Anda di halaman 1dari 4

Barang-barang BERTUAH Penolak Bala

Ditulis oleh Admin di/pada 16/01/2010

Barang-barang Bertuah Penolak Bala

Lihatlah sebagian orang menggunakan “Batu Bertuah”, “Keris Sakti”, “Sabuk Bertuah”, “Permata Pelaris
Dagangan”, “Rompi Penarik Hati”, “Kopiah Penolak Bala”, “Permata Pelaris Bisnis”, “Tanduk Kucing
Penyebab Kekebalan”, “Tanduk Babi”, “Rotan Pembawa Rejeki”, dan lainnya…

Barang-barang Penolak Balak

Setiap orang menginginkan keselamatan di dunia, maupun di akhirat. Oleh karena itu, masing-masing
orang mencari sebab untuk mendatangkan keselamatan dan kebahagiaan bagi dirinya. Hanya saja tak
semua orang mengetahui sebab yang baik dan diizinkan oleh Allah -Azza wa Jalla-. Bahkan banyak
diantara mereka sembarangan dan sembrono dalam mencari sebab, sehingga ada sebagian orang jahil
yang mengambil sesuatu yang bukan sebab keselamatan dan kebahagiaan baginya.

Realita seperti ini banyak kita temukan di lapangan kehidupan. Lihatlah sebagian orang menggunakan
“batu bertuah”, “keris sakti“, “Sabuk Bertuah”, “Permata Pelaris Dagangan“, “Rompi Penarik Hati”,
“Kopiah Penolak Bala”, “Permata Pelaris Bisnis”, “Tanduk Kucing Penyebab Kekebalan“, “Tanduk Babi”,
“Rotan Pembawa Rejeki”, dan lainnya. Semua barang-barang ini diyakini oleh sebagian orang jahil
sebagian penyebab tertolaknya bala’ (petaka), dan penyebab datangnya kebahagiaan berupa rejeki,
kesehatan, jodoh, dan lainnya. Ini adalah keyakinan jahiliah yang telah dihapus oleh Allah dengan
kedatangan Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- membawa Islam yang menghapus segala
bentuk paganisme, dan penyembahan kepada selain Allah beserta sebab-sebabnya. (Lihat Al-Qoul As-
Sadid (hal. 46))

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah. Jika Allah hendak
mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan
kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan
rahmat-Nya?. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang
berserah diri“.(QS. Az-Zumar : 38).

Syaikh Ibnu Sholih Al-Utsaimin -rahimahullah- berkata, “Syahid (dalil penguat) dari ayat ini bahwa
berhala-berhala ini tidak mampu memberikan manfaat bagi penyembah-penyembahnya, baik dalam
mendatangkan manfaat maupun menolak bala’. Berhala-berhala itu bukanlah sebab bagi hal itu. Maka
dianalogikan (disamakan) dengan berhala-berhala itu segala sesuatu yang bukan merupakan sebab
syar’iy, atau qodariy (yang ditetapkan berdasarkan taqdir). Jadi, menjadikan hal-hal itu sebagai sebab,
dianggap sebagai bentuk kesyirikian kepada Allah“. [Lihat Al-Qoul Al-Mufid (1/168)]

Jadi, tali, bebatuan, permata, keris jika semuanya dijadikan sebagai sebab yang mendatangkan
kebahagian dan penolak bala’, maka semua barang-barang itu bukanlah sebab-sebab yang dibenarkan
dalam agama kita. Bahkan itu merupakan kesyirikan kepada Allah; diharamkan dalam agama kita!!
Benda-benda itu tidak dapat mendatangkan kebahagiaan atau menolak bala’ menurut pandangan
syari’at. Jika ditinjau berdasarkan taqdir (ketentuan) Allah, maka benda-benda itu tidaklah menjadi sebab
datangnya kebahagiaan dan tertolaknya bala’.

Burhanuddin Ibrahim bin Umar Al-Biqo’iy -rahimahullah- berkata saat menafsirkan ayat di atas, “Tatkala
telah dimaklumi bahwa mereka (orang-orang kafir) terdiam dari pertanyaan ini, sebab mereka
mengetahui adanya keharusan kontradiksi saat mereka menjawab dengan kebatilan. Diantara kebatilan
agama mereka, mereka menjawab dengan kebenaran“. [Lihat Nazhm Ad-Duror fi Tanaasub Al-Ayat wa
As-Suwar (7/258)]

Perhatikanlah, ketika orang-orang kafir ditanya, apakah sembahan-sembahan mereka dapat


mendatangkan mudhorot (bala’), dan menghalangi rahmat dan kebaikan Allah, maka mereka mengakui
bahwa sembahan-sembahan mereka tak dapat melakukan hal itu!! Ini pernyataan dan penegasan orang-
orang kafir. Tragisnya di zaman ini ada sebagian orang yang mengaku “muslim”, tapi mereka mengakui
bahwa ada benda atau makhluk yang mampu mendatangkan rejeki atau menolak bala’. Padahal semua
itu telah dilarang dan dingkari oleh Allah.

Para pembaca yang budiman, ketika kita mengingkari orang yang meyakini bahwa ada yang mampu
mendatangkan manfaat dan kebahagiaan atau menolak bala’ dari selain Allah, maka sebagian orang jahil
menyangkal seraya berkata, “Kami tidak meyakini bahwa benda-benda ini dapat mendatangkan manfaat
atau menolak bala’!! Kami hanya meyakini bahwa benda-benda ini hanya menjadi sebab yang
mendatangkan manfaat dan menolak bala’, karena hanya Allah yang mampu melakukan hal itu”.

Ketahuilah bahwa ini hanyalah bualan mereka. Mereka hanya ingin menipu kaum awam yang tak
memahami agamanya dengan baik. Untuk menjawab bualan dan syubhat (kerancuan) mereka ini, maka
silakan anda dengarkan penjelasan Syaikh Ibn Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- saat beliau berkata,
“Wajib bagi seorang hamba untuk mengenal tiga perkara tentang MASALAH SEBAB. Pertama, seorang
hamba tidak menjadikan diantara sebab-sebab itu sebagai suatu SEBAB, kecuali yang telah nyata
bahwa ia adalah sebab menurut syari’at dan taqdir (ketetapan Allah). Kedua, seorang hamba tidak
bersandar kepada sebab-sebab itu, bahkan ia hanya bersandar kepada Yang Mengadakan dan
Menetapkan sebab (yakni, Allah). Di samping itu, ia tetap melakukan sesuatu yang disyari’atkan diantara
sebab-sebab itu, dan bersemangat terhadap sebab yang bermanfaat. Ketiga, seorang hamba
mengetahui bahwa sebab-sebab itu bagaimana pun besar dan kuatnya, tapi sebab-sebab itu tergantung
kepada ketentuan Allah, dan taqdir-Nya; tak akan keluar dari ketentuan-Nya“. [Lihat Al-Qoul As-Sadid
Syarh Kitab At-Tauhid (hal. 43-44)]

Jadi, barangsiapa menggunakan benda-benda yang dikeramatkan baik berupa batu, atau tali, dan
lainnya dengan maksud untuk menghilangkan bala’ setelah terjadinya, atau untuk menolak bala’ sebelum
terjadinya, maka sungguh ia telah berbuat syirik (mempersekutukan Allah dengan makhluk). Sebab jika ia
meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menghilangkan bala’, maka ini adalah syirik akbar
(besar), yaitu syirik dalam sifat rububiyyah, karena ia telah meyakini adanya sekutu bagi Allah dalam hal
penciptaan dan pengaturan makhluk; juga syirik dalam uluhiyyah (peribadahan), sebab ia telah
menghambakan diri kepada benda-benda itu, serta menggantungkan hatinya pada benda-benda itu
karena mengharapkan manfaat dan kebaikannya.

Jika seorang hamba meyakini bahwa Allah-lah yang Memberi manfaat dan menolak bala’, tapi seseorang
masih meyakni bahwa benda-benda yang dikeramatkan tersebut adalah sebab yang ia menolak bala’
dengannya, maka sungguh ia telah menjadikan sesuatu yang bukanlah sebab yang disyari’atkan dan
tidak pula ditaqdirkan oleh Allah sebagai suatu sebab. Ini adalah perbuatan yang diharamkan dan bentuk
kedustaan atas nama syari’at dan taqdir. Menjadikan benda-benda yang dikeramatkan sebagai suatu
sebab dalam menolak bala’ atau mendatangkan rejeki dan kebahagiaan merupakan perkara yang
diharamkan dalam agama kita. Oleh karenanya, Uqbah bin Amir -radhiyallahu anhu- berkata,

َّ‫س ول َ هَّللا ِ َب ا َي ْعتَ ت ِْس َع ًة َو َت َر ْكتَ َه َذا َق ال َ إِن‬ ُ ‫س َك َعنْ َوا ِح ٍد َف َقالُوا َي ا َر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّ َم أَ ْق َبل َ إِلَ ْي ِه َرهْ ٌط َف َبا َي َع ت ِْس َع ًة َوأَ ْم‬ َ ِ ‫سول َ هَّللا‬
ُ ‫أَنَّ َر‬
‫ش َر َك‬ َ ً َ ً
ْ ‫َعلَ ْي ِه َتمِي َمة َفأدْ َخل َ َي َدهُ َف َق َط َع َها َف َبا َي َع ُه َو َقال َ مَنْ َعلَّقَ َتمِي َمة َف َقدْ أ‬

“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah didatangi oleh oleh suatu rombongan. Beliau membai’at
sembilan orang, dan enggan membai’at satu orang. Mereka pun berkata, “Wahai Rasulullah, engkau
telah membai’at sembilan orang, dan meninggalkan satu orang”. Beliau bersabda, “Pada dirinya ada
jimat”. Kemudian beliau memasukkan tangannya dan memutuskan jimat itu. Lalu membai’atnya seraya
berkata, “Barangsiapa yang menggantung jimat, maka sungguh ia telah berbuat syirik“. [HR. Ahmad
dalam Al-Musnad (4/156), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (4/219), dan Al-Harits Ibn Abi Usamah dalam
Musnad-nya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (492)]

Menjadikan jimat sebagai sebab dalam menolak bala’ atau mendatangkan manfaat (kebahagiaan)
merupakan perbuatan yang diharamkan dalam agama kita sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- dalam hadits di atas.

Selain itu, jimat atau benda yang dikeramatkan lainnya, jika ditinjau berdasarkan taqdir (ketetapan Allah),
maka ia bukanlah sebab yang menolak bala’ dan mendatangkan manfaat berupa kesembuhan dan
kebahagiaan, sebab menurut tajribah (pengalaman dan eksperimen), jimat tidaklah mendatangkan
kesembuhan dan menolak marabahaya; jimat atau keris yang dikeramatkan hanyalah benda mati yang
tidak bisa berbicara atau bergerak, apalagi mau menolong orang. Inilah yang dinyatakan oleh Allah dalam
firman-Nya,

“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis
kulit ari korma. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka
mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan
mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana
yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui (Allah)”.(QS. Faathir : 13-14)

Seorang muslim tidak boleh mengharap berkah, rahmat, dan manfaat dari makhluk , sebab makhluk-
makhluk itu tak memiliki daya dan upaya, tidak bisa mendengar, dan tidak pula melihat. Kalaupun bisa,
maka ia tak mampu memenuhi permintaan kita.

Di zaman ini kita amat heran dengan adanya sekelompok orang-orang jahil yang mengharapkan hal-hal
itu dari makhluk lemah. Kalian akan heran melihat ada diantara mereka yang mendatangi kuburan para
“wali” untuk mengharap kebaikan dan berkah dari mereka. Kalian akan melihat keanehan saat
mendengar ada sebagian orang yang memandikan keris, mengolesinya dengan parfum, dan
menyimpannya di tempat yang mulia sebagaimana ia menempatkan Al-Qur’an. Semua ini mereka
lakukan karena mengharapkan berkah, kebaikan dan manfaat dari keris itu. Ini adalah bentuk paganisme
yang diharamkan oleh Allah -Azza wa Jalla- dan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-.

Kalian akan melihat keajaiban dunia yang menakjubkan saat anda menyaksikan sebagian kaum awam
mengikuti Kiyai Slamet (seekor kerbau yang dikeramatkan di Solo). Mereka bergerombol dan berdesakan
mengikuti kerbau yang hina itu demi ngalap (mencari) berkah darinya. Gilanya lagi, sebagian mereka
berebutan memungut tahi (kotoran) dari kerbau hina itu. Alangkah celakanya mereka!!!

Anda akan terheran ketika mendengar dan menyaksikan orang-orang bodoh menyiksa diri ketika antri
menunggu giliran di depan tempat tinggal PONARI demi mengharapkan berkah dan kesembuhan dari
“Batu Ajaib” milik PONARI. Demi Allah, semua ini adalah bentuk PAGANISME alias BERHALAISME
yang sangat diharamkan dalam agama kita!!! Sebab tak sesuatu pun dari selain Allah yang mampu
memberikan manfaat dan menolak bala’ dari makhluk lain. Semua makhluk tidak memiliki daya dan
upaya di sisi Allah. Minta dan berharaplah dari Allah -Azza wa Jalla-; jangan mengharap dari makhluk,
apalagi benda mati.

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Ibrahim berkata: Maka mengapakah kalian menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi
manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kalian?” Ah (celakalah) kalian dan apa
yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak memahami?” (QS. Al-Anbiyaa: 66-67)

Ayat ini membatalkan semua bentuk kemusyrikan; orang-orang musyrikin mengharapkan sesuatu dari
selain Allah dan takut kepadanya, karena mereka meyakini bahwa makhluk-makhluk yang mereka
sembah mampu mendatangkan kebaikan, dan menolak bala’. Jadi, seorang mengharap berkah dari
selain Allah juga merupakan kemusyrikan yang telah dibatalkan oleh ayat di atas.

Syaikh Sholih Ibn Abdil Aziz -hafizhohullah- berkata usai menjelaskan makna dan jenis-jenis tabarruk
(ngalap berkah) yang pernah dilakukan oleh kaum musyrikin Quraisy, “Tabarruk (ngalap berkah) yang
beragam ini seluruhnya merupakan tabarruk syirik“. [Lihat At-Tamhid li Syarh Kitab At-Tauhid (hal. 127)

Terakhir kami nasihatkan kepada kaum muslimin agar membersihkan aqidah (keyakinan)nya dari
meyakini adanya benda-benda yang dikeramatkan sebagai pembawa kebaikan dan penolak bala’.
Jauhilah keyakinan batil ini, niscaya kalian akan selamat, insya Allah.

Sumber : Darussalaf.or.id dari Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 117 Tahun III. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas Judul: Barang-barang
Penolak Bala

Baca Risalah terkait ini :


1.JIMAT-JIMAT, Benarkah dalam Agama?
2.CARA CARA MENGOBATI ORANG KESURUPAN (KEMASUKAN JIN)
3.Ngalap Berkah KYAI, Bolehkah?
4.Janganlah KAU DUAKAN Ibadahmu
5.Di Balik Meriahnya Peringatan MALAM 1 SURO
6.MENGATASI ILMU HITAM: SIHIR, SANTET, GUNA-GUNA, PELET, DAN
GANGGUAN JIN
7.HUKUM Bertanya Kepada TUKANG RAMAL, RAMAL MERAMAL, TELEPATI,
HIPNOTIS, PARANORMAL, DUKUN, ORANG PINTER, KYAI-KYAI TAHU HAL GHAIB

Anda mungkin juga menyukai