Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rahmat Sifai

Npm : 1902012012
Prodi : Hukum Keluarga Islam

1. Lafaz dari segi kejelasan arti menurut Hanafiah: Zahir, Nas Mufassar, Muhkam

Hanafiah menjelaskan :
1) Zahir, yang dimaksud dengan lafaz zhahir adalah bentuk lafaz yang memunculkan
makna yang cepat ditangkap dari mendergarkan lafaz tersebut, namun mengandung
makna relatif bahwa ada makna lain selain makna yang telah ditangkap secara
langsung. surat Al-Baqarah ayat 275 yang Artinya: Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Zhahir ayat tersebut menghadirkan
makna yang mudah dan cepat ditangkap oleh akal seseorang tanpa memerlukan
faktor luar yang menjelaskannya bahwa jual beli itu hukumnya halal dan riba itu
hukumnya haram
2) Nash, Secara singkat dapat dinyatakan bahwa lafaz nash adalah sebuah lafaz yang
penunjukan maknanya sesuai dengan maksud pembicara. Artinya : Sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba. Jadi ayat tersebut pada dasarnya bertujuan untuk
menyatakan perbedaan nyata antara jual beli dengan riba sebagai sanggahan terhadap
pendapat orang yang menganggapnya sama. Hal ini dapat dipahami dari ungkapan
keseluruhan ayat tersebut. Meskipun maksud ayat ini sudah sangat jelas, namun dari
ayat ini dapat pula dipahami maksud lain, yaitu halalnya hukum jual beli dan
haramnya hukum riba. Pemahaman ini disebut pemahaman secara zhahir.
3) Mufassar, adalah lafaz yang menunjuk kepada makna sebagaimana dikehendaki atau
lafal yang menunjukkan kepada maknanya secara jelas dan perinci tanpa ada
kemungkinan untuk dipalingkan kepada pengertian lain. (QS. An-Nur: 4) yang
artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera.
Bilangan delapan puluh kali dera bagi pelaku qadhf yang menuduh orang baik-baik
melakukan zina tanpa adanya empat orang saksi, merupakan lafaz mufassar. Sebab
bilangan delapan puluh merupakan bilangan yang telah pasti, maknaya tidak dapat
dipalingkan dan pengertian angkan delapan puluh kali itu tidak dapat diubah dengan
mengurangi atau menambah jumlahnya.
4) Muhkam, Lafaz muhkam adalah lafaz yang menunjukkan kepada maknanya secara
jelas sehingga tertutup kemungkinan untuk di ta’wil dan menurut sifat ajaran yang
dikandungnya tertutup pula kemungkinan pernah dibatalkan oleh Allah dan Rasul-
Nya. Artinya : Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah
Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 231) Sifat al-‘ilm ( mengetahui)
merupakan salah satu sifat yang melekat pada zat Allah Swt, tidak mungkin
mengandung naskh karena sifat maha mengetahui tersebut merupakan sifat
ketuhanan.1

2. Lafaz dari segi Ketidak kejelasan arti menurut Hanafiah: Khafi, Musykil, Mujmal, Mutasyabbih
Hanafiah menyatakan :
1) Khafi, menurut bahasa adalah tidak jelas atau tersembunyi. Sedangkan menurut
istilah, seperti yang dikemukakan oleh Adib Salih adalah suatu lafal zhahir yang
jelas maknanya, tetapi lafal tersebut menjadi tidak jelas karena ada hal baru yang
mengubahnya, sehingga untuk mengatasinya tidak ada jalan lain, kecuali dengan
1
https://curutpurwosari13.blogspot.com/2017/05/makalah-ushul-fiqh-lafaz-jelas-dan.html
penelitian yang mendalam. Contoh lafadz khafi ini adalah lafadz ” ‫ = السارق‬pencuri”
yang mana sudah cukup jelas artinya yaitu “ Orang yang mengambil harta yang
bernilai milik orang lain dalam tempat penyimpanannya secara sembunyi-sembunyi”
2) Musykil, Suatu lafadz yang samar artinya, di sebabkan oleh lafadz itu sendiri.
Ada definisi lain yang memberikan penjelasan terhadap definisi di atas, yaitu bahwa
lafadz musykil itu dari segi sighatnya sendiri tidak menunjukkan maksud tertentu,
oleh karenanya di perlukan qarinah dari luar yang menjelaskan apa yang di maksud
oleh lafadz tersebut. Seperti lafal annaa pada firman Allah: Fa’tuu hartsakum annaa
syi’tum, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki (QS. Albaqarah: 223). Lafal annaa pada dasarnya memiliki makna kaifa
(bagaimana) (sebagaimana disebutkan dalam surat Maryam: 20), aina (di mana)
(sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imron: 37) dan mataa (kapan).
3) Mujmal, menurut bahasa bermakna global atau tidak terperinci. Sedangkan menurut
istilah mujmal adalah lafal yang maknanya, pada dasarnya, memang tidak jelas dan
untuk memahami makna lafal tersebut dengan tepat diperlukan penjelasan langsung
dari yang mengeluarkan lafal tersebut. “Perempuan yang diceraikan suaminya,
menantikan iddahnya tiga quru.’”(Q.S. al-Baqarah[2]: 228).
Lafadz quru’ ini disebut dengan mujmal karena mempunyai dua makna, yaitu haid
dan suci. Kemudian mana di antara dua macam arti yang dikehendaki oleh ayat
tersebut maka diperlukan penjelasan, yaitu bayan. Ini adalah contoh yang ijmal
dalam lafadz tunggal.
4) Mutasyabih menurut bahasa adalah sesuatu yang mempunyai kemiripan dan atau
simpang siur. Sedangkan menurut istilah mutsyabih adalah lafal yang tidak jelas
artinya dan mengandung simpang siur serta tidak ditemukan indikator-indikator yang
menentukan atau mendekati makna yang dimaksud lafal tersebut dan tidak ada pula
penjelasan dari yang mengeluarkan lafal tersebut. “Dan barangsiapa yang membunuh
seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di
dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan adzab
yang besar baginya” [An-Nisaa/4 : 93] Golongan Wa’idiyah salah dalam
memahaminya, mereka pahami bahwa seseorang yang membunuh seorang mukmin
dengan sengaja, maka dia kekal di dalam neraka, dan hal ini dijadikan patokan bagi
semua pelaku dosa besar, mereka menolak ayat-ayat yang menjelaskan bahwa dosa-
dosa di bawah syririk berada di bawah kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2

3. Lafaz dari segi kejelasan arti menurut Syafi’iyah: Mubayyan yang terbagi dua Zahir dan Nas
Syafi’iyah berpendapat :
1) Dzohir secara etimologi; bearti jelas. Sedangkan menurut terminologinya yaitu;
setiap lafadz atau kalam yang sudah jelas makna yang dimaksud bagi orang yang
mendengarkan dengan lafadz itu sendiri, tanpa tergantung pada sesuatu yang lain
dan juga tanpa angan-angan baik lafadz itu tercetak karena makna yang dikehendaki
itu atau tidak. Contohnya
َ ‫اب لَ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثنَى َوثُاَل‬
‫ث َو ُربَاع‬ َ َ‫فَا ْن ِكحُوا َما ط‬
ayat tersebut secara jelas menunjukan ke legalan berpoligami dalam memiliki istri,
tetapi ma'nanya tidak menunjukan kepada arti luas dari ayat tersebut karena maksud
utama dari konotasi ayat tersebut adalah meminimalisir jumlah istri dari empat atau
satu saja sebagaimana diatas.

2
https://www.kompasiana.com/yahya/55002da0813311001efa7278/pembagian-lafal-ditinjau-dari-ketidakjelasan-
maknanya?page=all
2) Nash, Nash ialah setiap lafadz yang menunjukan kepada ma'na atau maksud asli
lafadz secara jelas, melalui konotasi lafadz tersebut dengan menggunakan perangkat
takwil, takhsis dan menerima nasakh (khusus di masa turunya wahyu). contohnya
َ ‫اب لَ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثنَى َوثُاَل‬
‫ث َو ُربَاع‬ َ َ‫فَا ْن ِكحُوا َما ط‬
Secara dhahir lafadz diatas menerangkan tentang bolehnya nikah, tetapi secara nash
lafadz di atas menerangkan tengtang diperbolehkannya poligami tetapi tidak boleh
lebih dari empat dan makna yang kedua (nash) adalah makna yang dimaksud dengan
bukti firman Alloh setelah lafadz itu. 3

4. Lafaz dari segi Ketidakjelasan arti menurut Mutakallimin (dipelopori Syafi’iiyah): Mubham
yang terbagi dua Mujmal dan Mutasyabbih
1) Mujmal, Lafal yang maknanya tersembunyi dengan lafal yang sama yang tidak
dipahami kecuali dari penjelasan mutakallim-nya dan tidak dapat dipahami dengan
akal. Lafal ini kebalikan dari mufassar. Terdapat juga definisi yang lain yaitu lafal
yang maknanya tersembunyi karena banyaknya makna dan tidak dapat diketahui
kecuali dengan penjelasan. Contohnya lafal (‫ )الهلوع‬dalam firman Allah pada surat
Al-Ma’ârij
ِ21( ً ‫) َوإِ َذا َم َّسهُ ْال َخ ْي ُر َمنُوعا‬20( ً ‫) إِ َذا َم َّسهُ ال َّشرُّ َج ُزوعا‬19( ً ‫ق هَلُوعا‬
َ ِ‫َّن اإْل ِ ن َسانَ ُخل‬
Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19)
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (20) dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir (21).”
Pada ayat 19 diatas terdapat lafal (‫ )الهلوع‬yang tidak dapat dipahami karena termasuk
lafal asing sehingga Allah menjelaskan dengan ayat selanjutnya.

2) Mutasyabih
Abdul Karim Zaidan dalam kitabnya al-Wajîz fî Ushûl al-Fiqh menjelaskan bahwa
mutasyâbih adalah lafal yang maknanya tersembunyi, shîghah-nya tidak
menunjukkan makna tersebut dan tidak ada jalan untuk mengetahuinya karena tidak
terdapat qarînah yang menyingkap makna tersebut. Dalam hal ini daya nalar manusia
tidak dapat berbuat sesuatu kecuali menyerahkan dan melimpahkan kepada Allah.
Contohnya Mutasyâbih dapat berupa potongan huruf di awal-awal surat di dalam Al-
Qur’an seperti (‫)آلم‬, (‫)حم‬, (‫ )كهيعص‬dan sebagainya. Potongan huruf hijaiyah tidak
ditemukan maknanya hanya Allah yang mengetahui makna dari huruf tersebut. Bisa
juga berupa sifat-sifat Allah yang menyerupakan dengan ciptaan-Nya.4

3
https://tarbiyyah-blog.blogspot.com/2012/05/lafadz-dari-segi-kejelasannya.html
4
https://repenttoallah.wordpress.com/2015/03/26/khafi-musykil-mujmal-dan-mutasyabih/

Anda mungkin juga menyukai