DOSEN PEMBIMBING
DR. HERDAH, M.Pd
Oleh:
Said Salihin
Nim: 18.0212.006
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
Sosial”.
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
Said Salihin
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ......................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................ 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya
dengan pemakaian bahasa itu dalam masyarakat, sehingga memandang bahasa
sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi. Pemakaian bahasa (langusge use)
merupakan bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi kongkret. Dengan
demikian bahasa tidak hanya sebagai gejala individual, tetapi juga sebagai gejala
sosial.
Sebagai gejala sosial bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan
oleh faktor linguistik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan situasional.
Faktor sosial misalnya: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi,
jenis kelamin, dsb. Faktor situasional misalnya: siapa yang berbicara, dengan
bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.1
Jika bahasa dikaitkan dengan umur, jenis kelamin, dan status sosial, maka
itu tidak akan terlepas dari kajian ilmu sosial (sosiologi) dan ilmu bahasa sendiri
(linguistik), tiga hal diatas secara langsung akan menggolongkan masyarakat
menjadi berbagai kelompok. Disiplin ilmu yang mengkaji hubungan antara bahasa
dengan masyarakat dinamakan kajian sosiolinguistik, yaitu gabungan dari
disiplinsosiologi dan linguistik. Berikut ini akan diuraikan secara rinci antara
hubungan bahasa dengan umur, jenis kelamin, dan status sosial dalam kajian
sosiolinguistk
1
http://ariabayusetiajiii.blogspot.com/2017/04/bahasa-dan-gender-sosiolinguistik.html
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan latar belakang di atas, maka yang dijadikan
sebagai rumusan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas
kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya bagaian bahasa di
dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan
bahasa lainnya.
Konteks sosial bahasa mempunyai kelas sosial (sosial class) yang mengacu
kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang
kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, dan
sebagainya. Misalnya si A adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga
2
https://khoirulhuda07.wordpress.com/2014/05/10/bahasa-dalam-konteks-sosial/
3
4
berstatus sosial sebagai guru. Jika dia guru di sekolah negeri, dia juga masuk ke
dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial
golongan “terdidik”.
Ada kaidah yang baku dalam bahasa Inggris. Jika subjek adalah kata ganti
orang ke tiga tunggal (she, he, it), predikat kata kerjanya harus menggunakan
sifiks-s. kemudian diadakan penelitian apakah ada hubungan antara kelompok
sosial dengan gejala bahasa ini. Penelitian diadakan di dua tempat, yaitu di Detroit
(AS) dan di Norwich (Inggris). Informannya meliputi berbagai tingkat kelas
sosial, yaitu:
Tidak diikuti Tanya jawab. Dalam komunikasi dua arah, secara berganti-
ganti si pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima menjadi pangirim.
3
Abdul chaer, Sosiolinguistik (Jakarta: Rineka Cipta, 1980)
5
Komunikasi dua arah ini terjadi dalam rapat, perundingan, diskusi dan
sebagainya. Sebagai alat komunikasi, bahasa itu terdiri dari dua aspek yaitu:
1) Aspek linguistic.
2) Aspek nonlinguistik atau paralinguistik.
4
A Chaedar al Wasiah, Sosiologi Bahasa (Bandung:Angkasa, 1985)
6
a. Peristiwa Tutur
1) S (Setting and Scene) : Waktu, tempat dan situasi yang berbeda dapat
menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.
2) P (Participants) : pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, biasa
pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa atau pengirim pesan dan
penerima pesan.
3) E (End : purupose and goal) : merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan
peristiwa yang terjadi pada ruang pengadilan bermaksud untuk
menyelesaikan suatu perkara, namun para partisipan di dalam peristiwa
tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda.
4) (Act Sequences) :Bentuk ujaran dalam perkuliahan, dalam percakapan
biasa dan dalam pesta pasti berbeda. Begitu juga dengan isi yang
dibicarakan
5) (Key : tone or spirit of Act) : mengacu pada nada, cara dan semangat
dimana suatu pesan disampaikan
6) (Instrumentalities) : mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti
jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon.
7) N (Norm of interaction and interpretation) : mengacu pada norma atau
aturan dalam berinteraksi.
8) G (Genres) : mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi,
puisi, pepatah, doa dan sebagainya.
8
b. Tindak Tutur
1. Daya lokusi adalah suatu ujaran makna dasar dan refrensi (makna yang
diacu) oleh ujaran itu;
2. Daya Ilokusi adalah daya yang ditimbulkan oleh penggunaannya sebagai
perintah, ejekan, keluhan, janji, pujian, dan sebagainya.
3. Daya Perlokusi adalah hasil atau efek ujaran terhadap pendengarnya, baik
yang nyata maupun yang diharapkan.
Di dalam masyarakat, ada dua jenis kelamin yang diakui yaitu laki-laki dan
permpuan. Dalam kaitanya dengan penggunaan bahasa, menurut ilmu
sosiolinguistik, dapat dilihat adanya perbedaan ragam tutur yang digunakan oleh
laki-laki dan perempuan. Untuk mempermudah pemahaman, selanjutnya pria akan
disingkat menjadi P dan wanita akan disingkat menjadi W.
Perempuan Laki-laki
Ohiya Mizu ‘air’
5
http://rudhawidagsa.blogspot.com/2010/09/hubungan-bahasa-dengan-umur-jenis.html
10
oleh laki-laki, akan tetapi terdapat juga kata watakushi yang bisa digunakan oleh
keduanya baik penutur laki-laki maupun perempuan (Holmes, 1992:165-166).
6
https://www.kompasiana.com/ety_melianti/5528b936f17e61e97d8b4591/bahasa-dan-
umur. Diakses pada tanggal 25 Juni 2016
11
kecil mengacu pada criteria bahwa orang tua selalu bijak, berwibawa, bawel, dan
rapuh, sedangkan anak kecil selalu nakal, lucu, dan lompat-lompat.
seiring dengan perubahan usia tersebut maka ragam tutur yang digunakan
seseorang akan berubah, sebagai contohnya ketika seorang anak menginjak usia
remaja, maka anak tersebut meninggalkan ragam tutur anak-anaknya yang
terkesan sederhana dan beralih ke ragam tutur remaja yang lebih unik dan
bervariasi. Labov dalam Pateda (1990) mengatakan, makin tinggi umur seseorang,
maka makin banyak kata yang dikuasainya, begitu juga pemahamanya dalam
struktur bahasanya.
Seperti disebutkan di atas, ragam tutur remaja lebih tekesan unik dan
bervariasi. Keunikan tersebut disebabkan oleh kecenderungan para remaja yang
suka membentuk kelompok-kelompok yang bersifat eksklusif yang membedakan
dengan kelompok lain sehingga menghasilkan bahasa-bahasa yang terkesan
rahasia (slang) yang hanya dimengerti oleh anggota kelompok tersebut.
PENUTUP
A. Simpulan
1. Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam
pembelajaran bahasa dalam konteks sosial teori yang digunakan adalah
Bahasa dalam konteks sosial mempunyai unsur supra segimental, yaitu
tekanan (stress), nada (pitch), dan intonasi, Jarak dan gerak-gerik tubuh,
seperti gerakan tangan, anggukan kepala, rabaan dan sebagainya. Rabaan,
yakni yang berkenaan dengan indera perasa (pada kulit). Aspek linguistic
dan paralinguistik berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama
dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam
proses komunikasi. Bahasa dalam konteks sosial meliputi tataran
Sosiolinguistik, Wacana, dan Psikolinguistik.
2. Di dalam masyarakat, ada dua jenis kelamin yang diakui yaitu laki-laki
dan permpuan. Dalam kaitanya dengan penggunaan bahasa, menurut ilmu
sosiolinguistik, dapat dilihat adanya perbedaan ragam tutur yang
digunakan oleh laki-laki dan perempuan jenis suara wanita pada umumnya
adalah alto dan sopran, sedangkan jenis suara pria adalah tenor dan bas.
Hal tersebut tentu saja berkaitan dengan perbedaan organ-organ tubuh
penghasil suara antara laki-laki dan perempuan.
3. Umur secara langsung membagi masyarakat menjadi beberapa golongan
usia, yaitu anak-anak, remaja, dan dewasa. Batasan antar golongan usia
disini tidak dapat ditentukan secara pasti. Menurut Chaer dan Agustina
(2004), berdasarkan usia, dapat dilihat perbedaan variasi bahasa yang
digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang yang
tergolong lansia(=lanjut usia). Namun demikian, variasi tutur tersebut
sifatya temporer karena pengguna ragam tutur tersebut juga mengalami
perubahan usia, seiring dengan perubahan usia tersebut maka ragam tutur
yang digunakan seseorang akan berubah.
14
15
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar (Jakarta: PT. Gramedia, 1989)
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008)