Contoh lain misalnya, firman Allah dalam surat An-Nisak ayat 3, berikut ini ;
"... فـا نـكحـوامـاطاب لكـم مـن النســاء مـثـنى وثـال ث وربـاع..."
Artinya : “… Maka nikahilah oleh kamu wanita mana saja yang kamu sukai
dua, tiga dan sampai empat orang…
Dari ayat ini yang segera dapat dipahami adalah bahwa seorang laki-laki boleh
menikahi wanita yang ia sukai dua, tiga, dan empat orang. Dan pengertian
inilah yang dapat dipahami dari arti zahirnya. Akan tetapi ayat ini sebetulnya,
maksud awalnya adalah menjelaskan batasan atau jumlah wanita yang boleh
dinikahi oleh laki-laki yaitu sampai empat orang dalam satu waktu dan tidak
boleh lebih dari itu. Lafal nash yang zahir ini wajib diamalkan selama tidak
terdapat dalil lain yang menyangkalnya, karena pada asalnya lafal nash yang
zahir (jelas) itu manakala sudah jelas maknanya tidak boleh diubah dari arti
zahirnya kecuali ada dalil yang menghendakinya. Zaky al-Din Sya’ban5
menyebutkan bahwa lafal nash yang zahir itu termasuk lafal yang umum, yang
wajib diamalkan atas keumumannya dan tidak boleh ditakhshiskan kecuali ada
dalil yang dapat mentakhshish sebagian objek (afrad) yang ada padanya. Jika
ia lafal mutlaq wajib diamalkan sesuai dengan kemutlakannya dan tidak boleh
dibawa ke muqayyad selama tidak ada dalil lain yang dapat mengubah
kemutlakannya.
Pengertian Khafi
“Sesuatu yang tersembunyi maksudnya karena suatu sebab yang menghalangi yang bukan
dari segi shigah/lafadznya dan tidak bisa di ketahui maksudnya melainkan dengan mencari
maksudnya. Walaupun maknanya nampak dari lafadznya”.
Wahbah Zuhaili dalam bukunya Ushûl al-Fiqh al-Islamî memaparkan bahwa khafî ()الخفي
adalah sesuatu yang maksudnya tersembunyi yang disebabkan oleh faktor lain bukan dari
segi shîghah dan tidak dapatdiketahui kecuali dengan sebuah tuntutan atau
permintaan.Sedangkan dalam kitab Ushûl al-Fiqh al-Ladzi La Yasa’u al-Faqîh Jahluh
didefinisikan bahwa khafî ialah nama untuk sesuatu yang maknanya serupa dan maksudnya
tersembunyi oleh suatu faktor di dalamnya terdapat shîghah yang tidak bisa diperoleh
maknanya kecuali dengan tuntutan atau permintaan. Lafal khafî sebenarnya dari segi lafalnya
menunjukkan arti yang jelas namun dalam penerapan atau aplikasi artinya terdapat
kesamaran.
Menurut Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, khafi adalah lafal yang dari segi penujukannya
kepada makna adalah jelas, namun ketidakjelasan timbul ketika menerapkan pengertian itu
kepada kasus tertentu. Ketidakjelasan itu disebabkan karena bentuk kasus itu tidak persis
sama dengan kasus yang ditunjukan oleh suatu dalil.
Lafaz khafiitu sebenarnya dari segi lafaz-nya menunjukkan arti jelas, namun dalam
penerapan artinya terhadap sebagian lain dari satuan artinya terdapat kesamaran. Untuk
menghilangkan kesamaran itu diperlukan penalaran dan takwil.
Menurut istilah ulama ushul adalah lafal yang menunjukkan makna secara jelas, tetapi dalam
menerapkan arti kepada sebagian satuannya mengandung kesamaan dan ketidakjelasan, yang
untuk menghilangkannya membutuhkan pemikiran dan perkiraan yang matang, sehingga lafal
itu dianggap samar dari segi penerapan arti kepada sebagian satuannya. Sebab timbulnya
kesamaran ini adalah bahwa satuan dalam lafal itu memiliki siafat lebih banyak atau lebih
sedikit daripada satuan yang lain, atau memiliki satuan nama tertentu; kelebihan, kekurangan
dan nama tertentu inilah yang menjadi tempat keserupaan, sehingga lafal itu samar jika
dihubungkan dengan satuan ini, karena untuk memeperoleh arti tidak dapat dipaham dari
lafal itu sendiri, melainkan membutuhkan unsur luar.