Anda di halaman 1dari 5

JARGON KAMPANYE

Disusun sebagai tugas mata kuliah Sosiolinguistik

Oleh:

Ana Mulyana 110210402003


Martina Puspita R. 110210402036
Dwi Andika Permadi 110210402050

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Definisi Jargon
Ada banyak pendapat dari para ahli tentang definisi jargon, berikut definisi jargon:
1. A. Chaer dan L. Agustina (2010: 68), jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas
oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. Ungkapan yang digunakan seringkali tidak dapat
dipahami oleh masyarakat umum atau masyarakat di luar kelompoknya. Namun, ungkapan-
ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, jargon adalah kosa kata khusus yang digunakan
di bidang kehidupan (lingkungan) tertentu.
3. Nuryadi (melalui Robins 1992: 62), jargon adalah laras bahasa yang sengaja dipakai oleh
kalangan tertentu tetapi tidak dipahami oleh kalangan di luar kalangan tersebut. Jargon biasanya
berkenaan dengan kosa kata khusus yang digunakan dalam bidang kehidupan tertentu. Kadang
istilah jargon membuat bingung, karena sebenarnya jargon merupakan jenis kata atau kalimat
berbicara yang digunakan dalam kelompok orang-orang tertentu dalam bidang yang sama, yang
mungkin tidak diketahui oleh orang lain.

Dipilihnya Jargon
Alasan kelompok kami memiilih jargon sebagai bahan kajian sosiolinguistik, karena
menurut kami jargon merupakan kosakata yang unik hasil kreasi kelompok-kelompok tertentu
dan biasanya tidak dipahami oleh masyarakat di luar kelompok tersebut. Atas dasar keunikan
kosakata jargon, kami merasa tertarik dan tertantang untuk mengkaji jargon politik yang
digunakan dalam kegiatan kampanye. Berikut akan dibahas perihal jargon secara lebih terperinci.

Jenis-Jenis Jargon
Jargon kampanye dapat dibagi menjadi empat jenis berdasarkan struktur pembentuknya,
antara lain:
1. Lexical Jargon adalah jargon yang terbentuk dari kata-kata/lexicon yang dibingkai frame wacana
yang membentuk kesatuan makna dalam poster. Lexicon yang digunakan para Caleg biasanya
memiliki cakupan makna luas sehingga meskipun hanya berbentuk deretan kata, jargon ini
memiliki keunikan yang tidak dimiliki Jargon jenis lain yaitu maknanya yang multidimensional.
Sang pembaca harus mampu menginterpretasikan makna di balik kata untuk bisa memahami
konsep yang ada di balik Jargon tersebut.
Contoh:
1. Muda Bersih Peduli Kompeten Konsisten Berdedikasi
Oleh karena jargon tersebut merupakan jenis lexical jargon, maka untuk mengartikannya, harus
mengupas makna kata demi kata. “Muda”, Caleg tersebut hendak menyampaikan jika umurnya
masih muda, masih kuat dan tangkas untuk melakukan segala hal. “Bersih”, bukan berarti bebas
dari kototan atau sampah tetapi bebas dari korupsi atau penyelewengan lain. “Peduli”, berarti
bersedia menghiraukan kepentingan orang lain, terutama masyarakat ekonomi menengah ke
bawah. “Kompeten”, berarti Caleg memiliki wawasan atau mumpuni di bidangnya. “Konsisten”,
berarti Caleg tersebut bertanggung jawab terhadap visi misi yang dimilikinya. Segala tindakan
maupun tutur kata sesuai dengan visi misinya. “Berdedikasi” berarti Caleg tersebut berilmu, ilmu
yg dimilikinya cukup dengan bidang yang digelutinya.
Jadi, pengertian jargon tersebut dapat disimpulkan “Caleg muda yang peduli dengan rakyat kecil,
tidak korupsi, berkompeten, berdedikasi dan konsisten.”
2. Aspiratif Bersih dan Jujur
Jargon tersebut memiliki arti bahwa Caleg mempunyai harapan dan tujuan untuk keberhasilan
pada masa yang akan dating, bebas dari korupsi dan jujur.
3. Bersih Peduli Profesional
Jargon tersebut memiliki arti bahwa Caleg bebas dari korupsi, mempedulikan masyarakat miskin
dan profesional.

2. Phrasal Jargon strukturnya sedikit lebih sempurna dari Lexical Jargon. Phrasal Jargon terdiri
dari 2 kata yang bersinergi untuk menghadirkan sebuah makna.
Contoh:
1. Patriot jiwaku 30 pilihanku
Jargon di atas mempunyai makna bahwa Caleg seorang pemimpin yang baik dan layak untuk
dipilih.
2. Tulus Mengabdi
Jargon di atas berarti bahwa Caleg benar-benar bekerja sesuai dengan tugas dan kewajibannya
tanpa mengharap imbalan lebih di luar hak yang didapatnya.
3. Clausal Jargon, adalah jenis jargon yang memiliki struktur klausa. Klausa adalah kalimat
sederhana yang berstrukturkan S-P.
Contoh:
Katakan Tidak Pada Korupsi
Jargon di atas memiliki makna jika Caleg dengan tegas menolak korupsi.

Orwel dalam Ibrahim (2003) mengajukan enam kriteria yang harus dipenuhi sebuah teks
atau jargon politik agar layak dikatakan baik dan mampu menarik perhatian masyarakat. Keenam
kriteria tersebut adalah:
(1) Jangan menggunakan metafora, simile atau gaya bahasa yang sudah usang yang tidak
memberikan pencerahan terhadap sesuatu.
Menyuarakan Hati Rakyat
(2) Jangan menggunakan kata yang panjang sementara ada kata pendek yang bisa dipakai.
Berkarya Bersama Rakyat
(3) Jika memungkinkan, apabila ada kata yang mubadzir dalam teks atau jargon, maka potong kata
itu.
Ayo (kita) bangun Jabar
(4) Jangan gunakan kalimat pasif jika bisa kalimat aktif.
Berjuang untuk rakyat.
(5) Jangan pakai kata asing jika bisa memakai kata dalam bahasa sehari-hari.
Ojo Kelalen!
(6) Langgarlah kaidah-kaidah segera daripada mengatakan sesuatu yang kejam sama sekali.
Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat. Jika orang fasik memerintah
berdukacitalah rakyat.

Bahasa Filantropis, Maskulinis dan Direktif


Berdasarkan dari nuansa maknanya, Jargon Caleg dibagi menjadi 3, yaitu
1. Jargon dengan menggunakan bahasa Filantropis
Kata filantropis (phylantrophy) dalam kamus Cambridge diartikan
sebagai generous and charitable, yaitu memiliki kebaikan hati dan jiwa dermawan yang tinggi.
Sedang bahasa filantropis adalah bahasa yang mengandung muatan cinta, kasih sayang dan welas
asih.
Contoh:
Mari kita wujudkan indonesia yang mandiri dan sejahtera, Rakyat harus terlepas dari
belenggu penderitaan, kemiskinan dan ketidakadilan tanpa membedakan suku, ras dan
golongan

2. Jargon dengan bahasa Maskulin


Bahasa maskulin yang dimaksud adalah bahasa Jargon yang ”meledak-ledak,” agressive, dan
cenderung revolusionaris.
Contoh:
· Indonesiaku Berkibarlah. Hukum Mati Koruptor, Harga Mati Seorang Patriot
· Pilih Saya Apa Adanya ”Berjuang Untuk Rakyat” James A. Tahir.

3. Jargon dengan bahasa Direktif


Jargon dengan bahasa direktif adalah jargon yang memiliki tendensi untuk mengajak khalayak
ramai untuk melakukan sesuatu.
Contoh:
Ayo bangun Jabar dan Mari Maju Bersama

Sumber:

http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/artikel-bahasa/bahasa-jargon-calon-legislatif-2009-
dalam-face-book/

Anda mungkin juga menyukai