Anda di halaman 1dari 4

ULANGAN 4 : 1 – 8

TEMA : PANGGILAN UNTUK TAAT


PENULIS :
TAHUN PENULISAN :

Pasal 1

Hai orang Israel dengarlah, sekarang Musa menuntut perhatian umat, yaitu

pada waktu ia mulai menjelaskan hukum Tuhan. Panggilan supaya

“mendengarkan”, “memperhatikan”, dan perlunya untuk menaati perintah-perintah

Allah, sering diulangi. Lih. Ump 4 : 39, 40; 8:20; 9 : 23; 13:4, 18; 15:5; 26:14, 17;

27:10; 28:1, 2, 15, 45, 62; 30:2, 8, 10, 20. Ketetapan kata huggim datang dari

suatu akar yang berarti “memahat” dan dengan demikian menunjuk kepada

peraturan-peraturan kelakuan yang tetap yang diperintahkan oleh pemegang

kuasa dan diberitahukan bagi bimbingan perorangan dan masyarakat.

Peraturan (TL “undang-undang”) adalah keputusan-keputusan pengadilan

yang diadakan oleh pemegang kuasa atau karena adat istiadat yang dipakai

sebagai teladan di masa depan, bagi bimbingan para hakim dalam keadaan-

keadaan khusus tertentu. Kata-kata ‘ketetapan dan peraturan’ biasanya muncul

dalam urutan ini dalam Ulangan, untuk menunjukkan pentingnya ketetapan tanpa

syarat terhadap kehendak ilahi.

Kasuistik atau ‘hukum untuk tiap kejadian’ yang terdapat dalam Kel. 21:1 –

20:17, tentu dimaksud untuk digunakan oleh para hakim, memberi suatu contoh

bagi peraturan itu atau mispat. Kata itu juga dipakai untuk perbuatan Allah yang

menentukan, yang menghakimi yang jahat serta mempertahankan yang benar.

Karenanya ‘ketetapan dan peraturan’ bersama-sama meliputi segala hukum dan

perintah. Kedua istilah itu disebutkan lagi, kadang-kadang dihubungkan dengan

‘perintah’ dalam 4:5, 8, 14, 45; 5:1, 31; 6:1, 20; 7:11; 8:11; 11:1, 32; 12:1; 26:16,
17. ‘Ketetapan’ muncul sendirian dalam 4:6; 6:24; 16:12; dan bersama dengan

‘perintah’ dalam 4:40; 6:17; 10:13; 27:10; 28:15, 45; 30:10. Supaya kamu hidup.

Tiap firman Tuhan adalah ‘roti hidup’ (8:3), dan firmanNya menunjukkan jalan ke

hidup yang kekal (Mat 4:4; 19:17; Yoh 6:63).

Pasal 2

Janganlah kamu menambahi. Perjanjian-perjanjian kerajaan purba sering

memuat beberapa larangan seperti ini. Di sini perintah itu menciptakan perbedaan

yang tajam antara firman Allah dan kata-kata manusia, perbedaan yang juga

ditekankan oleh Kristus (Mat 5:17 – 19; 15:6). Ketika Wahyu Allah telah selesai,

suatu peringatan lebih lanjut semacam ini ditambahkan (Why 22:18, 19). Hal ini

bukan berarti bahwa tidak dapat diadakan perubahan pada perundang-undangan

Musa, jika keadaan menuntut, melainkan bahwa tidak boleh diadakan perubahan

kesusilaan asasi. Yang kuperintahkan. Istilah miswa dapat diterapkan kepada tiap

macam perintah, baik yang bersifat sementara maupun yang tetap, yang umum

maupun yang khusus. Dalam 4:13 dan 10:4 dabar (firman) yang dipakai bukan,

bukan miswa (‘perintah’).

Pasal 3 dan 4

Matamu sendiri telah melihat. Sering Musa menunjuk kepada pengalaman

pendengarnya dalam usahanya mendapatkan simpati mereka, dengan

mengingatkan mereka kepada apa yang telah mereka lihat (1:19; 3:21; 7:19; 11:7;

29:2, 3), telah mereka dengar (4:12; 5:23) dan ketahui (7:15). Baal-Peor, ilahi kafir

yang disembah di peor (bnd 3:29), dengan upacara-upacara kebaktian yang

mengerikan (bnd Bil. 25:1, 2). Baal adalah kepala dari para ilah Kanaan, dan

disembah dibawah nama yang berbeda-beda di bermacam-macam tempat.


Penyembahan orang Kanaan sangat berdasarkan hawa nafsu, sehingga bersifat

tidak susila dan merusak akhlak (bnd Hos 9:10).

Pasal 5 dan 6

Supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri. Banyak dari

hukum Musa yang memiliki arti etis yang untuk selama-lamanya, yang menuntut

pemenuhan dari orang Kristen. Bagi Israel hukum itu adalah pawing yang

membimbing kepada kodrat Allah, dan kepada pertanggungan jawab dari

hubungan perjanjian serta juga menjadi alat untuk mengatur hidup

kemasyarakatan mereka di negeri yang dijanjikan. Perundang-undangan yang

disebutkan akan berlaku atas dasar yang wajar di masa depan, yaitu jika orang

Israel yang sedang mengembara itu telah menyeberang masuk Kanaan serta

mendudukinya. Justru hukum itu memiliki sifat seperti calon dan tidak seharusnya

dipandang sebagai mengandaikan keadaan-keadaan social yang telah

berkembang, yang biasa ada dalam suatu masyarakat yang telah menetap kokoh.

Peraturan-peraturan keagamaan dan yuridis dari orang Israel berlaku hingga

penyataanNya yang lebih penuh dalam Kristus, sehingga peraturan-peraturan ini

hanya bersifat sementara dan hanya mengingat orang Yahudi saja, bukan orang

Kristen pertama. Bnd. Mat. 8:4; Luk 11:42; Gal 4:9; 5:1-6; Ibr 9:9.

Pasal 7

Allah yang demikian dekat kepadanya. Hak istimewa yang besar ini

mewujudkan rahasia ciri khas agama Ibrani, yaitu bahwa tidak perlu adanya

pengantara untuk menjadikan para penyembah dapat menghampiri Allah dalam

doa.
Pasal 8

Seluruh hukum ini rupanya menunjuk kepada bagian terbesar Ul. Apakah

arti hukum Musa bagi pembaca Kristen? Sekalipun hukum itu memiliki beberapa

unsure yang bersifat sementara, yang tidak mengingat orang Kristen, namun

hukum itu juga berisi asas-asas keadilan, kekudusan dan kebenaran yang kekal,

yang terkandung dalam Dasa Firman serta mendasari segala perundang-

undangan. Inilah yang mengikat segala keturunan, baik Yahudi maupun Kristen,

sama saja. Hukum-hukum semacam itu dikutip sebagai perintah-perintah dalam

PB dengan kata-kata ‘sebab ada tertulis’. Lih. Mat 4:10; 5:17; Rm 13:9; 1Ptr 1:16.

Lagi, sebagai bagian dari Alkitab yang diilhamkan, seluruh kitab itu telah ditulis

untuk menjadi pelajaran bagi kita (Rm 15:4), dan bermanfaat (2 Tim 3:16).

Akhirnya PB membuat pernyataan secara khusus, bahwa Musa telah menulis

tentang Kristus (Yoh 5:46). Yesus sering mengutip Ul dengan memakainya

secara khusus pada waktu Ia digoda (bnd Mat 4:4 dgn Ul 8:3; Mat 4:7 dgn Ul

6:16; Mat 4:10 dgn Ul 6:13).

Anda mungkin juga menyukai