PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah Shalat merupakan ibadah yang paling besar dalam mendekatkan
para ’abid (hamba) kepadaMa’budnya (Allah), dan seteguh shalih (pertumbuhan)
yang menghubungkan makhluk manusia dengan Khalid-nya, namun keadaan sekarang
di lingkungan kita ini pemahaman mengenai kedudukan salat semakin memudar masa
demi masa. Sikap dan perilaku orang yang mengaku beragama Islam terhadap Salat
amat beragam. Ada yang Salat, ada yang tidak Salat, ada pula yang kadang-kadang
Salat, dan tanpa merasa berdosa tidak mengerjakan Salat. Sekarang kita dapat
menerawang diri kita berada di posisi manah sebenarnya, apakah kita komitmen akan
Salat kita ataukah kita menganggap Salat itu ritual formalitas belaka. Dari hal tersebut
kita juga dapat menilai orang-orang yang berada di sekitar kita, apakah mereka
komitmen sama dengan kita ataukah sama saja menganggap Salat adalah ritual
formalitas saja.
Allah Ta’ala telah mengancam kepada orang yang meninggalkan Salat, bahkan
Rasulullah Sallallahi’laihi wa Sallam menggolongkannya termaksud ke dalam orang
yang kufur, sebagaimana Sabda beliau “Sesungguhnya pembeda antara seorang
Muslim dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan Salat”. Orang yang
meninggalkan Salat itu mempunyai dua kemungkinan: Pertama, mungkin ia
meninggalkan Salat karena menolak kewajibannya atau mengingkarinya. Kedua,
mungkin orang itu meninggalkan Salat karena enggan dan malas mengerjakannya
sementara ia masih mengakui kewajiban Salat itu baginya.
Sebagai umat Muslim khususnya para pemuda penerus perjuangan Islam
kedepannya, kita semua mesti sadar akan fenomena yang terjadi dimasa kita ini.
Bergaul dengan orang-orang Shalih adalah jalan yang dapat kita tempuh untuk
memperbaiki kekeliruan kita terhadap kedudukan salat selama ini. Sebagaimana hal
yang dapat membentuk pola perilaku kehidupan kita melalui pergaulan itu sendiri.
Termaksud halnya dengan pergaulan yang membengkok, pergaulan yang salah
tersebut dapat menjerumuskan siapa saja dalam kezaliman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian shalat?
2. Apa dalil larangan meninggalkan shalat?
3. Apa akibat dari meninggalkan Salat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui makna shalat
2. Mengetahui dalil dalil tentang larangan meninggalkan shalat
3. Mengetahui dampak dari akibat meninggalkan shalat
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi Shalat
Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan,
menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Salat memiliki kedudukan
yang tinggi dalam Islam. Dengan Salat kita menghambakan diri kita sepenuhnya kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Perlu juga kita pahami bahwa kewajiban melaksanakan Salat sangat berkaitan erat
dengan Amalan di dalam Islam lainnya dimana bila seorang tersebut giat berpuasa, ringan
dalam berinfaq, bahkan sering berhaji namun ia tak melaksanakan Salat maka Amalan
yang ia kerjakan tersebut secara tidak langsung maka akan tertolak karena ia tidak
melaksanakan hal pokon atau wajib sebelum melaksanakan yang ditekankan dalam
beramal yaitu Salat.
B. Hadits meninggalkan Shalat
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu -bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, beliau
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ََص َال َةَُفَإ َذاَت َ َر َك َهاَفَقَ َْدَأَش َْرك
َّ بَيْنَََال َعبْدََ َوبَيْنَََال ُك ْفرََ َواإل ْي َمانََال
“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat.
Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobariy
dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At
Targib wa At Tarhib no. 566)
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُصالَ َة َ سالَ َُمَ َو
َّ ع ُمو ُد َهَُال َُ َْرأ
ْ سَاأل َ ْمرََاإل
”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.”
(HR. Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if
Sunan At Tirmidzi)
Dalam hadits ini, dikatakan bahwa shalat dalam agama Islam ini adalah seperti
penopang (tiang) yang menegakkan kemah. Kemah tersebut bisa roboh (ambruk)
dengan patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, bisa ambruk dengan hilangnya
shalat.
Dalam dua kitab shohih, berbagai kitab sunan dan musnad, dari Abdullah bin
’Umar radhiyallahu ’anhuma. Beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam bersabda,
http://pai3-4uin-alauddin-13.blogspot.co.id/
https://rumaysho.com/4927-bahaya-meninggalkan-shalat-2-dalil-hadits.html
http://reiinaariintharexandriia.blogspot.co.id/2012/09/larangan-meninggalkan-
shalat.html