Anda di halaman 1dari 14

BELAJAR MENGHARGAI WAKTU

komunitaspedulisomalia.wordpress.com
Sering kita melihat warnet penuh dengan anak main game, asik memang. Bahkan orang
dewasa juga banyak yang hobi ngegame. Di tempat-tempat pertemuan, sambil makan
banyak juga terdengar orang ngegosip. Ada juga yang membaca komik dan novel untuk
‘membunuh waktu’. Kebanyakan kita akan menganggap biasa saja. Dan masih banyak
lagi contohnya. Padahal, minimal perbuatan-perbuatan seperti di atas adalah wujud
dari penyia-nyiaan waktu. Kalo sampai terjatuh ke dalam dosa lain seperti ghibah ya
akan menyebabkan dosa besar
(http://abumuhammadblog.wordpress.com/2013/01/16/dosa-dosa-besar-yang-tidak-
diketahuidihiraukandiperhatikan-kebanyakan-kaum-muslimin-2/).
Padahal islam sangat menghargai waktu, berikut pembahasannya.

Pentingnya Waktu
Al-Quran dan Sunnah sangat perhatian terhadap waktu dari berbagai sisi dan dengan
gambaran yang bermacam-macam. Allah shubhana wa ta’ala telah bersumpah dengan
waktu-waktu tertentu dalam beberapa surah Al Qur’an, seperti al-lail (waktu
malam), an-nahâr (waktu siang), al fajr (waktu fajar), adh-dhuhâ (waktu matahari
sepenggalahan naik), al ‘ashr (masa). Sebagaimana firman Allah shubhaana wa ta’ala,
“Demi malam apabila menutupi (cahaya) siang, dan siang apabila terang
benderang.” (QS. Al-Lail: 1-2).
“Demi fajar dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 1-2).
“Demi waktu matahari sepenggalan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS. Adh-
Dhuhâ: 1-2).
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.” (QS. Al
‘Ashr: 1-2).
Ketika Allah shubhaana wa ta’ala bersumpah dengan sesuatu dari makhluk-Nya, maka
hal itu menunjukkan urgensi dan keagungan hal tersebut. Dan agar manusia
mengalihkan perhatian mereka kepadanya sekaligus mengingatkan akan manfaatnya
yang besar.

http://abumuhammadblog.wordpress.com
1
Sunnah datang untuk lebih menekankan tentang pentingnya waktu serta berharganya
zaman. Seluruh manusia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap nikmat waktu
yang telah Allah berikan kepadanya. Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُِ ‫ َعنْ َج َس ِد ِه ِف ْي َما أَ ْبالَهُ َو َعنْ ُع ْم ِر ِه ِف ْي َما أَ ْف ََاهُ َو َعنْ َمالِ ِِ ِمنْ أَي َْن ْاْ َت َس َب‬: ‫الَ َت ُز ْو ُل َق َد ُم َع ْب ٍد َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َح َّتى يُسْ أ َ َل َعنْ أَرْ َب ٍع‬
َ ‫َو ِفيْ أَيْ َشيْ ٍء أَ َْ َف َق ُِ َو َعنْ ِع ْل ِم ِِ َْي‬
ِِ ‫ْف َع ِم َل ِف ْي‬
“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang
empat perkara; Tentang badannya, untuk apa ia gunakan, tentang umurnya untuk apa ia
habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan
tentang ilmunya bagaimana ia beramal dengannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh
Syekh Al Albani).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah mengabarkan bahwasanya waktu
adalah salah satu nikmat di antara nikmat-nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya yang
harus disyukuri. Jika tidak, maka nikmat tersebut akan diangkat dan pergi meninggal
pemiliknya.
Manifestasi dari syukur nikmat adalah dengan memanfaatkannya dalam ketaatan dan
amal-amal shaleh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ ْال َف َرا ُغ َوالصِّحَّ ُة‬:‫اس‬
ِ ََّ ‫ان َم ْغب ُْونٌ ِفي ِْه َما َْ ِث ْي ٌر م َِن ال‬
ِ ‫َِعْ َم َت‬
“Ada dua nikmat yang kebanyakan orang merugi padanya: waktu luang dan
kesehatan.” (HR. Bukhâri).
Waktu luang adalah salah satu nikmat yang banyak dilalaikan oleh manusia. Maka Anda
akan melihat mereka menyia-nyiakannya dan tidak mensyukurinya. Padahal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
َ ‫ك َق ْب َل َم ْوت‬
‫ِك‬ ُ ‫ك َق ْب َل‬
َ ‫ش ُغ ِل‬
َ ‫ك َو َح َيا َت‬ َ ‫ك َق ْب َل َف ْق ِر‬
َ َ‫ك َو َف َراغ‬ َ ‫ك َوغِ ََا‬
َ ‫ك َق ْب َل َس َق ِم‬
َ ‫ك َوصِ حَّ َت‬
َ ‫ك َق ْب َل َه َر ِم‬ ٍ ‫ا ِْغ َت ََ ْم َخمْ ًسا َق ْب َل َخم‬
َ ‫ َش َبا َب‬: ‫ْس‬
“Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum datang
masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu kayamu sebelum
datang waktu miskinmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan masa
hidupmu sebelum datang ajalmu.” (HR. Hâkim, dishahihkan oleh Al Albâni).
(http://abiaqila.wordpress.com/2009/10/18/akibat-kata-nanti-nanti-dan-
nanti/dan http://s1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_how_we_invest_our_
times.pdf)

Tinggalkanlah Hal-hal yang Tidak Bermanfaat


.»ِِ ‫« ِمنْ حُسْ ِن إِسْ الَ ِم ْال َمرْ ِء َترْ ُْ ُِ َما الَ َيعْ َِ ْي‬:‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِِ َو َسلَّ َم َقا َل‬ ِ ‫ َقا َل َرس ُْو ُل‬:‫َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هللاُ َع َْ ُِ َقا َل‬
َ ‫هللا‬
ٌ ‫ح ِدي‬.
‫ َر َواهُ ال ِّترْ ِمذِي َو َغ ْي ُرهُ َه َْ َذا‬, ٌ‫ْث َح َسن‬ َ
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan
oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya)
Makna hadits ini adalah: meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat,
merupakan sebagian dari hal-hal yang bisa mendatangkan baiknya keislaman seseorang
(Jami’ al-’Ulum, hal 208)

http://abumuhammadblog.wordpress.com
2
Standar yang harus kita gunakan untuk mengetahui apakah sesuatu itu termasuk
bermanfaat bagi kita atau tidak adalah syariat dan bukan hawa nafsu. Mengapa? Karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan “meninggalkan suatu hal yang tidak
bermanfaat” sebagai tanda dari kebaikan keislaman seseorang. Ini menunjukkan bahwa
patokan yang harus kita gunakan dalam menilai bermanfaat tidaknya suatu perbuatan
adalah syariat Islam. Hal ini perlu ditekankan karena banyak orang yang salah paham
dalam memahami hadits ini, sehingga dia meninggalkan hal-hal yang diwajibkan syariat
atau disunahkan, dengan alasan bahwa hal-hal itu tidak bermanfaat baginya (Qawa’id
wa Fawaid min al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Nadzim Sulthan, hal: 123, dan Bahjatun-
Nadzirin Syarh Riyadh ash-Shalihin, oleh Salim al-Hilaly I/142)
(http://muslim.or.id/hadits/meninggalkan-perkara-tidak-bermanfaat-1.html)
Buah dari baiknya keislaman seseorang adalah pelipatgandaan kebaikan.
Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
‫ َح َّتى َي ْل َقى‬،‫ َو ُْ ُّل َس ِّي َئ ٍة ُت ْْ َتبُ ِبم ِْثلِ َها‬،‫ف‬
ٍ ْ‫إِ َذا أَحْ َس َن أَ َح ُد ُْ ْم إِسْ الَ َم ُِ ؛ َف ُْ ُّل َح َس ََ ٍة َيعْ َمل ُ َها ُت ْْ َتبُ ِب َع ْش ِر أَ ْم َثالِ َها إِ َلى َسب ِْع مِا َئ ِة ضِ ع‬
‫هللاَ َع َّز َو َج َّل‬.
Jika salah seorang dari kalian memperbaiki keislamannya, maka setiap kebaikan yang
dia kerjakan ditulis dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, dan setiap
kesalahan yang dilakukannya ditulis dengan kesalahan yang sama hingga dia bertemu
dengan Allah Azza wa Jalla. [Shahîh. HR Muslim (no. 129)]
Satu kebaikan dilipatgandakan hingga sepuluh kali lipat merupakan suatu kepastian.
Pelipatgandaan kebaikan itu sangat terkait dengan kebaikan keislaman seseorang,
keikhlasan niat, dan kebutuhan kepada amal tersebut dan keutamaannya, seperti
menyumbang dana untuk jihad, memberi nafkah untuk keperluan haji, memberi nafkah
kepada sanak kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, dan saat-saat di mana nafkah
diperlukan.[Jâmi’ul-‘Ulûm wal-Hikam
(I/295)] (http://almanhaj.or.id/content/3344/slash/0/kebaikan-islam-seseorang-
ialah-dengan-meninggalkan-apa-apa-yang-tidak-bermanfaat/)
Contoh Hal-hal yang Tidak Bermanfaat

canbeclub.com

http://abumuhammadblog.wordpress.com
3
1. Segala macam bentuk kesyirikan, kebid’ahan, dan kemaksiatan adalah hal-hal
yang bukan saja tidak penting bahkan lebih dari itu justru memberikan kemudharatan
dan kerugian di dunia dan akhirat.
2. Ingin ikut campur urusan orang lain padahal tidak ada kaitannya dengan dia.
Contohnya adalah ikut mencuri dengar pembicaraan orang lain. Dalam hadits
dinyatakan :
ُ َُ ‫ون ِم َْ ُِ صُبَّ فِي أ ُ ُذ َِ ِِ ْاْل‬
‫ك َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة‬ َ ُّ‫ُون أَ ْو َيفِر‬ ِ َْ ُِ َ‫ث َق ْو ٍم َو ُه ْم ل‬
َ ‫اره‬ ِ ‫َو َم ِن اسْ َت َم َع إِلَى َحدِي‬
Dan barangsiapa yang menyimak percakapan satu kaum padahal mereka tidak suka
(didengar) atau akan menjauh darinya (jika tahu), akan dituangkan timah panas pada
telinganya di hari kiamat (HR Bukhari)
3. Permainan yang melalaikan dari dzikir kepada Allah. Termasuk di antara hal ini
adalah nyanyian dan musik.
َ ‫هللا ِبغَ ي ِْر عِ ْل ٍم َو َي َّتخ َِذ َها ُه ُز ًوا أُولَ ِئ‬
ٌ‫ك لَ ُه ْم َع َذابٌ م ُِهين‬ ِ َّ ‫يل‬ ِ ‫اس َمنْ َي ْش َت ِري لَه َْو ْال َحدِي‬
ِ ‫ث ِليُضِ َّل َعنْ َس ِب‬ ِ ََّ ‫َوم َِن ال‬
Dan di antara manusia ada yang membeli ‘lahwal hadiits’ untuk menyesatkan manusia
dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya sebagai bahan ejekan. Bagi mereka adzab
yang menghinakan (Q.S Luqman: 6)
Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud sampai bersumpah 3 kali bahwa yang dimaksud dengan
‘lahwal hadiits’ dalam ayat itu adalah nyanyian (Tafsir at-Thobary (20/127)).
Penafsiran ‘lahwal hadiits’ sebagai nyanyian juga berasal dari Aisyah dan Abu Umamah
Jual beli nyanyian dan pemasukan (penghasilan) dari nyanyian adalah haram,
berdasarkan hadits :
َّ‫ت َو َعنْ شِ َرائ ِِهنَّ َو َعنْ َْسْ ِب ِهنَّ َو َعنْ أَ ْْ ِل أَ ْث َماَ ِِهن‬ َّ ‫صلَّى‬
ِ ‫هللا ُ َعلَ ْي ِِ َو َسلَّ َم َعنْ َبي ِْع ا ْل ُم َغ َِّ َيا‬ ِ َّ ‫ََ َهى َرسُو ُل‬
َ ‫هللا‬
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam melarang dari membeli wanita penyanyi,
menjualnya, penghasilannya, dan dari memakan harganya (H.R Ibnu Majah dari Abu
Umamah)
Demikian juga alat-alat musik, dalam hadits dinyatakan:
‫ف‬ ِ ‫ير َو ْال َخ ْم َر َو ْال َم َع‬
َ ‫از‬ َ ُّ‫لَ َي ُْو ََنَّ ِمنْ أ ُ َّمتِي أَ ْق َوا ٌم َيسْ َت ِحل‬
َ ‫ون ْالح َِر َو ْال َح ِر‬
Sungguh-sungguh akan ada kaum-kaum dari umatku yang menghalalkan zina, sutra
(untuk laki-laki), khamr, dan alat-alat musik (H.R alBukhari)
Sahabat Nabi Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :
‫ازفُ َح َرا ٌم َو ْال ُْو َب ُة َح َرا ٌم َو ْالم ِْز َما ُر َح َرا ٌم‬
ِ ‫الدُّفُّ َح َرا ٌم َو ْال َم َع‬
Rebana adalah haram, ma’aazif (alat musik) adalah haram, Kuubah (gendang kecil)
adalah haram, dan seruling haram (riwayat alBaihaqy dalam as-Sunan al-Kubra no
21529, disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Mathoolibul ‘Aaliyah no 2247)
Demikianlah hukum alat musik secara asal. Dalam keadaan tertentu diperkecualikan,
seperti penggunaan rebana oleh penyanyi wanita kecil dengan nyanyian yang tidak
mengandung kemunkaran di hadapan para wanita pada waktu pernikahan.
4. Berlebihan dalam hal-hal yang mubah, seperti terlalu banyak makan, terlalu
banyak tidur, dan semisalnya.
َ ‫َو ُْلُوا َوا ْش َربُوا َو َال ُتسْ ِر ُفوا إِ ََّ ُِ َال ُيحِبُّ ْالمُسْ ِرف‬
‫ِين‬

http://abumuhammadblog.wordpress.com
4
Dan makan dan minumlah, jangan melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas (Q.S al-A’raaf:31)
(http://www.salafy.or.id/tinggalkan-hal-yang-tidak-penting/)
5. Kebanyakan dari hobi-hobi yang menyianyiakan waktu dan harta.
6. Membaca kisah-kisah (termasuk novel-ed), riwayat-riwayat, dan makalah yang
tidak beradabyang akan mempengaruhi tabiat terhadap jalan-jalan yang diharamkan.
(http://kang-ihsanth.blogspot.com/2012/04/meninggalkan-hal-yang-tidak-
bermanfaat.html)
Baca juga http://muslim.or.id/hadits/meninggalkan-perkara-tidak-bermanfaat-1.html
dan http://muslim.or.id/hadits/meninggalkan-perkara-tidak-bermanfaat-2.html

Dengan Apa Kita Dapat Memanfaatkan Waktu?


Amalan-amalan untuk memanfaatkan waktu sangatlah banyak. Hendaklah seorang
muslim memilih apa yang sesuai dan mudah baginya, diantaranya
(http://s1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_how_we_invest_our_times.pdf
):
1. Menghafal kitab Alloh dan mempelajarinya. Ini adalah cara terbaik, Nabi
sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Yang terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”
(HR Bukhori)
2. Menuntut ilmu, baik dengan menghairi ceramah, mendengarkan kaset, ataupun
membaca buku yang sarat dengan faedah
3. Berdzikir kepada Alloh, Nabi sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Hendaklah lidahmu selalu basah oleh dzikir kepada Alloh” (HR Ahmad dan dishahihkan
oleh Syaikh Albani)
Baca: Menanam Pohon di Surga dan Memperberat Mizan Kebaikan (Dzikir yang Mudah
dan Singkat tapi Mempunyai Manfaat yang Sangat Besar)
Lebih mantap jika menonton kajian ini: www.youtube.com/watch?v=A8N1RukkZhQ
4. Memperbanyak amalan sunnah untuk meraih kecintaan Alloh
“Terus-menerus hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan sunnah,
sehingga Aku mencintainya (HR. Bukhori)
5. Berdakwah kepada Alloh dan amar ma’ruf nahi munkar
6. Mengunjungi kerabat (silaturahim). Ini juga merupakan sebab dilapangkannya rizki
dan panjang umur
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya, hendaklah dia
menyambung silaturahmi” (HR Bukhori)
7. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mempelajari sesuatu yang
bermanfaat untuk kehidupan dunia.

http://abumuhammadblog.wordpress.com
5
Kaidah dalam Mengoptimalkan Pemanfaatan Waktu
Agar waktu yang kita miliki dapat bermanfaat secara optimal, maka perhatikanlah
kaidah-kaidah berikut ini
(http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihathadits&id=190):
1. Memanfaatkannya dengan sesuatu yang paling penting kemudian yang penting,
jangan sibuk dengan sesuatu yang rendah dan tidak bermanfaat dan meninggalkan
sesuatu yang bermanfaat (menggunakan skala prioritas)
2. Menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu mubah, karena hal itu
akan menyebabkan kita menyia-nyiakan waktu, kalau kita melakukannya tidak dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena hal yang
mubah/boleh bisa menjadi ibadah kalau diniatkan karena Allah.
3. Bersungguh-sungguh untuk mendapatkan waktu yang telah Allah istimewakan
dengan kekhususan-kekhususan tertentu dari waktu-waktu yang lain, sebagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengistimewakan tempat-tempat tertentu dibandingkan
yang lainnya dan mengistimewakan hari tertentu dari yang lainnya, bulan tertentu dari
yang lainnya, seperti Ramadhan diistimewakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
bulan-bulan yang lainnya.
Baca http://abumuhammadblog.wordpress.com/2013/01/17/cara-melipatgandakan-
pahala-amal-sholih-2/
dan http://abumuhammadblog.wordpress.com/2013/01/17/cara-melipatgandakan-
pahala-amal-sholih-3/
4. Menghindari dan mewaspadai hal-hal yang menjadi perusak waktu, yang paling
berbahaya adalahpanjang angan-angan di dunia dan tertipu dengan amalan-
amalannya (merasa amal shalihnya telah banyak), berprasangka baik dengan dirinya,
teman yang buruk, kelalaian dan menunda-nunda amalan baik.
Kajian tentang hal ini bisa didownload di http://kajian.net/kajian-
audio/Ceramah/Abdullah%20Zaen/Tinggalkan%20Hal%20Yang%20Tidak%20Berma
nfaat

Belajar Memanfaatkan Waktu dari Para Ulama

http://abumuhammadblog.wordpress.com
6
Para salafus soleh meninggalkan banyak pelajaran berharga dalam menghargai waktu.
Berikut ini “secuil” nukilan dari kesibukan para ulama (semoga kita dapat mengambil
pelajaran):
1. Imam Abu Hanifah (80 – 150 H)
Asad bin Amr berkata: “Abu Hanifah shalat Isya” dan Shubuh dengan sekali wudhu”
selama 40 tahun.
Abu Yusuf berkata: “Abu Hanifah selalu menghidupkan malam dengan shalat dan do”a.”
(Disalin dari Majalah al-Furqon Ed.8 th.V 1427 H/ 2006 M melalui perantaraan
file Biografi Imam Empat [ Imam Al-Arba’ah ] yang diunduh
dari ibnumajjah.wordpress.com)
Jauh banget lah dengan kita!
2. Imam Asy-Syafi’i (150 – 204 H)
Dalam usia 7 tahun Imam Asy-Syafi’i selesai menghafal Al-Qur’an dan usia 10 tahun
beliau hafal Al-Muwaththa’ karya Imam Malik, usia 15 tahun dengan izin gurunya yang
bernama Muslim bin Khalid Az-Zanji untuk berfatwa. Beliau juga banyak menghafal
syair-syair Hudzail. Setelah itu beliau pergi ke Madinah untuk belajar fiqih dari Imam
Malik bin Anas hingga Imam Malik wafat tahun 179 H, setelah itu beliau belajar dari
Sufyan bin ‘Uyainah. (File Biografi Imam Empat [ Imam Al-Arba’ah ] yang diunduh
dari ibnumajjah.wordpress.com)
Kita umur 15 tahun mah kerjaannya main terus!
Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan
perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis
banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut
al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-
Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan
oleh Ibnu an-Nadim dalam al-Fahrasat. Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya
adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-
Jadidah (yang telah direvisi) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya
dalam syariat. (http://muslim.or.id/biografi/imam-syafii-sang-pembela-sunnah-dan-
hadits-nabi.html)
Ibadahnya kayak gini. Al – Husain Al Karabisi berkata, ”Aku bermalam bersama Asy
Syafi’i selama delapan puluh malam, dia selalu sholat sekitar sepertiga malam. Dalam
sholatnya, aku juga tidak pernah melihatnya membaca Al-Qur’an kurang dari 80 ayat,
kalau pun lebih tidak lebih dari seratus ayat, ketika membaca ayat yang berisi rahmat,
maka ia selalu berdoa untuk dirinya dan orang mukmin semuanya. Dan ketika membaca
ayat yang berisi adzab, maka ia selalu memohon perlindungan dari Allah untuk dirinya
dan orang mukmin semuanya. Kalau aku perhatikan, maka seolah olah rasa takut dan
penuh harap berkumpul dan bersatu menjadi satu dalam dirinya.
(http://abualbinjy.files.wordpress.com/2008/03/biografi-imam-syafii.pdf)
Dengerin kajian biografi Imam Syafi’i
disini http://bacasalaf.wordpress.com/2012/06/29/biografi-imam-syafii-dalam-mp3/
dan http://ahsan.tv/kajian/Z/12-ustadz-abu-zubair-hawaary/31-biografi-ulama/431-
biografi-imam-syafii-rahimahullah.html

http://abumuhammadblog.wordpress.com
7
3. Imam Ahmad bin Hanbal (164 – 241 H)
Sebagaimana ulama yang lain, beliau sangat tekun dalam menuntut ilmu. Beliau
menuntut ilmu kepada Imam Syafi‘i, Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin
al-Jarrah, Yahya al-Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain. Ketekunannya itu
menyibukkannya dari hal-hal lain sampai-sampai beliau baru menikah setelah berumur
40 tahun.
Beliau menyusun kitabnya yang terkenal, al-Musnad, dalam jangka waktu
sekitar 60 tahun. Beliau juga menyusun kitab tentang tafsir, tentang an-nasikh dan al-
mansukh, tentang tarikh, tentang yang muqaddam dan muakhkhar dalam Alquran,
tentang jawaban-jawaban dalam Alquran. Beliau juga menyusun kitab al-Manasik ash-
Shagir dan al-Kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-Radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-
Zindiqah (Bantahan kepada Jahmiyah dan Zindiqah), kitab as-Shalah, kitab as-Sunnah,
kitabal-Wara‘ wa al-Iman, kitab al-‘Ilal wa ar-Rijal, kitab al-Asyribah, satu juz
tentang Ushul as-Sittah, Fadha’il ash-Shahabah.
(http://ahsan.tv/artikel/ulama/biografi/528-biografi-imam-ahmad-bin-hambal.html)
Jangan tanya soal ibadahnya, beliau adalah seorang yang sangat kuat ibadahnya. Putra
beliau yang bernama Abdullah menceritakan tentang kebiasaan ayahnya: ” Dahulu
ayahku shalat sehari semalam sebanyak 300 rakaat. Dan tatkala kondisi fisik beliau
mulai melemah akibat pengaruh dari penyiksaan yang pernah dialaminya maka beliau
hanya mampu shalat sehari semalam sebanyak 150 rakaat!” Suatu hari ada salah
seorang murid beliau menginap di rumahnya. Maka beliau menyiapkan air untuknya
(agar ia bisa berwudhu). Maka tatkala pagi harinya, beliau mendapati air tersebut masih
utuh, maka beliau berkata: “Subhanallah, seorang penuntut ilmu tidak melakukan dzikir
pada malam harinya?”
Abdullah mengatakan: … Ayah tidak pernah meninggalkan puasa Senin-Kamis dan
puasa ayyamul bidh (puasa tiga hari, tanggal 13, 14, 15 dalam bulan Hijriyah).
Dalam riwayat lain beliau berkata: “Ayah membaca Al-Qur’an setiap harinya 1/7 Al-
Qur’an.
(http://assunnah-qatar.com/artikel/tokoh-islam/663-mengambil-tauladan-dari-imam-
ahmad-bin-hanbal.html)
Lihat juga yang lebih lengkap disini http://ahlussunnahtegal.com/2012/05/al-imam-
ahmad-bin-hambal-rahimahullah/
Coba kita instrospeksi diri kita: Apakah kita pernah sangat tekun menyusun suatu kitab
sampai bertahun-tahun (kalo bisa)? Sebagus apa kita sholat malam (itu pun kalo sholat
malam)? Rutinkah kita puasa sunnah? Berapa lembar kita membaca Al-Qur’an setiap
hari (itu pun kalo kita rutin membaca dan mempelajari Al-Qur’an)?
4. Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari (--223 – 310 H)
Sepanjang hidupnya tercatat telah mengumpulkan 358 ribu halaman dari berbagai
karangannya. Jika kita perkirakan masa kanak-kanak beliau sebelum baligh (14 tahun),
maka dapat disimpulkan beliau menulis 14 halaman setiap harinya. Begitu
perhatiannya beliau dengan waktu, sampai-sampai ketika kira-kira sejam sebelum
kematiannya beliau masih menyempatkan diri menulis suatu do`a yang baru ia dengar
dari Ja`far bin Muhammad.
(http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Urgensi_Waktu_dan_Muhasab
ah.pdf)

http://abumuhammadblog.wordpress.com
8
Coba bandingkan dengan kita (sekalipun yang gemar menulis), jumlah 14 halaman per
hari sangat sulit kita selesaikan kecuali sebatas ‘copas’.
5. Imam Nawawi (631 – 676 H)
Beliau tidur dengan bersandarkan sebuah buku yang ditegakkan pada dagunya, begitu
buku itu terjatuh maka beliau terjaga dan kembali menggoreskan tintanya.
(http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Urgensi_Waktu_dan_Muhasab
ah.pdf)
Kok gak kayak kita ya, mudah tidur?! Paling ngegame atau nonton bola biar tidak
mengantuk?!
Ketika berumur 10 tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa
bermain oleh teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis
karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi
orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang
besar kepada umat Islam.
Semasa tinggal di madrasah Ar-rawahiyyah di dekat Al-Jami’ Al-Umawiy,
jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia
menghadiri 12 halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Ia pun
mengungguli teman-temannya yang lain.
Ia berkata: “Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya, baik penjelasan
kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada kata-kata. Dan Allah telah
memberikan barakah dalam waktuku.” [Syadzaratudz Dzahab 5/355].
Diantara syaikh beliau: Abul Baqa’ An-Nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy,
Abu Ishaq Al-Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-
Maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid beliau: Ibnul ‘Aththar Asy-Syafi’iy, Abul
Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib Asy-Syafi’iy, Abul ‘Abbas Al-Isybiliy dan Ibnu ‘Abdil
Hadi. (http://muslim.or.id/biografi/biografi-ringkas-imam-nawawi.html)
Coba perhatikan diri kita saat berumur 10 tahun, hampir semua waktu luang kita
habiskan dengan bermain, sama sekali tidak terlintas dalam benak kita untuk belajar
agama. Perhatikan juga diri kita sekarang, sudahkah setiap hari kita mempelajari ilmu
agama yang bermanfaat?
Baca juga biografi Imam Nawawi
disini: http://solihin87.abatasa.com/post/detail/8757/biografi-imam-nawawi.html
6. Majduddin Abu al-Barakat `Abdussalam
Kakek dari Imam Ibnu Taimiyah ini, tiap kali masuk ke WC, beliau memerintahkan
anaknya (orang tua Imam Ibnu Taimiyah) untuk membacakan suatu kitab dengan suara
keras, hingga terdengar
olehnya. (http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Urgensi_Waktu_dan_
Muhasabah.pdf)
7. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 – 728 H)
Tak aneh jika sikap sang kakek tersebut tertular kepada cucunya. Suatu ketika Imam
Ibnu Taimiyah jatuh sakit, dokter menyarankan agar beliau untuk sementara waktu
menghentikan dulu kegiatan belajar mengajarnya karena hal itu dikhawatirkan dapat
memperparah kondisinya. Berkata Imam Ibnu Taimiyah kepada dokternya, “bukankah
jika jiwa yang bahagia dan gembira dapat memperkuat daya tahan tubuh”, sang dokter

http://abumuhammadblog.wordpress.com
9
membenarkannya.
“Maka sesungguhnya jiwaku merasa tenang jika berinteraksi dengan ilmu, dan tubuhku
terasa kuat dan hanya dengan itu saya dapat
beristirahat.” (http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Urgensi_Waktu_
dan_Muhasabah.pdf)
Apakah kita bersemangat belajar ilmu agama? Kebanyakan kita belajar agama cuma
dari khotib jumat yang menyampaikan hal-hal umum yang kebanyakan kita sudah tau,
gimana ilmu kita mau berilmu?!
Ibnu Taimiyah sudah menyibukkan diri dengan ilmu agama mulai dari kecil. Waktu
kecil, ayahnya ingin membawa anak-anaknya rekreasi ke sebuah taman, lalu beliaupun
berkata kepada Syaikhul Islam: ‘Hai Ahmad, engkau berangkat bersama saudara-
saudaramu untuk bersantai.’ Tapi Ibnu Taimiyah memberi alasan kepada ayahandanya,
sedangkan ayah beliau terus mendesak. Syaikhul Islam tetap menolak: ‘Saya ingin ayah
memaafkan saya untuk tidak keluar.’ Akhirnya sang ayah meninggalkannya dan
berangkat bersama saudara-saudara beliau yang lain. Mereka menghabiskan hari itu di
taman tersebut, dan kembali menjelang sore. (http://asysyariah.com/sejarah-hidup-
syaikhul-islam-ibnu-taimiyah.html)
Pada umurnya yang ke -17 tahun, beliau sudah siap mengajar dan berfatwa, amat
menonjol dalam bidang tafsir, ilmu ushul dan semua ilmu-ilmu lain, baik pokok-
pokoknya maupun cabang-cabangnya, detailnya dan ketelitiannya.
(http://artikelassunnah.blogspot.com/2009/10/syaikh-ibnu-
taimiyyah.html#.UQhu3791_j4)
Coba cek orang-orang yang mencela seenaknya tentang imam besar ini, waktu kecil
para pencela itu digunakan untuk apa? bermain-main atau menuntut ilmu, tidakkah
mereka tahu siapa yang dicela?
Waktu beliau dihabiskan dengan jihad dengan pena dan lisan. Beliau rahimahullah telah
berdiri di depan musuh-musuh Islam dari penganut berbagai agama, aliran, isme yang
batil, dan ahlul bid’ah bagaikan gunung yang kokoh. Kadang dengan perdebatan
langsung, terkadang pula melalui tulisan. Beliau menghancurkan syubhat-syubhat
(racun pemikiran) mereka dan mengembalikan tipu daya mereka –bihamdillah-. Beliau
menghadapi ahli filsafat, bathiniyyah baik dari golongan sufiyyah, isma’iliyyah,
nashiriyyah, dan selain mereka. Sebagaimana beliau juga menghadapi rafidhah dan
golongan yang sesat (atheis). Beliau hancurkan syubhat-syubhat ahlul bid’ah yang
diadakan di sekeliling masyahid (kuburan yang ramai untuk diziarahi), kuburan secara
umum, dan semacamnya. Sebagaimana beliau menghadapi jahmiyyah, mu’tazilah, dan
beliau membantah ahlul kalam dan asya’iroh. Orang yang melihat sisi ini dari kehidupan
beliau hampir-hampir menegaskan tidak ada lagi waktu yang sia-sia yang tersisa dalam
kehidupan beliau. (http://yufidia.com/ibnu-taimiyyah)
Jumlah Total Karya Ibnu Taimiyah 621 yang mana banyak hasil karyanya telah hilang.
(http://situs.assunnah.web.id/2008/01/02/biografi-syaikhul-islam-ibnu-taimiyah-
tamat/)
Karya-karyanya bukan hanya berisikan ilmu diniyyah tapi juga ilmu dunia.
Alhamdulillah, sebagian besar karya-karya beliau telah dicetak dan mencapai
sekitar 200 jilid.
Majmu’ Fatawa yang merupakan kumpulan fatwa-fatwa beliau dan tergolong karya
yang paling terkenal, mencapai 35 jilid, yang telah diterbitkan oleh beberapa penerbit.

http://abumuhammadblog.wordpress.com
10
Menurut asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rohimahulloh, karya-karya
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdulhalim bin Taimiyah sangat lengkap dan meliputi
seluruh bidang ilmu yang sahih (benar), mengumpulkan ilmu-ilmu dasar (ushul atau
aqidah) dan cabang-cabangnya, ilmu-ilmu naql (syariat) dan ‘aql (akal), akhlak dan
adab, lahir maupun batin. Mengumpulkan antara tujuan-tujuan akhir dan sarana-
sarananya, antara masalah-masalah dan dalil-dalilnya, antara hukum-hukum dan
keterangan hikmah-hikmah serta rahasianya. (http://asysyariah.com/berenang-di-
samudra-ilmu-ibnu-taimiyah.html)
Penguasaan Ibnu Taimiyah dalam beberapa ilmu sangat sempurna, yakni dalam tafsir,
aqidah, hadits, fiqh, bahasa arab dan berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam
lainnya, hingga beliau melampaui kemampuan para ulama zamannya.
Al-‘Allamah Kamaluddin bin Az-Zamlakany (wafat th. 727 H) pernah berkata: “Apakah
ia ditanya tentang suatu bidang ilmu, maka siapa pun yang mendengar atau melihat
(jawabannya) akan menyangka bahwa dia seolah-olah hanya membidangi ilmu itu,
orang pun akan yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menandinginya”. Para
Fuqaha dari berbagai kalangan, jika duduk bersamanya pasti mereka akan mengambil
pelajaran bermanfaat bagi kelengkapan madzhab-madzhab mereka yang sebelumnya
belum pernah diketahui. Belum pernah terjadi, ia bisa dipatahkan hujahnya. Beliau
tidak pernah berkata tentang suatu cabang ilmu, baik ilmu syariat atau ilmu lain,
melainkan dari masing-masing ahli ilmu itu pasti terhenyak. Beliau mempunyai goresan
tinta indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pem- bagian kata dan penjelasannya sangat
bagus dalam penyusunan buku-buku.”
Adz-Dzahabi berkata: “Dia mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai rijal
(mata rantai sanad), Al-Jarhu wat Ta’dil, Thabaqah-Thabaqah sanad,
pengetahuan ilmu-ilmu hadits antara shahih dan dhaif, hafal matan-matan hadits
yang menyendiri padanya ….. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang bisa
menyamai atau mendekati tingkatannya …..
Bagaimana kesibukan beliau di penjara? Beliau berada di penjara ini selama dua tahun
tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit 20 hari lebih. Selama dalam penjara
beliau selalu beribadah, berdzikir, tahajjud dan membaca Al-Qur’an. Dikisahkan, dalam
tiap harinya ia baca tiga juz. Selama itu pula beliau sempat menghatamkan Al-Qur’an
delapan puluh atau delapan puluh satu
kali. (http://artikelassunnah.blogspot.com/2009/10/syaikh-ibnu-
taimiyyah.html#.UQhu3791_j4)
Melihat keluasan dan kedalaman ilmu beliau, bayangkan (kalo bisa) ketekunan beliau
dalam menuntut ilmu!
8. Ibnu Al-Qayyim (691 – 751 H)
Beliau tidak rela kehilangan waktunya karena safar (suatu perjalanan), sehingga
selama safarnya beliau mengisinya dengan menulis sehingga menghasilkan
karya Zaadul Ma`ad.
(http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_Urgensi_Waktu_dan_Muhasab
ah.pdf)
Kisah di atas bisa didapati di muqodimah Zaadul Ma’ad. Zaadul Ma’ad itu 4 atau 5
jilid lho, cuma beliau tulis saat safar. Btw, kalo kita sedang safar (misalnya pulang
kampung), ngapain coba, gak bisa copass lagi kan? karena ilmu kita hanya sebatas ‘fii
suthuur’ (di tulisan: buku atau komputer), bukan ‘fii-shuduur’ (menetap di dalam dada).

http://abumuhammadblog.wordpress.com
11
Beliau mempelajari hadits dan sibuk dengan ilmu. Dia menguasai berbagai cabang ilmu,
utamanya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu ushuluddin, bahasa Arab, ushul fikih, ilmu fikih,
menguasai perbedaan pendapat para ulama dan mazhab-mazhab salaf.
(http://kaahil.wordpress.com/2009/06/06/biografi-ibnu-qoyim-al-jauziyah/)
Cukuplah dengan melihat karya-karya beliau yang sangat banyak (lihat
disini:http://kaahil.wordpress.com/2009/06/06/biografi-ibnu-qoyim-al-
jauziyah/ danhttp://artikelassunnah.blogspot.com/2010/02/biografi-imam-ibnul-
qoyyim-al-jauziyyah.html#.UQo_wL91_j4), sehingga kita dapat mengetahui betapa
sibuknya beliau bergelut dengan ilmu.
9. Syaikh Albani (1333 – 1420 H)
Syeikh al-Albani sangat cinta terhadap dunia hadits. Beliau menghabiskan waktunya di
Perpustakaan adh-Dhahiriyah (Damaskus), di samping juga meminjam buku-buku dari
beberapa perpustakaan khusus. Beliau betah berlama-lama dalam perpustakaan adh-
Dhahiriyah yang setiap harinya mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat mentelaah
kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu sholat tiba. Untuk makannya, seringkali hanya
sedikit makanan yang dibawanya ke perpustakaan. Hal ini dijalaninya sampai bertahun-
tahun.
Karya-karya beliau amat banyak, diantaranya ada yang sudah dicetak, ada yang masih
berupa manuskrip dan ada yang mafqud (hilang), semua berjumlah 218 judul.
Di samping itu, beliau juga memiliki kaset ceramah, kaset-kaset bantahan terhadap
berbagai pemikiran sesat dan kaset-kaset berisi jawaban-jawaban tentang berbagai
masalah yang bermanfaat. (http://al-madina.s5.com/Kisah/Biografi_Albani.htm)
Melihat gambaran sekilas tersebut, begitu tampak bahwa beliau sangat menghargai
waktu.

Dialog Penulis dengan Seorang Akhil Fadhil/Ustadz Hafidzohullohu Ta’ala


Ini merupakan kisah nyata yang pernah penulis (Abu Muhammad) alami. Berikut
kisahnya, semoga bermanfaat dapat diambil ibrohnya.
26 Desember 2012, saat itu saya menjadi lebih sadar akan pentingnya menghargai
waktu. Sebelumnya saya memang bertanya macam-macam dengan beliau tentang hal-
hal teknis terkait kuliah di Saudi, seperti syarat-syarat applynya, TOEFL dan ‘tetek
bengeknya’, biaya hidup, tiket, dll, yang memang kalo dipikir-pikir pertanyaan saya
tersebut tidak perlu dan ‘bawel’, berikut jawaban dari ustadz tersebut: (asli ‘copas’ dari
email, yang huruf miring adalah perkatan beliau)
Waktu itu kutanya apakah beliau bisa kuhubungi kalau sudah pulang ke Indonesia
“Kalau sy ada waktu luang, bisa. Sy di Indonesia, lbh sibuk dari di Saudi krn sy ngurus
pesantren di desa saya.”
Ternyata beliau tidak terlalu suka dipanggil mas oleh orang yang tidak dikenal
“Sy memang agak risih kalau tidak kenal namun sok akrab, apalagi kurang
menghargai waktu saya. Afwan.”
Inilah nasihat emas beliau
“Dan sy rasa pertanyaan2 yg ditanyakan sebenarnya tidak perlu ditanyakan, sebagian
sudah sy jelaskan di web sy. Jadi, itu dapat menghemat waktu saya. Mohon maaf

http://abumuhammadblog.wordpress.com
12
sekali, aktifitas sy itu begitu padat. Setiap melihat email ada, sy harus balas. Walaupun
singkat2. Karena bukan email antum sj yg saya jawab, puluhan email setiap hari harus sy
reply. Namun kalau kesannya dari awal sdh membuat sy risih. Jadinya sy kurang suka
untuk meladeni selanjutnya. Jadi yg sy minta, mohon yg urgent2 sj yg ditanyakan. Adapun
tanya TOEFL di mana? Diterima atau tidak? Ini pertanyaan teknis, yg banyak orang sudah
tidak perlu menannyakannya lagi.”
Kalo terkesan agak ketus ya wajar, lha wong saya sudah membuat beliau risih duluan
(lihat baris kedua dari bawah)
Selanjutnya saya sadar akan betapa sibuknya beliau hafidzohullohu ta’ala. berkut ini
kesibukannya:
1. Mengasuh 5 situs islami, penulis amati, beliau hampir setiap hari posting
(mengupload tulisan)
2. Kuliah s2 di Saudi
3. Dai dan pengajar bahasa arab dasar
4. Pekerja magang
5. Pemimpin pondok pesantren
6. Kajian tematik bersama para ustadz mahasiswa pascasarjana di Saudi
7. Durus (kajian) harian dan / atau pekanan serta dauroh bersama para ulama di Saudi
Arabia
Coba bayangkan kesibukan beliau, pantes kan kalo pertanyaan-pertanyaan tidak
penting saya membuat beliau risih (bahkan waktu itu saya merasa dimarahi)
‘Ala kulli hal, saya beruntung mendapat nasihat ini, dengan nasihat ini pula saya
menggunakan sebagian waktu luang untuk ngeblog. Bagaimanapun nasihat ini seperti
membangunkan saya dari tidur selama ini dari menyepelekan waktu. Hal tersebut lebih
dikarenakan kekurang-bergaulan saya dengan para asatidz.
Memang seharusnya kita banyak bergaul dengan orang-orang yang menghargai waktu
dan berusaha menjauhi orang-orang yang menyepelekan waktu.
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kenalilah seseorang dengan melihat dengan siapa ia
berteman, karena orang yang menemaninya adalah semisal dengannya.”
(http://abiaqila.wordpress.com/2009/10/18/akibat-kata-nanti-nanti-dan-nanti/)
Alhamdulillah dan syukron kepada Akhil Fadhil / Ustadz tersebut hafidzohullohu ta’ala,
semoga Alloh yang berada di atas ‘Arsy selalu melimpahkan rahmat dan taufiqnya
kepada saya dan beliau.
Btw, meskipun saya tidak menyebutkan nama beliau, tapi yang biasa membaca tulisan
beliau pasti tahu siapa beliau. Seandainya beliau membaca tulisan ini, saya berharap
beliau mengizinkan untuk memuat email yang saya tulis di atas, karena email ini
memuat faedah bagi saya dan semoga juga kepada siapa saja yang membaca tulisan ini.

http://abumuhammadblog.wordpress.com
13
Penutup

cafe-islamicculture.blogspot.com
Yahya bin Muhammad bin Hubairah berkata: ”Waktu akan semakin berharga bila
dijalankan dengan baik, dan aku melihat waktu itu sesuatu yang paling mudah untuk
kita lalaikan” (Dzail Thabaqatil Hanabilah I/281)
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Aku tidak senang melihat seseorang yang menganggur,
tidak mengurus urusan dunia maupun akhirat” (Siyar A’lam An Nubala I/496)
Memanfaatkan waktu bagi seorang muslim bisa juga mengerjakan kebajikan sesegera
mungkin. Dan tidak menunda-nunda kebaikan itu.
Sebagaimana nasihat Hasan Al Bashri, “Jangan lagi katakan ‘Besok, besok’ karena kamu
tidak pernah tahu, kapan kamu akan kembali menemui Rabbmu” (Hilyatul
Auliya’ 2/140)
Jangan biarkan umur kita pergi sementara kita belum melakukan apa-apa.
“Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu ini tidak lain hanyalah perjalanan waktu;
setiap kali waktu berlalu, berarti hilanglah sebagian dirimu” (Hasan Al Bashri,
sebagaimana dinukil dalam Siyar A’lam An Nubala 1/496). (http://cafe-
islamicculture.blogspot.com/2011/10/manfaatkan-waktu-ala-generasi-salaf.html)
Al-Imam asy-Syafi’i berkata: “Barangsiapa yang ingin Allah membukakan dan
menerangi hatinya, hendaknya ia meninggalkan ucapan yang tidak berguna dan
menjauhi kemaksiatan” (Tahdziibul Asmaa’ karya al-Imam anNawawy (1/79)
Saif al-Yamani menyatakan: “Sesungguhnya salah satu tanda bahwa Allah berpaling dari
seorang hamba adalah Allah jadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak berguna”
(Thobaqoot al-Muhadditsiin bi Asbahaan karya Abusy Syaikh al-Asbahaany (3/150).
(http://www.salafy.or.id/tinggalkan-hal-yang-tidak-penting/)
Semoga Alloh selalu melimpahkan rahmat dan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga
kita bisa memanfaatkan sisa umur kita dengan amal yang bermanfaat. Semoga Sholawat
dan Salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad berserta sahabatnya dan orang-
orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.

Abu Muhammad
Palembang, 20 Robi’ul Awwal 1434 H / 1 Februari 2013

http://abumuhammadblog.wordpress.com
14

Anda mungkin juga menyukai