Anda di halaman 1dari 64

Penetapan Fatwa

Produk Halal Komisi


Fatwa MUI
Shofiyullah Muzammil
Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat
Nama : Dr. H. Shofiyullah Muzammil, M. Ag.

NIP/Pangkat : 197105282000031001/IVB

Alamat : Jln Manggis no 62A RT 06 RW 28 Gaten CC Depok Sleman,


Yogyakarta

Biografi Riwayat Pendidikan:

Singkat
• Fak Syariah IKAHA Tebuireng Jombang (S1)
• Akidah dan Filsafat, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (S2)
• Islamic Studies, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (S3)

Jabatan/Organisasi:
• Wakil Dekan Fak Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
• Ketua DPP Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (HEBITREN) Indonesia
• Sekjen Majelis Permusyawatan Pengasuh Pesantren se-Indonesia (MP3I)
• Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat 2020-2025
• Departemen Pemuda dan Organisasi ICMI DIY
• Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa AL-ASHFA Yogyakarta
Haram li Haram li
dzatihi  gaerihi 
Haram Halal
berasal substansinya,
substansinya tetapi
karena suatu
hal menjadi
haram
َ ‫ك ِإاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِم‬
)١٠٧ ‫ين (األنبياء‬ َ ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا‬
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”

ُ‫ات َواَأْل ْر>ض‬ ُ ‫ت ال َّس َما َو‬ِ ‫ق َأ ْه َوا َءهُ ْم لَفَ َس َد‬ ُّ ‫ولَ ِو اتَّبَ َع ْال َح‬
‫َو َم ْن فِي ِه َّن ۚ بَلْ َأتَ ْينَاهُ ْم بِ ِذ ْك ِر> ِه ْم فَهُ ْم َع ْن ِذ ْك ِر ِه ْم‬
Prinsip Dasar )٧١ ‫ُون (المؤمنون‬ َ ‫ُم ْع ِرض‬

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti


binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di
dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada
mereka kebanggaan (al-Quran) mereka tetapi mereka
berpaling dari kebanggaan itu (QS. Al-Mu’minun: 71)
Penentuan Halal dan Haram

Menurut ajaran Islam, penentuan kehalalan atau keharaman sesuatu tidak


dapat didasarkan hanya pada asumsi atau rasa suka dan tidak suka. Sebab,
tindakan demikian dipandang sebagai TAHAKKUM (‫ )ا لتحكم‬dan perbuatan dusta
atas nama Allah yang sangat dilarang agama.

‫ـز ْل ِب ِه س ُْـل َطا ًنا‬ ِ ‫اظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن َو ْاِإل ْث َم َو ْال َب ْغ َي ِب َغي ِْر ْال َح ِّق َوَأنْ ُت ْش ِر ُك ْوا ِبا‬
ِّ ‫هلل َما َل ْم ُي َن‬ َ ‫ِّي ْال َف َواح‬
َ ‫ِش َم‬ َ ‫قُ ْل ِإ َّن َما َحرَّ َم َرب‬
)33 :‫هلل َماالَ َتعْ لَم ُْو َن (األعراف‬ ِ ‫َوَأنْ َتقُ ْول ُ ْوا َع َلىا‬

"Katakanlah, 'Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang


nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar, (meng-haramkan) mempersekutukan dengan
Allah sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui'" (QS. al-A`raf [7]: 33).
LARANGAN MENGHUKUMI SESUATU
SECARA SEMBARANG

 
ِ ‫ـرا ٌم لِ َتـ ْف َتـر ُْوا َع َلى‬
‫هللا‬ َ ‫هذا َحالَ ٌل َو‬
َ ‫هذا َح‬ َ ‫ب‬ َ ‫صفُ َأ ْل ِس َنـ ُت ُك ُم ْالـ َكـ ِذ‬
ِ ‫َوالَ َتـقُ ْولُ ْوا لِ َما َت‬
)116 :‫ب الَ ُي ْفـلِح ُْـو َن (النحل‬ َ ‫هللا ْال َكـ ِذ‬
ِ ‫ ِإنَّ الَّ ِذي َْن َي ْفـ َتـر ُْو َن َع َلى‬،‫ب‬ َ ‫ ْال َكـ ِذ‬.

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang


disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, 'Ini halal dan
ini haram,' untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung" (QS. an-Nahl [16]: 116).
 
‫ت اسْ َتب َْرَأ لِدِي ِن ِه‬ ٌ ‫ِإنَّ ْال َحالَ َل َبي ٌِّن َوِإنَّ ْال َح َرا َم َبي ٌِّن َو َب ْي َن ُه َما ُم ْش َت ِب َه‬
ِ ‫ات الَ َيعْ لَ ُمهُنَّ َكثِي ٌر ِمنْ ال َّن‬
ِ ‫ َف َمنْ ا َّت َقى ال ُّش ُب َها‬،‫اس‬
‫ك َأنْ َيرْ َت َع فِي ِه َأالَ َوِإنَّ لِ ُك ِّل‬ ُ ِ‫ َكالرَّ اعِ ي َيرْ َعى َح ْو َل ا ْلـ ِح َمى يُوش‬،‫ت َو َق َع فِي ْال َح َر ِام‬ ِ ‫ َو َمنْ َو َق َع فِي الـ ُّش ُب َها‬،ِ‫َو ِعرْ ضِ ه‬
)‫ير‬
ٍ ‫ْن َب ِش‬ ِ ‫ (رواه مسلم َعنْ ال ُّنعْ َم‬... ‫َملِكٍ ِحمًى َأالَ َوِإنَّ ِح َمى هَّللا ِ َما َح ِر ُم ُه‬
ِ ‫ان ب‬

“Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan di antara keduanya
ada hal-hal yang musytabihat (syubhat, samar-samar, tidak jelas halal haramnya),
kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang siapa hati-hati dari
perkara syubhat, sungguh ia telah berupaya menyelamatkan agama dan harga
dirinya; dan barang siapa terjerumus ke dalam syubhat, ia terjerumus ke dalam
yang haram, laksana penggembala yang menggembalakan (ternaknya) di sekitar
kawasan terlarang, nyaris ia menggembala di kawasan terlarang tersebut.
Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai kawasan terlarang; ketahuilah bahwa
kawasan terlarang (milik) Allah adalah larangan-larangan (hal-hal yang
diharamkan)-Nya)” (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir)
1. Menggunakan pendapat ulama yang
moderat (tawassuth) bukan yang keras dan
kaku (tasyaddud) atau yang terlalu
Prinsip memudahkan (tasahhul)
Penetapan 2. Dalam hal penetapan kehalalan produk
Fatwa menerapkan prinsip yang paling hati-hati,
al-akhdu bi al-ahwath dan yang disepakati
Hukum mayoritas (jumhur) alias terhindar dari
adanya perbedaan, al-Khuruj min al-khilaf
‫‪ .١‬االصل في االشياء االباحة‬

‫‪ .٢‬التحليل والتحريم حق هللا وحده‬


‫‪Kaidah Halal‬‬ ‫‪ .٣‬تحريم الحالل وتحليل الحرام يتبع الخبثة والضرار‬
‫‪Haram‬‬
‫‪ .٤‬في الحالل ما يغني عن الحرام‬

‫‪ .٥‬ما ادى الى الحرام فهو حرام‬


‫‪ .٨‬اتقاء الشبهات‬
‫‪ .٦‬التحايل على‬ ‫‪ .٧‬النية الحسنة ال‬
‫خشية الوقوع في‬
‫الحرام حرام‬ ‫تبرر الحرم‬
‫الحرام‬

‫‪. ٩‬ال محابة وال‬


‫‪ -١٠‬الضرورة‬
‫تفريقة في‬
‫تبيح المحظورات‬
‫المحرمات‬
PROSES
PENETAPAN
FATWA
Al-Quran
Dasar Sunnah
Umum
Penetapan
Fatwa Ijma’
Qiyas
PERATURAN
ORGANISASI 1.Sebelum fatwa ditetapkan hendaklah ditinjau
lebih dahulu pendapat para imam mazhab
MAJELIS ULAMA tentang masalah yang akan difatwakan tersebut,
INDONESIA 2015 secara seksama berikut dalil-dalilnya.
Tentang
PEDOMAN 2. Masalah yang telah jelas hukumnya (al-ahkam
PENETAPAN al-qath’iyyat) hendaklah disampaikan
FATWA sebagaimana adanya.
MAJELIS ULAMA
INDONESIA
Prosedur Penetapan Fatwa…(2)

3. Dalam masalah yang terjadi khilafiyah di kalangan mazhab, maka


a. penetapan fatwa didasarkan pada hasil usaha penemuan titik temu
di antara pendapat-pendapat mazhab melalui metode al-jam’u wa
al-taufiq; dan
b. jika usaha penemuan titik temu tidak berhasil dilakukan, penetapan
fatwa didasarkan pada hasil tarjih melalui metode muqaranah al-
mazahib dengan menggunakan kaidah-kaidah Ushul Fiqh Muqaran.
Prosedur Penetapan Fatwa… (3)

4. Dalam masalah yang tidak ditemukan pendapat hukumnya di kalangan


mazhab, penetapan fatwa didasarkan pada hasil ijtihad jama’i (kolektif)
melalui metode bayani, ta’lili (qiyasi, istihsani, ilhaqi), istishlahi, dan sadd
al-zari’ah.
5. Penetapan fatwa harus senantiasa memperhatikan kemaslahatan umum
(mashalih ‘ammah) dan maqashid al-syari’ah.
Dalam hal-hal tertentu, rapat dapat
menghadirkan tenaga ahli yang
berhubungan dengan masalah yang
akan dibahas.
Pendapat
Tenaga Ahli
dalam Fatwa Dengan cara demikian, diharapkan
fatwa yang dikeluarkan mempunyai
dasar dan landasan yang benar secara
ilmiah serta dapat
dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai