Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN 7

“Penyearah 1 Fasa Terkendali Setengah Gelombang”

Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Praktik Elektronika Daya


Dosen Pengampu : Citra Dewi, S.Pd, M.Eng

Disusun oleh :
Rafika Silfia
NIM: 18130070

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Lembaran Kerja 7
Jurusan : Teknik Elektro Mata kuliah : Praktikum Elektronika Daya
Bobot mata kuliah: 2 SKS Topik : Penyearah 1 fasa terkendali setengah
gelombang

I. Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik penyearah satu fasa


terkendali setengah gelombang
2. Mahasiswa dapat memahami bentuk gelombang input dan output penyearah
satu fasa terkendali setengah gelombang

II. Teori Singkat

Penyearah satu fasa terkendali umumnya menggunakan SCR sebagai saklar


dayanya. Tegangan pada penyearah terkendali dapat bervariasi tergantung pada
sudut penyalaan dari SCR. SCR dinyalakan dengan memberikan pulsa pada
gerbangnya dan dimatikan melalui komutasi natural atau komutasi line.
Gambar 1 menunjukkan

skema penyearah satu fasa setengah gelombang terkendali.

Gambar 1. Penyearah satu fasa terkendali setengah gelombang


Gambar 1 memperlihatkan ketika penyearah terkendali dibebani resistif. Selama
setengah siklus positif tegangan masukan, anode SCR relatif positif terhadap
katode sehingga SCR terbias maju. Ketika SCR T1 dinyalakan pada ωt = α, SCR
T1 akan tersambung dan arus akan mengalir ke beban. Ketika tegangan masukan
mulai negatif pada ωt = β, anode SCR akan negatif terhadap katodenya dan SCR
T1 akan disebut terbias mundur dan arus tidak mengalir ke beban. Waktu
tegangan masukan mulai positif hingga thyristor dinyalakan pada ωt = π disebut
sudut delay atau sudut penyalaan.
Tegangan output rata-rata adalah :

Arus dc : Idc = Vdc/R

Daya dc : Pdc = Vdc * Idc

dan Vdc dapat bervariasi dari Vm/π hingga 0 dengan mengubah-ubah α antara 0
sampai π. Tegangan keluaran rata-rata akan menjadi maksimum bila α = 0 dan
tegangan keluaran maksimum Vdm akan menjadi : Vdm = Vm/π
Normalisasi tegangan keluaran terhadap Vdm, diperoleh tegangan keluaran
ternormalisasi menjadi :

Tegangan keluaran rms:

Arus rms : Irms  Vrms


dan factor bentuk : FF 
Vrms
Vdc

Faktor ripel : RF  FF 2  1
III. Alat dan Bahan

1.Sumber AC 1 fasa
2.Thyristor
3.Resistor
4.Ampermeter
5.Voltmeter

IV. Rangkaian Percobaan

V. Data Pengamatan

Sudut Bentuk Gelombang


Load R Vo-rms Io-rms
Penyalaan Input (V & Output (V &
No. Ω (Volt) (Ampere)
(α) I) I)
0° 120,49 1,2049
100 45° 114,86 1,1486
1. 90° 85,120 0,85120

0° 120,49 0,12049

1000 45° 114,86 0,11486


2. 90° 85,120 0,08512

VI. Analisis
Sudut
Load R
Penyalaan Vo-dc Io-dc
No. Ω
(α)
0° 70,02 0,7002
100 45° 59,77 0,5977
1. 90° 35,014 0,35014
0° 70,02 0,07002
1000 45° 59,77 0,05977
2. 90° 35,014 0,035014

1. Pdc

Pdc = Vdc * Idc

a. 100 ohm, 0ᴼ

Pdc = Vdc * Idc

= 70,02 * 0,7002

= 49,028 watt

b. 100 ohm, 45ᴼ

Pdc = Vdc * Idc

= 59,77 * 0,5977

= 35,724 watt

c. 100 ohm, 90ᴼ

Pdc = Vdc * Idc

= 35,014 * 0,35014

= 12,259 watt

d. 1000 ohm, 0ᴼ

Pdc = Vdc * Idc


= 70,02 * 0,07002

= 4,9028 watt

e. 1000 ohm, 45ᴼ

Pdc = Vdc * Idc

= 59,77 * 0,05977

= 3,5724 watt

f. 1000 ohm, 90ᴼ

Pdc = Vdc * Idc

= 35,014 * 0,035014

= 1,22598 watt

2. Efisiensi
ɳ = pdc / pac

Pac = Vrms*Irms
100 ohm, 0ᴼ : Pac = Vrms*Irms = 120,49 * 1,2049 = 145,178 watt
100 ohm, 45ᴼ : Pac = Vrms*Irms = 114,86 * 1,1486 = 131,9282 watt
100 ohm, 90ᴼ : Pac = Vrms*Irms = 85,120 * 0,85120= 72,45414 watt
1000 ohm, 0ᴼ : Pac = Vrms*Irms = 120,49 * 0,12049 = 14,5178 watt
1000 ohm, 45ᴼ : Pac = Vrms*Irms = 114,86 * 0,11486 = 13,19282 watt
1000 ohm, 90ᴼ : Pac = Vrms*Irms = 85,120 * 0,085120= 7,245414 watt

a. 100 ohm, 0ᴼ
ɳ = pdc / pac
= 49,028 / 145,1784
= 0,33

b. 100 ohm, 45ᴼ


ɳ = pdc / pac
= 35,72453 / 131,9282
= 0,27

c. 100 ohm, 90ᴼ


ɳ = pdc / pac
= 12,2598 / 72,45414
= 0,169

d. 1000 ohm, 0ᴼ
ɳ = pdc / pac
= 4,9028 / 14,51784
= 0,33

e. 1000 ohm, 45ᴼ


ɳ = pdc / pac
= 3,572453 / 13,19282
= 0,27

f. 1000 ohm, 90ᴼ


ɳ = pdc / pac
= 1,22598 / 7,245414
= 0,169

Pada data hasil pengamatan dari simulasi praktikum kali ini kita dapat
mengetahui bahwa dengan sumber arus input 220 volt, didapat vout puncak (vp)
≈220 volt.
Untuk Vo-RMS, nilainya akan tetap sama untuk semua variasi besar beban,
namun nilai Vo-RMS akan berubah jika α pada scr-nya diubah. Dimana semakin
besar nilai α berbanding terbalik dengan Vo-RMS , jika α semakin besar maka Vo-
RMS akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hasil simulasi ynag kita dapatkan.
Pada saat beban 100 ohm dengan derajat scr 0 didapat Vo-RMS seebesar 120,49 volt
dan pada beban 1000 ohm saat derajat scr sama-sama 0 didapat Vo-RMS 120,49 volt
juga. Hal ini berarti besar beban tidak mempengaruhi Vo-RMS. Pada saat
penggunaan beban 100 ohm dengan variasi α pada scr did pat hasil sebagai berikut:
saat α scr 0ᴼ, 45ᴼ, dan 90ᴼ sebesar 120,49 volt, 114,86 volt, dan 85,120 volt. Pada
saat penggunaan beban 1000 ohm dengan variasi α pada scr did pat hasil sebagai
berikut: saat α scr 0ᴼ, 45ᴼ, dan 90ᴼ sebesar 120,49 volt, 114,86 volt, dan 85,120 volt.
Hal ini menunjukan bahwa nilai Vo-RMS dipengaruhi perubahan α pada scr.
Io-RMS berbanding terbalik dengan beban, dimana jika beban semakin besar
mka Io-RMS akan semakin kecil. Hal ini sesuai degan rumus I = V/R. Pada praktik
kali ini kita mendapatkan nilai atau hasil ynag sesuai dengan teori. Pada penggunaan
nilai beban 100 ohm dengan scr 0ᴼ Io-RMS didapat sebesar 1,2049 ampere dan pada
penggunaan beban 1000 ohm dengan scr 0ᴼ Io-RMS didapat sebesar 0,12049
ampere.
Untuk nilai tegangan puncak (Vp), Vo-RMS dan Vdc sesuai dengan teori.
Dimana Vp > Vo-RMS, hal ini terbukti pada saat penggunaan beban 100 ohm
dengan scr 0ᴼ Vp sebesar 200 volt dan Vo-RMS sebesar 120,49 volt. Dan Vo-RMS >
Vdc, hal ini terbukti pada saat penggunaan beban 100 ohm dengan scr 0ᴼ Vo-RMS
sebesar 120,49 volt dan Vdc sebesar 70,02 volt.
Nilai Pdc akan naik jika α pada scr turun, dan begitupula sebaliknya jika α
pada scr naik maka Pdc akan turun. Hasil praktik ynag kita dapatkan sesuai dengan
teori dimana dengan beban 100 ohm scr saat 0ᴼ, 45ᴼ, dan 90ᴼ didapat Pdc sebesar
49,028 watt, 35,7245 watt, dan 12,259 watt. Terlihat bahwa semakin naik α pada scr
maka Pdc nya akan semkain kecil.
Nilai efisiensi akan naik jika α pada scr turun, dan begitupula sebaliknya jika
α pada scr naik maka efisiensi akan turun. Hasil praktik ynag kita dapatkan sesuai
dengan teori dimana pada 0ᴼ, 45ᴼ, dan 90ᴼ didapat efisiensi sebesar 0,33, 0,27, dan
0,169. Terlihat bahwa semakin naik α pada scr maka efisiensi nya akan semkain
kecil.

VII. Kesimpulan

1. Dari analisa pengamatan diketahui bahwa apabila sudut α pada scr semakin besar
maka efisiensi, Pdc, Vo-RMS, dan Vdc akan semakin kecil.
2. Pada saat nilai beban divariasikan tidak berpengaruh pada Vdc dan Vo-RMS.
3. Apabila sudut α pada scr semakin besar maka pada gambar gelombang akan terlihar
terpotong herizontal, dari arah kiri ke kana. Semakin besar nilai sudut α maka yang
terpotong pada gelombang akan semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai