,8
Jumlah 82 100,0%
Sumber : Data primer yang diolah
Jumlah 82 100,0%
Sumber : Data primer yang diolah
4
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, hasil kuesioner yang disebarkan pada 82
responden yaitu peserta pelatihan di UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Kudus diketahui sebagian besar responden mempunyai
usia lebih dari 16-18 tahun sebanyak 9 responden (11,0%), 19 -21 tahun sebanyak
23 responden (28%), 22-24 tahun sebanyak 23 orang sebanyak 28 responden (28%),
dan usia 25 tahun ke atas sebanyak 27 responden (32,9%).
Tabel 4.7
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, skor rata-rata menunjukkan angka 4,01, pada butir
keempat dari pertanyaan metode pelatihan terdapat 3 responden yang sangat tidak setuju
dengan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan, karena mungkin mereka
menganggap jam pelaksanaan seperti jam pendidikan formal, hal ini dilakukan untuk
membekali para peserta dengan lebih banyak lagi, sehingga dibutuhkan kedisiplinan
5
waktu yang ada di UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Kudus.
Tabel 4.8
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, skor rata-rata menunjukkan angka 3,75 pada butir ketiga
dari pertanyaan materi pelatihan terdapat 4 responden yang sangat tidak setuju dengan
pernyataan bahwa efektifitas sasaran yang menjadi tolak ukur tercapainya suatu
program pelatihan, hal ini dilakukan agar para peserta pelatihan tidak merasa jenuh
karena pelatihan ini lebih mengedapankan praktek nyata, dan juga untuk menjaring
peserta pelatihan untuk periode berikutnya, di UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Kabupaten Kudus.
6
4.3.2.3. Variabel Trainer Pelatihan
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, skor rata-rata menunjukkan angka 3,88 pada butir
keempat dari pertanyaan trainer penelitian terdapat 3 responden yang sangat tidak setuju
dengan pernyataan bahwa humanis dalam kegiatan pelatihan, karena disamping
menguasai praktek juga memberikan pendidikan karakter perilaku yang baik pada saat
pelatihan di UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus.
7
Tabel 4.10
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, skor rata-rata menunjukkan angka 3,94 hal ini
menunjukkan sebagian besar berhasil menyelesaikan pelatihan otomotif di UPT-BLK
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus.
Data dari hasil penelitian untuk variabel bebas pertama yaitu metode pelatihan
(X1) yang dijaring melalui penyebaran kuesioner, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 4
butir instrumen dengan penggunaan skala pilihan jawaban skala lima (5 opsion),
mempunyai skor teoritik antara 4 sampai 20. Sedangkan skor empirik menyebar dari
skor terendah 5 sampai dengan skor tertinggi 20, dengan skor total yaitu 1316, rata-rata
(M) 16,05. Dari tabulasi data penulis dapat menentukan luas penyebaran nilai merujuk
pendapat Anas Sudijono (1992:50) .
Rumus Total range ( R ) = H – L + 1
Dengan :
R = Total range
8
H = Skor maksimum
L = Skor minimum
1 = Bilangan konstan
R
Banyaknya interval = ---------
i
Dengan :
R = Total range
i = Interval
Butir soal terdiri 4 maka total : a) Skor terendah 4; b) Skor tertinggi 20 Jadi R= 20 – 4
+ 1 = 17, interval = 17/5 = 3,4 dibulatkan menjadi 3.
Dari perhitungan skor di atas pada variabel metode pelatihan pada UPT-BLK Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, maka dapat ditentukan
kategori tanggapan peserta pelatihan otomotif terhadap metode pelatihan adalah
sebagai berikut ini.
Tabel 4.11
Penyebaran Frekuensi Metode Pelatihan (X1)
9
penilaian cukup, 15 responden (18,29%) menyatakan dengan penilaian tinggi, dan 59
responden (71,95%) yang menyatakan dengan penilaian sangat tinggi.
Data dari hasil penelitian untuk variabel bebas kedua yaitu materi pelatihan
(X2) yang dijaring melalui penyebaran kuesioner, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 4
butir instrumen dengan penggunaan skala pilihan jawaban skala lima (5 opsion),
mempunyai skor teoritik antara 4 sampai 20. Sedangkan skor empirik menyebar dari
skor terendah 4 sampai dengan skor tertinggi 20, dengan skor total yaitu 1229, rata-rata
(M) 14,99.
Butir soal terdiri 4 maka total : a) Skor terendah 4; b) Skor tertinggi 20 Jadi R= 20 – 4 +
1 = 17, interval = 17/5 = 3,4 dibulatkan menjadi 3.
Dari perhitungan skor di atas pada variabel pelatihan pada UPT-BLK Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, maka dapat ditentukan kategori
tanggapan peserta pelatihan otomotif terhadap variabel materi pelatihan adalah sebagai
berikut ini.
Tabel 4.12
Penyebaran Frekuensi Materi Pelatihan (X2)
10
responden (35,37%) menyatakan dengan penilaian tinggi, dan 44 responden (53,66%)
yang menyatakan dengan penilaian sangat tinggi.
Data dari hasil penelitian untuk variabel bebas ketiga yaitu Trainer Pelatihan
(Y) yang dijaring melalui penyebaran kuesioner, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 4
butir instrumen dengan penggunaan skala pilihan jawaban skala lima (5 opsion),
mempunyai skor teoritik antara 4 sampai 20. Sedangkan skor empirik menyebar dari
skor terendah 5 sampai dengan skor tertinggi 20, dengan skor total yaitu 1273, rata-rata
(M) 15,52.
Butir soal terdiri 4 maka total : a) Skor terendah 4; b) Skor tertinggi 20 Jadi R= 20 – 4 +
1 = 17, interval = 17/5 = 3,4 dibulatkan menjadi 3.
Dari perhitungan skor di atas pada variabel trainer pelatihan pada UPT-BLK Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, maka dapat ditentukan
kategori tanggapan peserta pelatihan terhadap variabel trainer pelatihan adalah sebagai
berikut ini.
Tabel 4.13
Penyebaran Frekuensi Trainer Pelatihan
11
menyatakan dengan penilaian cukup, 22 responden (26,83%) menyatakan dengan
penilaian tinggi, dan 52 responden (63,41%) yang menyatakan dengan penilaian
sangat tinggi.
Data dari hasil penelitian untuk variabel terikata yaitu efektivitas pelatihan (Y)
yang dijaring melalui penyebaran kuesioner, dengan jumlah pertanyaan sebanyak 3
butir instrumen dengan penggunaan skala pilihan jawaban skala lima (5 opsion),
mempunyai skor teoritik antara 3 sampai 15. Sedangkan skor empirik menyebar dari
skor terendah 3 sampai dengan skor tertinggi 15, dengan skor total yaitu 969, rata-rata
(M) 11,82.
Butir soal terdiri 3 maka total : a) Skor terendah 3; b) Skor tertinggi 15 Jadi R= 15 – 3 +
1 = 13, interval = 13/5 = 2,6 dibulatkan menjadi 3.
Dari perhitungan skor di atas pada variabel efektivitas pelatihan pada UPT-BLK Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus, maka dapat ditentukan
kategori tanggapan peserta pelatihan terhadap variabel efektivitas pelatihan adalah
sebagai berikut ini.
Tabel 4.14
Penyebaran Frekuensi Trainer Pelatihan (Y)
12
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, distribusi frekuensi jawaban yang diberikan responden
atas variabel kemampuan sikap mandiri menunjukkan bahwa responden yang
menyatakan penilaian rendah sekali terdapat 2 responden (2,44%), terdapat 3
responden (3,66%) menyatakan dengan penilaian rendah, 20 responden (24,39%)
menyatakan dengan penilaian cukup, 54 responden (65,85%) menyatakan dengan
penilaian tinggi, dan 3 responden (3,67%) yang menyatakan dengan penilaian sangat
tinggi.
Adjusted R2 : 0,844
Tabel 4.15
Hasil Output Estimasi Regresi
Koefisien Beta
Variabel t Sig. Keterangan
Estimate
Efektivitas 1,590
Pelatihan (Y)
Metode Pelatihan 0,302 0,451 4,228 0,000 Berpengaruh
(X1) Signifikan
Materi Pelatihan 0,140 0,211 2,350 0,021 Berpengaruh
(X2) Signifikan
Trainer Pelatihan 0,212 0,300 2,910 0,005 Berpengaruh
(X3) Signifikan
F hitung 146,959
Adjusted R2 0,708
Sumber : Ringkasan output estimasi
13
Dari persamaan regresi tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
a. Nilai konstanta regresi sebesar 1,590, menunjukkan bahwa pada metode pelatihan,
materi pelatihan, dan trainer pelatihan dengan kondisi konstan atau X = 0, maka
efektivitas pelatihan otomotif pada UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Kudus sebesar 1,590.
b. X1 (metode pelatihan) koefisien regresinya sebesar 0,302, mempunyai pengaruh
positif terhadap Y (efektivitas pelatihan otomotif). Artinya apabila metode
pelatihan semakin baik dengan asumsi variabel lain konstan, maka hal tersebut
dapat meningkatkan efektivitas pelatihan otomotif pada UPT-BLK Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus sebesar 0,302.
c. X2 (materi pelatihan) koefisien regresinya sebesar 0,140, mempunyai pengaruh
yang positif terhadap Y (efektivitas pelatihan otomotif). Artinya apabila materi
pelatihan semakin tinggi dengan asumsi variabel lain konstan, maka hal tersebut
dapat meningkatkan efektivitas pelatihan otomotif pada UPT-BLK Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus sebesar 0,140.
d. X3 (trainer pelatihan) koefisien regresinya sebesar 0,212, mempunyai pengaruh
yang positif terhadap Y (efektivitas pelatihan otomotif). Artinya apabila trainer
pelatihan semakin tinggi dengan asumsi variabel lain konstan, maka hal tersebut
dapat meningkatkan efektivitas pelatihan otomotif pada UPT-BLK Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus sebesar 0,212.
Dari hasil estimasi regresi terlihat bahwa metode pelatihan mempunyai pengaruh
lebih tinggi dibandingkan materi dan trainer pelatihan terhadap efektivitas pelatihan
otomotif di UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus,
yang didasarkan pada nilai koefisien regresi sebesar 0,302 (unstadardized coeficients)
dan nilai Beta sebesar 0,507 (standardized coefficients) dengan signifikan sebesar
0,000 atau sig. Sebesar 0%.
14
Tabel 4.16
Dari perhitungan komputer program SPSS di atas diperoleh nilai thitung sebagai
berikut ini.
Tabel 4.17
Hasil Analisis Parsial
15
Hipotesis : ada pengaruh yang signifikan antara variabel metode pelatihan secara
parsial terhadap efektivitas pelatihan otomotif pada UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus.
Langkah-Langkah Pengujian
Langkah-Langkah Pengujian
16
Ha : 1 0 Artinya ada pengaruh yang signifikan variabel materi pelatihan terhadap
efektivitas pelatihan otomotif pada UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Kudus.
Langkah-Langkah Pengujian
Total 352.256 81
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari variabel X terhadap variabel
Y.
18
2) Ha : 1, 2, 3 0 : Artinya ada pengaruh signifikan dari variabel metode
pelatihan, materi pelatihan dan trainer pelatihan terhadap efektivitas pelatihan
otomotif pada UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Kudus.
Kriteria pengujian 1) Secara konvensional pada taraf nyata = 0,05 dengan df
numetor = 2 dan df denumerator = 40 (diperoleh dari hasil df = k (n-k-1) = 3; (82-
3-1) = 3; 78 diketahui Ftabel = 2,720 dan F hitung = 146,959. Karena F hitung > F
Tabel, maka H0 ditolak, dan Ha diterima sehingga variabel metode pelatihan,
materi pelatihan, dan trainer pelatihan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas
pelatihan otomotif, 2) secara SPSS yaitu dengan melihat probabilitas
signifikansinya (P-value) = 0,000 atau 0% lebih kecil dari 5% maka H0 ditolak, Ha
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa variabel metode pelatihan, materi
pelatihan dan trainer pelatihan adalah berpengaruh signifikan terhadap efektivitas
pelatihan pada UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Kudus, dengan demikian hipotesis yang diajukan terbukti. Dengan demikian hasil
koefisien regresi dari semua variabel bebas merupakan nilai yang sebenarnya.
Tabel 4.19
Hasil Nilai Adjusted R Square
Model Summary
19
Dari tabel di atas diketahui besarnya kontribusi variabel metode pelatihan, materi
pelatihan, dan trainer pelatihan terhadap efektivitas pelatihan otomotif di UPT-BLK Dinas
Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus dengan melihat hasil Adjusted R
Square atau (Adjusted R2)= 0,844 Hal ini berarti bahwa variabel metode pelatihan, materi
pelatihan, dan trainer pelatihan menjelaskan perubahan pada variabel efektivitas pelatihan
otomotif sebesar 84,4% sedangkan sisanya yaitu 84,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di
luar model.
4.5. Pembahasan
Dari hasil analisis regresi baik secara parsial maupun secara bersama-sama antara
variabel metode pelatihan, materi pelatihan, dan trainer pelatihan terhadap efektivitas
pelatihan otomotif pada UPT-BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Kudus, sebagai berikut :
20
maka efektivitas pelatihan otomotif akan semakin meningkat, indikasi dari peningkatan
tersebut didasarkan pada:
1). Kurikulum pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja
2). Relevansi isi pembelajaran dengan topik pelatihan yang dilaksanakan.
3). Efektifitas sasaran yang menjadi tolak ukur tercapainya suatu program pelatihan
4). Membangun Integritas peserta pelatihan dalam membangun integritas kelompok
untuk agar terjalin komunikasi pasca pelatihan
21
Implikasi penerapan keterkaitan kompensasi dan karakteristik pekerjaan terhadap
semangat kerja karyawan pada di bawah ini.
0,29
Metode (X1)
Nilai B = 0,302
Materi (X2)
Efektivitas Pelatihan
Nilai B = 0,140
1,590
Trainer (X2)
Nilai B = 0,212
Keterangan :
Pengaruh Parsial
Pengaruh Berganda
Gambar 4.2
Penerapan Keterkaitan Metode, Materi, dan Trainer terhadap Efektivitas Pelatihan
Otomotif pada UPT BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Kudus
22