Dalam hal ini Portugis rival tetangga negaranya yakni bangsa Spanyol yang berbatasan
langsung dengan Portugis. Keduanya menginginkan melakukan penjelajahan samudera untuk
menemukan rempah-rempah. Keduanya sama-sama tunduk pada vatikan sebagai induk yang
menaungi agama mereka. Oleh karena itu vatikan membagi dua jalur perdagangan melalui
perjanjian Thordesillas pada 7 Juni 1494 di Tordesillas, isi dari perjanjian ini yakni membagi
dua wilayah dunia di luar Eropa yang dimulai dari kepulauan Tanjung Verde.
Untuk wilayah timur nantinya akan dikuasai Portugis dan sebelah barat dikuasai oleh
Spanyol, perjanjian ini disahkan oleh kedua negara pada waktu yang berbeda yakni Spanyol
mengesahkan pada 2 Juli dan Portugis pada 5 September 1494. Perjanjian ini merupakan
langkah awal penjelajahan Eropa untuk mengelilingi dunia dan menemukan wilayah-wilayah
baru. Pada waktu itu Spanyol dan Portugis merupakan kerajaan yang kuat dengan armada
laut, teknologi navigasi hingga perlengkapan kapal yang maju apabila dibandingkan dengan
negara Eropa lainnya. Keadaan ini menimbulkan persaingan terutama dalam hal perluasan
wilayah dan perdagangan.
Gold “Emas” tujuan pertama yakni mendapatkan keuntungan yang besar atau
dilambangkan dengan emas. Keuntungan tersebut diambil dari perdagangan rempah-
rempah dengan mengambil rempah-rempah dengan harga yang murah di Maluku
kemudian menjual dengan harga yang tinggi di Eropa.
Glory “Kejayaan” Kejayaan disini diartikan sebagai perluasan wilayah yang
dilakukan oleh pada pelaut Eropa. Kejayaan juga dapat diartikan sebagai pencarian
daerah jajahan di wilayah Asia Tenggara yang kaya akan rempah-rempah.
Gospel “penyebaran agama” Portugis merupakan negara dengan agama Nasrani yang
kuat maka dari itu misi pelayaran Portugis ke daerah-daerah singgahan juga disertai
misi penyebaran agama. Hal ini terlihat di daerah Maluku yang pada saat itu
dipengaruhi agama Nasrani.
Selama berada di Maluku bangsa Portugis mempengaruhi kebudayaan mereka dengan adanya
balada keroncong romantis yang beradal dari iringan gitar. Selain itu kosakata bahasa
Indonesia juga mendapat pengaruh dari Portugis, seperti kata pesta, sabun, bendera, meja dan
lain-lain. Pengaruh bahasa Portugis ini seakan menjadi pelengkap bahasa Melayu sebagai
lingua franca di Nusantara, bahkan di daerah Ambon banyak nama-nama yang berbau
Portugis seperti da Costa, Mandoza, da Silva dan lain-lain.
Kebijakan yang dilakukan Portugis ini sangat merugikan petani terutama adanya sistem
monopoli perdagangan karena Portugislah yang mematok harga dari rempah-rempah tersebut.
Petani juga tidak leluasa menjual rempah-rempahnya ke pihak lain selain Portugis. Dengan
adanya sistem monopoli ini membuat Portugis mendapat keuntungan yang sangat besar.
Berikut ini merupakan dampak dari adanya kebijakan-kebijakan yang diberlukan oleh
Portugis yaitu:
Periode 1511 sampai 1526 Portugis selama kurang lebih 15 tahun menjadi kerajaan
yang menguasai sebagian dari Sumatera, Jawa, Banda dan Maluku.
Pada 1511 Portugis mengalahkan dan menguasai wilayah Malaka.
Pada 1512 Portugis mengadakan perjanjian dagang yang merupakan monopoli lada
pada kerajaan Sunda.