Anda di halaman 1dari 19

Melalui kesastraan lama kamu dapat memahami nilai-nilai yang ingin diwariskan para

leluhur. Puisi rakyat berupa pantun, syair, gurindam, atau puisi rakyat yang berkembang di
daerah tertentu. Dalam dunia kesastraan kita memiliki warisan turun-temurun berupa cerita
rakyat atau puisi rakyat yang tidak diketahui siapa pengarangnya. Karena merupakan hasil
turun-temurun dan tidak diketahui siapa pengarangnya, puisi lama biasanya disampaikan dari
mulut-kemulut.

Puisi lama terlihat kaku karena terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah kata dalam tiap baris,
jumlah baris dalam tiap bait dan juga pengulangan kata yang bisa di awal maupun di akhir
sajak atau kita kenal dengan sebutan rima. Pada bagian ini puisi lama yang akan dibahas
adalah pantun, syair dan gurindam.

A. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari
bahasa India, yaitu kirindam berarti “mulamula” atau “perumpamaan”. Gurindam sarat nilai
agama dan moral. Tak dimungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan
dijadikan norma dalam kehidupan. Seperti apakah gurindam sebenarnya? Gurindam adalah
puisi lama (Melayu) yang sangat penting sebagai warisan budaya. Ciri gurindam
1. Terdiri atas dua baris dalam sebait
2. Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata
3. Tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya
4. Merupakan satu kesatuan yang utuh.
5. Baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian
6. Baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama.
(isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua)
7. Isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara

B. Pantun
Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun
dikenal dengan banyak nama di berbagai bahasa di Nusantara, tonton (bahasa Tagalog),
tuntun (bahasa Jawa), pantun (bahasa Toba) yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu
sesuatu ucapan yang teratur, arahan yang mendidik, bentuk kesantunan. Pantun tersebar
hampir diseluruh Indonesia. Fungsi pantun di semua daerah (Melayu, Sunda, Jawa, atau
daerah lainnya) sama, yaitu untuk mendidik sambil menghibur.

Melalui pantun kita menghibur orang dengan permainan bunyi bahasa, menyindir (menegur
bahwa sesuatu itu kurang baik) secara tidak langsung, atau memberi nasihat. Ini bukan berarti
orang kita tidak tegas kalau hendak mengatakan sesuatu, tetapi dapat dikatakan bahwa kita
memiliki gaya tersendiri dalam mengungkapkan sesuatu. Melalui pantun leluhur kita terkesan
lebih santun untuk menegur atau menasihati orang secara tidak langsung agar orang yang kita
tuju tidak merasa malu atau dipojokkan.

Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh diubah. Jika
diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya. Ciri-
ciri pantun
1. Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
2. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
3. Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b.
4. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
5. Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
C. Syair
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara
bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah syair berasal dari bahasa arab
yaitu syi’ir atau syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur
berkembang menjadi syi’ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.

Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga


menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Penyair yang
berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan
karyanya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang
Fakir. Ciri-ciri syair antara lain :
1. Setiap bait terdiri dari empat baris.
2. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
3. Bersajak a-a-a-a.
4. Semua baris adalah isi.
5. Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.

1. Membaca Puisi Rakyat


Baca secara berantai pantun warisan nenek moyang kita! (gunakan irama lagu Rasa Sayange)
Pantun 1 Pantun 2
Air surut memungut bayam, Baik bergalas baik tidak,
Sayur diisi ke dalam kantung; Buli-buli bertali benang;
Jangan diikuti tabiat ayam, Baik berbalas baik tidak,
Bertelur sebiji riuh sekampung. Asal budi sama dikenang.
Pantun 3 Pantun 4
Ikan nila dimakan berang-berang, Akar keladi melilit selasih,
Katak hijau melompat ke kiri; Selasih tumbuh di hujung taman;
Jika berada di rantau orang, kalungan budi junjungan kasih,
Baik-baik membawa diri Mesra kenangan sepanjang zaman.

Gurindam
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.

Syair perahu
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah
Di sanalah iktikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu

Hai muda arif budiman


Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan

Perteguh jua alat perahumu


Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu

Sudahlah hasil kayu dan ayar


Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya sempurna jalan yang kabir

Karya: Hamzah Fansuri

2. Mendaftar Kata Berima pada Gurindam, Syair, dan Pantun


Daftarlah kata yang memiliki bunyi akhir sama pada gurindam, syair, dan pantun di atas!
Lanjutkan seperti contoh berikut!

Kata berima pada pantun


Kata berima pada larik ganjil (1 dan 3) Kata berima pada larik genap (2 dan 4)
Bayam Ayam
Kantung Sekampung
Tidak Tidak
Benang Dikenang
Berang-berang Orang
Kiri Diri
Selasih Kasih
Taman Zaman

Kata berima pada Gurindam


Kata berima pada larik 1 Kata berima pada larik 2
Perangai Ramai
Sahabat Obat
Guru Seteru
Berbangsa Bahasa
Berbahagia Sia-sia
Mulia Dia

Kata berima pada syair


Kata berima pada larik 1 Kata berima pada larik 2, 3, dan 4
Madah Indah, berpindah, sudah
Dirimu Hidupmu, hidupmu, hidupmu
Budiman Pedoman, kerjakan, insan
Perahumu Kayu, di situ, itu
Ayar Layar, taksir, kabir

3. Menemukan kata berima sama secara utuh


Buka kamus dan berbagai sumber untuk menemukan kata berima yang bunyi akhirnya sama
secara utuh!
Benda di sekitar/buah/
Kata dengan bunyi akhir sama
tumbuhan/nama kota/hewan/
secara utuh
masakan
rebana, pelana Terpana, suasana, terpesona, terhina, terbina
Sulawesi Aolusi, motivasi, prestasi, promosi, emosi
Rambutan Kejutan, hambatan, jabatan, jembatan,
kecepatan
Kambing Ombang-ambing, belimbing, tebing, lembing
Sambal Tambal, tumbal, gombal, tebal, gimbal, timbal

4. Menemukan kata berima akhir sebagian


Benda di sekitar/buah/ Kata dengan bunyi akhir sama
tumbuhan/hewan/masakan sebagian
Pisang pegang, dagang, garang, tebang, hilang,
kacang
Bogor longsor, bocor, kotor, mandor, tekor, molor
Nanas tebas, landas, tegas, majas, lekas, jelas, lemas
Ayam lebam, legam, kejam, sekam, selam, tanam
Rendang terbang, kencang, pegang, kejang, hilang,
remang

5. Membandingkan Pantun, Syair, dan Gurindam


Diskusikan persamaan dan perbedaan ketiganya! Tulislah pada tabel berikut!
Perbedaan Pantun, Syair, dan Gurindam

a. Perbedaan
Aspek Pantun Syair Gurindam
Tujuan Menyampaikan nasihat, Menyampaikan cerita dan Untuk menyampaikan
menyatakan rasa sayang, pengajaran serta digunakan nasihat atau kata-kata
ajaran budi pekerti dan dalam kegiatan-kegiatan mutiara.
moral untuk kepentingan yang berunsur keagamaan.
sosial dan hiburan.
Struktur 1. 1 bait terdiri dari 4 1. 1 bait terdiri dari 4 1. 1 bait terdiri dari 2
Isi baris baris baris
2. Baris 1 dan 2 2. Setiap baris 2. Bait pertama
merupakan mempunyai makna merupakan sebab
sampiran yang berkaitan atau persoalan
3. Baris 3 dan 4 dengan baris-baris 3. Bait kedua
merupakan isi sebelumnya merupakan akibat
4. Teks pantun 3. Empat baris atau penyelesaian
berbentuk bait-bait merupakan satu 4. Isi terletah di larik
5. Ada keterkaitan isi kesatuan ide kedua
baris pertama dan 4. Tidak ada sampiran
kedua maupun isi seperti
6. Ada keterkaitan isi pantun
baris ketiga dan 5. Syair perlu
keempat dilagukan untuk
membentuk
nyanyian
Ciri teks 1. Bersajak a-b-a-b 1. Bersajak a-a-a-a 1. Bersajak a-a
2. Terdiri dari 8-12 2. Terdiri dari 8-12 2. Terdiri dari 10-14
suku kata suku kata suku kata
3. Pilihan katanya,
padat, singkat dan
jelas
Ciri 1. Bahasanya singkat 1. Menggunakan -
Bahasa padat dan jelas bahasa kiasan
2. Bahasa campur 2. Bahasanya harus
sama
Jenis Pantun adat, Pantun agama, Syair melayu lama, Syair Gurindam Berkait dan
Pantun budi, Pantun islami, Syair cinta, Syair gurindam berangkai,
jenaka, Pantun persahabatan, Syair
kepahlawanan, Pantun kehidupan, Syair
kiasan, Pantun nasihat, pendidikan
Pantun percintaan, Pantun
pribahasa, Pantun teka-
teki, Pantun perpisahan
b. Persamaan Pantun dan Syair
1. Terdiri dari 4 baris dalam satu bait
2. Terikat oleh rima
3. Tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
4. Pantun dan syair adalah puisi lama

Persamaan Syair dan Gurindam


1. Terikat oleh rima
2. Barisnya merupakan kesatuan yang utuh
3. Merupakan puisi lama

Persamaan Pantun, Syair dan Gurindam


1. Pantun, syair dan gurindam merupakan puisi lama
2. Tujuannya untuk menyampaikan pengajaran atau nasihat

6. Menyimpulkan Ciri Pantun, Syair, dan Gurindam


Setelah mengerjakan beberapa latihan tentang puisi rakyat, simpulkan dengan bahasa sendiri
ciri ketiga puisi rakyat tersebut! Simpulkan ciri-ciri pantun, gurindam, dan syair. Diskusikan
dengan teman di sebelahmu!

Struktur teks Bagian-bagian sebuah teks yang mencirikan suatu teks. Aspek kebahasaan
merupakan sarana dalam berkomunikasi atau berinteraksi satu individu dengan individu
lainnya atau suatu kelompok dengan kelompok lainnya, untuk menyampaikan atau menerima
suatu informasi
Puisi Rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari
beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek
suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama. Puisi rakyat berisi nilai-nilai
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Termasuk puisi rakyat adalah puisi lama
yang berisi pesan-pesan dan nilai- nilai warisan leluhur bangsa Indonesia. Berikut ini adalah
telaah struktur dan kebahasaan pada puisi rakyat.

1. Menelaah Beragam Pola Pengembangan Pantun


Pola 1 Pola 2
Buanglah sampah pada tempatnya, Penghasil batik di Yogyakarta,
Jangan membuang di tengah jalan; Penghasil ulos Sumatera Utara;
Kalau kita tidak mau bertanya, Kalau kamu memiliki cita-cita,
Tidak bisa mencapai semua harapan. Hendaklah mau sedikit sengsara.
Pola 3 Pola 4
Membeli buku di daerah pecinan Beli masi ke tempat Mbak Lulu
Membeli buku lebih dari satu Beli pensil ke toko Cak Mamat
Janganlah menunda pekerjaan Sebaiknya kau pikir dahulu
Hindari menyia-nyiakan waktu Demi keputusan yang tepat
Pola 5 Pola 6
Di Bengkulu tumbuh bunga raflesia Fatamorgana ternyata semu
Bunga unik tanpa duri Namun indahnya tiada terkira
Alangkah indahnya alam Indonesia Patuhilah selalu nasihat ibumu
Marilah kita jaga agar lestari Agar hidupmu tidak sengsara

2. Menelaah Struktur Pantun


Ada beberapa aspek yang perlu dipahami untuk memudahkan kita dalam pemahaman struktur
kebahasaan pada puisi rakyat tersebut. Aspek-aspek yang dimaksud seperti kalimat
perintah,kalimat ajakan, kalimat seru,dan kalimat larangan.
1. Kalimat Perintah. Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi atau bermaksud
memberi perintah atau suruhan. Contoh: Buanglah sampah pada tempatnya
2. Kalimat saran. Kalimat saran adalah kalimat yang berisi tentang saran kepada orang
lain untuk kebaikan orang lain (sebaiknya, seyogyanya). Contoh: Sebaiknya kau pikir
dahulu Demi keputusan yang tepat
3. Kalimat ajakan. Kalimat ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan kepada orang lain
untuk melakukan suatu perbuatan (ayo dan mari). Contoh: Marilah kita jaga agar
lestari
4. Kalimat seru Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan rasa hati, seperti
kagum, heran, senang, dan sedih (alangkah, betapa, dan bukan main). Contoh:
Alangkah indahnya alam Indonesia ini. Wahai, pemuda Indonesia teruslah berjuang
melestarikan budaya kita.
5. Kalimat larangan. Kalimat larangan adalah kalimat yang berisi larangan agar orang
lain tidak melakukan kegiatan (jangan, hidari). Contoh: Janganlah berprasangka buruk
kepada sesama

Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk


1. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu subjek dan satu predikat. Contoh
Pagi-pagi saya sarapan.
2. Kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu
subjek atau predikat. Kalimat majemuk terjadi dari penggabungan dua kalimat dasar
atau lebih.
3. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat
tunggal yang kedudukannya tidak setara/sederajat.
4. Kalimat majemuk hubungan syarat. Ditandai dengan : jika, seandainya,
asalkan,apabila, andaikan Contoh : Jika hidup bermalas-malasan, masa depan tak
tentu arah.
5. Kalimat majemuk hubungan tujuan. Ditandai dengan : agar, supaya, biar. Contoh :
Agar hidup tercapai tujuan, hendaklah pemuda rajin belajar.
6. Kalimat majemuk konsensip. Ditandai dengan : walaupun, meskipun, biarpun,
kendatipun, sungguh pun Contoh : Walaupun belajar banyak godaan, tetaplah teguh
mencapai harapan.
7. Kalimat majemuk hubungan penyebaban. Ditandai dengan : sebab, karena, oleh
karena Contoh : Hari ini aku bersedih karena berpisah dengan sahabat. Hari ini aku
bersedih karena berpisah dengan orang terkasih.
8. Kalimat majemuk hubungan perbandingan. Ditandai dengan: ibarat, seperti, bagaikan,
laksana, sebagaimana, lebih baik. Contoh : Belajar di waktu kecil seperti melukis di
atas batu.
9. Kalimat majemuk hubungan akibat. Ditandai dengan : sehingga, sampai-sampai,
maka Contoh : Dian belajar begitu keras sehingga dapat memenangi olimpiade itu.
10. Kalimat majemuk hubungan cara. Contoh : Dengan cara menjual koran, dia
mendapatkan uang untuk hidup Dengan berpikir cermat generasi muda menggapai
asa.

Bacalah pantun berikut!


Ambillah kapas menjadi benang
Ambillah benang menjadi kain
Kalau kamu ingin dikenang
Berbuat baiklah dengan orang lain

Contoh telaah
Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua larik isi pantun. Dua larik pertama
merupakan pengantar untuk masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/ isi pada larik 1 dan 2
dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, pantun
larik 1 dan larik 2 menggunakan kalimat perintah. Larik satu dan larik 2 merupakan kalimat
berdiri sendiri. Larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan pola hubungan syarat (kalau),
pada larik 3 dan larik 4 merupakan hasil . Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk.
Pola 1 Telaah
Buanglah sampah pada tempatnya, Struktur pantun diatas terdapat 2 larik sampiran dan 2
Jangan membuang di tengah jalan; larik isi. Larik 1 dan 2 merupakan sampiran,sedangkan
Kalau kita tidak mau bertanya, larik 3 dan 4 merupakan isi. Bersajak akhiran a-b-a-b.
Tidak bisa mencapai semua harapan. Pantun larik pertama (buanglah) merupakan kalimat
perintah Pantun larik kedua merupakan kalimat
larangan (jangan). Pantun larik ketiga merupakan kata
penghubung syarat (kalau). Sedangkan pada larik
keempat merupakan akibat /jawaban dari larik ketiga.
Pola 2 Telaah
Penghasil batik di Yogyakarta, Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua
Penghasil ulos Sumatera Utara; larik isi. Larik 1 dan 2 merupakan pengantar untuk
Kalau kamu memiliki cita-cita, masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/isi pada larik 1 dan
Hendaklah mau sedikit sengsara 2 dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan. Pantun
tersebut bersajak a-a-a-a. Ditinjau dari jenis kalimat
yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita
dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan
hubungan syarat. Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat
majemuk
Pola 3 Telaah
Membeli buku di daerah pecinan Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2)
Membeli buku lebih dari satu dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik
Janganlah menunda pekerjaan sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun
Hindari menyia-nyiakan waktu bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan
pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat larangan dengan
pola hubungan cara.
Pola 4 Telaah
Beli nasi ke tempat Mbak Lulu Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2)
Beli pensil ke toko Cak Mamat dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik
Sebaiknya kau pikir dahulu sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun
Demi keputusan yang tepat bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan
pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan
hubungan akibat.
Pola 5 Telaah
Di Bengkulu tumbuh bunga raflesia Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2)
Bunga unik tanpa duri dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik
Alangkah indahnya alam Indonesia sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun
Marilah kita jaga agar lestari bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan
pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat seru (alangkah)
dan kalimat ajakan (marilah).
Pola 6 Telaah
Fatamorgana ternyata semu Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2)
Namun indahnya tiada terkira dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik
Patuhilah selalu nasihat ibumu sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun
Agar hidupmu tidak sengsara bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan
pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat perintah
(patuhilah) dengan hubungan akibat. Larik 3 dan 4
merupakan satu kalimat majemuk

3. Menelaah Struktur dan Bahasa Gurindam


Kata penghubung yang sering digunakan pada puisi rakyat
1. Kata penghubung tujuan. Merupakan kata penghubung modalitas yang menjelaskan
maksud
2. dan tujuan suatu acara atau tindakan (supaya, untuk, agar, dan guna).
3. Kata penghubung sebab (kausal). Menjelaskan bahwa suatu peristiwa atau tindakan
terjadi atas sebab tertentu (sebab, sebab itu, karena, dan oleh karena itu).
4. Kata penghubung akibat. Konjungsi yang menggambarkan suatu peristiwa atau
tindakan terjadi atas sebab peristiwa lain. Konjungsi yang dipakai adalah sehingga,
sampai, dan akibatnya.
5. Kata penghubung syarat. Konjungsi syarat yang menjelaskan suau hal bias terpenuhi
apabila syarat yang ada dipenuhi, atau dijalankan. Contoh kata yang digunakan adalah
jika, jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.

Bacalah gurindam berikut!


Apabila kelakuan baik berbudi
Hidup menjadi indah tak akan merugi
Dengan orang tua jangan pernah melawan
Kalau tidak mau hidup berantakan
Jagalah hati jagalah lisan
Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
Sayangilah orang tua dengan sepenuh hati
Itulah cara menunjukan bakti
Belajar janganlah ditunda-tunda
Karena kamu tidak akan kembali muda
Jika kamu terus menunda
Hilanglah sudah kesempatan berharga
Masa lalu biarlah berlalu
Masa depan teruslah kau pacu
Lestarikan alam kita
sebelum alam menjadi murka
Belajarlah demi masa depan
Untuk mencapai semua harapan
Apabila mata terjaga
Hilanglah semua dahaga
Apabila mulut terkunci rapat
Hilanglah semua bentuk maksiat
Apabila tangan tidak terikat rapat
Hilanglah semua akal sehat
Jika hendak menggapai cita-cita
Bekerjalah lebih dari rata-rata
Jika hendak hidup bahagia
Jangan penah melakukan perbuatan sia-sia
Barang siapa tidak takut tuhan
Hidupnya tidak akan bertahan
Apabila dengki sudah merasuki hati
Tak akan pernah hilang hingga nanti
Apabila hidup selalu berbuat baik
Tanda dirinya berhati cantik

Telaahlah gurindam di atas dari segi struktur penyajian, jenis kalimat yang digunakan, dan
hubungan isi antarlarik. Lakukan seperti contoh berikut! Contoh menelaah gurindam
Apabila kelakuan baik berbudi
Hidup menjadi indah tak akan merugi

Contoh Telaah
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan
syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam
tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (larik 1 apabila ...) dan pada
larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 2 Telaah
Dengan orang tua jangan pernah Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
melawan yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat agar
Kalau tidak mau hidup berantakan terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis
kalimat yang digunakan, gurindam tersebut
menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat
(kalau) dan pada larik 2 keadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 3 Telaah
Jagalah hati jagalah lisan Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Agar kau tidak hidup dalam yang berhubungan. Larik 1 merupakan tujuan dari
penyesalan keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan tujuan (agar) dan pada larik 2
adalah tujuan
Gurindam 4 Telaah
Sayangilah orang tua dengan Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
sepenuh hati yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
Itulah cara menunjukan bakti keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat dan pada larik 2 kondisi/
keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 5 Telaah
Belajar janganlah ditunda-tunda Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Karena kamu tidak akan kembali yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya
muda keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan sebab-akibat (karena) larik 1
adalah sebab dan larik 2 adalah akibat.
Gurindam 6 Telaah
Jika kamu terus menunda Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Hilanglah sudah kesempatan yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
berharga keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2
kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 7 Telaah
Masa lalu biarlah berlalu Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Masa depan teruslah kau pacu yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat dan pada larik 2 kondisi/
keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 8 Telaah
Lestarikan alam kita Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
sebelum alam menjadi murka yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan sebab-akibat larik 1 adalah
sebab dan larik 2 adalah akibat.
Gurindam 9 Telaah
Belajarlah demi masa depan Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Untuk mencapai semua harapan yang berhubungan. Larik 2 merupakan sasaran
terjadinya dari larik 1. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan sasaran (untuk) larik 2 adalah
sasaran dari larik 1.
Gurindam 10 Telaah
Apabila mata terjaga Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Hilanglah semua dahaga yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2
kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 11 Telaah
Apabila mulut terkunci rapat Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Hilanglah semua bentuk maksiat yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2
kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 12 Telaah
Apabila tangan tidak terikat rapat Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Hilanglah semua akal sehat yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2
kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 13 Telaah
Jika hendak menggapai cita-cita Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Bekerjalah lebih dari rata-rata yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2
kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 14 Telaah
Jika hendak hidup bahagia Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Jangan penah melakukan perbuatan yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
sia-sia keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2
kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 15 Telaah
Barang siapa tidak takut tuhan Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Hidupnya tidak akan bertahan yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan sebab-akibat larik 1 adalah
sebab dan larik 2 adalah akibat
Gurindam 16 Telaah
Apabila dengki sudah merasuki hati Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Tak akan pernah hilang hingga nanti yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2
kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 17 Telaah
Apabila hidup selalu berbuat baik Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi
Tanda dirinya berhati cantik yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya
keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat
dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2
kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.

4. Menelaah Struktur dan Aspek Kebahasaan pada Syair


Syair

Perteguh jua alat perahumu


Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu

Wahai muda, kenali dirimu


Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu

Hai muda arif budiman


Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Contoh
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan

Contoh Telaah
Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik. Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik
syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang
digunakan syair tersebut larik 1 menggunakan kalimat untuk menyapa ( menggunakan kata
seru Hai ....) Larik larik 2 dan 3 merupakan kalimat perintah kepada generasi muda yang
disapa pada larik 1. Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan akibat yang akan ditemui
jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 2 dan 3. Pilihan kata yang digunakan pada
syair tersebut merupakan kata bersifat simbolik dan ungkapan lama. Pilihan kata sangat indah
dengan makna yang dalam.
Bait 1 Telaah
Perteguh jua alat perahumu Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik.
Hasilkan bekal air dan kayu Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair
Dayung pengayuh taruh di situ merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain.
Supaya laju perahumu itu Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair
tersebut larik 1, 2, dan 3 menggunakan kalimat perintah
( Perteguh....). Larik 4 pada kutipan syair tersebut
merupakan tujuan yang akan ditemui jika melakukan
apa yang diperintahkan pada larik 1, 2 dan 3. Pilihan
kata sangat indah dengan makna yang dalam.
Bait 2 Telaah
Wahai muda, kenali dirimu Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik.
Ialah perahu tamsil hidupmu Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair
Tiadalah berapa lama hidupmu merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain.
Ke akhirat jua kekal hidupmu Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair
tersebut larik 1 menggunakan kalimat untuk menyapa
( menggunakan kata seru Wahai ....) Larik larik 2 dan 3
merupakan kalimat perintah kepada generasi muda
yang disapa pada larik 1. Larik 4 pada kutipan syair
tersebut merupakan tujusn yang akan ditemui jika
melakukan apa yang diperintahkan pada larik 2 dan 3.
Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam.

1. Syair
Puisi yang lebih terlihat seperti cerita ini memiliki isi dan makna yang langsung tersampaikan
dalam sebuah baris. Ciri atau aturan pembuatan syair sendiri adalah sebagai berikut:
 Setiap bait terdiri dari 4 baris
 Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
 Setiap maris merupakan isi dan saling berkaitan
 Menggunakan rima a-a-a-a.
Contoh Syair Pendidikan
Wahai engkau para pemuda,
Engkaulah pewaris bangsa,
Giatlah belajar sepanjang masa,
Untuk membangun bangsa negara,
Ilmu bukanlah untuk harta semata,
Ilmu tak akan lekang oleh usia,
Sebab ilmu akan membuatmu terjaga,
Dan ilmu akan membuatmu dewasa,
Belajarlah tanpa malas,
Hormatilah semua penghuni kelas,
Masa depan perlu kerja keras,
Kalau perlu energi terkuras,
Hormatilah para guru,
Pandanglah sebagai orang tuamu,
Ilmu senantiasa akan masuk dalam kalbu,
Bersama berkah untuk jiwamu.
 
Contoh Syair Nasihat
Dengarkanlah wahai kawan sejati,
Syair sederhana dari lubuk hati,
Tentang hidup dunia fana ini,
Tentang kerikil yang kena dihadapi,
Hidup sementara hanyalah untuk beribadat,
Bukan mengumpat bukan maksiat,
Janganlah terbuai godaan syahwat,
Hingga ibadah kena terlewat,
Janganlah lalai akan sholat,
Janganlah kikir akan zakat,
Kenalah kita perbanyak sholawat,
Guna bekal kelak di akhirat,
Tuhan tak pernah lupa,
Tuhan pun tak pernah memalingkan kita,
Sebab Tuhan selalu bersama kita,
Tapi kita selalu lupa pada-Nya,
Kemanakah kita di waktu bahagia,
Memilih sesama meluapkan suka,
Kemanakah kita di kala lara,
Teringat Tuhan mengeluh duka,
Cobalah tuk selalu ingat pada Illahi,
Berdoa dan berserah diri,
Baik suka duka dalam diri,
Ya Allah ya Tuhan kami,
Seringkanlah kita memohon ampun,
Agar jiwa laksana embun,
Janganlah sampai nanti tertegun,
Saat nyawa lepas dari ubun-ubun,
..
 
2. Pantun
Salah satu jenis puisi lama yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari ialah
pantun.
Dimana pantun kerap digunakan baik untuk berkomunikasi ataupun pada perayaan upacara
adat, seperti pernikahan Betawi.
Adapun ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
 Bersajak a-b-a-b
 Pada 1 bait terdiri dari 4 baris
 Setiap baris bisa terdiri atas 8-12 suku kata
 2 baris awal adalah sampiran dan 2 baris berikutnya adalah isi.
Contoh Pantun Nasihat
Ke Jakarta mampir Tegal
Bersama kasih bersenang-senang
Janganlah sampai kita menyesal
Ingat hidup tak sembahyang
Lihat gelembung meletup-letup
Kalau pecah jadi melekat
Perbanyaklah ilmu saat kau hidup
Untuk bekal kau di akhirat
 
Contoh Pantun Teka-Teki
Buah lemon buah pepaya
Tapi membeli buah durian
Cobalah terka wahai saudara
Makin diisi kok makin ringan              (jawab: balon)
Masuk ke hutan mencari lontar
Tapi memilih mengambil rotan
Kalaulah saudara memang pintar
Binatang apa lebar kepala dari badan      (jawab: ikan pari)
3. Gurindam
Gurindam merupakan puisi yang berasal dari Tamil India. Berikut ciri gurindam.
 Pada setiap bait terdiri dari 2 baris
 Bersajak a-a
 Berisi tentang sebuah nasihat.
Contoh Gurindam
Ketika muda malas sembahyang
Masa tua bisa terguncang
Siapa tidak hormat orang tua
Akan jauh dari bau surga
Kalaulah engkau banyak tidur
Banyak rezeki jadi terkubur
Jika suami berhati kufur
Keluarga idaman pasti terkubur
 
4. Seloka
Seloka adalah jenis puisi Melayu yang berisi tentang sindiran, senda gurau atau ejekan yang
diutarakan dalam sebuah perumpamaan. Ciri seloka adalah sebagai berikut:
 Setiap bait terdiri dari 4 baris, atau 8 asal genap
 Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
 Setiap baris ialah isi puisi
 Memiliki sajak a-b-a-b.
Contoh Seloka
Jalan-jalan ke kota batik
Naik motor milik si Aan
Jikalau engkau berkendara dengan baik
Supaya selamat sampai tujuan
Naik motor milik si Aan
Siang-siang kena panas
Supaya selamat sampai tujuan
Taatilah lalu lintas
Siang-siang kena panas
Pakai payung tutup kepala
Taatilah lalu lintas
Agar berkah bagi semua
 
5. Karmina
Bisa dikatakan karmina adalah jenis pantun singkat. Dimana ciri dan syarat pembuatannya
tidak jauh berbeda dengan pantun, yakni:
 Setiap bait terdiri dari 2 baris
 Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
 Rima ada pada tiap frasa dengan pola a-b-a-b
 Frasa pertama pada baris pertama berrima sama dengan frasa pertama pada baris
kedua, begitu juga pada frasa berikutnya
 Baris pertama ialah sampiran dan baris kedua adalah isi.
Contoh Karmina
Dahulu beras sekarang ketupat
Orang pemerat tersiksa di akhirat
Buah durian tajam berduri
Baca Al Quran tenangkan hati
Ikan salem beli di pasar
Pipi tembem buatku gusar
Pergi ke laut asin airnya
Nyali menciut sebab dia menyapa
 
6. Mantra
Mantra ialah satu-satunya jenis puisi yang tak memiliki ciri khusus. Namun secara umum
kata-kata dalam mantra kerap kali diulang-ulang untuk memberi sugesti pada yang
mendengarnya.
Contoh Mantra untuk Mengusir Roh Halus
Sihir lontar pinang lontar
terletak di ujung bumi
Setan buta jembalang buta
aku sapa tidak berbunyi
 
7. Talibun
Kebalikannya karmina, jika karmina dikatakan sebagai pantun singkat, talibun justru kerap
disebut sebagai pantun dengan baris yang panjang. Berikut ciri dari talibun:
 Setiap bait memiliki baris berjumlah genap namun lebih dari 4
 Setiap baris memiliki 8-12 suku kata
 Menggunakan rima a-b-c-a-b-c
 Setengah dari jumlah baris berbait pada bagian awal ialah sampiran dan berikutnya
adalah isi.
Contoh Talibun
Duduk berpangku menatap purnama
Anak tertawa sambil berlari
Aku pun telah hilang kuasa
Menangkap pesan yang tersirat
Anak cucu hormatilah mama
Agar hilang semua duri
Jangan sampai berbuat dosa
Dan selamat kelak di akhirat

Anda mungkin juga menyukai